Anda di halaman 1dari 28

MODUL

ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN (ADKL)

Dr. KHAYAN, SKM, M.Kes.

TAUFIK ANWAR, SKM, M.Kes.

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKKES KEMENKES ONTIANAK

2018
KATA PENGANTAR

Pencemaran lingkungan adalah masalah lingkungan penting yang sering menimbulkan


dampak kesehatan masyarakat. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
872/Menkes/SK/VIII/1997 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan menetapkan bahwa Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)
dilaksanakan dalam lingkup perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dari suatu usaha
dan kegiatan pembangunan yang dapat menimbulkan dampak penting. Jajaran
kesehatan diberikan wewenang untuk melakukan upaya pengamanan dampak kesehatan
dari suatu pembangunan sebelum pembangunan tersebut dilaksanakan dan pelaksanaan
program-program kesehatan.

Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek


Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), menyatakan ADKL merupakan komponen dari proses AMDAL yang
mengkaji dampak kesehatan dimana pembangunan terjadi. ADKL juga berupaya untuk
memperkirakan dampak kesehatan dari suatu pembangunan sebelum usulan
pembangunan itu disetujui.

Direktorat Jenderal PPM & PL memandang perlu melengkapi peraturan perundang-


undangan yang melandasi ADKL dengan materi teknis sebagai referensi untuk
mengambil langkah-langkah operasional Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.
Materi ini perlu terus dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan, ruang dan
waktu, sehingga petugas kesehatan lingkungan dan berbagai pihak yang berkepentingan
dalam pelaksanaan AMDAL, dan penilaian dampak kesehatan dari pembangunan dapat
menerapkannya.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak, khususnya unit kerja lintas
sektoral yang telah membantu penyusunan materi hingga tersusunnya materi teknis
ADKL.
Jakarta, Maret 2001

DIREKTUR JENDERAL PPM & PL

Prof. DR. Umar Fahmi. A


NIP. 130520334
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Hal

BAB 1 BATASAN 1-1

BAB 2 KERANGKA DAN LANGKAH-LANGKAH ARKL 2-1

BAB 3 DATA DAN INFORMASI


3.3. Data Primer 3-1
3.4. Data Sekunder 3-3
3.5. Pemilihan Metoda 3-4
3.6. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam 3-7
Pengunaan catatan

BAB 4 KEPEDULIAN MASYARAKAT


4.5. Sebelum Kunjungan Lapangan 4-1
4.6. Selama Kunjungan Lapangan 4-5
4.7. Setelah Kunjungan Lapangan 4-6
4.8. Laporan 4-7
BAB 5 MENETAPKAN PENCEMARAN SASARAN
5.1. Pendahuluan 5-1
5.2. Identifikasi Pencemaran 5-2
5.3. Evaluasi Data dan Teknik Sampling 5-3
5.4. Mempelajari Tingkat Konsentrasi 5-4
5.5. Membandingkan Data 5-4
5.6. Penggunaan Data Konsentrasi Latar Belakang 5-5
5.7. Membandingkan Konsentrasi Lingkungan 5-7
Dengan Standar
5.8. Kepedulian Masyarakat 5-8
5.9. Inventarisasi Pelepasan Bahan Kimia Beracun 5-8
BAB 6 IDENTIFIKASI DAN EVALUASI JAILER
PEMAJANAN
6.1. Pendahuluan 6-1
6.2. Identifikasi Elemen 1: Sumber Pencemaran 6-2
6.3. Identifikasi Elemen 2: Media Lingkungan dan 6-3
Transport
6.4. Identifikasi Elemen 3: Titik Pemajanan 6-9
6.5. Identifikasi Elemen 4: Cara Pemajanan 6-10
6.6. Identifikasi Elemen 5: Populasi Reseptor 6-12
6.7. Kategorisasi Jalur Pemajanan Riel dan Potensial 6-15
6.8. Eliminasi Jalur Pemajanan 6-17
BAB 7 PERKIRAAN DAMPAK KESEHATAN
7.1. Pendahuluan 7-1
7.2. Evaluasi Toksikologi 7-1
7.3. Evaluasi Data Outcome Kesehatan 7-8
7.4. Evaluasi Kepedulian Masyarakat 7-13
BAB 8 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
8.1. Umum 8-1
8.2. Menyusun Kesimpulan 8-1
8.3. Merumuskan Rekomendasi 8-3
8.4. Kerangka Tindak Kesehatan Masyarakat 8-6
BAB 9 PENGELOLAAN RISIKO
9.1. Pendahuluan 9-1
9.2. Pihak-pihak Yang Terlibat dan Peranannya 9-1
9.3. Pilihan Pengelolaan 9-5
9.4. Pengambilan Keputusan 9-6
9.5. Penetapan Parameter Lingkungan 9-7
9.6. Komunikasi Risiko 9-7
BAB 10 LAPORAN
10.1. Pendahuluan 10-1
10.2. Ringkasan 10-3
10.3. Latar Belakang 10-3
10.4. Kepedulian Masyarakat 10-5
10.5. Kontaminasi Lingkungan dan Bahaya Lain 10-6
10.6. Analisis Jailer Pemajanan 10-8
10.7. Dampak Kesehatan 10-11
10.8. Kesimpulan 10-15
10.9. Rekomendasi dan Saran Tindak 10-15
10.10. Penyusun Laporan 10-17
10.11. Bahan Bacaan 10-17
10.12. Apendiks 10-17
DAFTAR BOKS

BOKS 2.1. Langkah – Langkah ADKL 2-2


BOKS 2.2. Simpul Informasi ADKL 2-3
BOKS 2.3. 5 Elemen Jailer Pemajanan 2-4
BOKS 2.4. Kesimpulan dan Rekomendasi 2-5
BOKS 5.1. Informasi Untuk Menetapkan Pencemaran Sasaran 5-1
BOKS 9.1. Aktor dan Peranannya Dalam Pengelolaan Risiko 9-2
BOKS 9.2. Peran Universitas 9-3
BOKS 10.1 Format Laporan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan 10-2
BAB 1
BATASAN

1.1. Ada dua pengertian yang sering diartikan sama dalam lingkup analisis dampak
kesehatan, yaitu Analisis Dampak Kesehatan (ADKL) dan Analisis Risiko Kesehatan
Lingkungan (ARKL). Dua pengertian itu memang berbeda, paling tidak pada tingkat
aplikasinya, yaitu:

(a) ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN (ADKL) –


Menggunakan suatu rencana pembangunan sebagai titik awal dan melihat
dampak kesehatan yang berhubungan. Dampak tersebut bisa bersifat langsung
atau tidak langsung. ADKL merupakan bagian tak terpisahkan dari proses
perencanaan untuk suatu pembangunan (mis:industri baru)

(b) ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN (ARKL) – Dimulai dengan


masalah lingkungan yang telah dikenal dan melibatkan penetapan resiko pada
kesehatann manusia yang berkaitan dengan masalah lingkungan tersebut.
Analisis risiko kesehatan biasanya berhubungan dengan masalah lingkungan saat
ini atau di masa lalu (mis: lokasi tercemar)

1.2. ADKL berupaya untuk memperkirakan dampak kesehatan dari suatu


pembangunan sebelum usulan pembangunan itu disetujui. Melalui cara ini potensi
dampak negatif dapat dikenali dan dikurangi atau dihindari dan pada saat yang
bersamaan potensi dampak positip dapat ditingkatkan. Lebih jauh ADKL merupakan
komponen dari proses AMDAL yang tidak saja melihat dampaknya pada kesehatan
tetapi juga dampak pada lingkungan dan sistem ekologi dimana pembangunan terjadi.
Namun, Buku Pedoman ini tidak akan masuk kedalam ADKL pada pengertian (a) tetapi
lebih pada pengertian (b) – Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Pedoman untuk
lingkup pengertian (a) akan disusun tersendiri. ADKL dalam kerangka AMDAL secara
umum dapat dilihat pada Lampiran 1.1.

1.3. ARKL berupaya untuk mempelajari faktor lingkungan yang mempengaruhi


distribusi dan determinan penyakit pada manusia. Upaya ini dapat dilakukan melalui
dua pendekatan, yaitu :

 upaya analisis yang diawali dengan adanya kasus gangguan kesehatan dan diikuti
dengan pengujian bahaya potensial. Kajian semacam ini biasanya merupakan suatu
reaksi terhadap “health outcome” yang buruk. Pendekatan ini umumnya dipersulit
oleh pemajanan berganda dalam lingkungan.

 Upaya analisis yang diawali dengan isdentifikasi bahaya potensial dan kemudian
menguji dampaknya pada kesehatan manusia. Kajian semacam ini biasanya
merupakan reaksi terhadap outcome lingkungan yang buruk atau proaksi untuk
menganalisis dampak dari suaatu rencana pembangunan. Pendekatan ini umumnya
diperumit dengan tidak tersedianya batasan yang jelas tentang disease end points.

1.4. Analisis Risiko mempunyai batasan yang bermacam-macam, tetapi secara


umum apabila membahas analisis risiko mencakup empat langkah sebagai berikut:
Langkah pertama – Hazard Identification (Identifikasi Bahaya)
Langkah kedua – Dose Response Evaluation (Evaluasi Dose-Response)
Langkah ketiga – Exposure Assessment (Pengukuran Pemajanan)
Langkah keempat – Risk Characterisation (Penetapan Resiko)

1.5. Identifikasi Bahaya – bertujuan untuk mengenali dampak buruk kesehatan yang
disebabkan oleh pemajanan suatu bahan yang sedang depelajari dan memastikan mutu
dan kekuatan bukti-bukti yang mendukungnya. Dampak buruk kesehatan yang perlu
memperoleh perhatian adalah daya racun yang bersifat sistematik dan karsinogen.

1.5.1. Daya racun sistematik adalah untuk menjelaskan secara umum dampak buruk
kesehatan yang terjadi di dalam tubuh manusia sebagai hasil dari kontak dengan bahan
berbahaya dari luar tubuh. Daya racun ini hendaknya dibedakan dengan daya racun
lokal yang diartikan sebagai dampak buruk kesehatan pada bagian tubuh yang kontak
langsung dengan bahan (bagian ini tidak akan dibahas lebih lanjut). Tergantung pada
dosis, pemajanan oleh bahan dapat menimbulkan berbagai dampak toksik yang berkisar
dari kematian atau timbulnya penyakit serius seperti kanker ke perubahan minor pada
biokimia, fisiologi ataupun palogi tubuh. Bahan kimia yang menimbulkan toksisitas
selain kanker disebut bahan beracun sistematik karena mereka dapat mempengaruhi
fungsi berbagai sistem organ. Perhatian kesehatan lingkungan biasanya juga diarahkan
pada dampak toksik yang terjadi pada dosis yang lebih rendah. Dampak toksis semacam
ini dikenal sebagai “critical effect”. Di bawah tingkat critical effect diasumsikan semua
tampak toksik tidak terjadi.

1.5.2. Daya racun karsinogen adalah untuk menjelaskan bahan yang dapat
menimbulkan kanker. Cara – cara yang digunakan untuk menilai apakah suatu bahan
bersifat karsinogen sama dengan cara untuk menilai daya racun sisatematik, tetapi ada
beberapa “caution” yang perlu mendapat perhatian dalam ekstrapolasi data dari hewan
percobaan ke manusia. Ekstrapolasi bukan satu-satunya cara untuk menjelaskan dampak
karsinogen; studi epidemiologi merupakan cara lain yang saling melengkapi.

1.6. Evaluasi Dose-Response – bertujuan untuk melihat daya racun yang terkandung
dalam suatu bahan (kimia berbahaya) atau secara spesifik adalah untuk menjelaskan
bagaimana suatu kondisi pemajanan (cara, dosis, frekuensi, dan durasi) oleh suatu bahan
berhubungan dengan dampak kesehatan yang timbul. Evaluasi dose-respons umumnya
diarahkan pada dua dampak yaitu efek sistematik dan karsinogen. Konsep “Reference
Dose” biasanya digunakan untuk evaluasi efek sistemik. “Reference Dose” didasarkan
pada NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) yang umumnya diperoleh dari hasil
pengamatan hewan percobaan. Dengan demikian, ketidakpastian merupakan hal yang
lumrah terjadi dan faktor ini merupakan masalah tersendiri pada evaluasi. Evaluasi
terhadap efek karsinogenik mengikuti cara yang digunakan untuk evaluasi efek
sistematik dengan penerapan asumsi dan kriteria yang lebih ketat.
1.7. Pengukuran Pemajanan – adalah suatu proses pengukuran atau perkiraan
besaran, frekuensi, dan lamanya pemajanan pada manusia oleh senyawa dalam
lingkungan. Dalam pengukuran pemajanan juga diperkirakan jumlah, sifat, dan tipe
populasi yang terpajan. Dalam melaksanakan pengukuran pemajanan perlu
mempertimbangkan semua jalur pemajanan yang terdiri dari 5 elemen. Pengukuran
pemajanan menghasilkan perkiraan pemajanan numerik yang dapat digunakan dalam
langkah-langkah untuk mengkuantifikasi risiko pada kesehatan manusia. Pemajanan
pada manusia dapat diukur langsung dengan mengukur tingkat bahan kimia yang
dicurigai dalam lingkungan atau menggunakan “personal monitor”. Pada banyak hal,
pemajanan pada manusia terpaksa diperkirakan melalui pengukuran konsentrasi bahan
yang ada di media lingkungan (udara, air, tanah) dikombinasikan dengan model
“chemical fate and transport” dalam lingkungan dalam dan model pola kegiatan
manusia.

1.8. Penetapan Risiko – merupakan langkah akhir dari analisis risiko dalam mana
informasi tentang daya racun dan pemajanan diintegrasikan kedalam “Perkiraan Batas
Atas” dari risiko kesehatan yang terkandung dalam suatu senyawa. Batas Atas
cenderung digunakan untuk tujuan melindungi kesehatan masyarakat, apakah batas atas
suatu bahaya, dosis dan/ atau pemajanan. Analisi risiko biasa menghasilkan “upper
bound estimate of risk, sehingga risiko yang sebenarnya tidak akan lebih besar dari
risiko yang diperkirakan. Untuk daya racun yang bersifat sistematik, penetapan risiko
melibatkan penetapan apakah perkiraan rata-rata dosis harian pada terpajan (ditetapkan
dalam pengukuran pemajanan) lebih besar dari dosis referensi (dosis tanpa risiko).
Sementara untuk kanker, penetapan risiko melibatkan pekerjaan penetapan batas atas
“risiko kanker seumur hidup” bagi individu yang terpajan dengan mengalihkan risiko
yang ditetapkan dalam evaluasi dose – respons dengan dosis harian rata-rata seumur
hidup dari suatu karsinogen.

1.9. Pengelolaan Risiko – adalah upaya untuk mengendalikan risiko sampai pada
tingkat yang tidak membahayakan. Upaya ini umumnya meliputi 3 langka, yaitu: (a)
Pertisipasi Masyarakat, (b) Pengendalian Bahaya, dan (c) Pemantauan Risiko. Perlu
diingat bahwa tujuan perbaikan berbeda-beda untuk setiap “stakeholder”.

1.9.1. Masyarakat seringkali berharap bahwa kondisi lingkungan bisa dikembalikan


seprti “dahulu kala” (keadaan sebelum terjadi pencemaran); bagi pengusaha adalah
bagaimana menyelesaikan issue dengan biaya semurah-murahnya tanpa kehilangan
citranya sebagai warga negara yang baik; sementara bagi pemerintah adalah bagaimana
menyelesaikan issue secepat-cepatnya tanpa kehilangan citranya sebagai pemerintah
yang bertanggung jawab. Untuk kondisi seperti itu perlu partisipasi dan menerima sifat
dasar partisipasi bahwa dia membutuhkan waktu dan menguras sumber daya untuk
sampai pada keputusan walau untuk menyelesaikan masalah yang sebenarnya
sederhana.

1.9.2. Apabila keputusan telah dibuat tentang bahaya atau risiko yang ingin
dikendalikan, maka pilihan pengendalian dua pengendalian yaitu: (a) pengendalian pada
sumbernya dan (b) pengendalian pemajanan. Kegiatan pengendalian itu perlu diuikuti
dengan pemantauan untuk menjamin bahwa risiko dapat juga pada tingkat tidak
membahayakan.

1.10. Komunikasi risiko suatu upaya untuk menginformasikan dan menyarankan


masyarakat umum tentang hasil analisis risiko dan dampaknya, mendengar reaksi
mereka, dan melibatkan mereka dalam perencanaan pengelola risiko. Komunikasi risiko
yang baik adalah proses dua arah antara Masyarakat terkena risiko dan Institusi
pengatur untuk merumuskan kesepakatan tentang bagaimana bahaya lingkungan akan
diatasi dan harus menjadi bagian integral dalam analisis risiko dan pengelolaan risiko.
Lampiran 1.1. – ISI ADKL

1. Uraian lengkap dari propenen dan rencana pembangunan

1.1. Identitas pemegang proyek

1.2. Uraian rencana pembangunan

1.3. Uraian rencana alternatif

2. Uraian lokasi, latar belakang, dan iklim


2.1. Peta lokasi
2.2. Dampak terdahulu oleh penggunaan yang sama di lokasi tersebut
2.3. Iklim lokasi

3. Uraian populasi yang berpotensi terkena dampak

3.1. Demografik
 Data demografik populasi dalam wilayah
 Populasi lain
 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan umur
 Perubahan jumlah penduduk dan karakteristik penduduk
 Uraian lengkap tentang sosial – ekonomi
 Identifikasi faktor-faktor yang kemungkinan mempengaruhi kepekaan
individual
 Kedekatan lokasi proyek terhadap penduduk beresiko tinggi

3.4. Status kesehatan penduduk saat ini


 Kematian
 Kesakitan

 Kasus kanker

 Kelahiran

 Lahir cacat

4. Infrastruktur yang ada

4.1. Penyediaan air bersih

4.2. Penyediaan makanan dan bahan pangan

4.3. Pembuangan limbah

4.4. Energi

4.5. Transpor
4.6. Pelayanan kesehatan

4.7. Perawatan anak

4.8. Perumahan

4.9. Tempat rekreasi

4.10. Tempat kerja, busines

4.11. Pelayanan

4.12. Tempat-tempat ibadah

5. Identifikasi potensi dampak kesehatan


5.1. Proses off-site
 Uraian umum transportasi
 Dampak selama transport
5.2. Proses on-site
 Dampak kesehatan karena bahan on-site (kimia, fisika, mikroba atau
radioaktif)

6. Ketersediaan air dan kualitas

6.1. Perubahan dalam ketersediaan air


6.2. Air limbah
 Air limbah yang disimpan on-site dan air daur ulang
 Air limbah dibuang dari site
6.3. Perubahan kualitas air

7. Makanan
7.1. Produktifitas
7.2. Akses langsung terhadap makanan

8. Keamanan lokasi

9. Issue kesehatan kerja

9.1. Merokok didalam gedung

9.2. Bahan dengan potensi danpak pada kesehatan


9.3. Kecelakaan

10. Kesempatan untuk memilih sehat

11. Perubahan lingkungan yang berdampang kesehatan


12. Dampak global

12.1. Perubahan iklim global

12.2. Perkiraan dampak kesehatan global


12.3. Dampak global lain

13. Dampak sosial dan dampaknya pada kesehatan


13.1. Tipe dampak
 Sosio-ekologi, pengangguran dan ratio ketergantungan
 Perubahan insfrastruktur (transport, pelayanan, perumahan)
 Pergeseran normal sosial dan budaya
 Dampak dan kebisingan, sahaya, bau, visual
 Akses terhadap pelayanan kesehatan dan makanan
 Kesempatan rekreasi
 Narkoba dan judi
 Kebutuhan dari kelompom marginal
 Gangguan sosial
BAB 2

KERANGKA DAN LANGKAH-LANGKAH ADKL

2.1. Merujuk pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 872/Menkes/SK/VIII/1997


tanggal 15 Agustus 1997 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan menetapkan bahwa Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)
dilaksanakan dalam lingkup perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian dari suatu usaha
dan/ kegiatan pembangunan yang dapat menimbulkan dampak penting. Lebih lanjut
dikatakan bahwa ADKL dapat diterapkan pada dua hal pokok, yaitu: (a) kajian aspek
kesehatan masyarakat dalam rencana usaha dan/ kegiatan pembangunan dan (b) kajian
aspek kesehatan masyarakat dan/ atau lingkungan dalam rangka pengelolaan lingkungan
hidup.

2.2. Kejadian pencemaran lingkungan adalah masalah lingkungan penting yang


sering menimbulkan dampak kesehatan masyarakat. Dalam kaitan dengan masalah
tersebut, sektor kesehatan khususnya staf teknis kesehatan lingkungan dituntut berperan
proaktif melakukan kajian aspek kesehatan masyarakat dan bersama-sama sektor lain
terkait melaksanakan pengelolaan lingkungan untuk mendukung kesehatan masyarakat.

2.3. Pedoman ini disusun sebagai pegangan bagi petugas teknis kesehatan
lingkungan untuk secara efektif melaksanakan kajian aspek kesehatan masyarakat.
Lebih spesifik digunakan untuk mengkaji apakah apakah suatu bahan pencemaran yang
lepas dan masuk kedalam lingkungan manusia telah, sedang, ataukah akan
menimbulkan dampak kesehatan. Luaran dari pelaksanaan dan manager program/
proyek untuk menekan atau mengurangi kemungkinan dampak dimaksud.

2.4. Untuk dapat malakukan kajian maka bahan dasar yang perlu tersedia tentunya
adalah data dan informasi. Data dan informasi tersebut mungkin akan digunakan secara
langsung dan beberapa mungkin perlu dilakukan manipulasi dengan memanfaatkan
teknik-teknik tertentu. Data dan informasi ini bisa diambil dari sumber manapun apakah
dalam sektor kesehatan ataupun instansi lain. Secara umum data dan informasi itu
mencakup data dan informasi yang relevan untuk mencermati :
(a) ciri tipe dampak kesehatan yang timbul,
(b) ciri pemajanan dan hubungan “dose – respons”. Dengan mengetahui ciri-ciri tersebut
akan dapat dilakukan
(c) perkiraan risiko kesehatan,
(d) perkiraan jumlah kasus yang akan timbul, dan
(e) perumusan saran-saran tentang bahan pencemar yang diperkenankan ada dalam
media lingkungan (udara, air, makanan) dan tindakan berbalik untuk melakukan
pengelolaan lingkungan.
2.5. Salah satu fokus ADKL dalam pedoman ini adalah untuk mencermati apakah
bahan pencemar dimaksud telah memajani penduduk. Mencermati ciri pemajanan ini
cukup rumit dan untuk itu memerlukan data dan informasi tentang:
(a) lokasi sumber pencemar (selanjutnya akan disebut lokasi),
(b) nasib dan perjalan bahan pencemar di media lingkungan,
(c) sifat dan kondisi media lingkungan,
(d) deskripsi demografik penduduk terpajan, dan
(e) peristiwa pemajanan pada manusia.

2.6. Idealnya, kajian itu dilakukan sampai tuntas tetapi karena data dan informasi
yang kurang memadai atau bahkan tidak tersedia, maka kajian ini dikategorikan sebagai
kajian sementara (ADKL pendahuluan) dan perlu dilanjutkan bila data dan informasi
yang diperlukan telah diperoleh. ADKL pendahuluan itu bisa saja berupa ringkasan data
yang dapat diperoleh sampai saat itu. Langkah selanjutnya adalah pengumpulan data
tambahan dan/ atau pengamatan langsung terhadap lokasi kasus untuk bahan
melanjutkan kajian yang belum tuntas.

2.7. ADKL dapat dimulai berdasarkan keluhan masyarakat atau kecurigaan yang
terbaca dari hasil pemantauan lingkungan dan surveilans penyakit, dilanjutkan dengan
langka-langkah ADKL. Dengan demikian, ADKL tidak berhenti sekali jalan, melainkan
merupakan kegiatan berulang yang dinamis sesuai dengan tipe data yang tersedia dari
berbagai perpektif. Kadang-kadang perlu dilakukan studi khusus lanjutan untuk
menganalisis dampak kesehatan secara lebih dalam. Langkah-langkah ADKL umumnya
dibedakan kedalam 8 langkah praktis namun langkah-langkah itu bisa bervariasi
tergantung pada keunikan lokasi kejadian. Langkah-langkah dimaksud digambarkan
dalam BOKS 2.1.

BOKS LANGKAH – LANGKAH ADKL

Langkah 1: Evaluasi data dan informasi yang berkaitan dengan lokasi kejadian
(mencakup informasi simpul 1, 2, 3, dan 4)

Langkah 2: Mempelajari kepedulian terhadap pencemaran

Langkah 3: Menetapkan bahan pencemar sasaran kajian

Langkah 4: Identifikasi dan evaluasi jalur pemajanan

Langkah 5: Memperkirakan dampak kesehatan masyarakat

Langkah 6: Kesimpulan dan rekomensi

Langkah 7: Pengelolaan Risiko

Langkah 8: Laporan
2.8. Langkah 1 – Evaluasi informasi kejadian pencemaran dilakukan untuk
mengenal lebih baik hal-hal yang berkaitan dengan kejadian dimaksud. Merujuk pada
paradigma kesehatan lingkungan, evaluasi diarahkan kepada 4 simpul sebagaimana
yang diuraikan pada BOKS 2.2. Tidak semua informasi diperlukan untuk kegiatan
pengkajian, namun makin lengkap informasi yang tersedia maka akan memberikan hasil
kajian yang lebih baik. Data dan informasi dijelaskan lebih lanjut pada BAB 3.

2.9. Langkah 2 – Lebih lanjut, perlu juga ditangkap suasana dan respons yang
berkembang di laporan untuk melengkapi 4 simpul informasi pada langkah 1.
Mempelajari kepedulian dan respons tentang kejadian pencemaran dari masyarakat,
LSM, masmedia maupun kepedulian dari sektor lain baik yang bersifat negatif
(keluhan) atau positip (upaya tindakan penanggulangan). Langkah – langkah lebih
lengkap dijelaskan pada BAB 4.

BOKS 2.2. SIMPUL INFORMASI ADKL

Jenis dan skala kegiatan Misalnya: pabrik,


SIMPUL yang diduga menjadi lokasi pembuangan limbah
sumber pencemar atau atau sampah, bekas
lokasi yang menjadi penambangan,
tempat timbunan/ dsb..
buangan bahan pencemar

Media lingkungan (air, Misalnya: iklim dan cuaca


SIMPUL tanah, udara, biota) hidrogeologik tanah,
dengan segala komponen sosio-demografik,
dan sifatnya topografik, dsb

Hasil kontan (pemajanan) Misalnya: minum air tercemar,


SIMPUL antara bahan pencemar menghirup udara tercemar,
dan manusia pada titik- makan makanan
titik pemajanan terkontaminasi, dll

Dampak kesehatan yang Misalnya: Keracunan pestisida,


SIMPUL timbul akibat kontak atau kanker,
terpajan oleh pencemar hipertensi,
melalui berbagai cara asmabronchiale, dll
2.10. Langkah 3 – Menetapkan pencemaran sasaran adalah menetapkan bahan
pencemar yang kan dijadikan sasaran kajian lebih jauh tentang dampaknya pada
kesehatan. Penetapan ini mungkin tidak cukup dilakukan sekali tetapi perlu berulang
sehingga diperoleh keyakinan bahwa bahan tersebut benar sebagai bahan pencemar
penting. Langkah – langkah lebih lengkap dijelaskan pada BAB 5.

2.11. Langkah 4 – Identifikasi dan evaluasi jalur pemajanan adalah suatu proses
dimana seseorang mungkin terpajan oleh bahan pencemar. Jalur pemajanan mencakup
semua elemen yang menghubungkan sumber pencemar ke penduduk terpajan. Jalur
pemajanan itu terdiri dari 5 elemen sebagaimana digambarkan pada BOKS 2.3.
Langkah ini cukup rumit dan memerlukan cukup banyak informasi. Penjelasan lebih
lengkap untuk melaksanakan langkah ini dijelaskan pada BAB 6.
2.12. Langkah 5 – Mempekirakan dampak kesehatan adalah membuat perkiraan
apakah pencemar yang lepas dan/ atau berada di media lingkungan berpotensi atau telah
menimbulkan dampak kesehatan. Karena demikian banyak pencemar yang ada di media
lingkungan, maka kemungkinan dampak kesehatan juga banyak. Karena itu perlu dicari
untuk mempersempit analisis. Ada 3 cara yang dapat dilakukan, yaitu: (a) evaluasi
toksikologi, (b) evaluasi jenis dampak, dan (c) evaluasi kepedulian masyarakat, ketiga
cara tersebut lebih lengkap dijelaskan pada BAB 7.

2.13. Langkah 6 – Kesimpulan dan Rekomendasi adalah menyusun keseimpulan


tentang dampak kesehatan yang berkaitan dengan kejadian pencemaran dan menyiapkan
rekomendasi dengan merinci tindakan yang telah diambil dan yang masih perlu diambil.
Kesimpulan dan rekomendasi secara eksplisit perlu mengkomunikasikan hal-hal penting
seperti pada BOKS 2.4. Penjelasan tentang cara-cara mempersiapkan kesimpulan dan
rekomendasi disajikan pada BAB 8.

BOKS 2.4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN :

1. DAMPAK KESEHATAN

2. KELEMAHAN INFORMASI

3. KEPEDULIAN MASYARAKAT

4. KESIMPULAN YANG BERKENAAN DENGAN JALUR PEMAJANAN

REKOMENDASI :

1. KEGIATAN UNTUK MELINDUNGI MASYARAKAT

2. KEGIATAN UNTUK MEMPEROLEH TAMBAHAN INFORMASI YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN

2.14. Langkah 7 – Pengelolaan risiko adalah upaya yang secara sadar dilakukan
untuk mengendalikan risiko. Dalam pengertian yang lebih spesifik, pengelolaan risiko
lingkungan adalah pengelolaan situasi dan atau kondisi lingkungan yang mengandung
risiko yang diketahui dari hasil analisis risiko sebelumnya. Banyak hal perlu
memperoleh pertimbangan secara proporsional mengingat kompleksitasnya. Uraian
pengelolaan risiko secara lebih lengkap disajikan pada BAB 9.
2.15. Langkah 8 – Laporan adalah menuangkan semua hasil lengkah-langkah diatas
kedalam suatu format yang mudah diikuti dan dicerna namun menyajikan data dan
informasi yang lengkap. Laporan disarankan untuk dikelompokkan kedalam 4 bagian
pertama: (a) pengumpulan informasi yang relevan, (b) dokumentasi kepedulian
masyarakat, (c) identifikasi pencemar, dan (d) evaluasi penyebaran pencemar dan proses
pemajanan. Kemudian dilanjutkan pada (e) dampak kesehatan berdasarkan hasil kajian
terhadap data jenis dampak toksikologi. Bagian terakhir (f) adalah kesimpulan dan
rekomendasi. Materi dan format laporan disajikan pada BAB 10.

2.16. Penutup – Seringkali, saran atau tindakan yang dilakukan belum sepenuhnya
menyelesaikan masalah. Maka menjadi kewajiban sektor kesehatan untuk mengikuti
atau memantau apakah saran telah diperhatikan dsn tindakan telah diambil. Perlu
senantiasa melakukan pendekatan kepada instansi berwanang (seperti yang tercantum
dalam saran dan rekomendasi) agar mereka lebih peduli dan melakukan tindakan yang
diperlukan.
BAB 3

DATA DAN INFORMASI

3.1. Data dan informasi merupakan kebutuhan dasar dalam pelaksanaan ADKL. Data
tersebut tidak selalu tersedia, oleh karenanya perlu dicari. Sebagaimana dijelaskan di
depan, maka kebutuhan data juga dikelasifikasikan kedalam 4 simpul. Kategori dara dan
kegunaannya disajikan dalam Lampiran 3.1.

3.2. Data dan informasi sebagaimana pada butir 3.1. perlu dicari dengan
menggunakan metodologi yang benar. Meroda pengumpulan data dan informasi bisa
bermacam-macam. Meoda hendaknya disusun dan digunakan sesuai dengan sifat data
dan informasi yang akan dikumpulkan. Berdasarkan sifat data, dibedakan dua metoda
pokok, yaitu untuk pengumpulan data primer dan data sekunder.

3.3. Data Primer. Metoda pengumpulan data primer bermacam-macam. “”Yang


umum digunakan adalah: wawancara, kuesioner dengan mengisi sendiri, pengamatan,
pengukuran fisik atau kimiawi, pengukuran fisik atau kimiawi Lingkungan, dan
kunjungan lapangan.

3.3.1. Wawancara – adalah metoda yang paling banyak digunakan. Metoda ini dapat
digunakan untuk mengumpulkan data pemajanan sekarang atau pemajanan masa lalu.
Namun, keduanya tidak bebas dari kekeliriuan oleh adanya kecenderungan subyek
untuk tidak melaporkan semua pemajanan yang pernah dialami. Perilaku sosial yang
disukai cenderung lebih banyak dilaporkan. Kekeliriuan seperti ini disebut “social
desirability bias”. Kekeliruan lain yang mungkin terjadi adalah subyek memberi
jawaban berlebih bila dia diminta untuk mengingat kembali hal-hal tertentu dalam suatu
periode di masa lalu. Subyek cenderung mengingat kembali pemajanan yang terjadi
diluar periode di masa lalu. Subyek cenderung mengingat pemajanan yang terjadi di
luar periode pemajanan itu disebut “telescoping”. Keterlibatan pewawancara dalam
proses pengumpulan data dapat membantu untuk menjamin terbentuknya kerjasama
dengan subyek, mengurangi kesalah-pahaman tentang maksud/arti pertanyaan dan
memaksimalkan pengumpulan data yang benar-benar berguna. Metoda wawancara bisa
memperoleh data dengan lebih banyak dan lebih detil serta kompleks, namun relatif
mahal dan kemungkinan masuknya kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
pewawancara.

3.3.2. Kuesioner – pada dasarnya data yang dapat dikumpulkan dengan wawancara
dapat pula dikumpulkan dengan kuesioner. Namun jumlah data yang dapat
dikumpulkan denganmetoda ini terhambat oleh rating jawaban yang kembali, terutama
untuk kuesioner yang panjang. Disamping itu, metoda ini menghadapi risiko kesalahan
substansi atau tidak mampu menampung jawaban terhadap butir-butir individu yang
kompleks. Pengalaman menunjukkan bahwa kuesioner yang dilakukan melalui surat
menghasilkan rating jawaban yang rendah. Namun ada cara-cara yang dapat ditempuh
untuk menaikkannya, misalnya dengan penetapan responden yang tepat, memberi topik
yang menarik, penyediaan insentif atau hadiah dari sponsor, pemilihan tahun survei dll..
Antar jemput kuesioner dan supervisi yang baik dapat meningkatkan rating jawaban.
Pekerjaan antar jemput membangun kerjasama dan mampu menjelaskan pentingnya
jawaban dalam studi. Kuesioner dengan supervisi biasanya dilakukan bila data
dikumpulkan dari kelompok subyek (mis: anak-anak sekolah) atau subyek harus
berkumpul di suatu tempat untuk beberapa pengukuran lain (mis: untuk pemerikssan
darah).

3.3.3. Pengamatan terhadap subyek – dilakukan untuk dapat mengetahui pemajanan


saat ini. Atribut sex, misalknya, bisa diukur dengan pengamatan. Atribut lain seperti
warna rambut dapat dicatat sepenuhnya secara subyektif oleh petugas lapangan, namun
bisa dibuat lebih obyektif dengan cara membandingkan dengan warna standar yang
disediakan. Pengamatan variabel atribut atau perilaku subyek secara langsung
memerlukan partisipasi aktif pengamat dalam kehidupan sebyek selama periode
pengamatan. Misalnya: seorang ahli gizi mengamati waktu makan di rumah tangga
subyek, mencatat atau bahkan mengambil sampel (untuk dianalisis) apa yang dimakan
oleh subyek. Pengamatan langsung tentang perilaku belum begitu banyak dilakukan
sebagai metoda utama dalam epidemiologi karena masalah validasi dengan metoda
pengukuran lain. Dalam pengukuran perilaku, pengamatan langsung mengandung
kekuatan dan kelemahan:

Kekuatan itu antara lain:


 lebih obyektif
 dapat digunakan untuk perilaku berdampak rendah
 dimungkinkan untuk menggali detil yang substansi
Kelemahan itu antara lain:
 hanya untuk perilaku saat ini
 umumnya terbatas pada periode sampling yang singkat
 hanya untuk perilaku yang sering dilakukan
 sering hanya dapat diterapkan pada kelompok subyek tertentu
 mahal dan menghabiskan waktu
3.3.4. Pengukuran fisik atau kimiawi tentang subyek – kegunaan pengukuran fisik
atau kimiawi untuk epidemiologi sebagian besar tergantung pada apakah metoda itu
menunjukkan adanya hubungan dengan atribut atau variabel yang pasti dari subyek atau
lingkungan. Seberapa besar variasi atribut juga sangat penting. Misalnya, pengukuran
genetik (tipe HLA) yang relatif tetap sepanjang hidup dan dengan demikian dapat
diukur kapan saja. Sebaliknya terjadi pada pengukuran karbon monoksida (CO) dari
udara pernapasan, yang pada faktanya hanya berhubungan dengan intake asap rokok
(atau sumber CO lain) beberapa jam sebelumnya. Hanya variabel yang ada sekarang
yang bisa diukur dengan metoda fisika atau kimiawi. Namun bila variabel itu stabis,
sampai batas tertentu status masa lalu dapat ditunjukkan oleh status saat ini, misal:
variabel lapis timah hitam gusi dan konsentrasi merkuri di rambut dan kuku.

3.3.5. Pengukuran fisik atau kimiawi lingkungan – menghadapai masalah yang sama
dengan pengukuran subyek, kecuali adanya pengaruh penyakit dalam subyek.
Pengukuran ini biasanya hanya berkaitan dengan lingkungan sekarang, kecuali bila ada
catatan lain. Kadang-kadang bisa terjadi bahwa pengukuran sekarang air minum dari
rumah mereka terdahulu).

3.3.6. Kunjungan lapangan – terkadang, informasi yang tersedia kurang mampu


memberikan gambaran riel. Ada beberapa fakta yang tidak bisa diungkap melalui
laporan. Untuk itu perlu dilakukan kunjungan lapangan. Melalui kunjungan lapangan
dimungkinkan mengamati secara langsung situasi dan kondisi lokasi serta memperoleh
pengetahuan, menangkap situasi dan kondisi yang sedang terjadi, dan kepedulian
kesehatan masyarakat dari tangan pertama. Hasil kunjungan lapangan itu bersama-sama
dengan laporan-laporan rutin yang ada akan sangat membantu menemukan issue
penting tentang lokasi. Disamping itu, interaksi dengan masyarakat ataupun orang
perorang dalam masyarakat selama kunjungan lapangan merupakan wahana penting
untuk memperoleh petunjuk tentang jenis informasi tambahan yang mungkin perlu
dikumpulkan lebih lanjut. Selama kunjungan, bisa dimanfaatkan untuk bertemu dengan
para pejabat lokal baik dal mintern pelayanan kesehatan (Puskesmas/ rumah sakit)
maupun sektoral (terutama instansi yang berkaitan dengan masalah lingkungan) untuk
membahas issue kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan lokasi. Dari pertemuan
itu daoat diperoleh informasi melalui rencana tindakan atau tindakan yang telah diambil
atau strategi pengelolaan risiko yang digunakan. Demikian pula terhadap yang tinggal
dekat dan organisasi masyarakat untuk menggali informasi tentang kepedulian
masyarakat sehubungan dengan lokasi.

3.4 Data sekunder. - Beberapa metode pengumpulan data sekunder yang dapat
digunakan untuk pengukuran pemajanan dalam kaitannya dengan analisis epidemiologi,
antara lain: catatan harian, kuesioner pengamatan terhadap subyek, pengukuran fisik
atau kimiawi tentang subyek, pengukuran fisik atau kimiawi lingkungan.

3.4.1. Catatan harian – hanya dapat digunakan untuk mengumpulkan data perilaku
atau pengalaman sekarang. Namun bila memang bertujuan demikian cara ini lebih kurat
dari metode yang mengandalkan ingatan subyek. Catatan harian lebih baik dibanding
dengan wawancara untuk mencatat pengalaman yang berdampak rendah. Dengan cara
ini akan mengurangi kekeliruan mengingat, termasuk kelemahan mengingat dan
teleskoping. Disamping itu, untuk periode catatan harian yang pendek, akan diperoleh
gambaran tentang pola pemajanan yang lebih lengkap dibanding metode mengingat.
Namun, jika bertujuan untuk melihat pemajanan jangka panjang, maka harus dilakukan
pencatatan dengan periode yang lebih panjang dan yang dapat dibagi-bagi kedalam
periode yang menjamin perhatian, terutama bila perilaku yang dicatat sangat bervariasi.
Masalah pokok yang dihadapi adalah bahwa masyarakat kita hampir tidak pernah
membuat catatan harian.

3.4.2. Catatan Lain – dalam konteks umum adalah catatan yang belum di kumpulkan
secara khusus untuk tujuan pengukuran pemajanan. Catatan medis ,pekerjaan ,dan
kadang-kadang sensus adalah beberapa contoh catatan yang bisa di gunakan dalam
pengukuran pemajanan. Kadang-kadang berupa catatan pemajanan sederhana yang di
ingat dan di catat oleh subyek sendiri selang beberapa waktu setelah kejadian atau
catatan yang di buat oleh orang lain yang berhubungan dengan pemajanan atau catatan
pengukuran yang di buat tentang subyek atau lingkungannya. Penggunaan catatan bisa
jadi pilihan penting untuk mengumpulkan data secara langsung dari subyek. Seperti
cara-cara pengukuran yang lain,validitasnya untuk tujuan penelitian harus dicermati
dengan baik sebelum di gunakan. Walau catatan bisa menjadi alat mutu validitas
ingatan subyektif,catatan sendiri tidak lepas dari kesalahan. Catatan itu mungkin tidak
lengkap atau salah barangkali bahkan tidak mencatat kondisi yang sebenarnya. Catatan
yang mungkin hilang atau berubah (misal dalam catatan medis) dan secara sistematis
bisa mengalami kesalahan karena perbedaan definisi dari berbagai item yang di catat.

3.5. Pemilihan metode. Tidak mudah memilih metode pengumpulan data terbaik untuk
setiap situasi. Seringkali pemilihan lebih ditentukan oleh pertimbangan praktis dari pada
teoritis. Pemilihan metoda untuk pengumpulan data simpul 1 dan simpul 2 (faktor
linkungan) telah banyak dibahas dalam buku pedoman lain. Karena itu dalam buku
pedoman lain. Kareena itu dalam buku pedoman ini lebih diarahkan kepada metoda
pengumpulan data untuk simpul 3 dan/ simpul 4. Hal lain yang tidak dapat dihindari
adalah konsekuensi biaya dari metoda-metoda tersebut relatif terhadap dana yang
tersedia , juga akan mempengaruhi pemilihan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metoda pengumpulan data pemajanan.


antara lain:
 tipe studi
 tipe, jumlah, dan detil data yang diperlukan untuk tujuan studi
 dampak pemajanan pada kehidupan subyek
 kepekaan subyek terhadap pertanyaan tentang pemajanan
 frekuensi pemajanan, variabilitas dalam frekuensi dan tingkat pemajanan menurut
waktu
 tersedianya catatan pemajanan
 tersedianya metoda pengukuran secara fisika dan kimiawi

3.5.1. Tipe studi


(a) Studi “Cohort Prospective” biasanya memerlukan pencatatan saat ini,
pemajanan masa lalu atau atau keduanya. Pamajanan masa lalu terutama penting
pada suatu orang dewasa dan bilamana analisis direncanakan setelah follow up
dimulai. Disamping itu, bila pemajanan sangat bervariasi menurut waktu perlu
dilakukan pengukuran ulang secara interval selama follow up. Pada dasarnya
semua metode pengukuran pemajanan bisa diterapkan untuk studi kohort
prospektif. Namun catatan pemajanan masa lalu jarang digunakan untuk studi
ini, kecuali pada fase prospektif dari awal suatu studi kohort retrospektif,
barangkali karena catatan pemajanan itu jarang ada atau tidak lebih akurat
dibanding metoda wawancara atau kuesioner. Hampir semua pengukuran
pemajanan untuk studi kohort retrospektif tergantung pada catatan. Metoda ini
telah banyak digunakan untuk studi penyakit yang timbul setelah terjadinya
pemajanan oleh bahaya di lingkungan kerja. Jadi catatan pemajanan yang paling
banyak digunakan adalah catatan pekerjaan, dan kadang-kadang dilengkapi
dengan catatan pengukuran lingkungan kerja.

(b) Pada studi “Case-Control” pengukuran pemajanan harus dapat meruju kepada
pemajanan yang lain, paling tidak pada periode sebelum ”onset penyakit” dan
bila mungkin periode jauh sebelumnya. Wawancara, kuesioner, dan catatan
tentang subyek atau lingkungannya adalah metoda yang paling banyak
digunakan dalam studi ini. Metoda catatan harian tentang pengalaman subyek
sekarang, pengamatan subyek oleh peneliti, atau pengukuran fisik atau kimia
pada subyek atau lingkungannya kadang-kadang digunakan juga dalam studi
“case-control”, tetapi harus diasumsikan bahwa pemajanan itu stabil sepanjang
waktu. Bila asumsi ini tidak benar, kemungkinan besar akan terjadi
misklasifikasi pemajanan dalam periode waktu yang relevan dengan penyebab
sakit (aetiology).

(c) Studi “Cross-Sectional” mirip dengan studi case-control dalam hal pengukuran
pemajanan masa lalu apabila pengukuran itu diperlukan, walau dalam situasi
tertentu hipotesis studi bisa mengaitkan secara langsung dampak pemajanan
sekarang pada variabel “outcome” yang cepat memberikan respons, seperti
tekanan darah

3.5.2. Tipe, jumlah dan detil data yang diperlukan. Jika diperlukan data dalam
jumlah besar dan detil, dan khususnya bila harus dilakukan pencatatan pemajanan masa
lalu, wawancara tatap muka adalah metoda yang harus digunakan. Data diperoleh
dengan metoda ini bisa didukung oleh catatan atau pengukuran fisik dan kimiawi (bila
tersedia). Catatan harian bisa memberikan data yang sangat detil, misalnya timbangan
makanan yang dimakan, tetapi biasanya hanya dapat menangkap sedikit variabel
pemajanan dan hanya pemajanan sekarang. Catatan biasanya tidak lengkap atau tidak
cukup detil untuk tujuan epidemiologi, tetapi catatan memberikan data lebih detil dari
pada ingatan subyek. Untuk data yang kecil dan sederhana, mungkin bisa menggunakan
kuesioner.

3.5.3. Dampak Pemajanan pada Kehidupan Subyek. Pemajanan yang menimbulkan


dampak penting pada kehidupan subyek cenderung diingat lebih tepat dibandingkan
dengan pemajanan yang menimbulkan dampak ringan. Metoda catatan harian sangat
baik untuk pemajanan yang berdampak ringan. Bila digunakan untuk merujuk
pengukuran pemajanan lampau, harus diasumsikan bahwa pemajanan berlangsung stabil
menurut waktu. Pengukuran kimiawi dan fisika juga cocok untuk pemajanan yang
berdampak ringan apabila teknik pengukuran itu tersedia; dan sekali lagi, harus
diasumsikan adanya kestabilitasan menurut waktu. Misalnya, konsumsi aflotoksin
dalam makanan pada dasarnya tidak berdampak bagi penduduk miskin di negara tropi.
Pengukuran intake itu, karenanya tergantung pada makanan yang dimakan dan
pengukuran konsentrasialfoiksdalam makanan. Supaya pengukuran itu bermanfaat dari
segi epidemiologi, harus diasumsikan bahwa periode sampling yang dipilih mewakili
keadaan pemajanan secara umum dimasa lalu atau akan datang. Catatan kadang-kadang
bermanfaat untuk mengatur pemajanan berdampak ringan. Misalnya dilingkungan kerja,
variabel pemajanan seperti radiasi pengion bisa diukur dan dicayay walaupun subyek
tidak menyadari akan datangnya pemajanan terhadapnya.

3.5.4. Kepekaan. Kepekaan atau rasa tidak aman yang timbul dari topik pemajan
tertentu pada diri subyek telah diselidiki secara ekstensif, terutama dalam kaitannya
dengan cara bertanya serta atau mengartikan jawaban responden dalam metode
wawancara. Umumnya, rate jawaban tidak banyak dipengaruhi oleh topik. Tetapi masih
dimungkinkan bahwa pemajanan yang dipertanyakan itu “under reported”. Belum
banyak bukti-bukti yang menunjukkan bahwa menjaga jarak antara peniliti dan subyek,
seperti yang digunakan dalam kuesioner akan meningatkan laporan tentang perilaku
yang sensitif. Untuk pengukuran pemajanan yang sensitif, secara teori kita lebih
menyukai metode obyektif, tapi metode untuk itu masih jarang.

Menggali informasi yang sensitif dapat ditingkatkan dengan mengkombinasikan dengan


dua metode pengukuran khusus (bogus pipeline) disebut bogus karena hubungan antara
pewawancara dan subyek diawali dengan menanamkan keyakinan kepada subyek
bahwa peneliti memiliki instrumen (yang mungkin hanya fiktif) yang mampu
mengetahui kebenaran jawaban dan subyek. Pendekatan bogus pipeline telah digunakan
untuk meningkatkan kuantitas, dan mungkin validitas laporan sukarela dari konsumsi
merokok, minum alkohol, penggunaan obat. Misalnya, diperlihatkan kepada anak-anak
suatu film yang menunjukkan bagaimana merokok dapat dideteksi melalui pengukuran
air liur, sampel ait liur kemudian diambil sebelum anak-anak diminta mengisi kuesioner
tentang kebiasaan merokok mereka.

3.5.5 Frekuensi dan vertabilitas pemajanan.

(a) Pemajanan yang berdampak rendah dan jarang hampir tidak mengkin diukur.
Subyek tidak mampu meningatnya, dan data itu sangat jarang dicataat atau
diukur dimasa lalu, dan program sampling pengalaman pemajanan subyek
sekarang (dengan catatan harian) atau konsentrasinya dilingkungan internal atau
eksternal rasanya tidak mampu memberikan pengukuran yang cukup bebas dari
variabilitas dalam individu itu.

(b) Pemajanan berdampak sedang atau tinggi dan yang sering terjadi akan lebih
mudah diukur dengan metoda mengingat kembali (wawancara atau kuesioner),
catatan tentang subyek, dan dapat dengan mudah disampel dengan metoda
catatan harian, pengamatan oleh peneliti, atau pengukuran fisik atau kimiawi
bilamana teknik dan perlengkapannya tersedia.
(c) Pemajanan berfrekuensi rendah tetapi berdampak tinggi sangat baik diukur
dengan metoda menggali ingatan subyek atau dengan catatan (bila ada).

(d) Pemajanan berfrekuensi tinggi tetapi berdampak rendah sangat baik diukur
dengan catatan harian atau metoda obyektif bilamana bisa diterapkan
(pengamatan oleh peneliti, atau pengukuran fisika atau kimiawi pada subyek
atau pada lingkungannya).

3.5.6. Metoda Kombinasi. Merupakan hal yang biasa untuk mengkombinasikan


beberapa metoda pengukuran pemajanan yang berbeda dalam satu studi tunggal. Hasil
ini dilakukan untuk:
 tujuan validasi saja
 mengkombinasikan hasil dari dua atau lebih pendekatan yang berbeda kedalam
ukuran pemejanan tunggal yang lebih akurat
 karena lebih baik menggunakan pendekatan berbeda untuk mengumpulkan
bagian-bagian berbeda dari data yang diinginkan.

Misalnya, peneliti bisa memilih wawancara dan pengumpulan data dengan kuesioner.
Hal ini dilakukan waktu dan biaya, atau karena adanya keunggulan kuesioner atas
wawancara tatap muka untuk pengumpulan data yang sensitif tertentu. Tujuan utama
dari pendekatan ini adalah untuk menghemat waktu saat wawancara. Contoh lain: studi
X (diet tertentu dan kanker), pertama-tama dibagikan kepada subyek kuesioner
frekuensi makanan dan diikuti dengan petunjuk cara pengisian. Kuesioner itu kemudian
diisi sendiri oleh subyek selama seminggu berikutnya, diperiksa dan dikumpulkan oleh
pewawancara pada saat wawancara. Wawancara itu mencakup variabel non-diet yang
menarik untuk diteliti lebih dalam.

3.6. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan catatan.

3.6.1. Reliabilitas dan validitas informasi catatan. Ratio antara catatan media dan
data kuesioner dapat memberikan informasi tidak langsung tentang validitas catatan,
karena ratio itu ditafsirkan berdasarkan asumsi bahwa perbedaan disebabkan oleh
kesalahan dalamdata wawancara. Tentu saja catatan media juga bisa salah. Pemajanan
tertentu dalam catatan, seperti pemakaian alkohol, merokok, dan pekerjaan, lebih
banyak diperoleh dari leporan subyek. Untuk pemaparan semacam ini wawancara
mungkin lebih valid. Periode waktu yang dicakup dalam catatan mungkin tidak
selengkap periode waktu yang diinginkan. Catatan medis pasien rawat jalan hanya
mencakup periode waktu seorang subyek pernah kesarana pelayanan kesehatan.
Informasi kondisi medis atau kondisi pribadi seperti pekerjaan yang relevan dengan
periode waktu mungkin dicatat berbeda-beda. Masalah lain adalah penggunaan
beberapa sarana pelayanan selama periode waktu tertentu. Misalnya, seorang subyek
bisa memiliki akses ke semua pemberi pelayanan.

3.6.2. Hilangnya informasi dalam catatan. Informasi yang diperlukan seringkali


tidak termuat dalam catatan. Bahkan informasi perawatan pasien seperti catatan resep
obat kadang-kadang tidak dicatat dalam catatan medis. Gejala, faktor resiko, atau
informasi personal bisa lebih tidak konsisten lagi dicatat dalam catatan medis.
Tambahan pula ada kecenderungan untuk mengabaikan temuan negatif. Misalnya, tidak
ada informasi tentang merokok dalam suatu catatan bisa diartikan bahwa pertanyaan itu
tidak ditanyakan atau ditanyakan dan memperoleh jawaban negatip tetapi tidak dicatat.
Masalah utama dengan penggunaan catatan adalah bahwa catatan itu hanya mencatat
informasi tentang pemajanan pokok, tetapi informasi tentang “confounder” potensi
mungkin tidak dicatat, atau dicatat tetapi tidak cukup detil. Kekurangan ini akan
menimbulkan ketidak-mampuan untuk mengendalikan efek variabel confounder secara
penuh.

3.6.3. Data/informasi dalam catatan tidak teratur. Sumber kesalahan umum lain
dalam abstraksi catatan adalah bahwa informasi yang dicatat dalam chart kadang-
kadang terlewat oleh pengumpulan data. Kesalahan ini berpangkal dari ketidak-
teraturan pencatatan dalam catatan medis. Informasi tentang butir tertentu muncul di
tempat lain yang berbeda dalam catatan pada subyek yang berbeda dan bisa terlewatkan
oleh pengamatan pengumpul data. Pendekatan yang biasa dilakukan oleh pengumpulan
data adalah mempelajari semua lembar catatan medis atau membaca sumber informasi
utama seperti formulir masuk, riwayat penyakit dan kondisi fisik, ringkasan keluar
rumah sakit, dan laporan laboratorium (dengan urutan tertentu), dan dicatat pada
formulir pengumpulan data (data dia ditemukan). Hal ini berlawanan dengan
wawancara langsung, dimana pewawancara dapat mengumpulkan informasi secara
teratur sesuai dengan yang tampak dalam daftar pertanyaan.

Istilah medis bisa diartikan secara berbeda. Pengumpul data perlu akrab dengan istilah
medis, dan yang lebih penting lagi, terlatih dengan baik terhadap definisi yang
digunakan dalam studi. Catatan juga mengalami banyak kesalahan, misal dalam proses
wawancara, termasuk kesalahan laporan oleh subyek (konsumsi alkohol), atau
kesalahan dalam memasukkan informasi kedalam catatan. Lebih jauh, informasi
pengobatan pada catatan pasien rawat inap hanya menunjukkan pengobatan yang
dikehendaki; catatan resep obat, bukan obat/ pengobatan yang sebenarnya diminum atau
diterima. Untuk mengetahui kondisi medis, catatan medis umumnya diasumsikan lebih
akurat dibandingkan wawancara, misalnya prosedur diagnostik X-ray, dan pemakaian
obat yang diresapkan.
Lampiran 3.1.

DATA DAN INFORMASI UNTUK PELAKSANAAN ADKL

SIMPUL 1
No Kategori Data Maksud dan Kegunaanya
1. Jenis dan skala kegiatan Memberikan petunjuk tentang pencemar yang
menjadi titik perhatian di lokasi kegiatan
2. Lama kegiatan berlangsung Memberi petunjuk tentang kemungkinan luas
pencemaran dan/ atau penyebaran pencemar di
lingkungan
3. Kondisi fisik yang membahayakan Memberi petunjuk tentang keadaan lingkungan yang
dikhawatirkan dapat menimbulkan kecelakaan atau
cidera, misalnya timbunan wadah, bahan kimia,
bekas galian, bangunan, dsb.
4. Perubahan-perubahan yang pernah Memberi petunjuk tentang kecepatan dan pola
dilakukan penyebaran pencemaran di media lingkungan
5. Kegiatan penanggulangan (rencana Memberi petunjuk besar/ kecilnya suatu dampak
dan yang telah atau sedang
dilakukan)
6. Laporan pelaksanaan pengendalian Memberi petunjuk tentang validitas data yang
mutu tersedia sebagai dasar investigasi lapangan taupun
laboratorium.

SIMPUL 2
No Kategori Data Maksud dan Kegunaannya
1. Latar belakang, mencakup deskripsi membantu untuk memahami pontensi, besaran, dan
tentang: luas penyebaran pencemar dan kepulian masyarakat
a. peta lokasi menunjukkan batas-batas yang perlu dilakukan kajian
b. rona geografik menggambarkan keadaan cuaca, badan air dan
genangan yang ada, lahan pertanian
c. rona geologik menggambarkan kondisi tanah dan jalur-jalur bawah
tanah yang berpotensi menyebarkan pencemaran
d. rona demografik memberikan gambaran tentang jumlah penduduk
potensial yang terkena dampak pencemaran
e. gambar visual ruang Melengkapi data diatas, misalnya dalam bentuk
RTDR, peta topografi, peta udara,
f. Lama pencemar berada di media Memberi petunjuk tentang seberapa luas pencemar
lingkungan telah menyebar dan kelompok penduduk mana yang
berpotensi terkena dampak
g. Perubahan yang pernah Memberi gambaran tentang kecepatan dan pola
dilakukan penyebaran pencemar di media lingkungan
h. Kegiatan pembersihan Memberikan gambaran tentang dampaknya kesehatan

2. Kepedulian masyarakat spesifik Memberikan gambaran tentang keluhan terhadap


dengan kejadian pencemaran lingkungan yang kotor dan tercemar, gangguan
kesehatan ringan atau berat, upaya yang telah
dilakukan untukmengatasinya, dsb.
3. Informasi tentang penduduk:

a. Demografik Menggambarkan jumlah dan sifat penduduk yang


dekat dengan lokasi dan kemungkinan terpajan oleh
pencemar termasuk mereka yang berada pada lintas
titik-titik pemajanan (pemukiman, sekolah, tempat
rekreasi) serta kelompok penduduk yang bersifat
khusus.
b. Sosio – psikologik Menggambar kepedulian masyarakat akan kejadian
pencemaran (atau lokasi yang dianggap sebagai
sumber pencemaran)
4. Penggunaan lahan dan sumberdaya Menggambarkan bentuk dan frekuensi
alam

Anda mungkin juga menyukai