Anda di halaman 1dari 17

STTU

SALON KECANTIKAN

DISUSUN OLEH :
NAMA : 1. DINDA AYU AZIZAH ( PO7133121045 )

2. ELFEIRA PUTRI SALSABILAH ( PO7133121067 )

3. TIAN ANUGRAH ( PO7133121052 )

KELAS : 1.B

DOSEN PEMBIMBING : Dr. MAKSUK, SKM., M.Kes.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salon kecantikan merupakan sarana pelayanan umum untuk pemeliharaan kecantikan
khususnya memelihara dan merawat kesehatan kulit dan rambut dengan menggunakan kosmetik
secara manual, preparatif, aparatif, dan dekoratif tanpa adanya tindakan operasi.
Salon kecantikan merupakan salah satu tempat yang terdapat pada persyaratan sanitasi tempat-
tempat umum (STTU) menurut UU No. 11 tahun 1962: hygiene untuk usaha-usaha bagi umum .
Oleh karena itu, diperlukan sanitasi salon kecantikan karena tempat umum banyak sekali
masalah yang dapat ditimbulkan seperti banyaknya penularan penyakit dan masalah lingkungan
lain yang sampai saat ini belum ditemukan cara yang paling efektif untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut.
Sanitasi umumnya mengacu pada penyediaan layanan untuk pembuangan aman manusia.
Sanitasi yang tidak memadai merupakan penyebab utama penyakit di seluruh dunia.
Peningkatan sanitasi dikenal memiliki dampak yang bermanfaat pada kesehatan rumah tangga
maupun di komunitas. Kata “sanitasi” juga merujuk kepada pemeliharaan kondisi yang higienis,
melalui layanan seperti pembuangan sampah, pengumpulan dan pengolahan air limbah (WHO,
2008).
Keamanan salon merupakan kebutuhan masyarakat, karena salon yang aman akan
melindungi dan mencegah terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Setiap salon
harus memiliki izin usaha dan sertifikat hygiene sanitasi dari pemerintahan daerah
Kabupaten/Kota sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sanitasi Lingkungan


2.1.1. Pengertian Sanitasi
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan
terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Sedangkan sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan
lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada
pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
(Azwar, 1995)
Sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara
menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai
perpindahan penyakit tersebut. Secara luas, ilmu sanitasi merupakan penerapan dari
prinsip-prinsip yang akan membantu memperbaiki, mempertahankan, atau
mengembalikan kesehatan yang baik pada manusia. (Purnawijayanti, 2001)
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk keperluan mencuci
tangan dan menyediakan tempat sampah agar tidak dibuang sembarangan (Depkes RI,
2004).
Sanitasi menurut WHO adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor
lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama terhadap hal-hal yang
mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup.
2.1.2. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah cara dan usaha individu atau masyarakat untuk memantau
dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta
yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia. (Chandra, 2006)
Kesehatan lingkungan merupakan situasi atau keadaan di mana lingkungan itu
berada dan pada kondisi tertentu dapat menimbulkan masalah kesehatan. Lingkungan
merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan derajat
kesehatan seseorang. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks
dan saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.
Pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari kesehatannya
sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap ”sehat-sakit”
atau kesehatan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan
individu, maupun kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2003).Persyaratan higiene
sanitasi tempat umum salah satunya adalah Salon dan SPA meliputi persyaratan-
persyaratan seperti lokasi dan bangunan; fasilitas sanitasi; serta peralatan yang
digunakan.
2.2 Manfaat Sanitasi
Tidak hanya bagi kesehatan masyarakat yang didapatkan dari manfaat sanitasi tapi juga
berdampak positif bagi perekonomian dan pembangunan bangsa. Berikut ini adalah manfaat
sanitasi menurut Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas, Nugroho Tri Utomo :
a. Menghindari angka pertumbuhan ekonomi semu
Kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk sebagaimana diuraikan di atas, jika dihitung detail,
seharusnya akan mempengaruhi dan mengurangi laju pertumbuhan ekonomi.
b. Meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan, dan produktivitas masyarakat
Menurut WHO, kondisi dan perilaku sanitasi yang baik dan perbaikan kualitas air minum
dapat menurunkan kasus diare yang akan mengurangi jumlah hari tidak masuk sekolah dan
tidak masuk kerja hingga 8 hari per-tahun atau meningkat 17% yang tentunya berdampak
pada kesempatan meningkatkan pendapatan.
c. Menurunkan angka kemiskinan
Akibat buruknya sanitasi, rata-rata keluarga di Indonesia harus menanggung Rp 1,25 juta
setiap tahunnya. Ini jumlah yang sangat berarti bagi keluarga miskin. Biaya-biaya tersebut
mencakup biaya berobat, perawatan rumah sakit, dan hilangnya pendapatan harian
(opportunity cost) akibat menderita sakit atau harus menunggu dan merawat anggota
keluarga yang sakit.
d. Memberdayakan masyarakat
Perubahan perilaku terhadap akses sanitasi, telah dibuktikan dapat mendorong kontribusi
investasi sanitasi. Pengalaman pembangunan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di
Jawa Timur menunjukkan leverage factor, bahwa setiap Rp 1 yang dikeluarkan telah
berhasil menggerakkan investasi sanitasi dari masyarakat sendiri hingga Rp 35.
e. Menyelamatkan masyarakat
Manfaat dari investasi sanitasi tentu saja terkait moto di bidang kesehatan yang sudah
dikenal luas, yaitu mencegah selalu lebih murah dari mengobati. Bayangkan negara kita
harus kehilangan Rp 58 triliun per-tahun karena kita memilih tidak mengalokasikan
anggaran sebesar Rp 11,2 triliun per-tahun untuk memperbaiki kondisi sanitasi.
f. Menjaga lingkungan hidup
Bank Pembangunan Asia (2009) menyatakan bahwa, kita telah gagal menginvestasikan
USD 1 untuk menangani sanitasi, sehingga sungai kita tercemar, maka akan diperlukan
pengeluaran biaya sebesar USD 36 untuk memulihkan kembali kondisi air sungai tersebut.

2.3 Salon
2.3.1 Pengertian Salon
Salon kecantikan adalah bentuk usaha yang berhubungan dengan perawatan wajah,
badan, tangan, kaki, rambut dan kulit kepala, serta tata rias wajah dan rambut baik untuk
laki-laki maupun perempuan.Hygiene sanitasi salon adalah upaya kesehatan dalam
memelihara dan melindungi kebersihan salon, melalui pengendalian faktor lingkungan
dari faktor-faktor yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit dan atau
gangguan kesehatan.
2.3.2 Jenis Salon
1. Menurut jenis pelayanan yang diberikan pada salon kecantikan :
a. Salon kecantikan rambut
b. Salon kecantikan kulit
c. Salon kecantikan kombinasi rambut dan kulit
2. Menurut jenis dan bahan kosmetik yang digunakan :
a. Salon kecantikan modern
b. Salon kecantikan tradisional
c. Salon kecantikan kombinai modern dan tradisional

3. Menurut jenis bahan kosmetik yang dipergunakan :


a. Salon yang hanya menggunakan satu jenis (merk) kosmetik produk pabrik
tertentu, salon ini sebagai promosi, penerapan dan pengembangan serta evaluasi
efektivitas produk kosmetiknya.
b. Salon yang menggunakan lebih dari satu jenis merk kosmetik yang terdaftar di
Kemenkes RI sesuai dengan keinginan pelanggan.
c. Salon yang menggunakan kosmetika buatan sendiri, tidak menggunakan bahan
terlarang dan tidak dijual belikan.
4. Salon kecantikan diklasifikasikan menjadi Type D, C, B, dan A, uraiannya adalah
sebagai berikut :
a. Salon kecantikan Type D
1) Fisik :
a) Tempat usaha rumah sendiri/tempat lain dengan ukuran minimal 9 m2.
b) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimum 4 kursi, untuk kulit
maksimum 2 dipan.
2) Pelayanan :
a) Tata kecantikan rambut, meliputi: pencucian kulit kepala/rambut,
pemangkasan/pemotongan dan pengeritingan rambut, penataan rambut,
pengeringan, pengecatan (tanpa pemucatan), perawatan kulit
kepala/rambut (creambath).
b) Tata kecantikan kulit meliputi: perawat kulit, wajah, tangan (menikur)
dan kaki (pedikur) tanpa kelainan, merias wajah sehari-hari (pagi, siang,
sore)
b. Salon kecantikan Type C
1) Fisik :
a) Tempat usaha rumah sendiri / tempat lain dengan ukuran minimal 30 m2
b) Jumlah kursi perawatan untuk rambaut maksimum 6 kursi, untuk kulit
maksimum 3 dipan.
2) Pelayanan :
a) Tata kecantikan rambut, meliputi: pencucian kulit kepala/rambut,
pemangkasan/pemotongan dan pengeritingan rambut, penataan rambut,
pengeringan, pengecatan (dengan pemucatan), perawatan kulit
kepala/rambut (creambath), pelurusan, perawatan rambut dengan
kelainan ringan (kebotakan, ketombe, kerontokan).
b) Tata kecantikan kulit meliput: merawat kulit, wajah, tangan (menikur)
dan kaki (pedikur) dengan kelainan, merias wajah sehari-hari (pagi,
siang, sore), panggung disco, karakter, cacat, dan usia lanjut.,
penambahan bulu mata, menghilangkan bulu-bulu yang tidak
dikehendaki, perawatan kulit dengan menggunakan alat elektronik
sederhana (2 jenis seperti frimator dan sauna)
c. Salon kecantikan Type B :
1) Fisik :
a) Tempat usaha rumah sendiri / tempat lain dengan ukuran minimal 50
m2.
b) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimum 8 kursi, untuk kulit
maksimum 4 dipan
2) Pelayanan :
a) Tata kecantikan rambut meliputi: pencucian kulit kepala/rambut,
pemangkasan/pemotongan dan pengeritingan rambut, penataan rambut,
pengeringan, pengecatan (dengan pemucatan), perawatan kulit
kepala/rambut (creambath), pelurusan, perawatan rambut dengan
kelainan ringan (kebotakan, ketombe, kerontokan), penambahan rambut
kepala.
b) Tata kecantikan kulit, meliputi: merawat kulit, wajah, tangan (menikur)
dan kaki (pedikur) dengan kelainan, merias wajah sehari-hari (pagi,
siang, sore), panggung disco, karakter, cacat, dan usia lanjut.
Penambahan bulu mata, menghilangkan bulu-bulu yang tidak
dikehendaki, perawatan kulit dengan menggunakan alat elektronik,
perawatan badan (body massage)
3) Salon kecantikan Type B diselenggarakan dengan menejemen yang baik
yang mempunyai pimpinan, staf administrasi, dan staf teknis.

d. Salon kecantikan Type A :


1) Fisik :
a) Tempat usaha rumah sendiri / tempat lain dengan ukuran minimal 75
m2.
b) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimum 8 kursi, untuk kulit
maksimum 4 dipan dengan penyekat atau merupakan cabin.
2) Pelayanan :
a) Tata kecantikan rambut meliputi pencucian kulit kepala/rambut,
pemangkasan/pemotongan dan pengeritingan rambut, penataan rambut,
pengeringan, pengecatan (dengan pemucatan), perawatan kulit
kepala/rambut (creambath), pelurusan, perawatan rambut dengan
kelainan ringan (kebotakan, ketombe, kerontokan), penambahan rambut
kepala.
b) Tata kecantikan kulit seperti pada pelayanan salon Type B ditambah
perawatan yang lebih luas baik secara tradisional Indonesia (empirik
timur) maupun modern (empirik barat), seperti akuprsur, aroma terapi,
reflekzone. Tersedia juga perawatan dengan alat elektronik
helioteraphy, hyydroteraphy, mekanoterapy, elektroterapi, perawatan
tradisional yang spesifik seperti perawatan pengantin, ibu hamil, ibu
setelah melahirkan.
3) Salon kecantikan Type A dikelola secara institusional dengan menejemen
yang baik seperti Type B, tetapi disini lebih lengkap terutama staf ahli
teknis.

2.4 Hygienedan Sanitasi Salon


1. Lokasi
Berada di daerah bebas banjir dan mudah dijangkau
2. Gedung :
a. Bangunan gedung harus kuat, utuh serta dapat mencegah kemungkinan terjadinya
penularan penyakit dan kecelakaan dan banjir
b. Pembagian ruang yang jelas sesuai dengan fungsinya, saehingga memudahkan lalu
lintas orang.
c. Sarana bangunan harus memenuhi syarat kesehatan dan tidak menimbulkan gangguan
bagi tetangga serta tidak terganggu oleh keadaan sekitarnya.
3. Sarana Lain :
a. Dinding sebelah dalam rata, berwarna terang serta mudah dibersihkan.
b. Langit- langit, berwarna terang, mudah dibersihkan, tinggi dari lantai minimal 2,5
meter.
c. Lantai, kedap air, rata, tidak licin, serta mudah dibersihkan.
d. Atap, terbuat dari bahan yang kuat, tidak bocor dan tidak terdapat sudut mati agar dapat
mencegah bersarang/berkembang biaknya serangga dan tikus
e. Ventilasi, dapat menjamin peredaran udara dengan baik, ventilasi permanen (lubang
angin, kisi-kisi) minimal 10 % x luas lantai. Luas lubang ventilasi tidak permanen (pintu
dan jendela) minimal !0 % luas
f. Pencahayaan, cukup, tidak menyilaukan dan intensitasnya sesuai dengan kebutuhan,
khusus untuk ruang kerja intensitasnya minimal 150 lux.
g. Toilet, tersedia toilet untuk pengunjung dan disesuaikan dengan penggunaannya
h. Tersedia pemadam kebakaran.
i. Tersedia kotak P3K ( Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
j. Ruangan perawatan kecantikan kulit dan rambut. Luas masing-masing ruang sekurang-
kurangnya 3 X 3 meter. Ruangan untuk tata kecantikan rambut dan kulit harus terpisah.
k. Memiliki ruang tunggu.
l. Memiliki kamar kecil
4. Kelengkapan Lain :
a. Kelengkapan peralatan alat- alat kecantikan dan bahan kosmetika harus yang terdaftar
pada Departemen kesehatan kecuali yang diproduksi dan digunakan untuk kalangan
sendiri.
b. Kelengkapan surat-surat yang mendukung, diantaranya : surat izin usaha, surat
keterangan berbadan sehat bagi semua tenaga kerja di salon, dan lain-lain.
5. Persyaratan Alat-Alat kecantikan
a. Jelas mempunyai daya guna
b. Tidak menimbulkan bahaya, baik dalam waktu dekat/ segera langsung maupun dalam
waktu yang lama.
c. Dalam menggunakan alat- alat kecantikan, ahli kecantikan harus memperhatikan
sebagai berikut:
1) Keadaan Fisik Kulit
2) Faktor-faktor dari luar atau dalam tubuh yang mempengaruhi efek pemakaian alat-
alat kecantikan. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat dari : umur, kulit pria atau
wanita,lokalisasi kulit (kulit kaki, tangan, dan sebagainya)
3) Pengaruh lain, misal; waktu hamil, alergi, dan sebagainya.
4) Bahan kosmetika yang tidak diizinkan untuk digunakan dalam produksi kosmetika
a) Antimon dan senyawanya.
b) Arsen dan senyawanya
c) Barium dan garamnya, kecuali barium sulfat
d) Berlium dan senyawanya
e) Bitional
f) Hidrokinon Monobenzileter
g) Hormon
h) Kadmium dan senyawanya
i) Kloroform
j) Krom dan senyawanya, kecuali zat warna hijau K4 dan hijau K5
k) Perak dan senyawanya
l) Raksa dan senyawanya, kecuali fenilraksa nitrat dan tiomersal yang digunakan
sebagai pengawet dalam preparat tata rias mata.
m) Salisilanilida terhalogenkan
n) Selenium dan senyawanya, kecuali selenium Disulfida dan shampo tidak lebih
dari 2 %
o) Stronsium dan senyawanya
p) Timbal dan senyawanya, kecuali timbal asetat dalam preparat rambut tidak lebih
dari 2 %
q) Torium dan senyawanya
6. Hal-Hal yang harus diperhatikan pada dalam pemakaian alat-alat listrik di salon
a. Kontak dilepaskan sesudah selesai pemakaian
b. Pelajari instruksi sebelum memakai suatu alat-alat listrik.
c. Semua kabel, tombol dan perlengkapan lain harus harus dalam keadaan baik.
d. Semua perlengkapan listrik diperiksa dengan baik dan teliti
e. Hindarkan tali-tali
f. Kabel listrik diperiksa dengan baik dan teliti
g. Hindarkan tali-tali kabel listrik yang basah
h. Pasien tidak diizinkan menyentuh suatu permukaan logam waktu peralatan listrik
sedang diberikan
i. Tidak boleh meninggalkan ruangan waktu alat listrik sedang dipergunakan
7. Hal-hal yang dilarang
a. Ruangan praktek salon kecantikan tidak dibenarkan menjadi tempat tinggal, atau untuk
kegiatan lain yang tidak sesuai dengan fungsinya.
b. Tidak dibenarkan menggunakan alat-alat kedokteran serta melakukan tindakan-tindakan
pengobatan kecuali oleh dokter konsultan.
c. Tidak diperbolehkan melakukan tindakan oprasi/ bedah plastik
d. Tidak dibenarkan memperkerjakan tenaga ahli kecantikan berwarga negara asing yang
tidak memiliki izin kerja yang syah dari pemerintah.
e. Tidak boleh menggunakan dan memberikan obat-obat keras (daftar G dan O) kecuali
oleh dokter konsultan.
f. Tidak boleh menggunakan alat-alat listrik kecantikan dan kosmetik yang belum
terdaftar/ belum diizinkan oleh Departemen Kesehatan RI.
g. Tidak boleh memasang iklan secara berlebihan yang tidak sesuai dengan
kenyataan/belum terbukti kebenarannya secara ilmiah.
8. Penyediaan Air Bersih :
a. Kualitas air memenuhi persyaratan Permenkes
b. Air sebaiknya diperoleh dari PDAM
c. Kuantitas harus tersedia dengan cukup
9. Pengelolaan Limbah
a. Sarana pembuangan limbah tertutp dan kedap air
b. Air limbah mengalir dengan lancer
10. Tempat Sampah
a. Terbuat dari bahan yang kuat, ringan, kedap air, tahan karat dan berpenutup
b. Jumlah volume sampah disesuaikan dengan produk sampah yang dihasilkan

2.5 Hygiene Pribadi Pada Pekerja Salon


Kesehatan pribadi khususnya bagi mereka yang terlibat dan bekerja pada sebuah salon
kecantikan perlu diperhatikan, karena hal ini selain penting untuk dirinya sendiri juga
berkepentingan untuk pelanggan dan keberlangsungan perusahaan.
Syarat utama bagi seorang pegawai disebuah salon adalah memiliki kesehatan yang baik.
Untuk itu disarankan para pekerja melakukan test kesehatan, terutama test darah dan pemotretan
rontgen pada dada untuk melihat kesehatan paru-paru dan saluran pernafasan. Ada 2 kelompok
penderita penyakit yang tidak boleh diderita oleh seorang pegawai salon, antara lain penyakit
saluran pernafasan, dan penyakit kulit,karena penyakit ini sudah pasti dapat menular pada para
pelanggannya pada saat dia mengadakan perawatan.
Ada beberapa hal yang harus dikembangkan dan dijaga oleh para pegawai salon kecantikan
antara lain secara jasmaniah diantaranya adalah:
1. Pemeliharaan tubuh
Pemeliharaan tubuh dan dan alat-alat tubuh seperti pencucian tangan, tangan yang
kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus patogen, faeces, atau
sumber lain ke orang lain (mis; kulit muka). Oleh karena itu pencucian tangan merupakan
hal yang pokok yang harus dilakukan oleh seorang pekerja salon. Pencucian tangan dengan
sabun dan diikuti dengan pembilasan akan menghilangkan banyak mikroba yang terdapat
pada tangan.
Kombinasi antara aktivitas sabun sebagai pembersih, penggosokkan, dan aliran air akan
menghanyutkan partikel kotoran yang banyak mengandung mikroba. Langkah-langkah
pencucian tangan yang memadai untuk menjamin kebersihan adalah sebagai berikut :
a. Membasahi tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun
b. Menggosok tangan secara menyeluruh, pada bagian-bagian yang meliputi; punggung
tangan, telapak tangan, sela-sela jari dan bagian di bawah kuku.
c. Menggunakan sikat kuku untuk membersihkan sekeliling bagian di bawah kuku.
d. Pembilasan dengan air mengalir
e. Pengeringan tangan dengan handuk kertas (tissue) atau alat pengering.
Frekuensi pencucian tangan disesuaikan dengan kebutuhan. Pada prinsipnya pencucian
tangan dilakukan setiap saat, setelah tangan menyentuh benda-benda yang dapat menjadi
sumber kontaminan atau cemaran, terutama sebelum dan sesudah perawatan pelanggan
dimulai/ selesai.
2. Pemeliharaan pakaian yang di kenakan
Pakaian pegawai salon kecantikan harus selalu bersih. Apabila tidak ada ketentuan
khusus untuk penggunaan seragam, pakaian sebaiknya tidak bermotif dan berwarna terang.
Hal ini dilakukan agar pengotoran pada pakaian mudah terlihat. Pakaian kerja sebaiknya
dibedakan dari pakaian harian. Disarankan untuk mengganti dan mencuci pakaian secara
periodik, untuk mengurangi resiko kontaminasi.
Jika menggunakan celemek (apron) yang digunakan pekerja harus bersih dan tidak
digunakan sebagai lap tangan. Setelah tangan menyentuh celemek, sebaiknya segera dicuci.
Celemek harus ditanggalkan bila pekerja meninggalkan ruang perawatan. Selain hal-hal
yang tersebut di atas syarat kesehatan yang harus dimiliki oleh para karyawan dan para
pegawai salon (perias, dan pembantu-pembantunya, pemangkas rambut, dan lain-lain.
Banyak sedikitnya jumlah karyawannya dari besar kecilnya perusahaan tersebut). Adalah
sebagai berikut :
a. Setiap karyawan harus sehat, yang dinyatakan dengan sertifikat kesehatan yang
dikeluarkan Dinkes dan masiuh berlaku.
b. Bebas dari penyakirt menular umumnya dan penyakit kulit pada khususnya. Petugas
yang punya penyakit menular dilarang bekerja di tempat tersebut.
c. Setiap karyawanan harus berpakaian kerja yang baik dan bersih.
d. Setiap karyawan harus memeriksakan diri secara berkala/ sedikitnya 1 kali 1 tahun.
e. Memiliki pengetahuan dasar tentang dasar-dasar kesehatan perorangan (personal
hygiene).
f. Mempunyai prilaku yang baik, antara lain; waktu bekerja tidak merokok, tidak meludah
di sembarang tempat, tidak mengorek-ngorek lubang hidung/telingan, selalu memakai
pakaian kerja yang bersih dan rapi.
Hygiene perorangan yang telibat sebagai pegawai di salon kecantikan akan dapat
dicapai, apabila di dalam diri pekerja tertanam pengertian tentang pentingnya menjaga
kesehatan dan kebersihan dirinya. Karena pada dasarnya higiene adalah mengembangkan
kebiasaan yang baik untuk menjaga kesehatan, maka sebetulnya hal ini dapat diketahui sejak
calon pekerja akan direkrut sebagai staf, melalui wawancara. Meskipun demikian sikap dan
kebiasaan baik yang mendukung terciptanya higiene perorangan dapat pula ditanamkan dan
diperbaharui terus menerus melalui serangkaian pelatihan, kursus atau pemasangan poster,
tulisan dan gambar-gambar di lingkungan kerja. Hal ini diperlukan untuk mengingatkan
pekerja tentang pentingnya peran higiene perorangan untuk keberadaan dan kebesaran
perusahaan khususnya pada salon Tata Kecantikan.

2.6 Penyakit yang Dapat Terjadi di Salon


a. Penyakit saluran pernafasan akibat debu, kapas, bahan kimia dari obat kecantikan seperti
hair spray, dan lain-lain.
b. Asma akibat dari sensitivitas zat perangsang dari zat kimia bahan kecantikan (terutama
yang disemprotkan)
c. Penyakit kulit yang disebabkan oleh: faktor fisik, kimiawi dan biologis.

2.7 Peraturan tentang Hygienedan Sanitasi Salon


Keputusan Menteri Kesehatan 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan
Sarana dan Bangunan Umum
Untuk menjamin keamanan, salon harus memiliki izin usaha dari Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk memiliki izin usaha
tersebut, Salon harus memiliki sertifikat hygiene sanitasi yang dikeluarkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.Pengusaha dan/atau penanggung jawab salon wajib
menyelenggarakan salon yang memenuhi syarat hygiene sanitasi. Penanggung jawab salon yang
menerima laporan atau mengetahui adanya alat atau bahan yang membahayakan yang dipakai
wajib melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat guna dilakukan langkah-
langkah penanggulangan.Untuk pembinaan teknis penyelenggaraan salon dan pengawasan
pelaksanaan Keputusan ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam rangka
pembinaan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengikutsertakan Asosiasi Salon,
organisasi profesi dan instansi terkait lainnya.

2.8 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


Indonesia merupakan negara berkembang yang masih membutuhkan peningkatan upaya-
upaya sanitasi lingkungan sebagai salah satu strategi dalam mewujudkan derajat kesehatan
Indonesia yang maksimal. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memberdayakan
masyarakat dalam pelaksanaan sanitasi lingkungan di suatu daerah. Upaya tersebut dikenal
dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang awal dilaksanakan pada tahun 2008 di
10.000 desa/kelurahan. STBM telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan tersebut, Strategi Nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah aksi terpadu untukmenurunkan angka
kejadian penyakit menular berbasis lingkungan diantaranya adalah diare, sertameningkatkan
perilaku higienitas dan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia. STBM diinisiasisebagai wujud
komitmen pemerintah dalam mewujudkan peningkatan akses air minum dansanitasi dasar
berkelanjutan untuk pengendalian penyakit berbasis lingkungan dan peningkatankemampuan
masyarakat, melalui pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat.
Berdasarkan Kepmenkes No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional STBM,
STBM adalahpendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melaluipemberdayaan
masyarakat dengan metodepemicuan. Masyarakat distimulus untuk ikut berpartisipasi dalam
sehingga diharapkanupaya upaya yang dilakukan dapat berkelanjutan. STBM disebut Sanitasi
Total karena target yang ingin dicapai adalah masyarakat yang memiliki kondisi:
1. Tidak buang air besar sembarangan (Stop BABS)
2. Mencuci tangan pakai sabun (CTPS)
3. Mengelolaair minum dan makanan yang aman (PAMM RT)
4. Mengelola sampah dengan benar
5. Mengelola limbahcair rumah tangga dengan aman
FORMULIR INSPEKSI SANITASI SALON

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN ( INSPEKSI SANITASI


) SALON/PANGKAS RAMBUT

1. NAMA SALON : SELFA SALON


2. ALAMAT : JL. D.I PANJAITAN NO. 6
3. JUMLAH KARYAWAN : 5 ORANG
4. TANGGAL PEMERIKSAAN : 22 NOVEMBER 2021
5. a. Beri tanda  pada kotak [ ] (kolom 4), dan lingkari nilai (kolom 5) untuk komponen penilaian
yang sesuai.
b. Skor (kolom 6) adalah bobot (kolom 3) dikaitkan dengan jumlah nilai (kolom 5) pada komponen
penilaian yang sesuai (kolom 4).
c. Setiap variable memiliki nilai maksimum 10 (sepuluh) dan nilai minimum 0 (nol).

No Variabel Bobot Komponen Penilaian Nilai Skor


1 2 3 4 5 6
I. PERSYARATAN
KESEHATAN
LINGKUNGAN
DAN BANGUNAN
A. UMUM
1. Lokasi 2 [ ] Terhindar dari pencemaran 5 10

lingkungan
[ ] Tidak terletak di daerah banjir 5

2. Lingkungan/halaman 2 [ ] Bersih 4 7
[ ] Tidak terdapat genangan air 3
[ ] Air limbah mengalir lancar 3

B. BAGIAN DALAM
1. Lantai 3 [ ] Bersih 5 10
[ ] Bahan kuat, kedap air, permukaan 3

rata
[ ] Tidak licin 2
2. Dinding 2 [ ] Bersih 5 8
[ ] Permukaan yang selalu kontak 3

dengan air, kedap air


[ ] Berwarna terang 3

3. Atap 2 [ ] Tidak bocor/kuat 6 10


[ ] Tidak memungkinkan terjadinya 4

genangan air
4. Langit-langit 3 [ ] Tinggi dari lantai minimal 2,5m 5 10
[ ] Kuat 3
[ ] Berwarna terang 2
5. Pintu 3 [ ] Kuat 5 10
[ ] Dapat mencegah masuknya 5
serangga dan tikus
6. Pagar 2 [ ] Terpelihara 5 0
[ ] Kuat 5
7. Pencahayaan 5 [ ] Cukup terang (minimal 100 luks) 10 10

8. Ventilasi 5 [ ] Terdapat perlengkapan untuk 5 5

mengatur sirkulasi udara


[ ] Kondisi udara ruang terasa 5
nyaman
II. FASILITAS

SANITASI
1. Penyediaan air 8 [ ] Tersedia dalam jumlah cukup 6 10

[ ] Memenuhi persyaratan fisik 4


2. Pembuangan air 6 [ ] Air limbah mengalir dengan lancar 6 10
limbah [ ] Saluran air limbah at ar tertutup, 4

kedap air
3. Toilet 6 [ ] Bersih dan tidak berbau 5 8
[ ] Lantai kedap air tidak 3
licin,lantai

miring kearah saluran pembuangan


[ ] Toilet untuk pria terpisah dengan 2
toilet untuk wanita

4. Pembuangan sampah 6 [ ] Tersedia dengan jumlah yang 4 10

cukup
[ ] Tempat sampah terbuat dari bahan 6

yang kuat, kedap air dan dengan


penutup
III. ALAT KERJA DAN

BAHAN
A. ALAT KERJA
1. Alat yang 10 [ ] Sisir selalu dalam keadaan bersih 4 10
berhubungan dengan
dan baik
kulit
[ ] Gunting selalu dalam keadaan 2

bersih
[ ] Mesin cukur selalu dalam 2
keadaaan
Bersih
[ ] Tempat bedak dan sabun dalam 2
keadaan bersih dan baik

2. Handuk 10 [ ] Bersih 6 10
[ ] Tersedia dalam jumlah yang 4
cukup

(1 orang : 1 handuk)
[ ] 20-39% jumlah karyawan
memiliki
3. Kain penutup 8 [ ] Bersih 4 10
[ ] Berwarna putih/terang 3
[ ] Tersedia dengan jumlah cukup 3
(berjumlah rata-rata
tamu/pengunjung)
B. BAHAN-BAHAN 7 [ ] Pisau, gunting di desinfeksi dengan 6 4

larutan kimia atau air panas


[ ] Kosmetik/wangi-wangian 4
diperoleh

dari sumber yang dipercaya


IV KARYAWAN 6 [ ] Pemangkas rambut/juru at arias 6 10

dalam keadaan sehat


[ ] Dilengkapi dengan pakaian kerja 4
V LAIN-LAIN
1. Kotak P3K 4 [ ] Tersedia min 1 kotak P3K yang 10 10

berisi obat-obatan sederhana


TOTAL BOBOT 100 TOTAL SCORE 172

PALEMBANG, 22 NOVEMBER 2021

PEMERIKSA

DINDA, ELFEIRA, TIAN

Anda mungkin juga menyukai