I. DESKRIPSI SINGKAT
Modul Kebijakan dan Strategi Nasional STBM ini disusun untuk membekali
peserta agar dapat memahami kebijakan dan stategi nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM), dalam kaitannya dengan keberhasilan
pembangunan kesehatan manusia Indonesia.
Pendekatan STBM terdiri dari tiga komponen yang harus dilaksanakan secara
seimbang dan komprehensif, yaitu: 1) peningkatan kebutuhan sanitasi, 2)
peningkatan penyediaan sanitasi, dan 3) peningkatan lingkungan yang kondusif.
Penerapan STBM dilakukan dalam naungan 5 pilar STBM, yaitu (1) Stop Buang
Air Besar Sembarangan (SBS), (2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), (3)
Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT), (4)
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT), dan Pengelolaan Limbah Cair
Rumah Tangga (PLC-RT).
V. METODE PEMBELAJARAN
CTJ dan curah pendapat.
b. Strategi STBM
Untuk mencapai kondisi sanitasi total, STBM memiliki 6 strategi, yaitu :
Pokok Kegiatan :
Pokok Kegiatan :
Pokok Kegiatan :
Pokok Kegiatan :
5. Pembiayaan
Prinsip :
Pokok kegiatan :
Pokok kegiatan :
Dari 6 (enam) strategi tersebut, 3 (tiga) strategi pertama merupakan strategi utama
dalam pelaksanaan STBM. Tiga strategi ini disebut Komponen Sanitasi Total.
Kondisi Sanitasi Total adalah kondisi ketika suatu komunitas (i) tidak buang
air besar sembarangan; (ii) mencuci tangan pakai sabun; (iii) mengelola air
minum dan makanan yang aman; (iv) mengelola sampah dengan aman; dan
(v) mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Sanitasi dalam dokumen ini meliputi kondisi sanitasi total di atas.
Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana
buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga.
Berbasis masyarakat adalah kondisi yang menempatkan masyarakat sebagai
pengambil keputusan dan penanggungjawab dalam rangka
menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat untuk memecahkan
berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian,
kesejahteraan, serta menjamin keberlanjutannya.
ODF (Open Defecation Free) atau SBS (Stop Buang air besar
Sembarangan) adalah kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas
tidak buang air besar di sembarang tempat, tetapi di fasilitas jamban sehat.
Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus
mata rantai penularan penyakit.
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah perilaku cuci tangan secara benar
dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
Sarana CTPS adalah sarana untuk melakukan perilaku cuci tangan pakai
sabun yang dilengkapi dengan sarana air mengalir, sabun dan saluran
pembuangan air limbah.
Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT) adalah
suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air
yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya, serta
pengelolaan makanan yangaman di rumah tangga yang meliputi 5 (lima)
kunci keamanan pangan yakni: (i) menjaga kebersihan, (ii) memisahkan
pangan matang dan pangan mentah, (iii) memasak dengan benar, (iv)
menjaga pangan pada suhu aman, dan (v) menggunakan air dan bahan baku
yang aman.
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT) adalah proses pengelolaan
sampah dengan aman pada tingkat rumah tangga dengan mengedepankan
prinsip mengurangi, memakai ulang dan mendaur ulang.Pengelolaan sampah
yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,
Program-program terdahulu
Kecenderungan saat ini
(biasanya Target Oriented)
Pendekatan ini berawal dari sebuah penilaian dampak partisipatif air bersih
dan sanitasi yang telah dijalankan selama 10 tahun oleh Water Aid. Salah satu
rekomendasi dari penilaian tersebut adalah perlunya mengembangkan sebuah
strategi untuk secara perlahan-lahan mencabut subsidi pembangunan toilet.
Ciri utama pendekatan ini adalah tidak adanya subsidi terhadap infrastruktur
(jamban keluarga), dan tidak menetapkan model standar jamban yang
nantinya akan dibangun oleh masyarakat.
Community lead tidak hanya dalam sanitasi, tetapi dapat dalam hal lain seperti
dalam pendidikan, pertanian, dan lain – lain, prinsip yang terpenting adalah:
Inisiatif masyarakat
Total atau keseluruhan, keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara
kolektif adalah kunci utama.
Solidaritas masyarakat (laki perempuan, kaya miskin) sangat terlihat dalam
pendekatan ini.
Semua dibuat oleh masyarakat, tidak ada ikut campur pihak luar, dan
biasanya akan muncul “natural leader”.
Dasar dari CLTS adalah tiga pilar utama Participatory Rural Appraisal (PRA), yaitu:
Perilaku dan
kebiasaan
Berbagi Metode
Ketiganya merupakan pilar utama yang harus diperhatikan dalam pendekatan CLTS,
namun dari ketiganya yang paling penting adalah perubahan perilaku dan kebiasaan,
karena jika perilaku dan kebiasaan tidak berubah maka kita tidak akan pernah
mencapai tahap “berbagi” dan sangat sulit untuk menerapkan metode yang tepat.
Konsep-konsep inilah yang kemudian diadopsi oleh STBM dan disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan di Indonesia. Konsep STBM menekankan pada upaya
perubahan perilaku yang berkelanjutan untuk mencapai kondisi sanitasi total melalui
pemberdayaan masyarakat.
Pendekatan STBM merupakan interaksi yang saling terkait antara ketiga komponen
pokok sanitasi, yang dilaksanakan secara terpadu, sebagai berikut:
Kebijakan,
Kelembagaan,
Metodologi pelaksanaan program,
Kapasitas pelaksaan,
Produk dan perangkat,
Keuangan,
Pelaksanaan dengan biaya yang efektif,
Monitoring dan evaluasi
a. Tanpa subsidi.
Masyarakat tidak menerima bantuan dari pemerintah atau pihak lain untuk
menyediakan sarana sanitasi dasarnya.
Penyediaan sarana sanitasi dasar adalah tanggung jawab masyarakat.
Sekiranya individu masyarakat belum mampu menyediakan sanitasi dasar,
maka diharapkan adanya kepedulian dan kerjasama dengan anggota
masyarakat lain untuk membantu mencarikan solusi.
b. Masyarakat sebagai pemimpin
Inisiatif pembangunan sarana sanitasi hendaknya berasal dari masyarakat.
Fasilitator maupun wirausaha sanitasi hanya membantu memberikan masukan
dan pilihan-pilihan solusi kepada masyarakat untuk meningkatkan akses dan
kualitas hygiene dan sanitasinya. Semua kegiatan maupun pembangunan
sarana sanitasi dibuat oleh masyarakat. Sehingga ikut campur pihak luar tidak
diharapkan dan tidak diperbolehkan. Dalam praktiknya, biasanya akan tercipta
natural-natural leader di masyarakat.
c. Tidak menggurui/memaksa
A. Pembelajaran/Refleksi
C. Penutup
1. Dari hasil diskusi pleno, pemandu memfasilitasi penegasan (bukan penyimpulan)
tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat.
a. Komponen STBM
Dilakukan melalui Diskusi Kelompok. Maksimal waktu 60 menit.
Ilustrasi:
o Bagaimana seharusnya?
Tujuannya adalah agar masyarakat mau berubah perilakunya dari buang air besar
sembarangan menjadi buang air besar di jamban yang hygiene dan layak.
Di lokasi pemicuan bisa dilakukan di ruang terbuka ataupun tertutup, asal bisa
mengoptimalkan rasa jijik, takut penyakit, berdosa dll yang bisa memicu
masyarakat untuk berubah. Di lokasi pemicuan akan dilakukan beberapa kegiatan
seperti mencari tinja, menghitung tinja, demonstrasi air yang terkena tinja, dll.
Untuk itu, perlu bagi peserta untuk mempersiapkan alat-alat pemicuan yang
dibutuhkan, seperti tepung, dedak, botol aqua, simulasi diagram F, sabun, ember
untuk air bersih, kertas metaplan, spidol, kertas potong, dan lem.
Laporan WHO tahun 2009 menyebutkan bahwa sekitar 1,1 juta anak usia di atas lima
tahun meninggal karena Diare. Sementara UNICEF memperkirakan bahwa setiap 30
detik ada satu anak yang meninggal karena Diare. Kematian Diare pada balita di
negara-negara berkembang mencapai 1,5 juta jiwa. Data di Indonesia menunjukkan
Diare adalah pembunuh balita kedua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan
Akut).Di Indonesia setiap tahun 100.000 balita meninggal karena diare.
Penyebab utama Diare adalah bakteri Eschericia coli selanjutnya disingkat menjadi
E.coli.E. coli adalah tipe bakteri fecal coliform yang biasanya terdapat pada alat
pencernaan binatang dan manusia.Adanya E.coli di dalam air adalah indikasi kuat
adanya kontaminasi adanya kotoran manusia dan hewan.
Berikut adalah beberapa hal yang biasanya menjadi penghambat pemicuan di masyarakat, dengan
alternatif solusi untuk mengurangi atau mengatasi faktor penghambat tersebut.
Kebiasaan dengan subsidi / bantuan Jelaskan dari awal bahwa kita tidak punya apa-
apa, kita tidak membawa bantuan
Tidak ada tokoh panutan Munculkan natural leader, jangan mengajari dan
biarkan masyarakat mengerjakannya sendiri.
Dalam CLTS, masyarakat tidak diminta atau disuruh untuk membuat sarana
sanitasi tetapi hanya mengubah perilaku sanitasi mereka. Namun pada tahap
selanjutnya ketika masyarakat sudah mau merubah kebiasaan BAB nya,
sarana sanitasi menjadi suatu hal yang tidak terpisahkan.
Monitoring dan evaluasi program STBM melalui Sistem Informasi Monitoring dilaksanakan
secara umum melalui tahapan, yaitu pengumpulan data dan informasi, pengolahan dan
analisis data dan informasi, dan pelaporan dan pemberian umpan-balik. Tahapan ini terjadi di
masing-masing tingkatan.
Monitoring program STBM sedapat mungkin dapat dilakukan secara mandiri dan partisipatori
oleh masyarakat sendiri, dan diharapkan peran aktif dari natural leader. yang muncul dan
organisasi masyarakat seperti PKK, kelompok dasa wisma, dan lainnya. Namun demikian
tetap diharapkan peran aktif dari petugas PUSKESMAS/ Sanitarian sebagai fasilitator dan
katalisator di tingkat kecamatan/desa dalam mengelola data dan informasi hasil monitoring
kegiatan kesehatan lingkungan ini. Bila di tingkat kabupaten terdapat proyek terkait STBM
sedang berjalan, fungsi monitoring ini akan diperkuat dengan memanfaatkan sumber daya
tenaga Konsultan/Fasilitator di tingkat kabupaten untuk melakukan alih pengetahuan dan
pembinaan, baik terhadap para petugas PUSKESMAS/Sanitarian maupun langsung kepada
masyarakat (natural leader/ organisasi masyarakat yang berperan aktif).
Adapun gambaran sederhana dari pelaksanaan monitoring program STBM seperti pada
gambar-6 berikut.
Tahap 1 2 3 4 5 6
Kabupaten/
Tingkatan Desa/ Kelurahan Kecamatan Provinsi Pusat
Kota
Dinas DInas
Pelaku Natural leader/ Kementerian
Fasilitator Staf Puskesmas Kesehatan Kesehatan
pemantauan Komite Kesehatan
Kabupaten/ Kota Provinsi
Workshop review
Konsolidasi data pembelajaran
Mengkompilasi melalui SMS tahunan dan analisis
update progress gateway komparatif Rakornas STBM:
Melalui pemicuan Analisis data: pencapaian hasil
pemicuan review tahunan dan
masyarakat ataupun Memantau perbaikan kegiatan antar kabupaten/
Memverifikasi klaim analisis komparatif
secara khusus ada perkembangan dan perencanaan kota
STBM dan pencapaian hasil
Aksi yang upaya untuk pemicuan di kedepan antar propinsi.
melaporkan hasil Disseminasi kepada
dilakukan melakukan masyarakat
verifikasi Feedback kepada lintas program Disseminasi kepada
pengumpulan data Permintaan verifikasi
Feedback temuan staf puskesmas terkait dan sektor lintas program
dasar STBM oleh STBM
Mengirim laporan AMPL terkait dan sektor
kabupaten/ kota Disseminasi kepada
pemantauan via lintas program Evaluasi tahunan AMPL
SMS kompetitif melalui
terkait dan sektor
AMPL media massa
(contoh J PIP)
Gambar-6 Alur Pikir Tata Laksana Monitoring dan Pelaporan dari Masyarakat Hingga Tingkat Pusat
Tabel 6 Peran dan Fungsi Pelaku dalam pelaksanaan Monitoring Program STBM
Penanggung
Pelaku Peran
Jawab
1. Pengumpulan data dasar terkait indikator 5 pilar perubahan perilaku hidup bersih
dan sehat, yaitu: a) data akses awal jumlah masyarakat yang memiliki dan
menggunakan jamban sehat, memiliki dan menggunakan jamban tidak sehat,
jumlah masyarakat yang masih numpang ke jamban tetangga atau umum
dibedakan menurut jenis jamban sehat dan tidak sehat, dan terakhir masih BAB di
sembarang tempat; b) data akses awal jumlah keluarga (termasuk anggota
Berikut dibawah ini disajikan beberapa model pelaksanaan monitoring yang dapat
dilakukan di tingkat masyarakat.
Pelaksanaan monitoring:
3. Monitoring status Desa STBM yang dicapai suatu komunitas (Verifikasi Desa
STBM)
Tim kecamatan Persiapan: Begitu menerima
bersama informasi dari
masyarakat. Masyarakat melalui natural leader masyarakat
atau komite menginformasikan pihak
bersangkutan
Puskesmas untuk dilakukan verifikasi
status ke-STBM-an mereka (akan
lebih baik bila penginformasian
Pelaksanaan monitoring:
Pelaksanaan:
Kegiatan ini dapat dilaksanakan saat
fasilitator pemicu memperbaharui
(updating) informasi kemajuan
pemicuan.
Pada saat kunjungan ke rumah
tangga, dapat menanyakan kepada
keluarga bersangkutan perkiraan
biaya untuk membangun jamban.
Pelaksanaan monitoring:
Pelaksanaan monitoring:
Pelaksanaan:
Promosi bisa dilakukan melalui berbagai cara seperti melalui iklan, penyebaran
media komunikasi, ataupun melalui kegiatan-kegiatan formal dan informal di
masyarakat.
I. REFERENSI
1. Kementerian Kesehatan RI dan Kementerian Dalam Negeri RI, Kurikulum
dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan, Jakarta, 2011
II. LAMPIRAN
LEMBAR KERJA
PROSES:
PROSES:
Catatan:
Yang paling penting dan mudah dilakukan adalah pencegahan melalui CTPS dan bagaimana upaya peserta
bersama-sama untuk berkomitment membentuk kebiasaan CTPS menjadi budaya sehari-hari dan ditularkan
kepada orang terdekatnya.
Cerita pengalaman di Jombang:
Fasilitator berkunjung ke sekolah dan bertanya apakah anak-anak melakukan CTPS di sekolah, di sekolah tersebut
ada fasilitas, dan para siswa sangat paham akan pentingnya CTPS, tetapi tidak ada sabun tersedia disana. Setelah
berdiskusi dengan gembira dan tanpa paksaan, para murid sepakat untuk iuran dan membeli sabun, kemudian
dipakai bersama-sama di sekolah mereka.Hal tersebut menjadi pembelajaran bahwa anak siswa SD-pun dapat
mandiri dan tidak perlu meminta dari sekolah/guru.
5 Penyegaran: Setelah sesi di atas, peserta pelatihan Peserta kembali 4’
umumnya mulai jenuh. Fasilitator diharapkan dapat Fresh
menghilangkan kejenuhan dengan cara memberikan acara
selingan PENYEGARAN (ice breaking). Bisa
menggunakan cara pada tabel di bawah
Tujuan:
Menghilangkan kelelahan
Membuat peserta kembali segar dan bersemangat untuk sesi selanjutnya
Metode:
Mendengarkan dan menyanyi bersama lagu CTPS dan teks lagu ditayangkan
melalui tulisan besar pada kertas plano atau melalui Power Point.
Catatan Fasilitator:
Metode ini juga dapat dikembangkan ketika pola pembelajaran CTPS kepada
anak-anak yang dapat dilakukan melalui lagu (dengan cara gembira dan ceria)
Langkah-langkah:
1. Fasilitator dapat memutar lagu CTPS yang diperdengarkan kepada
seluruh peserta pelatihan, ditayangkan bersama teks lagu tersebut
2. Peserta diminta untuk menghafalkan lagu tersebut, dan meminta peserta
untuk membuat kreasi lagu masing-masing terkait perilaku /kebiasaan
CTPS.
Contohnya: (disadur dari lagu ayo Tepuk Tangan)
Kalau kau mau sehat cuci tangan
Kalau kau mau sehat cuci Tangan
Cuci Tangan Pakai sabun dengan air mengalir
Cuci Tangan Pakai Sabun…!
Lagu tersebut dapat diajarkan dan dinyanyikan bersama-sama di kelas.
LP. C.4.2
Kelompok I
Diskusikan minimal 5 point siapa/apa saja yang disebut “upper” dan siapa/apa saja yang
disebut “lower” dari sisi PERSONAL
Kelompok II
Diskusikan minimal 5 point siapa/apa saja yang disebut “upper” dan siapa/apa saja yang
disebut “lower” dari sisi INSTITUSIONAL
KELOMPOK I
Buatlah skenario dan peragakan fragmen (sandiwara tanpa kata-kata, hanya gerak tubuh)
yang menggambarkan sikap tubuh FRIENDLY (RAMAH)
KELOMPOK II
Buatlah skenario dan peragakan fragmen (sandiwara tanpa kata-kata, hanya gerak tubuh)
yang menggambarkan sikap tubuh TOP DOWN
KELOMPOK III
Buatlah skenario dan peragakan fragmen (sandiwara tanpa kata-kata, hanya gerak tubuh)
yang menggambarkan sikap tubuh PARTISIPATIF
TUJUAN:
Tersusunnya kelompok-kelompok praktik lapangan yang komposisinya mencakup
seluruh komponen tim.
WAKTU:
30 menit
METODE:
Pemilihan demokratis.
MATERI:
-----
ALAT BANTU:
Kertas plano
PROSES:
1. Jelaskanlah kepada peserta, bahwa akan dilaksanakan Praktek Kerja Lapang
Fasilitasi STBM di masyarakat. Peserta akan dibagi menjadi kelompok kecil
(catatan: untuk kepentingan praktek kerja lapang idealnya anggota kelompok
tidak lebih dari 6 orang) Setiap kelompok diharapkan merupakan gabungan
dari individu-individu yang mewakili berbagai komponen yang ada
TUJUAN:
1. Tersusunnya panduan praktek lapang
2. Peserta siap memfasilitasi proses pemicuan STBM di masyarakat.
WAKTU:
Maksimum 90 menit
METODE:
Simulasi
Penugasan dan pendampingan.
MATERI:
Komposisi tim dalam memfasilitasi CLTS di komunitas
Panduan Fasilitasi CLTS di Komunitas
ALAT BANTU:
Bahan-bahan untuk simulasi Pemetaan Sosial
Kertas potong (metaplan)
Kertas plano
Spidol besar dan kecil
Flagband
Ember berisi air bersih
Air mineral dalam kemasan gelas (2 gelas)
Video camera
DRAFT Modul Pelatihan STBM untuk Dosen Page 62
PROSES:
CATATAN PENTING:
Dalam fasilitasi sebenarnya, urutan tidaklah dibakukan, namun pemetaan
sosial semestinya dilakukan pertama
Lokasi pemetaan sosial sebaiknya di lahan terbuka (halaman), namun
hasilnya harus segera dipindahkan ke kertas plano
TUJUAN:
1. Masyarakat memahami permasalahan sanitasi di komunitasnya dan
berkomitmen untuk memecahkannya secara swadaya
2. Tersusunnya rencana kegiatan masyarakat dalam rangka pemecahan
masalah sanitasi di komunitasnya
3. Terpilihnya panitia lokal komunitas yang mengkoordinir kegiatan masyarakat.
WAKTU:
4 jam di masyarakat
METODE:
Praktek Lapang:
Pemetaan
Transek
Fokus group discussion untuk melakukan pemicuan dan rencana tindak lanjut
untuk mendukung individu yang telah terpicu.
Alur kontaminasi
Pemantauan:
Observasi dan asistensi terhadap praktek fasilitasi yang dilakukan peserta.
MATERI:
- Buku catatan
- Alat dokumentasi seperti kamera
- Spidol
- Kertas flipchart
ALAT BANTU:
- Tali rafia/plastik
- Powder/tepung berwarna : 3-4 warna
PROSES:
Karena kegiatan praktek kerja lapang yang dilakukan peserta ini merupakan
kegiatan riil (bukan simulasi), maka kesalahan proses dan hasil sedapat mungkin
diminimalisir. Fungsi pelatih yang melakukan observasi dan asistensi adalah
menjamin agar proses dan hasil fasilitasi yang dilakukan peserta benar dan
optimal. Langkah-langkah yang bisa ditempuh perlu disepakati dengan para
peserta yang memfasilitasi di tingkat komunitas, agar proses dan hasil sesuai
CATATAN PENTING:
Ingatkanlah, bahwa perwakilan masyarakat (6 orang per dusun atau total 12
orang per desa, dengan perimbangan laki-laki dan perempuan) diundang dan
akan dijemput (jam 09.00 pagi) untuk menyampaikan pengalamannya (kondisi
sanitasi hingga saat ini) dan rencana ke depan kepada seluruh peserta
pelatihan di tempat penyelenggaraan pelatihan, sekaligus makan siang
bersama. Wakil masyarakat a
kan diantar kembali ke dusun/desa sekitar jam 14.00 dari tempat pelatihan.
Untuk itu, peta lapangan dan rencana kegiatan sebaiknya disalin ke kertas
(plano) sebagai bahan presentasi masyarakat.
TUJUAN:
1. Dipahaminya rencana kegiatan masyarakat oleh seluruh komponen tim
pemicuan.
2. Meningkatnya motivasi masyarakat untuk melaksanakan rencana kegiatan
yang mereka susun.
3. Disepakatinya komitmen semua pihak untuk keberhasilan pencapaian
rencana kegiatan masyarakat.
WAKTU:
Maksimum 90 menit
METODE:
Presentasi masyarakat
Diskusi pleno
Feedback progresif.
MATERI:
Presentasi kondisi sanitasi saat ini dan rencana ke depan dari setiap komunitas.
ALAT BANTU:
Sesuai keperluan.
PROSES:
1. Jelaskanlah kepada seluruh partisipan tentang tujuan sesi ini, khususnya
tujuan 1 dan 3.Persilakanlah kepada wakil masyarakat yang akan memulai
presentasi untuk mempresentasikan kondisi sanitasi di komunitasnya dan
rencana mereka ke depan (waktu tersedia sekitar 15 menit untuk setiap
TUJUAN:
1. Tersusunnya item-item pembelajaran dari praktek lapang setiap kelompok
2. Tersusunnya laporan proses dan hasil praktek lapang setiap kelompok
WAKTU:
Maksimum 60 menit
METODE:
Diskusi kelompok
MATERI:
Hasil praktek lapang.
ALAT BANTU:
Kertas plano dan peralatan lain sesuai kreatifitas peserta
PROSES:
1. Jelaskanlah, bahwa esok hari sebelum bertemu dengan masyarakat akan
dilakukan refleksi temuan praktek lapang. Untuk itu setiap kelompok perlu
menyusun laporan yang menggambarkan proses dan hasil serta
pembelajaran yang diperoleh dari praktek lapang tersebut. Berikan
penegasan, bahwa peserta boleh berkreasi dalam menyajikan laporannya.
Untuk membantu dalam memetik pembelajaran, berikanlah penjelasan
tentang analisis yang bisa membantu menemukan pembelajaran dimaksud,
misalnya: analisa SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman).
2. Persilahkanlah masing-masing kelompok melaksanakan tugasnya.
Fasilitator pendamping di lapang setiap kelompok, tetaplah mendampingi agar
tugas benar-benar terselesaikan dengan baik.
DRAFT Modul Pelatihan STBM untuk Dosen Page 66
CATATAN PENTING:
Fasilitator pendamping dalam penyusunan laporan sebaiknya adalah fasilitator
yang mendampingi dalam praktek lapang.
TUJUAN:
1. Ditemukannya item-item pembelajaran yang perlu diperhatikan dalam proses
memfasilitasi STBM selanjutnya
2. Ditemukannya item-item pembelajaran yang spesifik lokal yang perlu
dikembangkan dalam rangka optimalisasi STBM
WAKTU:
Maksimum 60 menit
METODE:
Presentasi kelompok
Diskusi pleno
MATERI:
Laporan praktek lapang masing-masing kelompok
ALAT BANTU:
Sesuai keperluan presentasi
PROSES:
1. Jelaskanlah tujuan dari session ini dan tegaskanlah bahwa waktu yang
tersedia untuk setiap kelompok hanya sekitar 15 menit (5 menit presentasi
dan 10 menit untuk diskusi penajaman)
2. Berikanlah kesempatan kepada kelompok yang ingin memulai presentasi dan
tanya jawab pendalaman khususnya tentang pembelajaran yang diperoleh
(total 25 menit), lanjutkan sampai seluruh kelompok mempresentasikan
laporannya.
3. Diskusikanlah secara pleno tentang pembelajaran bersama yang diperoleh,
khususnya tentang ‘apa yang seharusnya dilakukan’, ‘apa yang seharusnya
dihindari’ serta ‘apa yang spesifik bisa dikembangkan di daerah setempat’.