Anda di halaman 1dari 6

PAPER MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“Peran dan Tanggung Jawab Manusia Sebagai Makhluk Bertuhan”

Dosen Pengampu :
Muhammad Ridwan Effendi, S. Pd.l., M. Ud.

Disusun oleh :
Kyla Syahda Irawan
1205623043

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2024
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang

Allah SWT merupakan Tuhan semesta alam. Seluruh isi muka bumi ini adalah
milik Allah SWT. Salah satunya adalah manusia, manusia merupakan salah satu
makhluk yang Allah SWT ciptakan. Tentu dalam menciptakan makhluknya Allah
mempunyai alasan dan tujuannya tersendiri. Sama halnya dalam menciptakan
manusia, Allah menciptakan manusia untuk beribadah kepada Allah SWT sesuai
dengan surah Az-Zariyat ayat ke 56 yang memiliki arti “Allah SWT menciptakan
manusia dan jin tidak lain untuk beribadah”. Maka dari itu, seharusnya manusia
paham akan perannya sebagai hamba Allah.

II. Rumusan Masalah

1. Apa makna dari manusia sebagai makhluk Bertuhan?


2. Bagaiman proses penciptaan manusia dalam Al-Qur’an?
3. Bagaiman eksistensi dan martabat manusia dalam Islam?
4. Bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah SWT?
5. Apa peran dan taggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah di muka
bumi?

PEMBAHASAN

1. Makna dari manusia sebagai makhluk bertuhan


Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah, secara fitrah sejak lahir sudah memiliki sifat
ingin Bertuhan dan menghamba kepada-Nya sebagai bentuk keyakinan dan
keimanannya terhadap Allah SWT.. Al-Qur’an dengan terang dan indah menjelaskan
bahwa semua makhluk di dunia ini merasa ingin Bertuhan dengan penghambaan tidak
terbatas melalui ibadah. Untuk mejadi manusia sebagai makhluk Bertuhan
memerlukan spiritualitas. Menurut Syahrin Harahao, jika manusia memiliki kesadaran
spiritual maka rohaninya akan kuat karena bimbingan maksimal dari hati nuraninya
tersebut yang menjadikannya lebih dinamis, kreatif, etos kerja tinggi, dan lain-lain.

Selain itu, manusia memiliki hawa nafsu yang memungkinkan manusia berbuat hal
yang tidak baik dan bersifat egois. Hawa nafsu tentunya harus ada dalam diri manusia
untuk menjalankan kekhalifahan di muka bumi. Jika manusia melampaui hawa nafsu
yang telah ditentukan maka manusia akan melakukan sesuatu yang tidak baik. Maka,
perlu kecerdasan dalam kehidupan manusia yang dikenal sebagai tiga jenis
kecerdasan. Manusia sebgaia makhluk Bertuhan memili tiga kecerdasan yaitu IQ
(Intelegent Qoutient), EQ (Emosional Qoutient), dan SQ (Spiritual Qoutient). IQ
digunakan untuk mencankup kemampuan seperti kemampuan menalar, merencanakan,
memecahkan masalah, memahami gagasan, daya tangkap, materi pembelajaran, dan
lain-lain. EQ merupakan jenis kecerdasan yang digunakan untuk mengatur emosi
dalam diri seseorang. SQ adalah jenis kecerdasan yang memungkinkan seseorang
dapat mengendalikan kegiatan spiritualnya.

Konsep spiritual manusia sebagai makhluk Bertuhan menjadikan kesadaran manusia


terletak pada hati, jika ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT harus memiliki hati
yang suci sehingga jiwa mendapat sinar pancaran rahmat (hidayah) dari Nya,
sehingga jika dikaitkan dengan jenis kecerdasan erat hubungannya dengan SQ, EQ,
dan IQ karena buth pemikiran terbuka, pengendalian emosi yang baik, dan kecerdasan
spiritual yang tinggi.

2. Penciptaan manusia dalam Al-Qur’an


Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah Allah SWT ciptakan.
Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan
tugas mereka sebagai khalifah di muka bumi. Al-Qur’an menerangkan bahwa
manusia berasal dari tanah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan
Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Ayat-ayat yang
menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah umumnya dipahami secara
lahiriah. Hal ini menimbulkan pendapat bahwa manusia benar-benar dari tanah,
dengan asumsi karena Allah Maha Kuasa maka segala sesuatu dapat terjadi.

Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di
dalamnya tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang
sangat besar karena adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan
pemahaman (fikiran). Itulah sebab dari adanya penundukkan semua yang ada di alam
ini untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia dari Allah SWT sesuai dengan firman-
Nya.
 “Allah telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi
semuanya.” (QS. Al-Jatsiyah: 13)
 “Allah telah menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus
beredar. Dia juga telah menundukkan bagi kalian malam dan siang.” (QS.
Ibrahim: 33)
 “Allah telah menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di lautan
atas kehendak-Nya.” (QS. Ibrahim: 32)

Ayat lainnya yang menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan kepada manusia
berupa nikmat akal dan pemahaman turunan dari apa-apa yang telah Allah tundukkan
bagi manusia itu sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan keinginan
mereka, dengan berbagai cara yang mampu mereka lakukan. Kedudukan akal dalam
Islam adalah merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia
dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat
membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia. Namun, segala
yang dimiliki manusia tentu ada keterbatasan sehingga ada atasan (aturan) yang tidak
boleh dilewati.

Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsur sebagai kelengkapan


dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah :

 Jasad ( QS. Al-Anbiya’ : 8, QS. Shad : 34 )


 Ruh (QS. Al-Hijr : 29, QS. As-Sajadah : 9, QS. Al-Anbiya’ : 91, dan lain-lain)
 Nafsu (QS. Al-Baqarah : 48, QS. Ali Imran : 185, dan lain-lain )
 Aqal (QS. Al-Baqarah : 76, QS. Al-Anfal : 22, QS. Al-Mulk : 10, dan lain-lain)
 Qolbu (QS. Ali Imran : 159, Al-Ara’f : 179, Shaffat : 84, dan lain-lain )

Selain itu, manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti :

 lemah ( QS. An-Nisa : 28 )


 suka berkeluh kesah ( al-Ma’arij : 19 )
 suka berbuat zalim dan ingkar ( QS. Ibrahim : 34)
 suka membantah (QS. Al-Kahfi : 54)
 suka melampaui batas (QS. Al-‘Alaq : 6)
 suka teburu nafsu (QS. Al-Isra 11 ) dan lain-lain.

Itu semua merupakan pengaruh dari nafsu, sedangkan yang dapat mengendalikan
kecenderungan negatif adalah akal dan hati. Tetapi jika hanya dengan aqal dan qolbu,
kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali, karena yang dapat
mengendalikannya adalah wahyu, yaitu ilmu yang obyektif dari Allah. Kemampuan
seseorang untuk dapat menetralisasi dan melawan kecenderungan negatif tersebut
ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam menyerap dan membudayakan
wahyu dan hal ini berpengaruh dengan keimanan seseorang.

3. Eksistensi dan martabat manusia dalam Islam


Eksistensi manusia di dunia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah Swt terhadap
hamba-hamba-Nya, bahwa dialah yang mencipytakan, menghidupkan dan menjaga
kehidupan manusia. Dengan demikian, tujuan diciptakan manusia dalam konteks
hubungan manusia dengan Allah Swt adalah dengan mengimami Allah Swt dan
memikirkan ciptaan-Nya untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah
Swt. Sedangkan dalam konteks hubungan manusia dengan manusia, serta manusia
dengan alam adalah untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan
kejahatan terhadap sesama manusia, serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan
hidup manusia dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut :
 Tujuan umum adanya manusia di dunia
Dalam Al-Qur’an surah Al-Anbiya ayat 107 dijelaskan bahwa ayat ini
menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia
ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat adalah
karunia, kasih sayang dan belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmah adalah
manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih
saying kepada alam semesta.

 Tujuan khusus adanya manusia di dunia


Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses di dunia dan di akhirat
dengan cara melaksanakan amal shaleh yang merupakan tujuan pribadi
manusia sebagai individu. Allah berfirman dalam QS. An-Nahl ayat 97 yang
artinya : “Barang siapa mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah SWT akan
memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka
kerjakan”.

4. Cara manusia mendekatkan diri kepada Allah SWT


Beberapa cara yang dapat dilakukan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT :
 Melaksanakan shalat wajib secara tepat waktu
 Melaksanakan kewajiban yang Allah perintahkan (zakat, puasa ramadhan, dll)
 Meninggalkan larangan Allah SWT
 Melakukan ibadah-ibadah sunnah (shalat sunnah, dzikir, dll)
 Menghormati dan menghargai sesama
 Menebar kebaikan kepada orang lain
 Menjaga alam, dan lain-lain.

5. Peran dan taggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah di muka bumi
Hakikat diciptakannya manusia menurut islam yakni sebagai mahluk yang
diperintahkan untuk menjaga dan mengelola bumi. Antara anugerah utama Allah
kepada manusia ialah pemilihan manusia untuk menjadi khalifah atau wakil-Nya di
bumi. Dengan demikian, manusia berkewajiban menegakkan kebenaran, kebaikan,
mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran serta penyelewengan dan
penyimpangan dari jalan Allah. Dikalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah
dipilih oleh Allah melaksanakan tanggung jawab tersebut. Sudah tentu karena
manusia merupakan makhluk yang paling istimewa. Hal ini tentu harus kita kaitkan
dengan konsekuensi yang kesempurnaan yang diberikan kepada manusia yaitu berupa
akal dan pikiran yang tidak pernah di miliki oleh mahluk-mahluk hidup lainnya
sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah. Manusia sebagai mahluk
yang telah diberikan kesempurnaan haruslah mampu menempatkan dirinya sesuai
dengan hakikat diciptakannya yakni sebagai penjaga atau pengelola bumi yang dalam
hal ini disebut dengan khalifah.

KESIMPULAN
Eksistensi manusia di dunia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah SWT terhadap
hamba-hamba-Nya, bahwa Dialah yang Maha menciptakan, menghidupkan dan menjaga
kehidupan manusia. Dengan demikian, tujuan diciptakannya manusia dalam konteks
hubungan manusia dengan Allah SWT adalah dengan mengimani Allah SWT dan
memikirkan ciptaan-Nya (tafakur) untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah
SWT, sedangkan dalam konteks hubungan manusia dengan manusia, serta manusia dengan
alam adalah untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan
terhadap sesama manusia, serta tidak merusak alam.
Manusia dipercaya Allah untuk menjadi khalifah (pemimpin) dimuka bumi ini.
Sebagai wakil Allah di bumi, salah satu tugas manusia adalah untuk menjaga keseimbangan
kehidupan di muka bumi, serta menjalin hubungan baik dengan Allah, dengan sesama
manusia, dan dengan lingkungan kehidupannya.

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Konsep Manusia sebagai Makhluk Bertuhan [PAI]. (2020). Diakses 20 Februari 2024,
dari https://www.slideshare.net/lydianur/jurnal-konsep-manusia-sebagai-makhluk-Bertuhan-
pai.

Ns, D., & Setiawan, E. A. (2015). Makalah Pendidikan Agama Islam. Diakses 20 Februari
2024, dari https://www.academia.edu/11903178/Makalah_Pendidikan_Agama_Islam.

Anda mungkin juga menyukai