Anda di halaman 1dari 20

INTRODUCTION TO SANITATION

COMPILED BY :

GROUP 1

1. DINDA AYU AZIZAH RIADI PO7133121045

2. SYABILLA ARDIANY PO7133121049

3. MEILISA MELANI PO7133121057

4. ALDY APRIANSYAH PO7133121065

5. ELFEIRA PUTRI SALSABILAH PO7133121067

6. NI LUH OCTA MAHARANI PW PO7133121081

CLASS 2.B

LECTURER : FIDER SAPUTRA T., S.Hum., M.Hum.

STUDY PROGRAM D -III SANITATION

DEPARTMENT OF ENVIRONMENTAL HEALTH

POLTEKKES MINISTRY OF HEALTH PALEMBANG

SCHOOL YEAR 2023


PREFACE

Alhamdulillah, thank God for the presence of Allah SWT who has given His grace
and guidance so that we can complete the report entitled "Sanitation culture "

The purpose in writing this paper is to fulfill the assignment given by Mr.
FiderSaputra T, S.Hum, M.Hum as lecturer in English mayor.

We realize that the report that I made is still far from perfect in terms of
preparation, language, and writing. Therefore, we really hope for constructive criticism
and suggestions from all readers to become a reference so that writers can be even
better in the future.

Hopefully this report can add insight to readers and can be useful for the
development and improvement of science.

Palembang ,3 march 2023

Gruop 1

2
TABLE OF CONTENTS

PREFACE........................................................................................................................ii

TEBLE OF CONTENTS..................................................................................................iii

BAB 1.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN..............................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusann Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2

BAB 2.......................................................................................................................3

PEMBAHASAN..............................................................................................................3

A. Hidup Sehat........................................................................................................3

B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)..............................................................5

C. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat(STBM).......................................................10

D. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)...........................................11

BAB 3...................................................................................................................16

KESIMPULAN................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................17

3
Bab 1

pendahuluan

1. Latar belakang

Sanitasi menurut WHO (1992) adalah pengawasan terhadap penyediaan air


minum bagi masyarakat, pembuangan tinja dan air limbah, pembuangan sampah,
vektor penyakit, kondisi perumahan, penyediaan dan penanganan makanan, kondisi
atmosfir dan keselamatan lingkungan kerja.

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014) bahwa


pengertian sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan menjaga
kebersihan lingkungan subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk keperluan
cuci tangan, menyediakan tempat sampah agar tidak membuang sampah
sembarangan. Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang
meliputi perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2012).

Sanitasi adalah suatu lingkungan yang membuat lingkungan manusia


menjadi sehat, terutama lingkungan fisik yaitu tanah, air dan udara. Sanitasi
merupakan suatu perilaku yang disengaja untuk membudayakan hidup bersih dan
bertujuan untuk mencegah manusia bersentuhan langsung dengan bahan-bahan
yang kotor dan berbahaya, dimana perilaku ini menjadi suatu upaya yang
diharapkan dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan manusia. Jadi, dengan
kata lain, pengertian sanitasi adalah upaya yang dilakukan untuk menjamin dan
menciptakan kondisi yang memenuhi syarat-syarat kesehatan (Roket, 2017)

Sanitasi telah dianggap sebagai salah satu aspek penting dalam


meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Upaya sanitasi terus
dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah dan masyarakat,
untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan aman bagi semua orang.

Pola penerapan hidup bersih dan sehat merupakan bentuk dari perilaku
berdasarkan kesadaran sebagai wujud dari pembelajaran agar individu bisa

1
menolong diri sendiri baik pada masalah kesehatan ataupun ikut serta dalam
mewujudkan masyarakat yang sehat di lingkungannya. Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) merupakan bentuk dari upaya untuk memberikan pelajaran berupa
pengalaman pada tiap individu, anggota keluarga, sekumpulan, maupun pada
masyarakat umum.

2. rumusan masalah
1. bagaimana yang dimaksud PHBS
2. apa yang di maksud dengan hidup sehat
3. jelaskan yang di maksud dengan perilaku hidup bersih dan sehat

3. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian PHBS
2. Untuk mengetahui tentang hidup sehat
3. Untuk mengetahui dampak yang terjadi terkait PHBS

2
Bab 2
PEMBAHASAN

2.1 hidup sehat


perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan suatu perilaku dimana
seseorang
menerapkan perilaku kebersihan dalam kehidupan sehari-harinya dengan
memperhatikan tingkat kesehatannya. Hidup sehat merupakan hal yang seharusnya
diterapkan oleh setiap orang karena manfaat yang didapat sangat banyak, mulai dari
kesehatan jiwa dan raga hingga kefokusan dalam mengerjakan sesuatu, serta pada
kesejahteraan hidup anggota keluarga serta terciptanya suasana yang indah, asri
serta damai sehingga membuat lingkungan hidup terasa nyaman.

Tujuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) menurut kementerian


Kesehatan Republik Indonesia adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan
mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat yang
meliputi 3 komponen yaitu penciptaan lingkungan yang mendukung, peningkatan
kebutuhan sanitasi, peningkatan penyediaan sanitasi dan pengembangan inovasi
sesuai dengan konteks wilayah. Program STBM atau dikenal dengan Community
Lead Total Sanitation (CLTS) merupakan program untuk memperkuat upaya
pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis
lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat. Program ini juga
mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air minum
dan sanitasi dasar berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development
Goals (MDGs). Program tersebut diharapkan dapat terjadi perubahan dan
kesinambungan perilaku yang bersih dan sehat di lingkungan masyarakat (Octavia
dan Juniarsih, 2020).

Dalam konsep kesehatan masyarakat, bahwa lingkungan yang berkualitas


diperlukan keterlibatan masyarakat untuk dapat mengendalikan secara lokalitas agar
dapat dinikmati kelangsungannya secara berkelompok. Lingkungan yang sehat
meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan
mengendalikan lingkungan kelangsungan hidup manusia (Chandra, 2007).
lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda
hidup, benda mati, benda nyata atau abstrak, termasuk manusia (Slamet, 1994).

3
Sanitasi lingkungan mempengaruhi kesehatan manusia, yang merugikan. Sanitasi
yang baik merupakan usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan
pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Entjang, 2000).

Pelibatan masyarakat dalam pembangunan sanitasi, dimulai dari


perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pemanfaatan dan pemeliharaan sangat
membantu dalam mewujudkan keberlanjutan lingkungan sehat. Masyarakat
menyadari bahwa pembangunan tersebut memang untuk mereka sendiri, sehingga
mereka akan ikut merasa memiliki. Widyawati dan yuliarsih (2002); Sulistyorini
(2011); Muaja (2020); Pembangunan kesehatan merupakan hak dasar manusia.
Hamzah (2013); Mustafidah (2020); Arifianty DP. (2017) manusia berperan aktif
dalam menjaga atau melestarikan lingkungan atau tempat tinggalnya.

Konsep keterlibatan masyarakat dalam pembangunan, seperti halnya


menurut Davis dalam Ndraha (1983: 124) “articipation is defined as an individual’s
mental and omotional involvement in group situatin that ancouages him to contribute
to group goals and to share responibility for them”. Dapat dipahami dari pendapat
tersebut terdapat tiga hal dalam pelibatan masyarakat jika diterapkan dalam
pembangunan yakni: (1) Titik

berat partisipasi adalah pada keterlibatan mental dan emosionnal, kehadiran


secara fisik atau pribadi semata-mata di dalam suatu kelompok tanpa keterlibatan
mental tersebut tidaklah cukup, (2) kesediaan untuk memberikan sumbangan
terhadap usaha pencapaian tujuan, dan (3) kesediaan untuk turut bertanggung
jawab timbul.

Pelaksanaan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di


berbagai daerah di Indonesia cukup beragama, seperti terjadi di Kabupaten Lima
Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat terimplementasi hanya beberapa pilar. Hal itu
terungkap dari penelitian Sitra, dkk. (2019), seperti mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi melibatkan masyarakat. Masyarakat diberi
peran utama dalam program ini dimana akhirnya program tersebut dierahkan
pengelolaanya kepada masyarakat. adapun posisi pemerintah yang berperan dalam
dalam program STBM hanya memfasilitasi. Namun, pemicuan STBM baru sebatas
pilar pertama dan kedua yakni Stop Buang Air Besar Sembarangan dan Cuci

4
Tangan Pakai sabun, sedangkan pilar ke tiga- lima belum berhasil, yaitu mengubah
perilaku masyarakat secara menyeluruh berhasil dilakukan.

Dalam rangka mengoperasionalkan paradigma sehat khususnya yang


berkaitandengan promosi kesehatan di Indonesia, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia membuat Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur upaya peningkatan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat(PHBS) di seluruh Indonesia dengan mengacu kepada pola
manajemen PHBS, mulai dari tahap pengkajian,perencanaan, dan pelaksanaan
serta pemantauan dan penilaian.Upaya tersebut dilakukan untuk memberdayakan
masyarakat dalam memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya
sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu secara mandiri turut berperan aktif
dalam meningkatkan status kesehatannya.

Meskipun upaya tersebut bukanlah suatu hal yang mudah karena berkaitan
dengan masalah perilaku, sedangkan perilaku merupakan masalah yang khas dan
kompleks karena berkaitan dengan privasi seorang individu, untuk itu harus
dilakukan pendekatan kepada masyarakat terlebih dulu guna memberikan
kepercayaan dan menginformasikan manfaat-manfaat yang akan didapatkan ketika
menerapkan PHBS tersebut, mengingat pemberdayaan masyarakat sebaiknya
dimulai dari rumah tangga atau keluarga, karena berawal dari keluarga yang sehat
timbullah generasi-generasi masa depan yang cemerlang.

2.2 perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk


merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan dengan metode
pemicuan. Untuk mendukung itu pemerintah daerah perlu ikut merencanakannya.
Perencanaan pembangunan merupakan tugas pemerintah, namun tanpa ada
kehadiran masyarakat maka konsep pembangunan partisipatuf tidak akan terwujud,
Jika masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam pembahasan yang dilaksanakan
pada tahapan perencanaan penanganan perumahan dan sanitasi berbasis.
Partisipasi masyarakat di Kelurahan Kasunyatan Kota Serang dalam pembahasan

5
penataan sanitasi berbasis terutama sanitasi lingkungan, masyarakat ikut
memberikan masukan-masukan

perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan upaya untuk


memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi,
memberikan informasi, dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan
serta sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana
(social support), serta pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai suatu
upaya untuk membantu masyarakat untuk mengenali dan mengatasi masalahnya
sendiri, dalam tatanan masing-masing agar dapat menerapkan cara-cara hidup
sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan.

Perencanaan yang partisipatif merupakan suatu keharusan bagi pemerintah


daerah melibatkan masyarakat. Pelibatan dalam merencanakan pembangunan
kawasan lingkungan di Kasunyatan, pemerintah telah melibatkan masyarakat.
Sebagaimana informan diatas mengatakan bahwa sosialisasi pembangunan di
lakukan melalui tokoh- tokoh masyarakat, dan penjabaran dari perencanaan tersebut
dilaksanakan dengan melibatkan unsur-unsur masyarakat dan organisasi
masyarakat dan pemuda wajib dilakukukan. Sebagaimana unsur pemerhati
lingkungan di Kasunyatan (BHD 45 tahun) mengatakan bahwa:

Kalau secara individu yang memiliki kesadaran pasti aktif, namun yang
kurang memiliki kepedualian lingkungan hanya mengandalkan kehadiran
pemerintah saja. Sehingga pelaksanaan rapat di tingkat kelurahan untuk
membahas lingkungan permukiman yang bersih hanya sebagian ikut
berpartisipasi secara langsung untuk membahas perencanaan, dan berbeda pada
saat sosialisasi di lakukan di kelurahan, biasanya banyak yang hadir. Alasannya
kalau sosialisasi lebih pada teknis pelaksanaan apabila dibandingkan dengan
pada saat perencanaan. Partisipasi dalam pelaksanaan Pada Program Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, terungkap di dalamnya
bahwa mengawali perencanan pembangunan perlu mengikutsertakan
masyarakat sebagai bagian elemen yang penting dalam menjalankan program.
Sehingga dari awal sudah dirancang sistem perencanaan yang mengikutkan

6
masyarakat, agar dapat merasakan pembangunan yang akan dilakukan sesuai
keinginan masyarakat. Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) perlu
melibatkan masyarakat sebagai bagian pemicuan awal, Kehadiran masyarakat
untuk penataan kawasannya, merupakan salah satu tanggungjawab masyarakat
untuk berkontribusi secara langsung. Karena sudah mengetahui sejak awal apa
yang akan dilakukan oleh pemerintah untuk kawasan permukimannya. Kegiatan
penataan lingkungan tempat tinggalnya, masyarakat merasa memiliki tanggung
jawab sebagai pelaksana kegiatan. Kegiatan bersih-bersih lingkungan merupakan
salah satu bentuk program atau kegiatan yang di sarankan oleh pemerintah
dalam rangka untuk menjaga lingkungan sekitar. Program bersih-bersih
lingkungan dilakukan melalui kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong
royong dan menyumbangkan pemikiran dan bahkan benda yang mendukung
program. Melaksanakan kegiatan bersih-bersih sanitasi sekitar halaman rumah,
masyarakat merasa memiliki tanggungjawab sehingga dapat terlibat secara
langsung. Walaupun program ini sebenarnya tugas pemerintah Kota Serang,
namun masyarakat mau mengambil bagian dalam menata permukimannya
terutama dalam hal perbaikan kondisi sanitasi berbasis lingkungan sekitar tempat
tinggal. Kesadaran secara partisipasi merupakan bentuk tanggungjawab, dan
pelaksanaannya masyarakat tidak mendapatkan upah.

Menerapkan perilaku hidup sehat sebenarnya sangatlah


mudah serta murah, dibandingkan harus mengeluarkan biaya untuk pengobatan
apabila mengalami gangguan kesehatan. Hidup sehat merupakan hal yang
seharusnya diterapkan oleh setiap orang karena manfaat yang didapat sangat
banyak, mulai dari kefokusan dalam mengerjakan sesuatu, hingga pada
kesejahteraan hidup anggota keluaga.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) juga merupakan semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran seseorang sehingga dapat menangani
dirinya sendiri dalam hal kesehatan serta dapat berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan baik bagi individu masing-masing atau pada orang lain.
Sayangnya belum semua orang memahami tentang apa arti hidup sehat itu, hal ini
dibuktikan dengan masih banyaknya masyarakat yang melakukan berbagai aktivitas

7
tanpa memperdulikan tingkat kesehatannya,salah satu contoh yaitu ketika seorang
anak selesai melakukan suatu pekerjaan di luar rumah, orang tua tidak
membiasakan anak untuk mencuci tangan dan kakinya ketika masuk rumah dan
anak dibiarkan melakukan kegiatan yang baru begitu saja, contoh lain yaitu ketika
kebersihan kamar mandi kurang diperhatikan dan dibiarkan begitu saja terlebih pada
kebersihan bak mandi.

Perilaku-perilaku tersebut memang terlihat sepele namun berdampak besar


ketika menjadi kebiasaan. Untuk itu diperlukan pemberitahuan atau informasi terkait
pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada
masyarakat, supaya tumbuh kesadaran akan pentingnya menerapkan PHBS pada
masyarakat demi kesehatan dan kesejahteraan anggota keluarga.

A. PHBS di rumah tangga


PHBS di Rumah Tangga merupakan upaya untuk memberdayakan
anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk
mencapai Rumah Tangga berperilaku hidup bersih dan sehat.
B. PHBS di sekolah
Kebiasaan siswa berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di
sekolah sangat penting dilaksanakan. PHBS sekolah merupakan
sekumpulan perilaku yang dilakukan untuk terwujudnya sekolah sehat.
Pengetahuan dan sikap merupakan hal yang sangat penting sebagai
faktor predisposisi pelaksanaan PHBS, selain faktor pendukung dan
pendukung yang sudah tersedia di sekolah.

C. PHBS di tempat kerja


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tempat kerja ialah upaya
untuk memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
mewujudkan Tempat Kerja Sehat. manfaat dari pelaksanaan PHBS di
tempat kerja yaitu dapat mengurangi angka penyakit akibat kerja,
prevalensi penyakit menular dan tidak menular serta mengurangi angka
kecelakaan kerja.

8
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Sehat (PHBS) Menurut Lawrence
Green faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku 3 faktor utama. (Notoatmodjo,
2007:16-17), yakni :

a. Faktor-faktor Predisposing (Predisposing Faktor)


Faktor-faktor predisposing adalah faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisikan terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor ini
mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,tingkat
sosial ekonomi, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor Pemungkin (Enabling Faktor)


Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan
sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini
pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku
kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut juga faktor pendukung. Misalnya
Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat
pembuangan sampah, dan sebagainya.

c. Faktor-faktor penguat (Reinforcing Faktor)


Faktor-faktor penguat adalah faktorfaktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun orang mengetahui untuk
berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi faktor
sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para
petugastermasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undangundang,
peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah terkait
dengan kesehatan.

9
2.3 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat(STBM)

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau dikenal juga dengan nama
Community Led Total Sanitation (CLTS) merupakan program pemerintah dalam
rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah
penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan
masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan
akses air minum dan sanitasi dasar berkesinambungan.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut STBM


merupakan pendekatan dan paradigma baru pembangunan sanitasi di Indonesia
yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku.
STBM ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 untuk
mempercepat pencapaian MDGs tujuan 7C, yaitu mengurangi hingga setengah
penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun
2015. Tahun 2014, Kepmenkes ini diganti dengan Peraturan Menteri Kesehatan
No.3 Tahun 2014 tentang STBM.

Adapun tujuan penyelenggaraan STBM adalah untuk mewujudkan perilaku


masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Diharapkan pada tahun
2025, Indonesia bisa mencapai sanitasi total untuk seluruh masyarakat,
sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) Indonesia. Dalam pelaksanaannya, STBM membutuhkan sumber daya
manusia terampil yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu komponen
terpenting dalam penerapan STBM adalah adanya fasilitator-fasilitator yang
berkualitas dan tersebar diseluruh pelosok nusantara.

STBM terdiri dari 5 pilar yaitu:

1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)


2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
3. Pengelolaan Air Minum Dan Makanan Rumah Tangga (PAMM- RT)
4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PSRT)
5. Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga (PAL- RT).

10
2.4. SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ialah pendekatan


dalam mengubah karakter perilaku kebersihan serta sanitasi lewat pemberdayaan
warga melalui metode pemicuan. Untuk menerapkan program STBM yang mana
program ini membutuhkan air bersih demi menjalankan pilar pertama program
STBM yakni Stop Buang Air Besar Sembarangan pilar kedua yakni Cuci Tangan
Pakai Sabun, dan pilar ketiga yakni Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga.
Masyarakat juga mengandalkan peternakan sebagai salah satu mata pencaharian
yang mana pilar keempat yakni Pengamanan Sampah Rumah Tangga dan pilar
kelima yakni Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga berusaha mengubah
perilaku masyarakat Kecamatan Musuk dalam mengolah sampah dan limbah cair
dalam lingkungan tempat tinggal mereka.

Di dalam kehidupan bermasyarakat, sanitasi adalah salah satu prioritas


utama. Sanitasi merupakan bentuk pelayanan publik yang berada di bidang
kesehatan. Maka, sebagai bentuk untuk mewujudkan sanitasi yang baik dan demi
mengimplementasikan target Millenium Development Goal (MDGs) yang sudah ada
sejak tahun 2015, dilakukan usaha membudidayakan pola hidup yang bersih dan
bugar, melaksanakan pencegahan diseminasi bibit penyakit berdasarkan
lingkungan, menumbuhkan kapasitas warga, lalu disusunlah Strategi Nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan berupa
Keputusan Menteri Kesehatan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
Sejatinya, program STBM ialah pendekatan dalam mengubah karakter perilaku
kebersihan serta sanitasi lewat pemberdayaan warga melalui metode pemicuan.
Dalam program ini mempunyai indikator yang berfungsi untuk mengukur perubahan
yang terjadi, yaitu indikator hasil (outcome) serta keluaran (output). Indikator hasil
STBM seperti: turunnya kasus penyakit-penyakit berbasis lingkungan misalnya diare
dan sebagainya yang berhubungan dengan sanitasi serta perilaku.

Indikator keluaran STBM seperti: Tiap-tiap komunitas dan individu memiliki


akses dalam menggunakan sarana sanitasi dasar agar bisa mengimplementasikan
komunitas yang telah bebas dari buang air sembarangan atau Open Defecation Free
(ODF); Masing-masing tempat tinggal yang sudah mengimplementasikan

11
pengelolaan air siap minum dan kebutuhan pangan yang sehat di lingkungan rumah
tangga mereka sendiri; Masing-masing tempat tinggal serta fasilitas pelayanan
umum dalam sebuah komunitas menyediakan sarana cuci tangan supaya seluruh
individu bisa membasuh tangan mereka dengan baik; Masing-masing tempat tinggal
dapat melakukan pengendalian limbahnya sesuai standar; Setiap rumah tangga bisa
melakukan pengelolaan sampahnya sesuai standar (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2018). Data yang diperoleh dari situs Kementerian Kesehatan
menunjukkan ada 16,194 desa atau kelurahan (diambil per November 2018) dengan
status SBS (Stop Buang air besar Sembarangan) Terverifikasi yakni terdapat 20.04
% dari total desa atau kelurahan sebesar 80,805.

Kepentingan yang mempengaruhi dalam pengoperasian alokasi dalam


program STBM di Kecamatan Musuk yakni pelaksanaan penyelenggaraan STBM
yang dikerjakan oleh Puskesmas Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. Adapun
mekanisme yang harus dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 mengenai Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat terdiri dari lima pilar yakni:

1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop-BABS). Masyarakat sudah tidak


melakukan buang air besar di tempat terbuka atau di sembarang tempat
seperti: kebun, semak-semak, dan sungai. Hal ini berkat kerjasama dengan
berbagai lintas sektor.
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS sudah memahami cara mengambil air dan
cara mencuci tangan menggunakan sabun dengan benar.
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMMRT).

Masyarakat telah memahami bahwa air konsumsi untuk makan dan minum
harus diolah terlebih dahulu dan air yang telah diolah disimpan dalam wadah
yang tertutup rapat dan kuat. Masyarakat Kecamatan Musuk juga sudah
membersihkan wadah air minum secara rutin, kemudian makanan disajikan
dengan tertutup, dan masyarakat lebih memperhatikan kebersihan alat makan
dan minum.

4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT). Masyarakat sudah tidak


ditemukan sampah yang berserakan di sekitar rumah, lalu terdapat perlakuan
yang aman terhadap sampah seperti: menimbun, memilah, mengubah

12
sampah menjadi kompos, dan sampah yang dianggap masih memiliki nilai
kemudian digunakan kembali atau diproses dengan cara lain. Di Kecamatan
Musuk tersedia pula tempat sampah yang memenuhi syarat.

5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT). Masyarakat sudah tidak


terlihat genangan air di sekitar rumah. Hal ini disebabkan ada perlakuan yang
aman terhadap limbah cair rumah tangga yang dilakukan dengan
pembuatan sumur resapan atau Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL)
yang berfungsi untuk menampung limbah cair dan mengalirkannya ke tempat
pembuangan. Sejalan dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 mengenai Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat

Melalui Surat Keputusan yang ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 mengenai Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat diketahui tim pelaksana Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) yang terdiri dari:

1. Tim Pelaksana Program STBM Level Kecamatan;

2. Tim Pelaksana Program STBM Level Desa//Kelurahan.

Tugas masing-masing Tim Pelaksana Program STBM sebagaimana yang


dimaksud dalam antara lain:

1. Tim Pelaksana Program STBM Level Kecamatan:

a. Melakukan sosialisasi mengenai program STBM di tingkat kecamatan;

b. Melakukan pembelaan atau advokasi agar mendapatkan sokongan dari


instansi-instansi yang berhubungan dengan program STBM di kecamatan;

c. Mengorganisasikan rancangan kegiatan, melakukan sinkronisasi atas


penerapan program STBM dengan lintas sektor yang berhubungan dengan
program STBM serta melakukan evaluasi penerapan program STBM Level
Kecamatan;

d. Mengerjakan pembinaan terhadap Tim Pelaksana Program STBM Level

Desa//Kelurahan;

13
e. Memfasilitasi penerapan STBM di tingkat kecamatan;

f. Mengerjakan pemantauan atas penerapan program STBM


di desa/kelurahan;

g. Melaksanakan verifikasi pada komunitas ODFF;

h. Memberitahukan hasil penerapan tugasnya terhadap Tim STBM Level

Kabupaten.

2. Tim Pelaksana Program STBM Level Desa/Kelurahan:

a. Melakukan sosialisasi mengenai program STBM di desa/kelurahan;

b. Melakukan pembelaan atau advokasi supaya mendapatkan sokongan dari


instansi-instansi di desa/kelurahan;

c. Mengorganisasikan rancangan kegiatan, mengerjakan koordinasi dan


evaluasi kepada penerapan program STBM dengan instansi-instansi yang
ada di desa/kelurahan;

d. Menyusun kelompok fasilitator program STBM di desa/kelurahan yang


anggotanya berasal dari tokoh masyarakat, kader desa, serta guru;

e. Melakukan pemicuan program STBM di desa/kelurahan yakni gerakan

dalam membentuk kesadaran masyarakat baik perorangan maupun kelompok


dengan menjamah perasaan, pola pikir, kesadaran, dan kebiasaan untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat;

f. Memberitahukan hasil penerapan tugasnya terhadap Tim Pelaksana

Program STBM Kecamatan.

Pelaksanaan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah


salah satu dari kepentingan yang mempengaruhi implementasi Program Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Kecamatan Musuk. Kepentingan yang
mempengaruhi tercantum dalam dimensi isi kebijakan (content of policy) yang
diutarakan oleh Grindle melalui pendapatnya bahwa implementation as a political
and administrative process. Grindle menyatakan, kepentingan yang mempengaruhi
menyatakan bahwa sebuah kebijakan mengikutsertakan banyak kepentingan, dan

14
hingga seberapa besar kepentingan tersebut memberi pengaruh kepada
implementasi kebijakan.

Kepentingan yang mempengaruhi program STBM yang diselenggarakan


sangat dipengaruhi dengan adanya peran masyarakat. Hal ini berarti, Puskesmas
Musuk sebagai pelaksana program dibantu oleh berbagai elemen masyarakat
terutama seperti: promosi kesehatan, bidan desa, babinsa, kepolisian, PKK, dan
Dinas Lingkungan Hidup. Puskesmas Musuk juga terbantu dengan adanya tingkat
kesadaran masyarakat Kecamatan Musuk yang tinggi akan pentingnya kesehatan
lingkungan sehingga lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dapat
tercapai.

Tipe manfaat yang diperoleh yang termaksud dalam Content of Policy berupa
isi kebijakan berdasarkan pendapat Merilee S. Grindle berusaha untuk memberikan
petunjuk atau penjelasan bahwa sebuah kebijakan mesti ada segenap jenis manfaat
yang mengindikasikan dampak positif yang diakibatkan oleh penerapannya terhadap
sejumlah pelaku kebijakan yang lebih gampang diterapkan apabila dikomparasikan
dengan kebijakan yang minim dalam memberikan manfaat.Setelah masyarakat
memenuhi lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) telah terjadi
penurunan penyakit berbasis lingkungan dan risiko kematian, serta peningkatan
derajat kesehatan. Sementara itu dari lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM), pilar keempat yakni Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT) adalah
pilar yang manfaatnya sangat dirasakan oleh masyarakat Kecamatan Musuk. Di
samping menjaga kesehatan lingkungan, pilar keempat juga memiliki dampak positif
terhadap ekonomi masyarakat.

15
BAB III

Kesimpulan

Sanitasi merupakan suatu perilaku yang disengaja untuk membudayakan


hidup bersih dan bertujuan untuk mencegah manusia bersentuhan langsung dengan
bahan-bahan yang kotor dan berbahaya, dimana perilaku ini menjadi suatu upaya
yang diharapkan dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan manusia. Jadi,
dengan kata lain, pengertian sanitasi adalah upaya yang dilakukan untuk menjamin
dan menciptakan kondisi yang memenuhi syarat-syarat kesehatan (Roket, 2017)
Sanitasi telah dianggap sebagai salah satu aspek penting dalam meningkatkan
kualitas hidup dan kesehatan masyarakat.

Tujuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) menurut kementerian


Kesehatan Republik Indonesia adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan
mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat yang
meliputi 3 komponen yaitu penciptaan lingkungan yang mendukung, peningkatan
kebutuhan sanitasi, peningkatan penyediaan sanitasi dan pengembangan inovasi
sesuai dengan konteks wilayah.

Dalam rangka mengoperasionalkan paradigma sehat khususnya yang


berkaitan dengan promosi kesehatan di Indonesia, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia membuat Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur upaya peningkatan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat(PHBS) di seluruh Indonesia dengan mengacu kepada pola
manajemen PHBS, mulai dari tahap pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan
serta pemantauan dan penilaian.Upaya tersebut dilakukan untuk memberdayakan
masyarakat dalam memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya
sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu secara mandiri turut berperan aktif
dalam meningkatkan status kesehatannya.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) juga merupakan semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran seseorang sehingga dapat menangani
dirinya sendiri dalam hal kesehatan serta dapat berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan baik bagi individu masing-masing atau pada orang lain.

16
DAFTAR PUSTAKA

17

Anda mungkin juga menyukai