Anda di halaman 1dari 13

MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH

OLEH :

NAMA : DINDA AYU AZIZAH RIADI

NIM : PO7133121045

DOSEN : SUKARJO, S.Sos, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

D-III SANITASI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia diciptakan untuk mengemban tugas mulia yaitu menjadi
pemimpin atau khalifah di muka bumi ini. Fungsi dan kedudukan manusia di
dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi. Tujuan penciptaan manusia di atas
dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini
adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi,
manusia di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah
dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk
mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat. Dalam firman Allah
surat Al-Baqarah ayat 30: “ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi. ‘Mereka berakat: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu, orang-orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kemi senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau
dan menyucikan Engkau? ‘Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.”
Salah satu isi kandungan Surah Al-Baqarah ayat 30 adalah bahwa Allah
menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi. Allah SWT
memberitahukan kepada malaikat tentang rencana-Nya tersebut. Para malaikat
merasa khawatir, bahwa umat manusia (keturunan Adam) nantinya akan berbuat
kerusakan di muka bumi dan saling membunuh.Kekhawatiran para malaikat
menjadi hilang setelah mendapat penjelasan dari Allah, bahwa Allah lebih
mengetahui dari apa yang telah diketahui para malaikat.
Di dalam surat Al-Baqarah terdapat beberapa ma’na mufradat, asbabun
nuzul pada ayat tersebut yang menjelaskan tentang manusia sebagai khalifah di
bumi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Mengapa manusia disebut sebagai khalifah ?
2. Apakah fungsi dari khalifah ?
3. Apa potensi manusia di bumi ?
4. Jelaskan hadist tentang manusia sebagai kholifah di bumi ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manusia Sebagai Khalifah

ALLAH SWT menciptakan fungsi alam semesta dan menentukan fungsi-fungsi


dari setiap elemen alam ini. Mata hari punya fungsi, bumi punya fungsi, udara punya
fungsi, begitulah seterusnya; bintang-bintang, awan, api, udara, tumbuh-tumbuhan dan
seterusnya hingga makhluk paling kecil masing-masing memiliki fungsi dalam
kehidupan. Pertanyaan kita adalah apa sebenarnya fungsi manusia dalam pentas
kehidupan ini? Apakah sama dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan? atau memiliki
fungsi yang lebih istimewa ?

Bagi seorang atheis, manusia tak lebih dari fenomena alam seperti makhluk lain.
Oleh karena itu, manusia menurut mereka hadir di muka bumi secara alami dan akan
hilang secara alami. Apa yang dialami manusia, seperti perang dan bencana alam yang
menyebabkan banyak orang mati, adalah tak lebih sebagai peristiwa alam yang tidak
perlu diambil atau diambil dari kejahatan dan dosa, karena dibalik kehidupan ini tidak
ada apa-apa, tidak ada Tuhan yang mengatur, tidak ada sorga atau neraka, kehidupan
adalah peristiwa alam. Bagi orang atheis fungsi manusia tak berbeda dengan fungsi
hewan atau tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai bagian dari alam.

Bagi orang yang menganut faham sekuler, manusia adalah pemilik alam yang
boleh digunakan sesuai dengan keperluan. Manusia berhak mengatur tata kehidupan di
dunia ini sesuai dengan apa yang dipandang perlu, enak dan masuk akal karena manusia
memiliki akal yang bisa mengatur sendiri dan memutuskan apa yang dipandang perlu.
Mungkin dunia dan manusia diciptakan oleh Tuhan, tetapi kehidupan dunia adalah
urusan manusia, yang tidak perlu dicampuri oleh agama. Agama adalah urusan individu
setiap orang yang tidak perlu dicampuri oleh orang lain apa lagi oleh negara.

Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai
hamba Allah (`abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi. Sebagai
hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh karena itu,
memuji hanya kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi sebagai khalifatullah,
manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha Besar maka manusia sebagai
wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan otoritas yang sangat besar.

Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk
kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta diciptakan Tuhan untuk manusia.
Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi otoritas ketuanan; menyebarkan rahmat
Tuhan, kebenaran kebenaran, membasmi kebatilan, keadilan keadilan, dan bahkan diberi
otoritas untuk menghukum mati manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, sebagai
khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam bentuk sendi-sendi
kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia dilengkapi dengan kelengkapan
psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya
sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat baik dan mulia.

2.2 Fungsi Khalifah

Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Alquran terhadap lingkungan yang


bersumber dari jamur manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya
interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan
arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai
tujuan penciptaannya. Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dapat mengambil
buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak
memberikan kesempatan untuk mencapai tujuan penciptaannya.

Ini berarti manusia untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang


berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian membantu
manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan
kata lain, “Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada
diri manusia sendiri.” Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya
dibuat oleh Allah Swt. dan milik menjadi-Nya, serta semua memiliki ketergantungan
kepada-Nya. keyakinan ini mengantarkan Muslim untuk menyadari bahwa semuanya
adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan dengan wajar dan baik.

Karena itu dalam Alquran ditegaskan bahwa :

“Dan binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan
kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti manusia...” (QS. Al-An'am [6] :
38)

Semuanya adalah milik Allah, mengantarkan manusia kepada kesadaran bahwa


apapun yang berada di tangan, tidak ada kecuali amanat yang harus
dipertanggungjawabkan. “Setiap jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap angin
yang berhembus di udara, dan setiap tetes hujan yang tercurah dari langit akan
dimintakan pertanggungjawabannya, manusia pemeliharaan dan pemanfaatannya”,
demikian penjelasan penjelasan Nabi Saw. tentang firman-Nya dalam Alquran

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kemikmatan (yang kamu
peroleh).” (At-Takatsur, [102]: 8)

Dengan demikian manusia bukan saja masalah agar angkuh dan angkuh terhadap
sumber daya yang tersedia, melainkan juga untuk memperhatikan apa yang diharapkan
oleh Pemilik (Tuhan) menyangkut apa yang ada di sekitar manusia.

“Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta yang berada di antara keduanya, kecuali
dengan (tujuan) yang hak dan waktu yang ditentukan” (QS Al-Ahqaf [46]: 3).

Pernyataan Allah ini mengundang semua manusia untuk tidak hanya memikirkan
kepentingan diri sendiri, kelompok, atau bangsa, dan jenisnya saja, melainkan juga
harus memikirkan dan memperhatikan semua pihak. Ia tidak boleh diperbolehkan
sebagai penakluk alam atau berlaku sewenang-wenang terhadapnya. Memang, istilah
penaklukan alam tidak dikenal dalam ajaran Islam. Istilah itu muncul dari pandangan
mitos Yunani yang menjelaskan bahwa benda-benda alam merupakan dewa-dewa yang
memusuhi manusia sehingga harus ditaklukkan.
Yang menundukkan alam menurut Alquran adalah Allah. Manusia tidak sedikit
pun memiliki kemampuan kecuali berkat kemampuan yang dianugerahkan Tuhan
kepadanya.

“Mahasuci Allah yang menjadikan (binatang) ini mudah bagi kami, sedangkan kami
sendiri tidak memiliki kemampuan untuk itu.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 13)

Jika demikian, manusia tidak akan menemukan kemenangan, tetapi keselarasan


dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehingga mereka harus dapat bersahabat.
Aquran agar umat Islam meneladani Nabi Muhammad Saw. yang membawa rahmat
untuk seluruh alam (segala sesuatu). Untuk menyebarkan rahmat itu, Nabi Muhammad
Saw. bahkan memberi nama semua yang menjadi milik pribadinya, sekalipun benda-
benda itu tak bernyawa. “Nama” memberikan kesan adanya kepribadian, serta
memberikan kesan kepada kesadaran untuk bersahabat dengan pemilik nama.

Ini berarti bahwa manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.


Namun pada saat yang sama, manusia tidak boleh tunduk dan bergantung pada segala
sesuatu yang telah direndahkan Allah untuknya, berapa pun harga benda-benda itu. Ia
tidak boleh diperbudak oleh benda-benda itu. Ia tidak boleh diperbudak oleh benda-
benda sehingga mengorbankan kepentingannya sendiri. Manusia dalam hal apapun ini
untuk selalu mengingat-ingat, bahwa ia boleh meraih yang diraihnya serta cara
meraihnya tidak mengorbankan kepentingannya di akhirat kelak.

2.3 Segala Potensi

Manusia merupakan khalifah di bumi ini, diciptakan oleh Allah dengan berbagai
kelebihan dan kesempurnaan yang menyertainya. Kita diberi akal pikiran dan juga hawa
nafsu sebagai pelengkapnya. Manusia telah diberikan berbagai fasilitas di muka bumi
sebagai alat pemenuhan kebutuhan manusia. Semua yang kita perlukan telah terhampar
di alam semesta, manusia hanya perlu mengelolanya saja.

Dalam hidup manusia terjadi berbagai perkembangan di dunia, semakin


kompleksnya kebutuhan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan
terciptanya berbagai mesin-mesin dan berbagai alat komunikasi yang membantu
meringankan kehidupan dan pekerjaan manusia. Didorong dengan keserakahannya,
manusia hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, negara hanya berpikir untuk
memajukan perekonomian dan pembangunan besar-besaran diberbagai sektor, tanpa
dampak lingkungan yang dilakukan manusia. Termasuk perilaku penduduk Indonesia
juga seperti itu, bisa dikatakan kepeduliannya sangat kecil terhadap lingkungan,

Kegiatan manusia di dunia ini banyak menimbulkan masalah bagi lingkungan,


erosi tanah, polusi udara, tanah longsor, tanah yang hilang kesuburannya, satu spesies
spesies dalam ekosistem, kekeringan, biota-biota laut dan yang paling ekstrim adalah
pemanasan suhu global, yaitu peristiwa pemanasan bumi yang disebabkan oleh
peningkatan ERK (Efek Rumah Kaca) yang disebabkan oleh gas rumah kaca (GRK),
seperti CO2, CH4, Sulphur dan lain-lain yang menyerap sinar panas atau menyebabkan
terperangkapnya panas matahari (sinar infra merah). ERK (greenhouse effect) bukan
disebabkan oleh bangunan-bangunan yang berdinding kaca, tapi hanya merupakan
istilah yang berasal dari para petani di daerah iklim sedang menanam tanaman di rumah
kaca.

Pemanasan Global sangat perlu diperhatikan oleh seluruh penduduk dunia, dan
termasuk didalamnya penduduk Indonesia, dengan bersinergi menurunkan dan
memperlambat peningkatan efek rumah kaca. Langkah-langkah nyata harus dilakukan
oleh masyarakat, karena sangat besarnya dampak yang diakibatkan oleh pemanasan
global bagi kehidupan manusia dan makhluk lain yang hidup di bumi.

Kita tahu Indonesia merupakan negara maritim. Pemanasan global yang terjadi
ini akan memicu naiknya suhu atmosfer bumi, dan akan menaikkan permukaaan udara
laut, yang juga didukung oleh peluncuran di kutub bumi. Hal ini dapat memicu
tenggelamnya negara kita, didahului dengan tenggelamnya pulau-pulau kecil yang
dimiliki Indonesia. Kalau pemanasan global tidak ditanggulangi dan membiarkan
kegiatan-kegiatan manusia yang tidak ramah lingkungan, mungkin beberapa abad lagi
negara kita akan tenggelam dan berakhirnya peradaban manusia di dunia.
Seiring pertumbuhan penduduk yang cenderung tidak dapat dikendalikan dan
selalu menunjukkan peningkatan. Hal ini juga terjadi di Indonesia, akan memicu
naiknya kebutuhan-kebutuhan manusia seperti, tempat tinggal, listrik, BBM dan banyak
kebutuhan lainnya. Kesemuanya itu akan meningkatkan kebutuhan manusia akan lahan-
lahan yang digunakan untuk produksi, perkebunan, pertambangan, tempat tinggal, jalan-
jalan dan fasilitas umum. Hal ini tidak dapat dipungkiri, dan akhirnya terjadilah
penebangan pohon-pohon dan hutan untuk memenuhi kebutuhan untuk bahan baku
industri tanpa dampak lingkungan yang akan diderita.

Ini berarti manusia untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang


berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian membantu
manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan
kata lain, “Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada
diri manusia sendiri.” Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya
dibuat oleh Allah Swt. dan milik menjadi-Nya, serta semua memiliki ketergantungan
kepada-Nya. keyakinan ini mengantarkan Muslim untuk menyadari bahwa semuanya
adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan dengan wajar dan baik.

Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk
kesejahteraan ummat manusia, karena alam semesta diciptakan Allah untuk manusia.
Sebagai hamba manusia adalah kecil, sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi
yang sangat besar dalam bentuk sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu,
manusia dilengkapi dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati,
syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk
menjadi makhluk yang sangat baik dan mulia, disamping juga sangat berpotensi untuk
terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding binatang.

2.4 Hadis tentang manusia sebagai kholifah di bumi

Begitupun di dalam Al-Hadist juga ada riwayat yang menyatakan manusia


sebagai khalifah di muka bumi, Hadist:
Abu Hurairah ra menceritakan hadis berikut:

‫ خلق هللا عزوجل التربة يوم السبت و خلق فيهاالجبال يوم األحدوخلق‬: ‫أخذ النبي صلى هللا عليه و سلم بيدي فقال‬
‫الشجر يوم اإلثنين و خلق المكروه يوم الثالثاء و خلق النور يوم األربعاء و بث فيها الدواب يوم الخميس و خلق آدم‬
‫ت ْال ُج ُم َع ِة‬ ِ ‫لَ ْي ِه ال َّساَل ُم ال َعصْ ِر ِم ْن ْال ُج ُم َع ِة ْالخَ ْل‬.
ِ ‫ق ا َع ٍة اعَا‬

(‫)رواه لم هللا ا‬

Nabi SAW. memegang kamera, lalu mengatakan, “Allah SWT. menciptakan


bumi pada hari sabtu, Dia menciptakan gunung-gunung pada hari ahad, Dia
menciptakan pohon-pohonan pada hari senin, Dia menciptakan hal-hal yang tidak
disukai pada hari selasa, Dia menciptakan nur (cahaya) pada hari rabu, dan Dia
menyebarkan (menciptakan) hewan-hewan kita pada hari kamis, dan Dia menciptakan
Adam seperti sebelum waktu pada hari jumat, sebagai akhir makhluk (yang diciptakan)
pada saat yang terakhir dari waktu-waktu hari jumat.” (riwayat muslim dan ahmad)

Dilihat dari asal sahabat yang menceritakan yaitu Abu Hurairah ra yang beliau
tergolong sebagai seorang yang jujur serta kuat ingatannya serta perawi hadits di
antaranya adalah Muslim dan Ahmad sehingga dilihat dari sanad dan kedhabitannya
kuat sehingga hadits ini bisa digolongkan sebagai hadits shahih.

Begitupun di dalam Al-Hadist juga ada riwayat yang menyatakan manusia


sebagai khalifah di muka bumi, Hadist:

Abu Hurairah ra menceritakan hadis berikut:

‫ خلق هللا عزوجل التربة يوم السبت و خلق فيهاالجبال يوم األحدوخلق‬: ‫أخذ النبي صلى هللا عليه و سلم بيدي فقال‬
‫الشجر يوم اإلثنين و خلق المكروه يوم الثالثاء و خلق النور يوم األربعاء و بث فيها الدواب يوم الخميس و خلق آدم‬
‫ت ْال ُج ُم َع ِة‬ ِ ‫عليه السالم بعد العصرمن يوم الجمعة في ْال َخ ْل‬.
ِ ‫ق ا َع ٍة اعَا‬

(‫)رواه لم هللا ا‬

Nabi SAW. memegang kamera, lalu mengatakan, “Allah SWT. menciptakan bumi pada
hari sabtu, Dia menciptakan gunung-gunung pada hari ahad, Dia menciptakan pohon-
pohonan pada hari senin, Dia menciptakan hal-hal yang tidak disukai pada hari selasa,
Dia menciptakan nur (cahaya) pada hari rabu, dan Dia menyebarkan (menciptakan)
hewan-hewan kita pada hari kamis, dan Dia menciptakan Adam seperti sebelum waktu
pada hari jumat, sebagai akhir makhluk (yang diciptakan) pada saat yang terakhir dari
waktu-waktu hari jumat.” (riwayat muslim dan ahmad).

Ketika berperan sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peran penting
yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari ini. Pertama, memakmurkan
bumi (al 'imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang
dari pihak manapun (ar ri'ayah).

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Allah berfirman kepada para malaikat ketika akan menciptakan Adam,


''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi''. (Al-
Baqarah:30). Banyak kaum muslimin yang keliru dalam memahami ayat ini, yakni
sebagai wakil/pengganti Allah dalam mengurus bumi. Makna khalifah yang benar
adalah kaum yang akan menggantikan satu sama lain, jangka waktu, dan generasi demi
generasi, demikian penjelasan dalam ringkasan Tafsir Ibnu Katsier

''Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ''Sesungguhnya Aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'' Mereka berkata: ''Mengapa engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan
menumpahkan darah, padahal kami selalu bertasbih dengan memuji engkau dan
mensucikan engkau?''. Tuhan berfirman: ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui''(Al-Baqarah:30)

Allah Ta'ala ihwal mempersembahkan karunia kepada Bani Adam dan kepada
mereka dengan membicarakan mereka di al-Mala'ul Ala, sebelum mereka diadakan.
Maka Allah berfirman, ''Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat''.
Maksudnya, Hai Muhammad, ceritakanlah hal itu kepada kaummu'', ''Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan khalifah di bumi'', yakni suatu kaum yang akan menggantikan
satu sama lain, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi, sebagaimana Allah Ta'ala
berfirman , ''Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi'' (Fathir:
39). Itulah khalifah yang benar, bukan pendapat orang yang mengatakan bahwa Adam
merupakan khalifah Allah di bumi dengan berdalihkan firman Allah, ''

http://zaldym.wordpress.com/2010/02/28/fungsi-manusia-sebagai-khalifah-di-muka-
bumi/
http://indonesiaindonesia.com/f/9761-makna-allah-menjadikan-manusia-khalifah-muka/

https://alhikmahtoyan.blogspot.com/2012/08/manusia-sebahai-khalifah-dimuka-
bumi.html

http://didik-setiya.blogspot.com/2012/03/manusia-sebagai-khalifah-dibumi.html

http://green.kompasiana.com/penghijauan/2011/07/06/manusia-sebagai-khalifah-di-
bumibukan-persusak/

Anda mungkin juga menyukai