Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Manusia adalah salah satu ciptaan Allah yang paling sempurna. Diciptakan dari
saripati tanah yang kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah hingga akhirnyamenjadi
wujud yang sekarang ini.

Salah satu kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain ialah
adanya akal dan nafsu. Dua hal inilah yang membuat manusia dapat berpikir, bertanggung
jawab, serta memilih jalan hidup, kelebihan-kelebihan ini seperti yang dijelaskan pada QS
Al-Isra 70. Selain itu ada kelebihan lain yang dimiliki oleh manusia sehingga membuat
manusia berbeda dari sesama manusia, yaitu hati.

Jika hati manusia kotor, derajatnya tentu akan sangat rendah di mata Allah SWT.
Namun sebaliknya jika hatinya bersih dari segala perbuatan yang kotor maka tentu
derajatnya akan ditinggikan oleh Allah SWT.

Sebagai makhluk Tuhan tentu manusia selain memiliki hak juga memiliki
kewajiban. Kewajiban yang utama adalah beribadah kepadaAllah SWT yang merupakan
tugas pokok dalam kehidupan manusia hingga apapun yang dilakukan manusia harus
sesuai dengan perintah Allah SWT.

Adapun tanggung jawab manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini adalah
sebagai khalifatullah dan sebagai abdi/hamba Allah.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT MANUSIA
Hakikat manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki fitrah, akal,
kalbu, kemauan serta amanah. Manusia dengan segenap potensi (kemampuan) kejiwaan
naluriah, seperti akal pikiran, kalbu kemauan yang ditunjang dengan kemampuan
jasmaniahnya, manusia akan mampu melaksanakan amanah Allah dengan sebaik-baiknya
sehingga mencapai derajat manusia yang sempurna (beriman, berilmu dan beramal)
manakala manusia memiliki kemaunan serta kemampuan menggunakan dan
mengembangkan segenap kemampuan karunia Allah tersebut. Dr. Ali Syari’ati dalam buku
yang berjudul “Humanisme antara Islam dan Mazhab Barat menyatakan bahwa, “ manusia
adalah makhluk satu-satunya di alam semesta ini yang memiliki Ruh Ilahi dan bertanggung
jawab atas amanat Allah, serta berkewajiban berakhlak dengan akhlak Allah”.1 Salah satu
upaya dalam rangka memberdayakan manusia yang berkualitas bajik, terampil serta
berkepribadian dan berakhlak luhur adalah dengan melalui pendidikan. Dengan demikian
manusia sebagai makhluk yang memiliki fitrah, akal, kalbu, kemauan serta amanah.

1. Fitrah
Fitrah adalah kejadian asal atau pembawaan asli yang ada pada diri manusia
beserta sifat dan potensinya. Menurut Dr. M. Quraish Shihab dalam buku yang
berjudul “Wawasan Al Quran” menyatakan bahwa, “kata fitrah terambil dari akar kata
fathr yang berarti belahan atau kejadian, fitrah manusia adalah kejadiannya sejak
semula atau bawaan sejak lahirnya”.2 Lebih lanjut Dr. M. Quraish Shihab mengatakan
bahwa, ”manusia berjalan dengan kakinya adalah fitrah jasadiyahnya, berfikir untuk
menarik kesimpulan melalui premis-premis adalah fitrah akhliahnya, senang dan
gembira juga adalah fitrahnya”.3 Menurut Dr. Syahminan Zaini dalam buku yang
berjudul “Ciri Khas Manusia” menyatakan bahwa, “fitrah adalah potensi-potensi
tertentu yang ada pada diri manusia yang dibawanya semenjak lahir”.4 Fitrah adalah

1
Ali Syari’ati, Humanisme antara islam dan madzhab barat, (Jakarta: Pustaka Hidayah,1992), hlm.47
2
M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an,(Bandung:Mizan,1998) hlm.284
3
Ibid,hlm.285
4
Syahminan Zaini,.Kusuma Seta, Ciri khas manusia(Jakarta: Kalam Mulia,1986) hlm.37

2
apa yang ada pada diri manusia sejak dijadikannya/diciptakannya oleh Allah SWT
yang berkaitan dengan aspek jasmani dan rohani serta kemampuan-kemampuan yang
ada pada kedua aspek tersebut.
Manusia secara fitrah sebagai makhluk ciptaan Allah yang dianegerahi
kemampuan akal pikiran. Akal pikiran merupakan potensi sentral manusia. Menurut
Prof. Dr. Hasan Langgulung dalam buku yang berjudul “Manusia dan Pendidikan”
menyatakan bahwa, “akal dalam pandangan Islam adalah substansi rohaniyah yang
dengannya ruh berfikir dan membedakan yang baik dari yang bathil.".5 Menurut Abdul
Fattah Jalal sebagaimana dikutip Ahmad Tafsir bahwa, “kata ‘Aqala dalam Al Quran
kebanyakan dalam bentuk fi’il (kata kerja); hanya sedikit dalam bentuk ism (kata
benda)”.6
Akal merupakan aspek manusia yang terpenting yang digunakan untuk
berfikir, menimbang dan membedakan perkara yang baik dari yang buruk.
Al Quran menekankan pentingnya penggunaan akal fikiran. Dalam QS. Al
Anfal ayat 22 disebutkan :

ْ ‫ص ُّم‬
َ‫َالبُ ْك ُمَالَّذِينََلَيَ ْع ِقلُون‬ َّ ‫ابَ ِع ْند‬
ُّ ‫ََّللاَِال‬ ِ ‫ِإ َّنَش َّرَالدَّو‬
Artinya : “Sesungguhnya binatang yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-
orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apa.7

Manusia dengan mempergunakan akalnya akan mampu memahami dan


mengamalkan wahyu Allah serta mengamati gejala-gejala alam, bertanggung
jawab atas segala perbuatannya dan berakhlak.

2. Makhluk Sempurna
Seperti telah diuraikan di atas, fitrah manusia meliputi segenap aspek
jasmani dan rohani serta kemampuan-kemampuan yang ada pada kedua aspek

5
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan,(Jakarta:Al-Husna Zikra,1995)hlm.93
6
Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,1994) hlm.39
7
Referensi: https://tafsirweb.com/2888-surat-al-anfal-ayat-22.html

3
tersebut. Manusia secara fisik mempunyai bentuk yang lebih baik, lebih indah,
lebih sempurna. Dalam QS. At-Tiin ayat 4 ditegaskan :

ِ ْ ‫لقدَْخل ْقن‬
َ‫اَاْل ْنسانَفِيَأ ْحس ِنَت ْق ِويم‬
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya “ (QS. At-Tiin : 4)

Menurut Zuhairini dalam buku yang berjudul “Filsafat Pendidikan


Islam” menyatakan bahwa, “kesempurnaan bentuk fisik tersebut, masih
dilengkapi oleh Allah dengan ditiupkan kepadanya ruhnya, sehingga
manusia mempunyai derajat yang mulia, lebih mulia dari malaikat”.8
Karunia Allah yang begitu besar yang diberikan kepada manusia tersebut
merupakan bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna,
memiliki derajat paling tinggi bahkan melebihi derajat malaikat.
Manusia secara kodrati bukanlah malaikat atau setan. Malaikat
adalah makhluk yang senantiasa taat kepada semua perintah Allah,
sedangkan setan adalah makhluk yang senantiasa mengingkari perintah
Allah. Menurut Dr. Chairil Anwar dalam buku yang berjudul “Islam dan
Tantangan Kemanusiaan Abad XXI” menyatakan bahwa, “manusia adalah
makhluk ideal yang posisinya berada diantara kedua ekstrim malaikat dan
setan”[22]. Oleh karena itu manusia bisa memiliki sikap patuh dan taat
terhadap perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, namun sebaliknya
manusia bisa pula mengingkari perintah Allah dan mengerjakan larangan-
Nya.
Manusia sebagai makhluk yang memiliki kesempurnaan bentuk
jasmani dan rohani, manusia berkewajiban patuh dan taat terhadap semua
perintah Allah SWT serta menjauhi semua larangan-Nya. Realisasi
kepatuhan dan ketaatan manusia tersebut diwujudkan oleh allah dalam
suatu tugas kekhalifahan. Sebagai khalifah, manusia adalah pelaksana dari
kekuasaan dan kehendak (kodrat dan irodat) Allah SWT. Manusia harus

8
Zuhairini dkdk,Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:Bumi Aksara,1991)hlm.78

4
meniru contoh yang diberikan para Nabi dan Rasul Allah, karena mereka
adalah manusia sempurna (insan kamil). Menurut Prof. Dr. Ace Partadiredja
dalam buku yang berjudul “Al Quran, Mu’jizat, Karomat, Maunat dan
Hukum Evolusi Spiritual” menyatakan bahwa, “manusia yang berakhlaq
sempurna, seperti contohnya para Nabi, adalah yang dapat mempersatukan
kehendaknya dengan kehendak Allah “.9 Manusia sebagai hamba Allah
SWT berkewajiban merealisasi fungsi kekhalifahan dengan meniru contoh
akhlaq para Nabi dan Rasul sehingga manusia berfungsi kreatif,
mengembangkan diri dan memelihara diri dari kehancuran. Dalam keyakian
umat Islam para Nabi dan Rasulullah adalah contoh cara hidup manusia.
Dengan demikian hidup dan kehidupan manusia berkembang dan mengarah
kepada kesempurnaan, tidak hanya sempurna akhlaknya, tetapi juga
sempurna ketuhanannya, sempurna penguasaannya atas dunia benda,
termasuk badannya sendiri yang juga benda.

3. Makhluk Yang Dapat Dididik


Ada perbedaan yang khas antara manusia dengan binatang. Binatang
adalah makhluk yang tidak dianugerahi akal pikiran, sedangkan manusia
adalah makhluk yang dianugerahi akal pikiran. Manusia, karena memiliki
akal pikiran, maka dalam pendidikan manusia dijuluki “Animal
Educandum”, artinya manusia adalah makhluk yang dapat dididik. Menurut
prof. Dr. H. Sunarto dalam buku yang berjudul “Perkembangan Peserta
Didik” menerangkan bahwa, “manusia adalah makhluk yang dapat dididik
atau “homo educandum”.10 Menurut Achmadi dalam buku yang berjudul
“Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan”, menyatakan bahwa, “manusia
adalah binatang yang mendidik dan dididik (animal
educandum)”.11Manusia merupakan makhluk yang memiliki akal pikiran,

9
Abudin Nata,Filsafat Pendidikan Islam(Jakarta:Wacana Ilmu,1997),hlm.41
10
Sunarto,Perkembangan Peserta Didik(Jakarta: Rineka Cipta,1998)hlm.2
11
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan(Yogyakarta:Aditya Media.1992),hlm.27

5
dan dengan melalui akal itu pula manusia dapat dididik. Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang dapat dididik.
Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik, maka manusia perlu
dididik. Manusia sejak kelahirannya telah memiliki potensi dasar yang
universal. Buku yang berjudul “Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan” oleh
TIM Dosen FIP-IKIP Malang menyebutkan bahwa :
“Sejak kelahirannya manusia telah memilki potensi dasar
yang universal, berupa : kemampuan untuk membedakan antara
baik dan buruk (moral identity); kemampuan dan kesadaran untuk
memperkembangkan diri sendiri sesuai dengan pembawaan dan
cita-citanya (individual identity); kemampuan untuk berhubungan
dan kerjasama dengan orang lain (social identity) dan adanya ciri-
ciri khas yang mampu membedakan dirinya dengan orang lain
(individual differences)”12

Manusia dengan segenap potensi dasar tersebut akan tumbuh


menjadi manusia dewasa manakala dikembangkan melalui proses
pendidikan.
Proses pendidikan anak manusia berawal dari pergaulan, pergaulan
dengan orang lain pada umumnya dan pergaulan dengan kedua orang
tuanya pada khususnya dalam lingkungan budaya yang mengelilinginya.
Menurut Dr. Singgih D. Gunarsa dalam buku yang berjudul “Psikologi
Perkembangan” menyatakan bahwa, “anak membutuhkan orang lain dalam
perkembangannya. Dan orang lain yang paling utama dan pertama
bertanggung jawab adalah orang tua sendiri”.13 Begitu pula cinta-kasih
orang tua dan ketergantungan serta kepercayaan anak kepada mereka pada
usia-usia muda merupakan dasar kokoh yang memungkinkan timbulnya
pergaulan yang mendidik. Menurut penyelidikan-penyelidikan para ahli
sebagaimana dikutip Dr. Singgih menyimpulkan bahwa, “sekalipun bayi
belum dapat dididik, dalam arti belum dapat menangkap pengertian-
pengertian, akan tetapi si bayi seolah-olah menyadari perlakuan-perlakuan

12
Suparna, Perkembangan dan Pembaharuan Pendidikan,(Surabaya: Dalam Tim Dosen FIP-KIP Malang, Pengantar
Dasar-Dasar Kependidikan,Usaha nasional,192
13
Singgih D.Gunarsa,Psikologi Perkembangan, (Jakarta:PT BPK Gunung Mulia.1986), hlm.5

6
mana yang penuh kasih sayang dan perkakuan-perlakuan mana yang tidak
disertai kasih sayang”.14 Keterbatasan dan kelemahan anak manusia
dikuatkan oleh kepercayaan dan sikap pasrah kepada kewibawaan orang tua
dan nilai-nilai moral yang dijunjungnya dalam tanggung jawab diri sendiri.
Anak tidak akan menjadi “manusia” dalam arti yang sesungguhnya
(kehilangan hakikat kemanusiaanya) tanpa adanya pergaulan yang
mendidik yaitu orang lain, terutama orang tuanya sendiri, lingkungan atau
masyarakat serta curahan kasih sayang yang perlu diberikan kepada anak
tersebut.

B. PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan Islam pada dasarnya merupakan proses tanpa akhir sejalan dengan
konsensus universal yang ditetapkan oleh Allah SWT. Sebagai proses yang berlangsung
terus menerus, pendidikan Islam berusaha untuk selalu mengembangkan serta
membimbing fitrah serta segenap potensi yang dimiliki manusia. Fitrah dan potensi
manusia yang dibimbing dan dikembangkan meliputi aspek jasmani maupun rohaninya.
Bimbingan dan pengembangan tersebut bertujuan agar manusia mampu berperan dan
mengabdi kepada Allah SWT, mengingat manusia berfungsi
sebagai ‘abid dan khalifatullah fil ardl. Oleh karena itu, pendidikan Islam pada hakekatnya
mengarahkan dan mengembangkan manusia untuk bertaqwa kepada Allah SWT.
1. Pendidikan Islam Sebagai Pengembangan Fitrah.
Pendidikan Islam merupakan jalan yang tepat dalam rangka
mengembangkan fitrah manusia, karena Islam sesungguhnya sesuai dengan
fitrah manusia. Fitrah sebagaimana telah diuraikan pada awal Bab II ini adalah
sifat-sifat asli atau asal kejadian sesuatu. Menurut Al Ghazali sebagaimana
yang dikutip oleh Drs. Zainuddin bahwa, “kata fitrah berasal dari
kata “fathara” (menciptakan) sepadan dengan kata khalaqa. Jadi fitrah berarti
ciptaan atau sifat dasar yang telah ada pada saat diciptakannya, atau asal
kejadiannya”[36]. Fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah apa yang ada
pada manusia sejak dijadikannya atau diciptakannya.

14
Ibid,hlm10

7
Fitrah manusia perlu dididik. Rasulullah SAW bersabda :15
Artinya : “dari Abi Hurairah, sesungguhnya ia berkata, “Rasulullah
SAW bersabda : tidaklah seorang anak itu dilahirkan kecuali dalam keadaan
fitrah. Maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau
Majusi. (HR. Muslim)
Al Ghazali berpendapat bahwa, “fitrah pada dasarnya baik dan sempurna,
fitrah memiliki kemungkinan dan kesediaan untuk menerima kebaikan atau
keburukan. Dengan kata lain fitrah adalah merupakan dasar-dasar kemampuan
untuk menerima pendidikan dan pengajaran”. Fitrah manusia mempunyai
kecenderungan untuk berbuat baik dan berbuat buruk. Fitrah tersebut harus
dididik agar sejalan dengan ketetetapan Allah SWT.
Pendidikan Islam sebagai pengembangan fitrah manusia dijelaskan oleh Dr.
Munir Mursyi. Menurutnya :16
Artinya : “Pendidikan Islam adalah pendidikan fitrah manusia karena
sesungguhnya Islam itu adalah agama fitrah dan segala perintahnya dan
larangan serta kepatuhan dapat mengantarkan mengetahui fitrah ini”.

Pendidikan Islam sebagai pendidikan fitrah, karena Islam selaras


dengan fitrah manusia.
Pendidikan Islam sebagai usaha pengembangan fitrah manusia juga
sebutkan Achmadi. Menurut Achmadi, pendidikan Islam adalah, “segala usaha
untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya
insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya sesuai
dengan norma Islam”. Fitrah manusia melalui pendidikan Islam akan dapat
teraktualisasi dengan baik, sehingga manusia mencapai kesempurnaan sesuai
dengan norma-norma Islam.
2. Pendidikan Islam Sebagai Pengembangan Potensi.
Manusia lahir di dunia membawa sejumlah potensi atau kemampuan. Agar
potensi manusia dapat berkembang, maka perlu adanya pendidikan. Pendidikan

15
Imam Abi Husaini Muslim bin Hajjad,Shahih Muslim Juz IV(Beirut Libanon:Dar Al-Kutub Al-
Islamiyah,1992),hlm.46
16
Munir Mursyi, At-Tarbiyah Al-Islamiyah, Ushuluha watathawavuha fil biladi Al Arabiyah, (Kairo:Alam
Kutub,1997)hlm.25

8
merupakan suatu proses untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-
potensi tersebut, dalam arti berusaha untuk menampakkan
(mengaktualisasikannya). Menurut Drs. Djasadi dalam buku “Ilmu Pendidikan
Islam” menyebutkan bahwa, “bimbingan adalah usaha memberikan tuntunan
atau pertolongan kepada anak secara sadar yang diberikan oleh orang dewasa
dengan penuh tanggung jawab”. Pengembangan potensi manusia diupayakan
melalui proses pendidikan atau bimbingan.
Allah SWT telah memberikan kepada manusia kemampuan untuk belajar
dan berpengetahuan serta kemampuan-kemampuan yang lain. Menurut
Abdurrahman An-Nahlawi dalam buku yang berjudul “prinsip-prinsip dan
Metode Pendidikan Islam menyatakan bahwa :
“perataan kemampuan belajar itu adalah pendengaran dan hati.
Pendengaran bertugas memelihara ilmu pengetahuan yang telah ditemukan oleh
orang lain. Pengetahuan bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan dengan
menambahkan hasil penelitian dan pengkajian kepadanya. Sedangkan hati
bertugas membersihkan ilmu pengetahuan dari segala noda dan kotorannya,
kemudian mengambil beberapa kesimpulan darinya”.17
Manusia berkewajiban mengembangkan segenap potensi tersebut, sehingga
dapat berfungsi sesuai dengan ketetapan Allah SWT. Salah satu upaya untuk
memfungsikan segenap potensi manusia yaitu melalui pendidikan Islam.
3. Pendidikan Islam Sebagai Pengembangan Ketaqwaan Kepada Allah
SWT.
Manusia diciptakan Allah SWT untuk mengemban misi sebagai ‘abid dan
khalifah-Nya. Manusia sebagai khalifah Allah SWT bertugas membangun dan
mengolah bumi serta segala sesuatu yang ada di dalam dengan sebaik-baiknya.
Menurut Dr. M. Quraish Shihab tugas khalifah adalah “memakmurkan dan
membangun bumi ini sesuai dengan yang ditetapkan oleh Allah SWT”.
Manusia dengan melaksanakan amanat Allah sebagai khalifah-Nya berarti
manusia telah memanifestasikan ketaqwaan kepada-Nya. Agar manusia dapat
bertaqwa kepada Allah, maka manusia perlu dididik. Mustahil manusia dapat

17
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam,(Bandung: CV Diponegoro,1989),hlm.60

9
bertaqwa apabila tidak terdidik. Pendidikan Islam merupakan syarat manusia
untuk dapat bertaqwa kepada Allah SWT.
Pendidikan Islam sebagai pengembangan ketaqwaan kepada Allah SWT,
disebutkan DR. Muhammad, S.A. Ibrahimy (Bangladesh) sebagaimana dikutip
oleh Prof. H.M. Arifin, M.Ed., menyatakan bahwa,”Islamic education in true
sense of the term is system of education which enables a man to lead his life
according to the islamic ideology, so that he may easily mould his life in
accordance with tenets of Islam".18
Artinya :”Secara istilah pendidikan Islam dalam pandangan yang
sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang
untuk dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam,
sehingga ia dengan mudah dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran-
ajaran Islam”
Pendidikan Islam mempunyai tujuan tertinggi, yaitu agar manusia mampu
berperan sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, sesuai dengan tujuan
penciptaan manusia itu sendiri. Prinsip-prinsip Islam menjadi dasar pendidikan
Islam dan menjadi pedoman seluruh aspek kehidupan manusia, meliputi aspek
jasmani maupun rohani.

C. Kerangka berfikir “Hakikat Manusia dalam Pendidikan Islam”


Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah-Nya. Manusia sebagai
khalifah bertugas memakmurkan atau membangun bumi sesuai dengan konsep yang
ditetapkan oleh Allah. Atas dasar tugas kekhalifahan yang dibebankan kepada manusia
tersebut, manusia perlu mendapatkan Pendidikan.
Manusia, laki-laki maupun perempuan adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang
dilengkapi dengan potensi-potensi. Potensi manusia meliputi segenap aspek jasmani
(materi) maupun rohani (akal dan jiwa). Karunia Allah SWT yang diberikan kepada
manusia tersebut wajib disyukuri, yaitu dengan jalan memelihara, menggunakan,
membina, mengembangkan serta memberdayakan dengan baik. Upaya tersebut wajib

18
MArifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta:Bumi Aksara,1995)hlm.3

10
adanya, dengan maksud agar potensi tersebut dapat tersktualisasi dengan aktif dan
konstruktif sesuai dengan yang ditetapkan Allah SWT.
Memberdayakan manusia sebagai salah satu mensyukuri nikmat Allah SWT
tersebut, bukan berarti manusia tidak berdaya. Justru karena manusia berdaya, maka
manusia wajib diberdayakan. Sesuatu yang tidak berdaya mustahil dapat diberdayakan.
Salah satu upaya dalam memberdayakan manusia yaitu dengan pendidikan Islam.
Melalui ikhtiar kependidikan Islam yang sistematis berencana berdasarkan wawasan yang
interdisipliner, manusia diharapkan dapat menjadi sosok pribadi yang berkualitas bajik dan
menyandang derajat mulia melebihi makhluk-makhuk lainnya. Mengingat peran dan
fungsi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT di bumi, melalui pendidikan Islam
pula diharapkan manusia dapat mencapai tujuan hidupnya memperoleh keridlaan Allah
SWT di dunia ini, sebagai bekal memperoleh keridlaan Allah di akhirat nanti.

11
BAB III
PENUTUP

Hakikat manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki fitrah, akal, kalbu,
kemauan serta amanah. Manusia dengan segenap potensi (kemampuan) kejiwaan naluriah, seperti
akal pikiran, kalbu kemauan yang ditunjang dengan kemampuan jasmaniahnya, manusia akan
mampu melaksanakan amanah Allah dengan sebaik-baiknya sehingga mencapai derajat manusia
yang sempurna (beriman, berilmu dan beramal) manakala manusia memiliki kemaunan serta
kemampuan menggunakan dan mengembangkan segenap kemampuan karunia Allah tersebut.
Pendidikan Islam pada dasarnya merupakan proses tanpa akhir sejalan dengan konsensus
universal yang ditetapkan oleh Allah SWT. Sebagai proses yang berlangsung terus menerus,
pendidikan Islam berusaha untuk selalu mengembangkan serta membimbing fitrah serta segenap
potensi yang dimiliki manusia. Fitrah dan potensi manusia yang dibimbing dan dikembangkan
meliputi aspek jasmani maupun rohaninya.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah-Nya. Manusia sebagai
khalifah bertugas memakmurkan atau membangun bumi sesuai dengan konsep yang ditetapkan
oleh Allah. Atas dasar tugas kekhalifahan yang dibebankan kepada manusia tersebut, manusia
perlu mendapatkan Pendidikan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Referensi: https://tafsirweb.com/2888-surat-al-anfal-ayat-22.html
Referensi: https://tafsirweb.com/12853-surat-at-tin-ayat-4.html
Ali Syari’ati, Humanisme antara islam dan madzhab barat, (Jakarta: Pustaka Hidayah,1992),
hlm.47
M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an,(Bandung:Mizan,1998) hlm.284
Syahminan Zaini,.Kusuma Seta, Ciri khas manusia(Jakarta: Kalam Mulia,1986) hlm.37
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan,(Jakarta:Al-Husna Zikra,1995)hlm.93
Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,1994)
hlm.39
Zuhairini dkdk,Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:Bumi Aksara,1991)hlm.78
Abudin Nata,Filsafat Pendidikan Islam(Jakarta:Wacana Ilmu,1997),hlm.41
Sunarto,Perkembangan Peserta Didik(Jakarta: Rineka Cipta,1998)hlm.2
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan(Yogyakarta:Aditya Media.1992),hlm.27
Imam Abi Husaini Muslim bin Hajjad,Shahih Muslim Juz IV(Beirut Libanon:Dar Al-Kutub Al-
Islamiyah,1992),hlm.46
Munir Mursyi, At-Tarbiyah Al-Islamiyah, Ushuluha watathawavuha fil biladi Al Arabiyah,
(Kairo:Alam Kutub,1997)hlm.25
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam,(Bandung: CV
Diponegoro,1989),hlm.60
MArifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta:Bumi Aksara,1995)hlm.3

13

Anda mungkin juga menyukai