NIM : STI202001983
TUGAS 2 AGAMA
1. Ada berapa Istilah yang sering digunakan Al Qur’an untuk menyebut kata manusia.
Tunjukan nama surat dan nomor ayatnya?
Jawab :
Al Basyar: yaitu penggambaran manusia secara sifat materi seperti berjalan, makan,
memiiki anak, minum.
Al Insan: yaitu penyebutan terhadap asal muasal manusia dan dibebankannya tanggung
jawab kepada manusia.
An Nas: yaitu penyebutan manusia dalam situasi manusia sebagai makhluk sosial yang
berhubungan dengan lainnya.
Pembahasan
Manusia sebagai makhluk yang paling mulia Allah Subhanahu Wa Ta'ala Ciptakan dengan
tujuan untk menjadi khalifah di mua bumi ini yang senantiasa beribadah kepada Allah
Subhanahu Wa Ta'ala. Di dalam Al Quran banyak sekali ayat yang menyebutkan manusia, dan
dalam penyebutannya Allah Subhanahu Wa Ta'ala menggunakan sebutan yang berbeda beda
sesuai dengan konteks ayat yang sedang disampaikan. Berikut ini contoh penyebutan manusia
lengkap dengan ayat yang mendukungnya yaitu:
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian
tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.
Di dalam ayat tersebut Allah sedang menjelaskan asal muasal penciptaan (materi) manusia yang
berasal dari tanah dan kondisi manusia yang disifati dapat berkembang biak.
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Di dalam ayat ini Alah Subhanahu Wa Ta'ala menyebut manusia dengan sebutan Al Insan,
dimana Allah sedang menyebutkan manusia sebagai makhluk yang mukallaf atau dibebankan
tanggung jawab kepadanya yaitu "agar beribadah" kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
َٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُ ُدوْ ا َربَّ ُك ُم الَّ ِذيْ خَ لَقَ ُك ْم َوالَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُوْ ۙن
Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang
sebelum kamu, agar kamu bertakwa.
Selain itu, manusia juga mampy memahami diri mereka sendiri yang menjadi esensi dari semua
yang maujud dan lain-lain dengan akal pikirannya. Semua hal bersifat fisik juga mampu
dijangkau oleh daya indrawinya. Muthahhari juga menekankan bahwa dalam kehidupannya,
manusia juga banyak menangkap pesona-pesona lain yang mengarahkan manusia kepada suatu
bentuk non-material yang tak dapat diukur oleh ukuran indrawi.
Selain itu, kehidupan juga akan mengarahkan manusia kepada sesuatu yang serba lebih dari pada
kemampuan mereka. Dua kemampuan atau potensi tersebut mencakup ruang lingkup kehidupan
manusia seluruhnya. Bagi Murtadha Muthahhari, akal dan iman dari dua potensi inilah manusia
memahami dimensi lain di dalam dan di luar dirinya. Muthahari mengkarifikasikan dimensi
tersebut menjadi lima bagian dalam manusia multi dimensi sebagai berikut:
Pertama, dimensi manusia yang berada pada lingkup rasional.
Kedua, dimensi teologi yang merupakan fitrah dari manusia dan membutuhkan sandaran kepada
sesuatu yang serba lebih (Tuhan).
Ketiga, dimensi kesenian yang juga fitrah manusia yang cenderung menyukai keindahan.
Keempat, dimensi moral yang menuntun manusia kepada sikap yang santun serta semua yang
mengarah kepada kebaikan dalam ruang lingkup fisik.
Kelima, dimensi material yang merupakan kebutuhan manusia akan suatu hal yang bersifat fisis
seperti teman, istri, makanan dll.
Semua dimensi tersebut didasari atas fitrah dari pada manusia yang didapatkan lewat dua potensi
besar yang telah menjadi bagian darinya (manusia). Inilah yang dimaksud oleh Murthadha
Muthahari tentang manusia multi dimensi. Dalam kata lain, manusia multi dimensi adalah
manusia sebagai makhluk yang mampu memahami dimensi-dimensi bahkan berada dalam
dimensi tersebut baik yang ada di dalam maupun di luar diri manusia itu sendiri.
3. Manusia mempunyai beberapa potensi yang harus dikembangkan agar menjadi Insan
kamil. Sebutkan dan jelskan bagaimana cara mengembangkannya?
Jawab :
Insan kamil ialah manusia yang sempurna dari segi wujud dan pengetahuannya. Kesempurnaan
dari segi wujudnya ialah karena dia merupakan manifestasi sempurna dari citra Tuhan, yang pada
dirinya tercermin nama-nama dan sifat Tuhan secara utuh. Membentuk manusia menjadi manusia
sempurna (insan kamil) hanya dapat dilakukan dengan ibadah kepada Allah SWT. Karena
peribadatan merupakan tujuan kesempurnaan seorang manusia. Dengannya manusia dapat
mewujudkan tujuan penciptaannya, berarti sempurnakan sifat kemanusiaannya. Jika telah
sempurna sifat manusianya maka berarti telah menjadi insan kamil.
4. Manusia mempunyai martabat yang lebih mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Jelaskan Bagaimana pendapat saudara terhadap pernyataan tersebut.
Jawab :
Pernyataan tersebut memang benar. Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna, baik
dari wujud fisiknya maupun rohaninya. Karena manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang
memiliki akal, dan Akal inilah yang membedakan manusia dengan maklhuk lainnya. Akal
membantu manusia untuk melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
5. Jelaskan tujuan utama Allah menciptakan Manusia di muka Bumi ini, adalah untuk
menyambahnya(Ibadah). Bagaimana seharusnya manusia bersikap sehubungan dengan
hal tersebut?
Jawab :
Manusia Sebagai Hamba Allah, Selaku hamba Allah, secara otomatis manusia haruslah
tunduk dan patuh dengan segala perintah-Nya. Selain itu dalam meminta pertolonganpun
haruslah kepada Allah bukan pada sesama mahluk Allah, karena itu merupakan perbuatan
syirik dan tak bisa diampuni dosanya oleh Allah. Oleh karena itu tugas manusia sejatinya
adalah hanya untuk beribadah kepada Allah. Segala sesuatu yang dilakukan adalah
sebagai bentuk ibadah. Contoh dari ibadah mahdhah meliputi ibadah sholat, zakat, puasa
dan haji. Sementara itu ibadah ghairu mahdhah atau muamalah adalah segala perbuatan
yang mendatangkan kebaikan. Biasanya macam ibadah ini dilakukan dengan niat ikhlas
karena Allah SWT.
1. Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat
pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2. Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka
wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah
adalah Al Quran dan juga Al Bayan
3. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk
disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu
agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW