1
karena jiwa merupakan roh dari perintah Tuhan walaupun tidak menyamai Dzat-
Nya. Menurut al-Ghazali, jiwa ini dapat berfikir, mengingat, mengetahui, dan
sebagainya, sedangkan unsur jiwa merupakan unsur rohani sebagai penggerak
jasad untuk melakukan kerjanya yang termasuk alam ghaib. Bagi Ibnu Rusyd
jiwa adalah sebagai kesempurnaan awal bagi jasad alami yang organik (Ahmad
Daudy, 1989; 59)
Ibnu Miskawih, menambahkan satu unsur lagi disamping unsur jasad dan jiwa,
yaiu unsur hayah (unsur hidup). Hal ini karena pada diri manusia ketika dalam
bentuk embrio (perpaduan antara ovum dan sperma) sudah terdapat kehidupan
walaupun roh belum ditiupkan, sedangkan hayah sendiri terdapat pada sperma dan
ovum yang membuat embrio hidup dan berkembang. Jadi hayah bukan komponen
jasmanai yang berasal dari tanah dan bukan pula komponen jiwa atau rohani yang
ditiupkan oleh Allah.(Syahminan Zaini, 1984:23).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manusia pada dasarnya dapat
ditempatkan dalam tiga kategori, yaitu;
Manusia sebagai makhluk biologis (al-Basyar) pada hakekatnya tidak berbeda
dengan makhluk-makhluk biotik lainnya walaupun struktur organnya berbeda,
karena struktur organ manusia lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk-
makhluk lain.
Manusia sebagai makhluk psikis (al-insan) mempunyai potensi rohani seperti
fitrah, qolb, ‘aqal. Potensi tersebut menjadikan manusia sebagai makhluk yang
tertinggi martabatnya, yang berbeda dengan makhluk lainnya, artinya apabila
potensi psikis tersebut tidak digunakan, manusia tak ubahnya seperti binatang
bahkan lebih hina.
Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai tugas dan tanggung jawab sosial
terhadap alam semesta, ini disebabkan karena manusia tidak hanya sebagai
Abdullah tetapi juga sebagai khalifatullah untuk mewujudkan kemakmuran,
kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akherat.
2
B. Pandangan Islam terhadap Manusia
Manusia sebagai Abdullah
Di antara hal yang memuliakan dan melebihkan manusia adalah bahwa Allah
telah meberikan kepadanya kemampuan untuk belajar dan berpengetahuan, serta
membekalinya dengan segala peralatan kemampuan ini. Tugas paling luhur manusia
ialah beribadah kepada Allah. Inti seluruh tanggung jawab ini adalah tanggung jawab
manusia terhadap ibadah kepada Allah dan pentauhidan-Nya; yakni memurnikan
ibadah hanya kepada Allah Semata.
3
menyebut kemampuan manusia untuk menjadi baik atau buruk, sebagaimana
dinyatakan-Nya seperti berikut ini.
7. dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
10. dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
4
70. dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan (Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam
pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh
penghidupan), Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.
5
pendidikan yang dilakukan harus juga melihat faktor millieu (lingkungan) disamping
faktor-faktor yang lain; faktor tujuan, pendidik, peserta didik, dan alat pendidikan.
Semuanya saling berkaitan dan mempengaruhi antara satu faktor dengan faktor
lainnya.
Dalam kaitannya dengan tugas dan tujuan penciptaan manusia, yakni sebagai
‘abdullah (Qs.Adz-Dzariyat; 56), dan juga sebagai khalifatullah (al-fathir; 39, al-
An’am; 165), maka pendidikan dalam Islam antara lain adalah untuk membimbing
dan mengarahkan manusia agar mampu mengemban amanat dari Allah yaitu
menjalankan tugas-tugas hidupnya sebagai ‘abdullah (hamba Allah yang harus
tunduk dan taat terhadap segala aturan dan kehendak-Nya serta mengabdi hanya
kepada-Nya) dan juga sebagai khalifatullah.(berupa tugas terhadap diri sendiri,
keluarga/rumah tangga, dalam masyarakat dan tugas kekhalifahan terhadap alam
dengan “mengkulturkan natur dan menaturkan kultur”), Wa Allah ‘A’lam.
6
kebutuhan masyarakat. Untuk mengetahui kesenjangan antara lembaga pendidikan
dan masyarakat yang berkenaan dengan kebutuhan yang meningkat ialah dengan
melakukan pengukuran (assessment).
Banyak usaha yang dilakukan oleh para ilmuwan dan ulama karena
memperhatikan pelaksanaan pendidikan agama di lembaga-lembaga pendidikan
formal kita, misalnya dalam forum-forum seminar, lokakarya dan berbagai forum
pertemuan ilmiah lainnya. Para ilmuan dan ulama serta kaum teknokrat sepakat
bahwa pendidikan agama di tanah air kita harus disukseskan semaksimal mungkin
sejalan dengan lajunya pembangunan nasional.
Namun, dalam pelaksanaan program pendidikan agama di berbagai sekolah kita,
belum berjalan seperti yang kita harapkan, karena berbagai kendala dalam bidang
kemampuan pelaksanaan metode, sarana fisik, dan non fsik, di samping suasana
lingkungan pendidikan yang kurang menunjang suksesnya pendidikan mental-
spiritual dan moral.
7
pernyataan tanpa keragu-raguan yang dimulai dengan adanya sikap keraguan terlebih
dahulu. Dalam setiap kegiatan pembelajaran dan atau pengajaran ada empat
komponen yang melingkupinya, antara lain Tujuan Pembelajaran, Materi,
Strategi (Metode), dan Evaluasi.
Menurut Drs. H.M. Arifin, M.Ed., mengatakan bahwa belajar adalah suatu
kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi serta menganalisa bahan-bahan
pelajaran yang disajikan oleh pengajar, yang berakhir pada kemampuan untuk
menguasai bahan pelajaran yang disajikan itu.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu rangkaian proses
kegiatan respons yang terjadi dalam proses belajar-mengajar, yang menimbulkan
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan pengetahuan yang
diperoleh.
Belajar adalah proses perumbuhan yang tidak disebabkan oleh proses
pendewasaan biologis. Karena belajar merupakan proses perubahan tingkah laku
(baik yang bisa dilihat maupun yang tidak), maka keberhasilan belajar terletak pada
adanya perubahan tingkah laku yang secara relative bersifat permanen.
Belajar yang merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar dalam
Islam. Ajaran Islam mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap belajar. Nabi
Muhammad saw sebagai pendidik agung dari lahir sampai meninggal, dan
menjadikan belajar itu sebagai kewajiban utama bagi setiap muslim, dan bahkan ayat
pertama turun kepada rasulullah adalah suatu perintah untuk membaca.
C. ANALISA
Setelah menela’ah makna dari pendidikan Islam sebagai lembaga dan pendidikan
Islam sebagai proses, maka kami berpendapat bahwa kedua istilah diatas tidak dapat
dipisahkan, artinya ketika berbicara keberhasilan pendidikan khususnya dalam
pendidikan Islam, umpamanya ketika lembaga pendidikan sudah tertata dengan rapi
namun proses di dalam pembelajarannya tidak tertata dengan baik demikian
sebaliknya, maka mustahil pendidikan akan terlaksana dengan optimal. Baik lembaga
pendidikan maupun proses pendidikan harus berjalan dengan seimbang (balance).
3. HAKIKAT KURIKULUM
A. Definisi Kurikulum
8
Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam Bahasa Latin “curir” yang
artinya pelari, dan “currere” yang artinya tempat berlari. Pengertian awal kurikulum
adalah suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis start sampai garis
finish. Dengan demikian, istilah awal kurikulum diadopsi dari bidang olahraga pada
zaman romawi kuno di Yunani, baru kemudian diadopsi ke dalam dunia pendidikan.
Yang diartikan sebagai rencana dan pengaturan tentang belajar peserta didik di suatu
lembaga pendidikan. Sedangkan dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan kata
Manhaj (kurikulum) yang bermakna jalan yang terang yang dilalui manusia di
berbagai bidang kehidupannya.
Definisi kurikulum menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional tertuang dalam pasal 1 butir 19 sebagai berikut: “Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”
Secara terminologis, istilah kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan
mengandung pengertian sebagai sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang
harus ditempuh atau diselesaikan siswa untuk mencapai satu tujuan pendidikan atau
kompetensi yang telah ditetapkan.
Secara operasional kurikulum dapat didefinisikan sebagai berikut:
1) Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu
sekolah yang dilaksanakan dari tahun ke tahun.
2) Bahan tertulis yang dimaksudkan digunakan oleh guru dalam melaksanakan
pengajaran untuk siswa-siswanya.
3) Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri terpenting dari suatu rencana
pendidikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru
di sekolah.
4) Tujuan-tujuan pengajaran,pengalaman belajar, alat-alat belajar dan cara-cara
penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan.
5) Suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
B. Komponen Kurikulum
9
Komponen kurikulum adalah bagian-bagian penting dan penunjang yang dapat
menunjang tercapainya tujuan dari kurikulum. Diantara komponen tersebut adalah:
Komponen Tujuan
Tujuan merupakan hal yang ingin dicapai oleh sekolah secara keseluruhan.
Komponen Isi/Materi
Komponen isi berupa materi yang diprogramkan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.
Komponen Media
Komponen media atau sarana prasarana merupakan perantara untuk menjabarkan
isi kurikulum.
Komponen Strategi
Komponen strategi merupakan cara yang ditempuh dalam melaksanakan
pengajaran agar efektif dan efisien.
Komponen Proses Belajar-Mengajar
Pengkondisian suasana lingkungan pembelajaran yang kondusif yang mendorong
peserta didik mengembangkan kreatifitasnya.
C. Peranan Kurikulum
Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan mengemban
peranan yang sangat penting bagi pendidikan. Apabila dianalisis secara sederhana,
paling tidak terdapat tiga jenis peranan kurikulum yang dinilai sangat pokok, yaitu:
Peranan Konservatif, Peranan Kreatif, Peranan kritis dan evaluatif.
1) Peranan Konservatif
Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum dapat diajadikan sebagai
sarana untuk mentransmisikan niali-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap
masih relevan dengan masa kini kepada anak didik selaku generasi penerus.
2) Peranan kreatif
Perkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya senantiasa terjadi
setiap saat. Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam
arti menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang
10
baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat
pada masa sekarang dan masa mendatang.
D. Fungsi Kurikulum
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat
enam fungsi kurikulum sebagaimana yang dikemukakan Alexander Inglis dalam
bukunya Principle of secondary Education (1981), yaitu:
1) Fungsi Penyesuaian (The adjust fine of adaptive function)
2) Fungsi Pengintegrasian (The integrating function)
3) Fungsi Perbedaan (The differentiating function)
4) Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)
5) Fungsi Pemilihan (The selective function)
6) Fungsi Diagnostik (The diacnostic function)
11
Pada dasarnya desain kurikulum secara teori dapat dikatakan sama antara
kurikulum pendidikan Islam dengan kurikulum secara Umum. Kemudian yang
membedakan hanyalah pada tujuan yang hendak dicapai masing-masing lembaga.
Dalam kurikulum nasional (PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan), semua program belajar sudah baku dan siap untuk digunakan oleh
pendidik atau guru. Kurikulum yang demikian sering bersifat resmi dan dikenal
dengan nama ideal curriculum, yakni kurikulum yang masih berbentuk cita-cita.
Kurikulum yang masih berbentuk cita-cita tersebut masih perlu dikembangkan
menjadi kurikulum yang berbentuk pelaksanaan, atau sering dikenal dengan actual
curriculum, yakni kurikulum yang dilaksanakan oleh pendidik dalam proses belajar
mengajar. Dalam menyusun atau mendesain kurikulum (dalam rangka
mengembangkan kurikulum) sangatlah tergantung pada asas organisatoris, yakni
bentuk penyajian atau pengimplementasian bahan pelajaran (organisasi kurikulum).
Oleh karena itu, desain pengembangan kurikulum dalam pendidikan Islam diarahkan
bagaimana kurikulum dirancang sesuai dengan prinsip-prinsip kurikulum perspektif
Islam.
Seperti pernyataan Muhaimin yang dikutip oleh Mujamil, bahwa kurikulum
madrasah perlu dikembangkan secara terpadu dengan menjadikan ajaran dan nilai-
nilai agama sebagai petunjuk dan sumber konsultasi bagi pengembangan berbagai
mata pelajaran umum, yang operasionalnya dapat dikembangkan dengan cara
mengimplisitkan ajaran dan nilai-nilai Islam ke dalam bidang studi IPA, IPS dan
sebagainya, sehingga kesan dikotomis tidak terjadi. Kemudian model pembelajaran
bisa dilaksanakan melalui team teaching, yakni guru bidang studi IPS, IPA dan
lainnya bekerja sama dengan guru PAI dalam menyusun desain pembelajaran secara
konkrit dan detail, untuk diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran.
12
b) Kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan
menyeluruh aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal dan rohani.
c) Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan keseimbangan antara pribadi
dan masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani dan akal dan rohani manusia.
d) Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan juga seni halus, yaitu ukir,
pahat, tulis indah, gambar dan sejenisnya.
e) Kurikulum pendidikan Islam mempertimbangkan perbedaan-perbedaan
kebudayaan yang sering terdapat di tengah manusia karena perbedaan tempat
dan juga perbedaan zaman, kurikulum dirancang sesuai dengan kebudayaan
itu.
13
g) Kurikulum harus di desain agar dapat membantu siswa mengembangkan
watak, kepribadian, pengalaman, dan nilai-nilai demokrasi yang menjiwai
kultur; dan
h) Desain kurikulum harus realistis, layak, dan dapat diterima.
4. Komponen Kurikulum
14
Menurut Nurgiantoro (2004: 16), bahwa komponen-komponen kurikulum, yaitu:
a) Komponen tujuan
Tujuan jangka panjang
Tujuan jangka menengah
Tujuan jangka dekat
b) Komponen isi/materi
c) Komponen Media (sarana dan prasarana)
d) Komponen Strategi
e) Komponen proses belajar mengajar.
f) Komponen Evaluasi
15
kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan kebijakan KTSP di mana para
perancang kurikulum hanya menentukan standar isi sebagai standar minimal yang
harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan waktu pelaksanaannya, dan hal-
hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian peran guru
sebagai adapters lebih luas dibandingkan dengan peran guru sebagai implementers.
Ketiga, peran guru sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenangan
dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan
isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan tujuan dan isi
pelajaran yang disampaikan, strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana
mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat
menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah, serta sesuai
dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa.
Keempat, adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher).
Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki
tanggungjawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam melaksanakan
perannya sebagi peneliti, guru memiliki tanggungjawab untuk menguji berbagai
komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektifitas
program, menguji strategi dan model pembelajaran dan lain sebagainya termasuk
mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum.
4. HAKIKAT EVALUASI
Evaluasi berasal dari kata “to evaluate” yang berarti menilai. Disamping kata
evaluasi terdapat pula istilah measurement yang berarti mengukur. Pengukuran
dalam pendidikan adalah usaha untuk memahami kondisi-kondisi objektif tentang
sesuatu yang akan dinilai. Penilaian dalam pendidikan islam akan objektif apabila
disandarkan pada nilai-nilai Al-Quran dan Al-Hadits.
16
dan buruk penilaian ini bersifat kualitatif, sedangkan evaluasi mencakup pengukuran
dan penilaian.
Berdasarkan pengertian di atas menunujukan bahwa pengukuran dalam
pendidikan bersifat kongkrit, objektif serta didasarkan pada ukuran-ukuran umum
yang dapat dipahami. Misalnya pelaksanaan shalat. Shalat seseorang itu bisa diukur
dan juga dinilai. Pengukuran shalat didasrkan pada pelaksanaan syarat dan rukun-
rukunnya maka shalatnya dianggap sah apabila telah terpenuhi syarat dan rukunnya
yang menjadi patokan dan dasar dalam pengukuran tersebut.
Sedangkan penilaian shalat berkaitan dengan adab-adab dalam pelaksanaan
shalat seperti keikhlasan, kekhusuan, dan sebagainya. Penilaian biasanya lebih sulit
daripada pengukuran apabila dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan, dimana yang
berhak menilai sesuatu yang batiniah adalah wewenang Allah. Dalam Al-Quran dan
Al-Hadits banyak kita temui tolak ukur dalam pendidikan islam. Misalnya tolak ukur
shalat yang sempurna adalah dapat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan
mungkar.
A. Terma Al-Bala
Memiliki makna cobaan ujian. Misalnya dalam al-quran(QS: Al-Mulk 67:2)
2. yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
B. Terma Al-Imtihan
Definisi dan letak kata Al-Imtihan dalam al-Qur’an.
Terma kata “al-imtihan” ini dalam al-Qur`an terulang sebanyak 2 kali, yaitu dalam
Quran Surat al-Hujurat ayat 3 dan Quran Surat al-Mumtahanah ayat 10.
Seperti dalam (QS. Al-Hujurat:3)
3. Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka Itulah
orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. bagi mereka
ampunan dan pahala yang besar.
17
Jadi, dapat kita tarik kesimpulan, bahwa bentuk ujian adalah model yang
dilakukan oleh Alloh ta’ala didalam mengevaluasi setiap hamba-Nya. hal itu di
contohkan oleh Alloh ta’ala kepada para shohabat rodhiallohu anhum, Alloh ingin
menguji mereka siapakah diantara mereka yang benar ke imanannya dan siapa
diantara mereka yang berbohong atas keimannya. Melihat tafsir ayat di atas, hal ini
menunjukan bahwa evaluasi dan ujian akan senantiasa ada dan sangat baik untuk
dilakukan untuk melihat pencapaian yang ingin diraih apakah sudah sesuai dengan
yang diinginkan ataukah telah keluar dari jalur yang ingin dicapai, karena evaluasi
adalah suatu bentuk pengukuran ketercapaian. Jadi keterkaitan ayat diatas adalah
kesamaan makna dari term evaluasi dan ujian, hal itu disebabkan karena evaluasi dan
ujian adalah dua term yang saling berkaitan didalam dunia pendidikan.
C. Terma Al-Fitnah
Terma Al-fitnah adalah istilah yang ada pada al-quran yang memiliki pengertian
menguji. Ayat yang menujukan bahwa kata al-fitnah memiliki arti menguji adalah
Quran Surat al-Ankabut ayat 2-3.
2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami
telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
3. dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka
Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.
Ayat tersebut terdapat shigot َفَتَّن اyang memiliki arti menguji. Sedangkan
kaitannya dengan evaluasi adalah sama halnya dengan kata al-Imtihan bahwa
evaluasi dan ujian (bentuk kerjanya menguji) adalah dua term yang saling berkaitan
didalam dunia pendidikan.
D. Terma Hisab
Al-Hisab
Memiliki makna mengira, menafsirkan menghitung, dan menganggap, misalnya
dalam Al-Quran (QS.Al-Baqoroh : 284) :
18
284. kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang
perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan
menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
19