Anda di halaman 1dari 15

Makalah

Hakikat dan Martabat Manusia


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama
DOSEN : Bapak H. Dr. Wawan A Ridwan,M.Ag

Disusun Oleh :
Kelompok 2 :
1. Astri Yanti (P20620220044)
2. Legiana Preccillia (P20620220059)
3. Novita Sari (P20620220061
4. Sri Wahyuni (P20620220076)

TINGKAT : 1B KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN CIREBON
JL. PEMUDA NO. 38 TELP. 245739 KOTA CIREBON
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah dapat
menyelesaikan makalah berjudul (Hakikat dan Martabat Manusia) tepat waktu. Makalah
Hakikat dan Martabat Manusia guna memenuhi tugas Bapak H. Dr. Wawan A Ridwan,M.Ag
pada mata kuliah di Poltekkes Tasikmalaya. Selain itu, juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu selaku dosen mata
kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan terima demi membangun kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, 05 September 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Allah SWT yang paling sempurna. Diciptakan
dari sari pati tanah yang kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah hingga akhirnya
menjadi wujud yang sekarang ini. Salah satu kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki oleh
makhluk lain adalah adanya akal dan nafsu. Dua hal inilah yang membuat manusia dapat
berpikir, bertanggung jawab, serta memilih jalan hidup, kelebihan-kelebihan ini seperti yang
dijelaskan pada QS Al-Isra: 70. Selain itu, ada kelebihan lain yang dimiliki oleh manusia
sehingga membuat manusia berbeda dari sesama manusia, yaitu hati. Jika hati manusia itu
kotor, derajatnya tentu akan sangat rendah di mata Allah SWT. Namun sebaliknya jika
hatinya bersih dari segala perbuatan yang kotor tentu derajatnya akan ditinggikan oleh Allah
SWT. Sebagai makhluk Allah SWT tentu manusia selain memiliki hak juga memiliki
kewajiban. Kewajiban yang utama adalah beribadah pada Allah SWT yang merupakan tugas
pokok dalam kehidupan manusia hingga apapun yang dilakukan manusia harus sesuai dengan
perintah Allah SWT. Adapun tanggung jawab manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia
ini adalah sebagai khalifatullah dan sebagai abdi/ hamba Allah SWT.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian manusia ?


2. Apa yang dimaksud dengan hakikat manusia?
3. Apa yang dimaksud dengan martabat manusia?

C. Tujuan
1. untuk mengetahui penjelasan mengenai pengertian manusia
2. Untuk mengetahui penjelasan mengenai hakikat manusia.
3. Untuk mengetahui penjelasan mengenai martabat manusia
4.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dibandingkan
dengan makhluk lainnya, karena manusia mempunyai akal dan pikiran untuk berfikir secara
logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan perbuatan yang tidak dilakukan. Manusia
bisa memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negartif) untuk diri mereka
sendiri. Secara umum manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial, karena bukan
hanya diri sendiri saja tetapi manusia perlu bantuan dari orang lain.

Adapun beberapa definisi manusia menurut para ahli, yaitu :

1. ABINENO J. I

Manusia adalah "tubuh yang berjiwa" dan bukan "jiwa abadi yang berada atau
yang terbungkus dalam tubuh yang fana".

2. UPANISADS

Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan
prana atau badan fisik.

3. I WAYAN WATRA

Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta,
rasa dan karsa.

4. OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY

Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang
berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh),
manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan

Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain Al-
Insaan, Al-Naas, Al-Abd, Bani Adam, dan sebagainya. Al-Insaan berarti suka,
senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-Naas berarti manusia (jama’).
Al-Abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani Adam berarti anak-anak Adam
karena berasal dari keturunan nabi Adam. Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah
disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai
potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan
akhirat.

Allah selaku pencipta alam semesta dan manusia telah memberikan informasi
lewat wahyu Al-quran dan realita faktual yang tampak pada diri manusia. Informasi
itu diberi- Nya melalui ayat-ayat tersebar tidak bertumpuk pada satu ayat atau satu
surat. Hal ini dilakukan-Nya agar manusia berusaha mencari, meneliti, memikirkan,
dan menganalisanya. Tidak menerima mentah demikian saja. Untuk mampu
memutuskannya, diperlukan suatu peneliti Alquran dan sunnah rasul secara analitis
dan mendalam. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan penelitian laboratorium
sebagai perbandingan, untuk merumuskan mana yang benar bersumber dari konsep
awal dari Allah dan mana yang telah mendapat pengaruh lingkungan. Hasil peneliti
Alquran yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpuannya bahwa manusia terdiri dari
unsur-unsur: jasad, ruh, nafs, qalb, fikr, dan aqal.

B. Hakikat Manusia

Hakikat adalah kebenaran atau sesungguh-sungguhnya atau kenyataan yang sebenar-


benarnya. Hakikat (Haqiqat) adalah kata benda yang berarti kebenaran atau yang benar-benar
ada. Kata ini berasal dari kata pokok hak (al-Haq), yang berarti milik (kepunyaan) atau benar
(kebenaran).

Hakikat manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki fitrah, akal,
kalbu, kemauan serta amanah. Manusia dengan segenap potensi (kemampuan) kejiwaan
naluriah, seperti akal pikiran, kalbu kemauan yang ditunjang dengan kemampuan
jasmaniahnya, manusia akan mampu melaksanakan amanah Allah dengan sebaik-baiknya
sehingga mencapai derajat manusia yang sempurna (beriman, berilmu dan beramal) manakala
manusia memiliki kemaunan serta kemampuan menggunakan dan mengembangkan segenap
kemampuan karunia Allah tersebut. Dr. Ali Syari’ati dalam buku yang berjudul “Humanisme
antara Islam dan Mazhab Barat menyatakan bahwa, “ manusia adalah makhluk satu-satunya
di alam semesta ini yang memiliki Ruh Ilahi dan bertanggung jawab atas amanat Allah, serta
berkewajiban berakhlak dengan akhlak Allah”[1]. Salah satu upaya dalam rangka
memberdayakan manusia yang berkualitas bajik, terampil serta berkepribadian dan berakhlak
luhur adalah dengan melalui pendidikan. Dengan demikian manusia sebagai makhluk yang
memiliki fitrah, akal, kalbu, kemauan serta amanah.

I. Hakikat Manusia dalam Islam

Hakikat manusia terbagi menjadi 5, yaitu

a. Manusia adalah mahkluk yang paling indah dan sempurna dalam pencitraannya
Citra kesempurnaan dan keindahan manusia diwujudkan melalui penampilan
budaya dan peradaban yang terus berkembang. Kebudayaan adalah hasil ciptaan
manusia dan syarat bagi kehidupan manusia. Kebudayaan menjadikan manusia
makhluk berbudaya. Manusia juga disebut dengan makhluk yang memiliki peradaban
(Civil Society). Melalui peradaban ini manusia dapat mengembangkan pola pikir,
berbuat dan bertindak serta merasakan yang merupakan cerminan dari
kebudayaannya. Termuat dalam Q.S At-Tin ayat 4 menjelaskan tentang manusia
diciptakan sebaik baiknya.

‫لَقَ ْد خَ لَ ْقنَا اإل ْن َسانَ فِي َأحْ َس ِن تَ ْق ِو ٍيم‬

“Sungguh, Kami telah Menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya” (Q.S. At-Tiin ayat 4)

b. Manusia adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya


Manusia memiliki jiwa dan raga. Raga manusia termasuk kedalam derajat
terendah, sementara ruh manusia termasuk kedalam derajat tertinggi. Hikmah yang
terkandung dalam ini ialah bahwa manusia harus mengemban beban amanat
pengetahuan tentang Allah. Karena itu mereka harus mempunyai kekuatan dalam
dunia ini untuk mencapai kesempurnaan.

c. Manusia adalah khalifah di muka bumi


Manusia sebagai makhluk yang lemah, disisi lain dinobatkan sebagai
“khalifah” (wakil Allah) untuk menjadi saksi-Nya serta mengungkapkan rahasia-
rahasia firman-Nya. Para makhluk yang lain tidak melihat ada dimensi yang tidak
bisa dijangkau olehnya, ia hanya mampu melihat pada tingkat yang paling rendah
dalam diri manusia.
Dalam dunia pendidikan, manusia telah ditugaskan untuk memakmurkan,
mengelola atau mengatur kehidupan di bumi untuk dimanfaatkan bagi kehidupan
tanpa merusak tatanan dan keharmonisannya. Artinya manusia ditugaskan untuk
membimbing generasi kini dan yang akan datang, serta menjalin keharmonisan dalam
kehidupan bermasyarakat. Dijelaskan dalam Q.S Al-Baqarah ayat 30
ٓ
َ ‫ك ٱل ِّد َمٓا َء َو َنحْ نُ ُن َس ِّب ُح ِب َح ْم ِد‬
‫ك‬ ِ ْ‫ك ل ِْل َم ٰلَِئ َك ِة ِإ ِّنى َجاعِ ٌل فِى ٱَأْلر‬
ُ ِ‫ض َخلِي َف ًة ۖ َق الُ ٓو ۟ا َأ َتجْ َع ُل فِي َه ا َمن ُي ْف ِس ُد فِي َه ا َو َي ْس ف‬ َ ‫َوِإ ْذ َقا َل َر ُّب‬
َ ‫ك ۖ َقا َل ِإ ِّن ٓى َأعْ لَ ُم َما اَل َتعْ لَم‬
‫ُون‬ َ َ‫َو ُن َق ِّدسُ ل‬

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka


berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"

d. Makhluk yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Tujuan pendidikan diarahkan kepada upaya pembentukan sikap taqwa.
Dengan demikian pendidikan ditujukan kepada upaya untuk membimbing dan
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar dapat menjadi hamba
Allah yang taqwa. Di antara ciri mereka yang taqwa adalah beriman kepada yang
ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezeki anugerah Allah, beriman
kepada Al-Qur’an dan kitab-kitab samawi sebelum Al-Qur’an, serta keyakinan
kehidupan akhirat. Dijelaskan dalam Q.S AL-Hujjurat 13

‫ارفُوا ِإنَّ َأ ْك َر َم ُك ْم عِ ْن َد هَّللا ِ َأ ْت َقا ُك ْم ِإنَّ هَّللا َ َعلِي ٌم َخ ِبي ٌر‬ ُ ‫ا َأ ُّي َها ال َّناسُ ِإ َّنا َخلَ ْق َنا ُك ْم مِنْ َذ َك ٍر َوُأ ْن َثى َو َج َع ْل َنا ُك ْم‬
َ ‫شعُوبًا َو َقبَاِئ َل ِل َت َع‬

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)

e. Manusia adalah makhluk pemilik Hak Asasi Manusia (HAM)


Manusia dalam menjalani kehidupannya telah dilengkapi dengan hak dasar
(HAM) yang diikrarkan untuk dijalankan bagi sesama manusia. Hak dasar ini yang
mengatur tata kehidupan manusia, sehingga dalam menjalankan aktifitas kehidupan
tidak mengalami benturan dengan aturan yang telah ditetapkan. Aturan tersebut
antara lain adalah kebebasan dalam menjalankan/menentukan nasib dalam
menjalankan kehidupan. Manusia juga memiliki kebebasan dalam menjalankan
perintah, dalam hal ini tentu masih dalam bingkai keempat butir harkat dan martabat
manusia (HMM).
II. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Psikis

Menurut Imam Ghazali ada empat unsur-unsur kejiwaan pada manusia, yaitu:

a) Qalbu
Qalbu mempunyai dua arti yaitu fisik dan metafisik. Qalbu dalam arti fisik
adalah jantung, berupa segumpal daging berbentuk lonjong, terletak di dalam dada
sebelah kiri. Sedangkan dalam arti metafisik dinyatakan sebagai karunia Tuhan yang
halus, bersifat ruhaniyah dan ketuhanan, yang mempunyai hubungan dengan jantung.
Qalbu yang halus dan indah inilah hakikat kemanusiaan yang mengenal dan
mengetahui segalanya, serta menjadi sasaran perintah, cela, hukuman dan tuntutan
Tuhan.
b) Kognisi ruh
Yang diartikan sebagai “nyawa” atau sumber hidup dan diartikan sebagai
suatu yang halus dan indah dalam diri manusia yang mengetahui dan mengenal
segalanya seperti halnya qalbu dalam arti metafisik.
c) Nafsu
Nafsu terbagi menjadi tiga yaitu nafsu mutmainnah yang memberi ketenangan
batin,nafsu amarah yang mendorong kepada tindakan negatif, nafsu lawwamah yang
menyadarkan manusia dari kesalahan hingga timbul penyesalan. Nafsu mencakup
gejala ambang sadar dan yang berada di bawah ambang sadar. Sedangkan qalbu
sebagai wadah dari gejala ambang sadar manusia.
d) Akal
Yaitu daya pikir atau potensi intelligensi manusia yang mencakup dorongan
moral untuk melakukan kebaikan dan menghindarkan dari kesalahan karena adanya
kemampuan manusia untuk berpikir dan memahami persoalan.

III. Hakikat Manusia Dalam Wujud dan Sifatnya


Mengenai wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan), akan
dipaparkan oleh paham eksistensialisme dengan tujuan agar menjadi masukan dalam
membenahi konsep pendidikan, yaitu:
o Kemampuan Menyadari Diri
o Kemampuan Bereksistensi
o Kata Hati
o Moral
o Tanggung Jawab
o Rasa Kebebasan
o Kewajiban dan Hak
o Kemampuan Menghayati Kebahagian

IV. Jenis-jenis Hakikat Manusia Secara Umum


a. Kodrat adalah sesutau yang tidak bisa dirubah atau sifat pembawaan alamiah
yang terjelma dalam diri manusia itu ketika diciptakan oleh tuhan.
b. Harkat adalah nilai manusia sebagai mahluk tuhan yang di bekali cipta, rasa,
karsa dan hak-hak serta kewajiban assasi manusia.
c. Martabat adalah tingkatan harkat kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat
d. Hak asasi adalah sesuatu atau sebuah anugrah yang diberikan oleh tuhan
kepada umatnya dari kita lahir.
e. Kewajiban manusia terhadap Tuhan yang Maha Esa yaitu:
 Menganut agama
 Beribadah kepada tuhan
 Menunaikan tugas yang di perintah oleh tuhan dan menjauhi
larangannya.
f. Kewajiban manusia terhadap diri sendiri yaitu:
 Menjaga diri sendiri baik fisik maupun mental
 Menjaga nama baik sendiri
 Mengembangkan potensi yang ada pada diri kita sendiri.
g. Kewajiban manusia terhadap sesama mahluk hidup yaitu:
 Saling membantu satu sama lain (siamotutiprateli)
 Toleransi terhadap orang lain
 Saling menghargai satu sama lain
 Intinya kita semua saudara
h. Kewajiban manusia terhadap negara dan bangsa yaitu:
 Membentuk karakter atau diri individu berdasarkan pancasila
 Kesadaran diri wajib bela negara atau bangsa
 Mengabdi kepada manusia sesuai propesi
 Mengikuti pendidikan kewarganegaraan
C. Martabat Manusia

Martabat manusia adalah kedudukan manusia yang terhormat sebagai makhluk


ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berakal budi sehingga manusia mendapat tempat
yang tinggi dibanding makhluk yang lain. Ditinjau dan martabatnya, kedudukan manusia
itu lebih tinggi dan lebth terhormat dibandingican dengan makhluk lainnya.

I. Martabat ManusiaMenurut Agama Islam:

Martabat adalah harga diri tingkatan harkat kemanusiaan dan kedudukan yang
terhormat, dan martabat saling berkaitan dengan maqam, maksudnya adalah secara
dasarnya maqam merupakan tingkatan martabat seseorang hamba terhadap khalik-
Nya, yang juga merupakan sesuatu keadaan tingkatannya seseorang sufi di hadapan
tuhannya pada saat dalam perjalanan spritual dalam beribadah kepada Allah Swt.

Maqam ini terdiri dari beberapa tingkat atau tahapan seseorang dalam hasil ibadahnya
yang di wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada tingkatan maqam tersebut, secara
umum dalam thariqat naqsyabandi tingkatan maqam ini jumlahnya ada 7 (tujuh), yang
di kenal juga dengan nama martabat tujuh, seseorang hamba yang menempuh
perjalanan dzikir ini biasanya melalui bimbingan dari seseorang yang alim yang
paham akan isi dari maqam ini setiap tingkatnya, seseorang hamba tidak di benarkan
sembarangan menggunakan tahapan maqam ini sebelum menyelesaikan atau ada
hasilnya pada riyadhah dzikir pada setiap maqam, ia harus ada mendapat hasil dari
amalan pada maqam tersebut.

Tingkat martabat seseorang hamba di hadapan Allah Swt mesti melalui beberapa
proses sebagai berikut :

1. Taubat;
2. Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang haram;
3. Merasa miskin diri dari segalanya;
4. Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap
tuhan yang maha esa;
5. Meningkatkan kesabaran terhadap takdirNya;
6. Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya;
7. Melazimkan muraqabah (mengawasi atau instropeksi diri);
8. Melazimkan renungan terhadap kebesaran Allah Swt;
9. Meningkatkan hampir atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara
menetapkan ingatan kepadaNya;
10. Mempunyai rasa takut, dan rasa takut ini hanya kepada Allah Swt saja.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hakikat manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki fitrah, akal,
kalbu, kemauan serta amanah. Manusia dengan segenap potensi (kemampuan) kejiwaan
naluriah, seperti akal pikiran, kalbu kemauan yang ditunjang dengan kemampuan
jasmaniahnya, manusia akan mampu melaksanakan amanah Allah dengan sebaik-baiknya
sehingga mencapai derajat manusia yang sempurna (beriman, berilmu dan beramal) manakala
manusia memiliki kemaunan serta kemampuan menggunakan dan mengembangkan segenap
kemampuan karunia Allah tersebut.

Martabat manusia adalah harga diri/kedudukan manusia di muka bumi yaitu sebagai
makhuk ciptaan Allah yang paling sempurna dan derajatnya lebih tinggi daripada makhluk
yang lain. Martabat manusia yang paling sempurna dan lebih tinggi disebabkan karena
manusia diberi akal dan hati nurani oleh Allah SWT.

B. Saran

Sebagai makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan dibandingan dengan


makhluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugrah tersebut dengan berbagai cara,
diantaranya dengan memaksimalkan semua potensi yang ada pada diri kita. Kita juga dituntut
untuk terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan tanggung
jawab manusia sebagai makhluk dan khalifah di bumi. Martabat manusia yang paling
sempurna dan lebih tinggi disebabkan karena manusia diberi akal dan hati nurani oleh Allah
SWT. Sebagai hamba Allah, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada
Allah, menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebagai khalifah Allah
manusia memiliki tugas sebagai pemimpin, wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan
memelihara alam.
DAFTAR PUSTAKA

Kartika. 2014. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Umum (online). (http://kartika-
d.blogspot.com/2014/05/hakikat-manusia-menurut-pandangan-umum.html.) diakses 7 Agustus
2018

Badudu J.S dan Sultan Moh. Zain 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

Drs. Margiono dkk. 2007. Pendidikan Agama Islam 1 Lentera Kehidupan untuk SMA Kelas X. Jakarta:
Yudhistira.

Muchsin, dkk. 1984. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta : Bulan Bintang.

Trianto. 2006. Wawasan Ilmu Alamiah Dasar. Surabaya : Prestasi Pustaka.

Diakses pada 19 september 2014

Sholihin, Mad. 2016. Hakekat Manusia Dalam Pendidikan Islam (online). (http://rudi-stain-
krc.blogspot.com/2009/02/harkat-dan-manusia-hmm-dan.html.) diakses 6 Agustus 2018

Anda mungkin juga menyukai