2018
KATA PENGANTAR
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak, khususnya unit kerja lintas
sektoral yang telah membantu penyusunan materi hingga tersusunnya materi teknis
ADKL.
Jakarta, Maret 2001
KATA PENGANTAR
Hal
1.1. Ada dua pengertian yang sering diartikan sama dalam lingkup analisis dampak
kesehatan, yaitu Analisis Dampak Kesehatan (ADKL) dan Analisis Risiko Kesehatan
Lingkungan (ARKL). Dua pengertian itu memang berbeda, paling tidak pada tingkat
aplikasinya, yaitu:
upaya analisis yang diawali dengan adanya kasus gangguan kesehatan dan diikuti
dengan pengujian bahaya potensial. Kajian semacam ini biasanya merupakan suatu
reaksi terhadap “health outcome” yang buruk. Pendekatan ini umumnya dipersulit
oleh pemajanan berganda dalam lingkungan.
Upaya analisis yang diawali dengan isdentifikasi bahaya potensial dan kemudian
menguji dampaknya pada kesehatan manusia. Kajian semacam ini biasanya
merupakan reaksi terhadap outcome lingkungan yang buruk atau proaksi untuk
menganalisis dampak dari suaatu rencana pembangunan. Pendekatan ini umumnya
diperumit dengan tidak tersedianya batasan yang jelas tentang disease end points.
1.5. Identifikasi Bahaya – bertujuan untuk mengenali dampak buruk kesehatan yang
disebabkan oleh pemajanan suatu bahan yang sedang depelajari dan memastikan mutu
dan kekuatan bukti-bukti yang mendukungnya. Dampak buruk kesehatan yang perlu
memperoleh perhatian adalah daya racun yang bersifat sistematik dan karsinogen.
1.5.1. Daya racun sistematik adalah untuk menjelaskan secara umum dampak buruk
kesehatan yang terjadi di dalam tubuh manusia sebagai hasil dari kontak dengan bahan
berbahaya dari luar tubuh. Daya racun ini hendaknya dibedakan dengan daya racun
lokal yang diartikan sebagai dampak buruk kesehatan pada bagian tubuh yang kontak
langsung dengan bahan (bagian ini tidak akan dibahas lebih lanjut). Tergantung pada
dosis, pemajanan oleh bahan dapat menimbulkan berbagai dampak toksik yang berkisar
dari kematian atau timbulnya penyakit serius seperti kanker ke perubahan minor pada
biokimia, fisiologi ataupun palogi tubuh. Bahan kimia yang menimbulkan toksisitas
selain kanker disebut bahan beracun sistematik karena mereka dapat mempengaruhi
fungsi berbagai sistem organ. Perhatian kesehatan lingkungan biasanya juga diarahkan
pada dampak toksik yang terjadi pada dosis yang lebih rendah. Dampak toksis semacam
ini dikenal sebagai “critical effect”. Di bawah tingkat critical effect diasumsikan semua
tampak toksik tidak terjadi.
1.5.2. Daya racun karsinogen adalah untuk menjelaskan bahan yang dapat
menimbulkan kanker. Cara – cara yang digunakan untuk menilai apakah suatu bahan
bersifat karsinogen sama dengan cara untuk menilai daya racun sisatematik, tetapi ada
beberapa “caution” yang perlu mendapat perhatian dalam ekstrapolasi data dari hewan
percobaan ke manusia. Ekstrapolasi bukan satu-satunya cara untuk menjelaskan dampak
karsinogen; studi epidemiologi merupakan cara lain yang saling melengkapi.
1.6. Evaluasi Dose-Response – bertujuan untuk melihat daya racun yang terkandung
dalam suatu bahan (kimia berbahaya) atau secara spesifik adalah untuk menjelaskan
bagaimana suatu kondisi pemajanan (cara, dosis, frekuensi, dan durasi) oleh suatu bahan
berhubungan dengan dampak kesehatan yang timbul. Evaluasi dose-respons umumnya
diarahkan pada dua dampak yaitu efek sistematik dan karsinogen. Konsep “Reference
Dose” biasanya digunakan untuk evaluasi efek sistemik. “Reference Dose” didasarkan
pada NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) yang umumnya diperoleh dari hasil
pengamatan hewan percobaan. Dengan demikian, ketidakpastian merupakan hal yang
lumrah terjadi dan faktor ini merupakan masalah tersendiri pada evaluasi. Evaluasi
terhadap efek karsinogenik mengikuti cara yang digunakan untuk evaluasi efek
sistematik dengan penerapan asumsi dan kriteria yang lebih ketat.
1.7. Pengukuran Pemajanan – adalah suatu proses pengukuran atau perkiraan
besaran, frekuensi, dan lamanya pemajanan pada manusia oleh senyawa dalam
lingkungan. Dalam pengukuran pemajanan juga diperkirakan jumlah, sifat, dan tipe
populasi yang terpajan. Dalam melaksanakan pengukuran pemajanan perlu
mempertimbangkan semua jalur pemajanan yang terdiri dari 5 elemen. Pengukuran
pemajanan menghasilkan perkiraan pemajanan numerik yang dapat digunakan dalam
langkah-langkah untuk mengkuantifikasi risiko pada kesehatan manusia. Pemajanan
pada manusia dapat diukur langsung dengan mengukur tingkat bahan kimia yang
dicurigai dalam lingkungan atau menggunakan “personal monitor”. Pada banyak hal,
pemajanan pada manusia terpaksa diperkirakan melalui pengukuran konsentrasi bahan
yang ada di media lingkungan (udara, air, tanah) dikombinasikan dengan model
“chemical fate and transport” dalam lingkungan dalam dan model pola kegiatan
manusia.
1.8. Penetapan Risiko – merupakan langkah akhir dari analisis risiko dalam mana
informasi tentang daya racun dan pemajanan diintegrasikan kedalam “Perkiraan Batas
Atas” dari risiko kesehatan yang terkandung dalam suatu senyawa. Batas Atas
cenderung digunakan untuk tujuan melindungi kesehatan masyarakat, apakah batas atas
suatu bahaya, dosis dan/ atau pemajanan. Analisi risiko biasa menghasilkan “upper
bound estimate of risk, sehingga risiko yang sebenarnya tidak akan lebih besar dari
risiko yang diperkirakan. Untuk daya racun yang bersifat sistematik, penetapan risiko
melibatkan penetapan apakah perkiraan rata-rata dosis harian pada terpajan (ditetapkan
dalam pengukuran pemajanan) lebih besar dari dosis referensi (dosis tanpa risiko).
Sementara untuk kanker, penetapan risiko melibatkan pekerjaan penetapan batas atas
“risiko kanker seumur hidup” bagi individu yang terpajan dengan mengalihkan risiko
yang ditetapkan dalam evaluasi dose – respons dengan dosis harian rata-rata seumur
hidup dari suatu karsinogen.
1.9. Pengelolaan Risiko – adalah upaya untuk mengendalikan risiko sampai pada
tingkat yang tidak membahayakan. Upaya ini umumnya meliputi 3 langka, yaitu: (a)
Pertisipasi Masyarakat, (b) Pengendalian Bahaya, dan (c) Pemantauan Risiko. Perlu
diingat bahwa tujuan perbaikan berbeda-beda untuk setiap “stakeholder”.
1.9.2. Apabila keputusan telah dibuat tentang bahaya atau risiko yang ingin
dikendalikan, maka pilihan pengendalian dua pengendalian yaitu: (a) pengendalian pada
sumbernya dan (b) pengendalian pemajanan. Kegiatan pengendalian itu perlu diuikuti
dengan pemantauan untuk menjamin bahwa risiko dapat juga pada tingkat tidak
membahayakan.
3.1. Demografik
Data demografik populasi dalam wilayah
Populasi lain
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan umur
Perubahan jumlah penduduk dan karakteristik penduduk
Uraian lengkap tentang sosial – ekonomi
Identifikasi faktor-faktor yang kemungkinan mempengaruhi kepekaan
individual
Kedekatan lokasi proyek terhadap penduduk beresiko tinggi
Kasus kanker
Kelahiran
Lahir cacat
4.4. Energi
4.5. Transpor
4.6. Pelayanan kesehatan
4.8. Perumahan
4.11. Pelayanan
7. Makanan
7.1. Produktifitas
7.2. Akses langsung terhadap makanan
8. Keamanan lokasi
2.3. Pedoman ini disusun sebagai pegangan bagi petugas teknis kesehatan
lingkungan untuk secara efektif melaksanakan kajian aspek kesehatan masyarakat.
Lebih spesifik digunakan untuk mengkaji apakah apakah suatu bahan pencemaran yang
lepas dan masuk kedalam lingkungan manusia telah, sedang, ataukah akan
menimbulkan dampak kesehatan. Luaran dari pelaksanaan dan manager program/
proyek untuk menekan atau mengurangi kemungkinan dampak dimaksud.
2.4. Untuk dapat malakukan kajian maka bahan dasar yang perlu tersedia tentunya
adalah data dan informasi. Data dan informasi tersebut mungkin akan digunakan secara
langsung dan beberapa mungkin perlu dilakukan manipulasi dengan memanfaatkan
teknik-teknik tertentu. Data dan informasi ini bisa diambil dari sumber manapun apakah
dalam sektor kesehatan ataupun instansi lain. Secara umum data dan informasi itu
mencakup data dan informasi yang relevan untuk mencermati :
(a) ciri tipe dampak kesehatan yang timbul,
(b) ciri pemajanan dan hubungan “dose – respons”. Dengan mengetahui ciri-ciri tersebut
akan dapat dilakukan
(c) perkiraan risiko kesehatan,
(d) perkiraan jumlah kasus yang akan timbul, dan
(e) perumusan saran-saran tentang bahan pencemar yang diperkenankan ada dalam
media lingkungan (udara, air, makanan) dan tindakan berbalik untuk melakukan
pengelolaan lingkungan.
2.5. Salah satu fokus ADKL dalam pedoman ini adalah untuk mencermati apakah
bahan pencemar dimaksud telah memajani penduduk. Mencermati ciri pemajanan ini
cukup rumit dan untuk itu memerlukan data dan informasi tentang:
(a) lokasi sumber pencemar (selanjutnya akan disebut lokasi),
(b) nasib dan perjalan bahan pencemar di media lingkungan,
(c) sifat dan kondisi media lingkungan,
(d) deskripsi demografik penduduk terpajan, dan
(e) peristiwa pemajanan pada manusia.
2.6. Idealnya, kajian itu dilakukan sampai tuntas tetapi karena data dan informasi
yang kurang memadai atau bahkan tidak tersedia, maka kajian ini dikategorikan sebagai
kajian sementara (ADKL pendahuluan) dan perlu dilanjutkan bila data dan informasi
yang diperlukan telah diperoleh. ADKL pendahuluan itu bisa saja berupa ringkasan data
yang dapat diperoleh sampai saat itu. Langkah selanjutnya adalah pengumpulan data
tambahan dan/ atau pengamatan langsung terhadap lokasi kasus untuk bahan
melanjutkan kajian yang belum tuntas.
2.7. ADKL dapat dimulai berdasarkan keluhan masyarakat atau kecurigaan yang
terbaca dari hasil pemantauan lingkungan dan surveilans penyakit, dilanjutkan dengan
langka-langkah ADKL. Dengan demikian, ADKL tidak berhenti sekali jalan, melainkan
merupakan kegiatan berulang yang dinamis sesuai dengan tipe data yang tersedia dari
berbagai perpektif. Kadang-kadang perlu dilakukan studi khusus lanjutan untuk
menganalisis dampak kesehatan secara lebih dalam. Langkah-langkah ADKL umumnya
dibedakan kedalam 8 langkah praktis namun langkah-langkah itu bisa bervariasi
tergantung pada keunikan lokasi kejadian. Langkah-langkah dimaksud digambarkan
dalam BOKS 2.1.
Langkah 1: Evaluasi data dan informasi yang berkaitan dengan lokasi kejadian
(mencakup informasi simpul 1, 2, 3, dan 4)
Langkah 8: Laporan
2.8. Langkah 1 – Evaluasi informasi kejadian pencemaran dilakukan untuk
mengenal lebih baik hal-hal yang berkaitan dengan kejadian dimaksud. Merujuk pada
paradigma kesehatan lingkungan, evaluasi diarahkan kepada 4 simpul sebagaimana
yang diuraikan pada BOKS 2.2. Tidak semua informasi diperlukan untuk kegiatan
pengkajian, namun makin lengkap informasi yang tersedia maka akan memberikan hasil
kajian yang lebih baik. Data dan informasi dijelaskan lebih lanjut pada BAB 3.
2.9. Langkah 2 – Lebih lanjut, perlu juga ditangkap suasana dan respons yang
berkembang di laporan untuk melengkapi 4 simpul informasi pada langkah 1.
Mempelajari kepedulian dan respons tentang kejadian pencemaran dari masyarakat,
LSM, masmedia maupun kepedulian dari sektor lain baik yang bersifat negatif
(keluhan) atau positip (upaya tindakan penanggulangan). Langkah – langkah lebih
lengkap dijelaskan pada BAB 4.
2.11. Langkah 4 – Identifikasi dan evaluasi jalur pemajanan adalah suatu proses
dimana seseorang mungkin terpajan oleh bahan pencemar. Jalur pemajanan mencakup
semua elemen yang menghubungkan sumber pencemar ke penduduk terpajan. Jalur
pemajanan itu terdiri dari 5 elemen sebagaimana digambarkan pada BOKS 2.3.
Langkah ini cukup rumit dan memerlukan cukup banyak informasi. Penjelasan lebih
lengkap untuk melaksanakan langkah ini dijelaskan pada BAB 6.
2.12. Langkah 5 – Mempekirakan dampak kesehatan adalah membuat perkiraan
apakah pencemar yang lepas dan/ atau berada di media lingkungan berpotensi atau telah
menimbulkan dampak kesehatan. Karena demikian banyak pencemar yang ada di media
lingkungan, maka kemungkinan dampak kesehatan juga banyak. Karena itu perlu dicari
untuk mempersempit analisis. Ada 3 cara yang dapat dilakukan, yaitu: (a) evaluasi
toksikologi, (b) evaluasi jenis dampak, dan (c) evaluasi kepedulian masyarakat, ketiga
cara tersebut lebih lengkap dijelaskan pada BAB 7.
KESIMPULAN :
1. DAMPAK KESEHATAN
2. KELEMAHAN INFORMASI
3. KEPEDULIAN MASYARAKAT
REKOMENDASI :
2.14. Langkah 7 – Pengelolaan risiko adalah upaya yang secara sadar dilakukan
untuk mengendalikan risiko. Dalam pengertian yang lebih spesifik, pengelolaan risiko
lingkungan adalah pengelolaan situasi dan atau kondisi lingkungan yang mengandung
risiko yang diketahui dari hasil analisis risiko sebelumnya. Banyak hal perlu
memperoleh pertimbangan secara proporsional mengingat kompleksitasnya. Uraian
pengelolaan risiko secara lebih lengkap disajikan pada BAB 9.
2.15. Langkah 8 – Laporan adalah menuangkan semua hasil lengkah-langkah diatas
kedalam suatu format yang mudah diikuti dan dicerna namun menyajikan data dan
informasi yang lengkap. Laporan disarankan untuk dikelompokkan kedalam 4 bagian
pertama: (a) pengumpulan informasi yang relevan, (b) dokumentasi kepedulian
masyarakat, (c) identifikasi pencemar, dan (d) evaluasi penyebaran pencemar dan proses
pemajanan. Kemudian dilanjutkan pada (e) dampak kesehatan berdasarkan hasil kajian
terhadap data jenis dampak toksikologi. Bagian terakhir (f) adalah kesimpulan dan
rekomendasi. Materi dan format laporan disajikan pada BAB 10.
2.16. Penutup – Seringkali, saran atau tindakan yang dilakukan belum sepenuhnya
menyelesaikan masalah. Maka menjadi kewajiban sektor kesehatan untuk mengikuti
atau memantau apakah saran telah diperhatikan dsn tindakan telah diambil. Perlu
senantiasa melakukan pendekatan kepada instansi berwanang (seperti yang tercantum
dalam saran dan rekomendasi) agar mereka lebih peduli dan melakukan tindakan yang
diperlukan.
BAB 3
3.1. Data dan informasi merupakan kebutuhan dasar dalam pelaksanaan ADKL. Data
tersebut tidak selalu tersedia, oleh karenanya perlu dicari. Sebagaimana dijelaskan di
depan, maka kebutuhan data juga dikelasifikasikan kedalam 4 simpul. Kategori dara dan
kegunaannya disajikan dalam Lampiran 3.1.
3.2. Data dan informasi sebagaimana pada butir 3.1. perlu dicari dengan
menggunakan metodologi yang benar. Meroda pengumpulan data dan informasi bisa
bermacam-macam. Meoda hendaknya disusun dan digunakan sesuai dengan sifat data
dan informasi yang akan dikumpulkan. Berdasarkan sifat data, dibedakan dua metoda
pokok, yaitu untuk pengumpulan data primer dan data sekunder.
3.3.1. Wawancara – adalah metoda yang paling banyak digunakan. Metoda ini dapat
digunakan untuk mengumpulkan data pemajanan sekarang atau pemajanan masa lalu.
Namun, keduanya tidak bebas dari kekeliriuan oleh adanya kecenderungan subyek
untuk tidak melaporkan semua pemajanan yang pernah dialami. Perilaku sosial yang
disukai cenderung lebih banyak dilaporkan. Kekeliriuan seperti ini disebut “social
desirability bias”. Kekeliruan lain yang mungkin terjadi adalah subyek memberi
jawaban berlebih bila dia diminta untuk mengingat kembali hal-hal tertentu dalam suatu
periode di masa lalu. Subyek cenderung mengingat kembali pemajanan yang terjadi
diluar periode di masa lalu. Subyek cenderung mengingat pemajanan yang terjadi di
luar periode pemajanan itu disebut “telescoping”. Keterlibatan pewawancara dalam
proses pengumpulan data dapat membantu untuk menjamin terbentuknya kerjasama
dengan subyek, mengurangi kesalah-pahaman tentang maksud/arti pertanyaan dan
memaksimalkan pengumpulan data yang benar-benar berguna. Metoda wawancara bisa
memperoleh data dengan lebih banyak dan lebih detil serta kompleks, namun relatif
mahal dan kemungkinan masuknya kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
pewawancara.
3.3.2. Kuesioner – pada dasarnya data yang dapat dikumpulkan dengan wawancara
dapat pula dikumpulkan dengan kuesioner. Namun jumlah data yang dapat
dikumpulkan denganmetoda ini terhambat oleh rating jawaban yang kembali, terutama
untuk kuesioner yang panjang. Disamping itu, metoda ini menghadapi risiko kesalahan
substansi atau tidak mampu menampung jawaban terhadap butir-butir individu yang
kompleks. Pengalaman menunjukkan bahwa kuesioner yang dilakukan melalui surat
menghasilkan rating jawaban yang rendah. Namun ada cara-cara yang dapat ditempuh
untuk menaikkannya, misalnya dengan penetapan responden yang tepat, memberi topik
yang menarik, penyediaan insentif atau hadiah dari sponsor, pemilihan tahun survei dll..
Antar jemput kuesioner dan supervisi yang baik dapat meningkatkan rating jawaban.
Pekerjaan antar jemput membangun kerjasama dan mampu menjelaskan pentingnya
jawaban dalam studi. Kuesioner dengan supervisi biasanya dilakukan bila data
dikumpulkan dari kelompok subyek (mis: anak-anak sekolah) atau subyek harus
berkumpul di suatu tempat untuk beberapa pengukuran lain (mis: untuk pemerikssan
darah).
3.3.5. Pengukuran fisik atau kimiawi lingkungan – menghadapai masalah yang sama
dengan pengukuran subyek, kecuali adanya pengaruh penyakit dalam subyek.
Pengukuran ini biasanya hanya berkaitan dengan lingkungan sekarang, kecuali bila ada
catatan lain. Kadang-kadang bisa terjadi bahwa pengukuran sekarang air minum dari
rumah mereka terdahulu).
3.4 Data sekunder. - Beberapa metode pengumpulan data sekunder yang dapat
digunakan untuk pengukuran pemajanan dalam kaitannya dengan analisis epidemiologi,
antara lain: catatan harian, kuesioner pengamatan terhadap subyek, pengukuran fisik
atau kimiawi tentang subyek, pengukuran fisik atau kimiawi lingkungan.
3.4.1. Catatan harian – hanya dapat digunakan untuk mengumpulkan data perilaku
atau pengalaman sekarang. Namun bila memang bertujuan demikian cara ini lebih kurat
dari metode yang mengandalkan ingatan subyek. Catatan harian lebih baik dibanding
dengan wawancara untuk mencatat pengalaman yang berdampak rendah. Dengan cara
ini akan mengurangi kekeliruan mengingat, termasuk kelemahan mengingat dan
teleskoping. Disamping itu, untuk periode catatan harian yang pendek, akan diperoleh
gambaran tentang pola pemajanan yang lebih lengkap dibanding metode mengingat.
Namun, jika bertujuan untuk melihat pemajanan jangka panjang, maka harus dilakukan
pencatatan dengan periode yang lebih panjang dan yang dapat dibagi-bagi kedalam
periode yang menjamin perhatian, terutama bila perilaku yang dicatat sangat bervariasi.
Masalah pokok yang dihadapi adalah bahwa masyarakat kita hampir tidak pernah
membuat catatan harian.
3.4.2. Catatan Lain – dalam konteks umum adalah catatan yang belum di kumpulkan
secara khusus untuk tujuan pengukuran pemajanan. Catatan medis ,pekerjaan ,dan
kadang-kadang sensus adalah beberapa contoh catatan yang bisa di gunakan dalam
pengukuran pemajanan. Kadang-kadang berupa catatan pemajanan sederhana yang di
ingat dan di catat oleh subyek sendiri selang beberapa waktu setelah kejadian atau
catatan yang di buat oleh orang lain yang berhubungan dengan pemajanan atau catatan
pengukuran yang di buat tentang subyek atau lingkungannya. Penggunaan catatan bisa
jadi pilihan penting untuk mengumpulkan data secara langsung dari subyek. Seperti
cara-cara pengukuran yang lain,validitasnya untuk tujuan penelitian harus dicermati
dengan baik sebelum di gunakan. Walau catatan bisa menjadi alat mutu validitas
ingatan subyektif,catatan sendiri tidak lepas dari kesalahan. Catatan itu mungkin tidak
lengkap atau salah barangkali bahkan tidak mencatat kondisi yang sebenarnya. Catatan
yang mungkin hilang atau berubah (misal dalam catatan medis) dan secara sistematis
bisa mengalami kesalahan karena perbedaan definisi dari berbagai item yang di catat.
3.5. Pemilihan metode. Tidak mudah memilih metode pengumpulan data terbaik untuk
setiap situasi. Seringkali pemilihan lebih ditentukan oleh pertimbangan praktis dari pada
teoritis. Pemilihan metoda untuk pengumpulan data simpul 1 dan simpul 2 (faktor
linkungan) telah banyak dibahas dalam buku pedoman lain. Karena itu dalam buku
pedoman lain. Kareena itu dalam buku pedoman ini lebih diarahkan kepada metoda
pengumpulan data untuk simpul 3 dan/ simpul 4. Hal lain yang tidak dapat dihindari
adalah konsekuensi biaya dari metoda-metoda tersebut relatif terhadap dana yang
tersedia , juga akan mempengaruhi pemilihan.
(b) Pada studi “Case-Control” pengukuran pemajanan harus dapat meruju kepada
pemajanan yang lain, paling tidak pada periode sebelum ”onset penyakit” dan
bila mungkin periode jauh sebelumnya. Wawancara, kuesioner, dan catatan
tentang subyek atau lingkungannya adalah metoda yang paling banyak
digunakan dalam studi ini. Metoda catatan harian tentang pengalaman subyek
sekarang, pengamatan subyek oleh peneliti, atau pengukuran fisik atau kimia
pada subyek atau lingkungannya kadang-kadang digunakan juga dalam studi
“case-control”, tetapi harus diasumsikan bahwa pemajanan itu stabil sepanjang
waktu. Bila asumsi ini tidak benar, kemungkinan besar akan terjadi
misklasifikasi pemajanan dalam periode waktu yang relevan dengan penyebab
sakit (aetiology).
(c) Studi “Cross-Sectional” mirip dengan studi case-control dalam hal pengukuran
pemajanan masa lalu apabila pengukuran itu diperlukan, walau dalam situasi
tertentu hipotesis studi bisa mengaitkan secara langsung dampak pemajanan
sekarang pada variabel “outcome” yang cepat memberikan respons, seperti
tekanan darah
3.5.2. Tipe, jumlah dan detil data yang diperlukan. Jika diperlukan data dalam
jumlah besar dan detil, dan khususnya bila harus dilakukan pencatatan pemajanan masa
lalu, wawancara tatap muka adalah metoda yang harus digunakan. Data diperoleh
dengan metoda ini bisa didukung oleh catatan atau pengukuran fisik dan kimiawi (bila
tersedia). Catatan harian bisa memberikan data yang sangat detil, misalnya timbangan
makanan yang dimakan, tetapi biasanya hanya dapat menangkap sedikit variabel
pemajanan dan hanya pemajanan sekarang. Catatan biasanya tidak lengkap atau tidak
cukup detil untuk tujuan epidemiologi, tetapi catatan memberikan data lebih detil dari
pada ingatan subyek. Untuk data yang kecil dan sederhana, mungkin bisa menggunakan
kuesioner.
3.5.4. Kepekaan. Kepekaan atau rasa tidak aman yang timbul dari topik pemajan
tertentu pada diri subyek telah diselidiki secara ekstensif, terutama dalam kaitannya
dengan cara bertanya serta atau mengartikan jawaban responden dalam metode
wawancara. Umumnya, rate jawaban tidak banyak dipengaruhi oleh topik. Tetapi masih
dimungkinkan bahwa pemajanan yang dipertanyakan itu “under reported”. Belum
banyak bukti-bukti yang menunjukkan bahwa menjaga jarak antara peniliti dan subyek,
seperti yang digunakan dalam kuesioner akan meningatkan laporan tentang perilaku
yang sensitif. Untuk pengukuran pemajanan yang sensitif, secara teori kita lebih
menyukai metode obyektif, tapi metode untuk itu masih jarang.
(a) Pemajanan yang berdampak rendah dan jarang hampir tidak mengkin diukur.
Subyek tidak mampu meningatnya, dan data itu sangat jarang dicataat atau
diukur dimasa lalu, dan program sampling pengalaman pemajanan subyek
sekarang (dengan catatan harian) atau konsentrasinya dilingkungan internal atau
eksternal rasanya tidak mampu memberikan pengukuran yang cukup bebas dari
variabilitas dalam individu itu.
(b) Pemajanan berdampak sedang atau tinggi dan yang sering terjadi akan lebih
mudah diukur dengan metoda mengingat kembali (wawancara atau kuesioner),
catatan tentang subyek, dan dapat dengan mudah disampel dengan metoda
catatan harian, pengamatan oleh peneliti, atau pengukuran fisik atau kimiawi
bilamana teknik dan perlengkapannya tersedia.
(c) Pemajanan berfrekuensi rendah tetapi berdampak tinggi sangat baik diukur
dengan metoda menggali ingatan subyek atau dengan catatan (bila ada).
(d) Pemajanan berfrekuensi tinggi tetapi berdampak rendah sangat baik diukur
dengan catatan harian atau metoda obyektif bilamana bisa diterapkan
(pengamatan oleh peneliti, atau pengukuran fisika atau kimiawi pada subyek
atau pada lingkungannya).
Misalnya, peneliti bisa memilih wawancara dan pengumpulan data dengan kuesioner.
Hal ini dilakukan waktu dan biaya, atau karena adanya keunggulan kuesioner atas
wawancara tatap muka untuk pengumpulan data yang sensitif tertentu. Tujuan utama
dari pendekatan ini adalah untuk menghemat waktu saat wawancara. Contoh lain: studi
X (diet tertentu dan kanker), pertama-tama dibagikan kepada subyek kuesioner
frekuensi makanan dan diikuti dengan petunjuk cara pengisian. Kuesioner itu kemudian
diisi sendiri oleh subyek selama seminggu berikutnya, diperiksa dan dikumpulkan oleh
pewawancara pada saat wawancara. Wawancara itu mencakup variabel non-diet yang
menarik untuk diteliti lebih dalam.
3.6.1. Reliabilitas dan validitas informasi catatan. Ratio antara catatan media dan
data kuesioner dapat memberikan informasi tidak langsung tentang validitas catatan,
karena ratio itu ditafsirkan berdasarkan asumsi bahwa perbedaan disebabkan oleh
kesalahan dalamdata wawancara. Tentu saja catatan media juga bisa salah. Pemajanan
tertentu dalam catatan, seperti pemakaian alkohol, merokok, dan pekerjaan, lebih
banyak diperoleh dari leporan subyek. Untuk pemaparan semacam ini wawancara
mungkin lebih valid. Periode waktu yang dicakup dalam catatan mungkin tidak
selengkap periode waktu yang diinginkan. Catatan medis pasien rawat jalan hanya
mencakup periode waktu seorang subyek pernah kesarana pelayanan kesehatan.
Informasi kondisi medis atau kondisi pribadi seperti pekerjaan yang relevan dengan
periode waktu mungkin dicatat berbeda-beda. Masalah lain adalah penggunaan
beberapa sarana pelayanan selama periode waktu tertentu. Misalnya, seorang subyek
bisa memiliki akses ke semua pemberi pelayanan.
3.6.3. Data/informasi dalam catatan tidak teratur. Sumber kesalahan umum lain
dalam abstraksi catatan adalah bahwa informasi yang dicatat dalam chart kadang-
kadang terlewat oleh pengumpulan data. Kesalahan ini berpangkal dari ketidak-
teraturan pencatatan dalam catatan medis. Informasi tentang butir tertentu muncul di
tempat lain yang berbeda dalam catatan pada subyek yang berbeda dan bisa terlewatkan
oleh pengamatan pengumpul data. Pendekatan yang biasa dilakukan oleh pengumpulan
data adalah mempelajari semua lembar catatan medis atau membaca sumber informasi
utama seperti formulir masuk, riwayat penyakit dan kondisi fisik, ringkasan keluar
rumah sakit, dan laporan laboratorium (dengan urutan tertentu), dan dicatat pada
formulir pengumpulan data (data dia ditemukan). Hal ini berlawanan dengan
wawancara langsung, dimana pewawancara dapat mengumpulkan informasi secara
teratur sesuai dengan yang tampak dalam daftar pertanyaan.
Istilah medis bisa diartikan secara berbeda. Pengumpul data perlu akrab dengan istilah
medis, dan yang lebih penting lagi, terlatih dengan baik terhadap definisi yang
digunakan dalam studi. Catatan juga mengalami banyak kesalahan, misal dalam proses
wawancara, termasuk kesalahan laporan oleh subyek (konsumsi alkohol), atau
kesalahan dalam memasukkan informasi kedalam catatan. Lebih jauh, informasi
pengobatan pada catatan pasien rawat inap hanya menunjukkan pengobatan yang
dikehendaki; catatan resep obat, bukan obat/ pengobatan yang sebenarnya diminum atau
diterima. Untuk mengetahui kondisi medis, catatan medis umumnya diasumsikan lebih
akurat dibandingkan wawancara, misalnya prosedur diagnostik X-ray, dan pemakaian
obat yang diresapkan.
Lampiran 3.1.
SIMPUL 1
No Kategori Data Maksud dan Kegunaanya
1. Jenis dan skala kegiatan Memberikan petunjuk tentang pencemar yang
menjadi titik perhatian di lokasi kegiatan
2. Lama kegiatan berlangsung Memberi petunjuk tentang kemungkinan luas
pencemaran dan/ atau penyebaran pencemar di
lingkungan
3. Kondisi fisik yang membahayakan Memberi petunjuk tentang keadaan lingkungan yang
dikhawatirkan dapat menimbulkan kecelakaan atau
cidera, misalnya timbunan wadah, bahan kimia,
bekas galian, bangunan, dsb.
4. Perubahan-perubahan yang pernah Memberi petunjuk tentang kecepatan dan pola
dilakukan penyebaran pencemaran di media lingkungan
5. Kegiatan penanggulangan (rencana Memberi petunjuk besar/ kecilnya suatu dampak
dan yang telah atau sedang
dilakukan)
6. Laporan pelaksanaan pengendalian Memberi petunjuk tentang validitas data yang
mutu tersedia sebagai dasar investigasi lapangan taupun
laboratorium.
SIMPUL 2
No Kategori Data Maksud dan Kegunaannya
1. Latar belakang, mencakup deskripsi membantu untuk memahami pontensi, besaran, dan
tentang: luas penyebaran pencemar dan kepulian masyarakat
a. peta lokasi menunjukkan batas-batas yang perlu dilakukan kajian
b. rona geografik menggambarkan keadaan cuaca, badan air dan
genangan yang ada, lahan pertanian
c. rona geologik menggambarkan kondisi tanah dan jalur-jalur bawah
tanah yang berpotensi menyebarkan pencemaran
d. rona demografik memberikan gambaran tentang jumlah penduduk
potensial yang terkena dampak pencemaran
e. gambar visual ruang Melengkapi data diatas, misalnya dalam bentuk
RTDR, peta topografi, peta udara,
f. Lama pencemar berada di media Memberi petunjuk tentang seberapa luas pencemar
lingkungan telah menyebar dan kelompok penduduk mana yang
berpotensi terkena dampak
g. Perubahan yang pernah Memberi gambaran tentang kecepatan dan pola
dilakukan penyebaran pencemar di media lingkungan
h. Kegiatan pembersihan Memberikan gambaran tentang dampaknya kesehatan