Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit
JUDUL MATERI
Pengertian, tujuan dan Ruang Lingkup Pengendalian Vektor dan binatang pembawa penyakit
TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian, tujuan dan ruang lingkup pengendalian
vector dan bintang pembawa penyakit
TUJUAN KHUSUS
1. Mampu memahami pengertian pengendalian vector penyakit dan binatang pembawa
penyakit
2. Mampu memahami tujuan penegndalian vektor dan binatang pembawa penyakit
3. Mampu memahami ruang lingkup pengendalian vector dan binatang pembawa penyakit
RANGKUMAN
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 374/MENKES/PER/III/2010,
Pengendalian Vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan
populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya
penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan
vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah. Ruang lingkup pengaturan meliputi
penyelenggaraan, perizinan, pembiayaan, peran serta masyarakat, monitoring dan evaluasi serta
pembinaan dan pengawasan
LATIHAN SOAL
1. Berikut ini adalah Ruang Lingkup Pengendalian Vektor penyakit berdasarkan KEMENKES
374 tahun 2010
a. Penyelenggaraan, Perizinan, Pembiayaan, Peran Negara, Monitoring
b. Penyelenggaraan, Pembiayaan, Pembahasan, Perizinan, Monitoring
c. Penyelenggaraan, Penampungan, Pembahasan, Pembiayaan, Monitoring
d. Penyelenggaraan, Perizinan, Pembiayaan, Peran Masyarakat, Monitoring
e. Perizinan, Pembiayaan, Peran Masyarakat, Penampungan, Monitoring
REFERENSI
Ririh Yudhiastuti,Tahun 2011. Pengendalian Vektor dan Rodent, Surabaya, Pustaka Melati
Pertemuan : 2
JUDUL MATERI
Konsep dasar dan jenis-jenis pengendalian vektor binatang pembawa penyakit
TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti materi ini mahasiswa dapat memahami konsep dasar dan jenis-jenis
pengendalian pengendalian vector dan binatang pembawa penyakit
TUJUAN KHUSUS
Agar metode pengendalian secara bilogi ini berjalan dengan efektif harus:
1) Memperhatikan tipe habitat perkembangbiakan
2) Dilakukan secara berkesinambungan
3) Memperhatikan rasio atau perbandingan antara luas area dan agen biologi
yang digunakan.
e. Pengendalian kimiawi
Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (insectisida) cara
pengendalian vektor yang paling umum dilakukan dimasyarakat karena dipandang
paling praktis dan cepat hasilnya, masyarakat pada umumnya tidak menyadari
bahwa pengunaan bahan kimia yang berlebihan akan mengganggu ekosistem dan
merusak lingkungan dan akan menimbulkan resistensi vektor itu sendiri.
Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit melalui metode kimia dengan
menggunakan bahan kimia (pestisida) untuk menurunkan populasi vektor dan
binatang pembawa penyakit secara cepat dalam situasi atau kondisi tertentu,sperti
KLB /wabah atau kejadian matra. Penggunaan pestisida harus dilakukan secara
rasional,efektif,efisien,dan dapat diterima masyarakat,dibawah pengawasan tenaga
yang memiliki kompetisi di bidang entomologi serta merupakan terakhir
pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode ini meliputi :
1) Melakukan uji efikasi pestisida,untuk memastikan bahwa pestisida masih
efektif mematiakn vektor dan binatang pembawa penyakit.
2) Melakukan uji kerentanan vektor dan binatang pembawa penyakit untuk
memastikan bahwa vektor dan binatang pembawa penyakit tidak resisten
terhadap pestisida yang digunakan
3) Pemilihan cara aplikasi pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit
4) Melakukan persiapan dan kesiapan alat dan bahan,tenaga dan pemetaan
lokasi
5) Pemberitahuan kepada masyarakat lokasi aplikasi
6) Pelaksanaan aplikasi pengendalian vektor binatang pembawa penyakit
menggunakan pestisida
7) Pencatatan dan pelaporan
8) Evaluasi secara berkala terhadap vektor dan binatang pembawa
penyakit,efikasi pestisida ,dan status kerentanan vector
9) Melakukan penggantian jenis pestisida secara berkala
RANGKUMAN
Pengendalian vector terpadu merupakan pengendalian vector menggunakan prinsip-prinsip
dasar menajemen dan pertimbangan terhadap penularan dan pengendalian penyakit. Pengendalian
vector terpadu dirumuskan melalui proses pengembalian keputusan yang rasional agar sumber daya
yang ada digunakan secara optimal dan kelestarian lingkungan terjaga.
Jenis – jenis pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit yang dilakuakan pada
umumnya memiliki tujuan yang saama untuk menurunkan kepadatan vektor penyakit serendah
mungkin, sehingga keberadaanya tidak menjadi masalah bagi kesehatan masyrakat. Namun
pengendalian penyakit yang dihaarapkan adalah pengendalian vektor yang yang dilakukan secara
terpadu, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dan mengedepankan aspek RESSA
LATIHAN SOAL
1. Berikut ini adalah salah satu contoh pengendalian vektor penyakit dengan metode manipulasi
lingkungan
a. PSN
b. Menutup lagoon
c. Membersihkan saluran air kotor
d. Perubahan fungsi lahan
2. Berikut adalah konsep dasar pengendalian vektor penyakit, kecuali…
a. Pengendalian vektor dilakukan dengan cara melibatkan peran serta masyarakat
b. Pengendalian vektor lebih mengutamakan penggunaan non kimia dari pada kimia
c. Pengendalian vektor harus mempertimbangkan kaidah ekologi
d. Pengendalian vektor lebih mengutamakan penggunaan kimia dari pada non kimia karena
hasilnya lebih nyata
REFERENSI
Ririh Yudhiastuti,Tahun 2011. Pengendalian Vektor dan Rodent, Surabaya, Pustaka Melati
Pertemuan : 3
JUDUL MATERI
Macam Vektor Penyakit Beserta Bionomiknya
TUJUAN UMUM
Memahami macam vector penyakit beserta bionomiknya
TUJUAN KHUSUS
1. Memahami macam vektor penyakit
2. Memahami bionomik vektor mekanik (lalat)
3. Memahami bionomik vektor biologis (nyamuk)
1) Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari dari makanan yang satu ke makanan
yang lain. Lalat sangat tertarik pada makanan yang dimakan oleh manusia sehari-
hari seperti gula, susu dan makanan lainnya, kotoran manusia serta darah. Protein
diperlukan untuk bertelur.
2) Jarak Terbang
Lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia. Lalat rumah bisa
terbang jauh dan bisa mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam. Kebanyakan
lalat tetap berada dalam jarak 1,5 km di sekitar tempat pembiakannya, tetapi
beberapa bisa sampai sejauh 50 km.
3) Lama Hidup
Lama hidup lalat sangat bergantung pada makanan, air dan temperatur. Pada
musim panas, usia lalat berkisar antara 2-4 minggu, sedang pada musim dingin
bisa mencapai 70 hari (Depkes, 1991). Tanpa air lalat tidak dapat hidup lebih dari
46 jam. Lama hidup lalat pada umumnya berkisar antara 2-70 hari (Depkes, 1991
dalam Husain, 2014).
b. Perilaku berkembangbiak
Nyamuk anopheles betina mempunyai kemampuan untuk memilih tempat
perindukan atau tempat berkembang biak sesuai dengan kesenangan dan kebutuhan
nya ada jenis yang senang dengan tempat perindukannya yang kena sinar
matahari(An.Sundaicus) dan adapula yang senan mencari tempat perindukan
ditempat=tempat yang teduh (An.Umbrosus). Spesies yang satu berkembangbiak di
air payau dan yang lain berkembangbiak di air tawar.Oleh karena perilaku yang
berbeda itu harus dilakukan secara intensif sebagai upaya menginventarisasi tempat
perindukan potensial yang sangat diperlukan dalam pengendalian vektor. Ada
beberapa hal penting yang perlu diketahui tentang vektor malaria antara lain:
c. Umur nyamuk
Ada beberapa cara untuk mengetahui umur nyamuk antara lain dengan cara
memeriksa ovarium atau melihat kondisi parous dari jumlah nyamuk yang diperiksa.
d. Distribusi Musiman
Pada umumnya satu spesies yang berperan sebagai vektor menunjukkan pola
distribusi tertentu. Kepadatan tinggi atau densisitas nyamuk biasanya terjadi pada
musim hujan tetapi untuk An.Sundaicus atau An.Subpictus merupakan
pengecualian karena densitas tertinggi biasanya terjadi pada musim kemarau,
terutma didaerah pantai pada saat penyumbatan sungai dimuara.
RANGKUMAN
Nyamuk termasuk serangga yang melangsungkan siklus kehidupan di air dan di darat atau
udara.Nyamuk dewasa akan bertelur ± 100 – 300 butir.Umur nyamuk relativ pendekk sekitar 1-2
bulan (jantan lebih pendek).Perkawinan terjadi 24-48 jam setelah keluar dari kepompong.
Makanan nyamuk betina adalah darah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan telur,dan dapat terbang
mencapai 0,5-2 km.
Nyamuk istirahat untuk menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara ada
saat sebelum dan sesudah mencari darah. Tempat istirahat nyamuk yang disukai tempat
teduh,lembab,dan aman
Bionomik lalat adalah kesenangan tempat hinggap istirahat (resting habit), dan kebiasaan
mencari makan (Feeding habit). Tempat istirahat (resting place) yang sering digunakan lalat adalah
tempat yang tidak berangin, tetapi sejuk, pada waktu malam hari sering hinggap di semak-semak di
luar tempat tinggal. Tempat Perindukan Lalat Menurut Sucipto (2011) lalat menyukai tempat-
tempat yang basah seperti sampah basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan yang busuk, kotoran
yang menumpuk secara kumulatif. Lalat sangat tertarik pada makanan yang dimakan oleh manusia
sehari-hari seperti gula, susu dan makanan lainnya, kotoran manusia serta darah.
LATIHAN SOAL
1. Kesenganan dalam menghisap darah nyamuk sangat bervariasi, berikut ini jenis nyamuk
yang bersifat antropofilik ?
a. Anopheles
b. Mansonia
c. Aedes
d. Culek
e. Armigeres
2. Distribusi musiman pada umumnya kepadatan nyamuk akan tinggi pada musim penghujan,
namun ada spesies nyamuk anopheles yang kepadatannya tinggi justru pada musim
kemarau. Spesies apa yang dimaksud ?
a. Sundaicus
b. Akunicus
c. Malculatus
d. Umbrosus
e. Subpictus dan sundaicus
3. Berikut ini adalah tempat-tempat yang disenangi untuk beristirahatnya lalat kecuali…
a. Dinding
b. Langit-langit
c. Jemuran pakaian
d. Lantai
e. Penampungan air
4. Berikut ini adalah medium/tempat perindukan lalat kecuali…
a. Kotoran sapi, kotoran burung dan kotoran babi
b. Tumbuh- tumbuhan yang membusuk
c. Sampah organic
d. Kotoran manusia
e. Kotoran hewan
REFERENSI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan RI, Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit serta Pengendaliannya, Jakarta 2018.
Habitat Tikus
Tikus menempati berbagai ekosistem dari hutan tropis hingga tundra. Terdapat juga
spesies yang sepenuh hidupnya didalam tanah (fossorial), diatas pohon (arboreal), dan
semiakuaik, tetapi sebagian besar merupakan hewan terrestrial (hidup diatas tanah).
Klasifikasi habitat tikus yaitu sebagai berikut :
a. Jenis Domestik (Domestic species)
Aktivitas hidupnya, terutama mencari makan, berlindung, bersarang dan
berkembang biak adalah didalam rumah (commensal rodent atau synanthropic)
biasanya pada atap, sela-sela dinding, dapur, almari. Ada juga yang di gudang,
kantor, pasar, selokan dan lain-lain.
b. Jenis Peridomestik (peridomestic species)
Aktivitas hidup tikus jenis ini sebagian besar dilakukan di luar rumah dan sekitarnya
seperti di lahan pertanian, perkebunan, sawah dan pekarangan rumah.
c. Jenis Silvatik (Sylvatic species)
Tikus jenis ini hidupnya jauh dari lingkungan manusia. Binatang ini memakan
tumbuhan liar, bersarang di hutan, dan jarang berhubungan dengan manusia.
2. Bionomik Pinjal
Pinjal atau flea merupakan jenis insekta yang termasuk dalam ordo Siphonaptera.
Secara umum pin jal hidup pada tubuh hewan lain sehingga dikenal sebagai
ektoparasit.Hewan yang sering digunakan sebagai induk semang pinjal adalah hewan
peliharaan ( kucing,anjing),binatang mengerat (tikus,tupai) dan manusia.Termask
ektoparasit karena hidupnya menumpang pada tubuh bagian luar suatu binatang (induk
semangnya/hospes).Untk kebutuhan makanannya injal mengambil dari hospes yang
ditumpanginya (ekto:luar dan parasit : merugikan hewan yang ditumpang)
Jenis pinjal yang penting dalam bidang kesehatan antara lain :
a. Xenopsyilla cheopis (pinjal tikus )
Hidup pada tikus, berperan sebagai vektor penyakit pes/sampar dan Endemoc
Thypus, selain itu bertindak sebagai intermediet host (hospes perantara) cacing pita
tikus (Hymenolepis diminuta)
b. Pulex iritans
Termasuk pinjal yang menginfestasi manusia, berperan sebagai vektor penyakit
pes/sampar, selain itu juga sebagai intermediet host (hospes perantara) bagi cacing
pita tikus (Hymenolepis diminuta) dan cacing pita anjing (Dyplidium conium)
c. Tunga penetrans
Termasuk pinjal yang menginfestasi manusia dapat menyebabkan luka atau borok
karena perilakunya membuat terowongan disekitar sela=sela jari telapak kaki
manusia
d. Chenocephalides felis (pinjal kucing)
Hidup pada kucing berperan sebagai intermediet host bagi cacing pita tikus
(Hymenolepis diminuta) dan cacing pita anjing (Dypilidium canium)
e. Ctenopcephalides canis (pinjal anjing)
Hidup pada anjing berperan sebagai intermediet host bagi cacing pita tikus
(Hymenolepis diminuta) dan cacing pita anjing (Dipilidium canium)
f. Nosopsyllus fasciatus
Hidup pada tikus berperan sebagai vektor penyakit endemic tiphus, selain itu juga
sebagai intermediet host bagi cacing pita tikus (Hymenolepis diminuta)
RANGKUMAN
d.
LATIHAN SOAL
a. Escherichia Coli
b. Campylobacter jejuni
c. Yersinia pestis
d. Vibrio parahaemolyticus
e. Toxoplasma
2. Berikut ini adalah suatu tanda-tanda keberadaan tikus disuatu bangunan/lokasi, kecuali..
a. Ditemukan kotoran tikus
b. Pola tikus
c. Jejak tikus
d. Sisa makanan tikus
e. Bekas gigitan tikus
3. Berikut ini adalah cara menentukan jenis pinjal kucing..
a. Ada tidaknya comb
RANGKUMAN
REFERENSI
Almubarak, Aqil. 2019. Bionomik Tikus Dan Pola Hidup Tikus. Semarang
Ririh Yudhiastuti,Tahun 2011. Pengendalian Vektor dan Rodent, Surabaya, Pustaka Melati
Pertemuan : 5 dan 6
Peranan Vektor dan Mekanisme Penularan Penyakit Melalui 2, 3 dan 4 Faktor Hidup
JUDUL MATERI
Peranan Vektor dan Mekanisme Penularan Penyakit Melalui 2,3 dan 4 Faktor Hidup
TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti materi mahasiswa diharapkan memahami peranan vector dan mekanisme
penularan penyakit melalui 2, 3 dan 4 faktor hidup
TUJUAN KHUSUS
1. Memahami mekanisme penularan penyakit melalui 2 faktor hidup
2. Memahami mekanisme penularan penyakit melalui 3 faktor hidup
3. Memahami mekanisme penularan penyakit melalui 3 faktor hidup
2. Penyakit yang disesbabkan oleh serangga langsung pada manusia yang melibatkan 3
faktor kehidupan
Dalam penyakit ini terdapat vektor yaitu arthropoda yang membawa parasit atau
organisme penyebab sakit dari satu host ke host lain.
Penyakit dengan 3 faktor hidup : Manusia - Vektor (arthropoda) – parasit
Dalam penyakit ini terdapat vektor yaitu arthropoda yang membawa parasit atau organisme
penyebab sakit dari satu host ke host lain . Vechicle misalnya udara,air,makanan berperan
menyebarkan penyakit melalui udara,air, dan makanan.Penyakit – penyakit yang
disebabkan oleh vektor ada bermacam macam komplesitas dan cara penyebaran . Para ahli
biology membaginya dalam dua kelompok
- Penyakit yang disebarkan secara mekanik
- Penyakit yang disebarkan secara biologi
Reservoir adalah manusia, hewan, tumbuhan, tanah, atau zat organik (seperti tinja
dan makanan) yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak agen. Sewaktu agen
berkembang biak dalam reservoir, mereka melakukann sedemikian rupa sehingga penyakit
dapat ditularkan pada pejamu yang rentan. Reservoir host adalah hewan vertebrata yang
merupakan sumber pembawa agen, sehingga penyakit tersebut dapat terjadi secara lestari
atau berkesinambungan tanpa hewan tersebut menunjukkan gejala klinik atau gejala
penyakit bersifat ringan. Contoh : babi, sapi, domba merupakan reservoir dari virus
Japanese encephalitis.
Definisi vektor dan reservoir sebagai berikut : "Vektor adalah serangga atau hewan
lain yang biasanya membawa kuman penyakit yang merupakan suatu resiko bagi kesehatan
masyarakat. Reservoir adalah hewan, tumbuhan atau benda dimana bibit penyakit biasanya
hidup". Sumber penularan atau reservoir ini dapat merupakan resiko bagi kesehatan
masyarakat.
Pengertian yang bisa mencakup beberapa konsep diatas, bahwa vektor adalah
golongan arthropoda atau binatang yang tidak bertulang belakang lainnya (avertebrata)
yang dapat memindahkan penyakit dari satu sumber/reservoir ke pejamu potensial. Pada
penularan penyakit melalui vektor secara mekanik, maka agen dapat berasal dari tinja, urine
maupun sputum penderita hanya melekat pada bagian tubuh vektor dan kemudian dapat
dipindahkan pada makanan atau minuman pada waktu hinggap/menyerap makanan
tersebut. Contoh : lalat merupakan vektor mekanik penyakit diare. Adapun pada penularan
penyakit melalui vektor secara biologis, agen harus masuk ke dalam tubuh vektor melalui
gigitan ataupun melalui keturunannya. Selama dalam tubuh vektor, agen berkembang biak
atau hanya mengalami perubahan morfologis saja, sampai pada akhirnya menjadi bentuk
yang infektif melalui gigitan, tinja atau cara lain untuk berpindah ke pejamu potensial.
Contoh : Culex quinquefasciatus merupakan vektor penyakit kaki gajah (filaria).
Reservoir bisa berupa hewan, tumbuhan, manusia serta sumber-sumber lingkungan
lainnya, dimana agen biasanya hidup secara normal dan berkembangbiak. Reservoir
merupakan pusat penyakit menular, karena reservoir adalah komponen utama dari
lingkungan penularan dimana agen meneruskan dan mempertahankan hidupnya, dan juga
sekaligus sebagai pusat/sumber penularan dalam suatu lingkungan penularan. Adapun
reservoir khusus dilihat dari agen adalah mereka yang sesuai dengan lingkaran hidup agen
tersebut secara alamiah.
Dengan diketahuinya vektor dan reservoir suatu penyakit, maka diharapkan
pengendalian penyakit bersumber binatang bisa lebih terarah. Misalnya filaria yang
disebabkan oleh cacing. Diantara 3 jenis cacing filaria yang ada di Indonesia, hanya brugia
malayi tipe subperiodik nokturna dan non periodik yang juga ditemukan pada lutung
(Presbytis cristatus), kera (macaca fascicularis) dan kucing (felis catus) yang dapat
merupakan sumber infeksi pada manusia. Brugia malayi tipe sub periodik nokturna
umumnya ditemukan di daerah rawa-rawa, sedangkan brugia malayi non periodik
ditemukan di hutan. Adanya hospes reservoir akan lebih menyulitkan program
pemberantasan karena keterbatasan kemampuan untuk mengatasi keberadaan hospes
reservoir sebagai sumber penyakit. Untuk itu, perlu perhatian lebih dari pengelolaan
program di daerah yang mempunyai masalah penyakit yang mempunyai vektor dan
reservoir.
RANGKUMAN
LATIHAN SOAL
1. Sengatan kalajengking merupakan salah satu contoh mekanisme penularan penyakit
yang melibatkan
a. Tiga factor hidup
b. Dua factor hidup
c. Empat factor hidup
d. Jawaban diatas salah semua
e. Jawaban diatas benar semua
2. Mekanisme penularan penyakit PES melibatkan binatang mengeras (tikus) peranan
tikus dalam kasus ini adalah
a. Sebagai induk semang
b. Sebagai vektor
c. Sebagai perantara
d. Sebagai penyebab langsung
e. Jawaban diatas salah semua
3. Berikut ini adalahsalah satu contoh mekanisme penularan penyakit yang melibatkan
empat factor kehidupan
a. Malaria
b. DBD
c. Chikungnya
d. Miasis
e. PES
REFERENSI
Permenkes RI Nomor 50 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
dan Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan Pembawa Penyakit serta
Pengendaliannya
Pertemuan :7 dan 8
JUDUL MATERI
Macam Penyakit Yang Ditularkan Melalui Tular Vektor
TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti materi mahasiswa dapat memahami macam penyakit yang ditularkan melalui
tular vektor
TUJUAN KHUSUS
1. Memahami macam penyakit yang ditularkan oleh tular vektor lalat (diare)
2. Memahami macam penyakit yang ditularkan oleh tular vektor aedes (DBD)
3. Memahami macam penyakit yang ditularkan oleh tular vektor tikus (leptospirosis)
2. Penyakit DBD
Nyamuk Aedes adalah spesies nyamuk yang berendemik di daerah beriklim tropis
dan subtropis di seluruh dunia. Nyamuk ini diperkirakan mencapai 950 spesies dan tersebar
diseluruh dunia. Distribusi Aedes dibatasi dengan ketinggian wilayah kurang dari 1000
meter di atas permukaan air laut (WHO, 2004). Nama Aedes berasal dari bahasa Yunani
yang memiliki arti "tidak menyenangkan", karena nyamuk ini menyebarkan beberapa
penyakit berbahaya seperti demam berdarah (DBD) dan demam kuning.
Aedes aegypti dikenal dengan sebutan black white mosquito atau tiger mosquito
karena tubuhnya memiliki garis-garis dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar
warna hitam. Sedangkan yang menjadi ciri khas utamanya adalah ada dua garis lengkung
yang berwarna putih keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis putih sejajar di garis
median dari punggungnya yang berwarna dasar hitam (Achmadi, 2011). Di Indonesia,
nyamuk ini sering disebut sebagai salah satu dari nyamuknyamuk rumah (Soegijanto,
2006).
Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan
rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai dasar hitam dengan bintik- bintik putih pada
bagian badan, kaki, dan sayapnya. Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan
tunlbuhan atan sari bunga untuk keperluan hidupnya. Sedangkan yang betina mengisap
darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia dari pada binatang. Biasanya
nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya pagi
(pukul 9.00-10.00) sampai petang hari (16.00-17.00. Aedes aegypti mempunyai kebiasan
mengisap darah berulang kali untuk memenuhi lambungnya dengan darah.
Dengan demikian nyamuk ini sangat infektif sebagai penular penyakit. Setelah
mengisap darah , nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau diluar runlah. Tempat
hinggap yang disenangi adalah benda-benda yang tergantung dan biasanya ditempat yang
agak gelap dan lembab. Disini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. Selanjutnya
nyamuk betina akan meletakkan telurnya didinding tempat perkembangbiakan, sedikit
diatas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu 2 hari
setelah terendam air. Jentik kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk
dewasa (Siregar, 2004).
3. Penyakit Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit zoonosa yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang
berbentuk spiral dari zenus leptospira yang pathogen, menyerang hewan dan manusia.
Definisi penyakit zoonosa adalah penyakit yang secara alami dapat dipindahkan dari hewan
vertebrata ke manusia atau sebaliknya. Dari aspek penyebabnya leptospirosis adalah bakteri
zoonosis. Dari aspek transmisinya leptospirosis merupakan salah satu direct zoonoses (host
to host transmicion) karena penularannya hanya memerlukan satu vertebrata saja. Penyakit
ini bebas berkembang dialam diantara hewan baik liar maupun domestic dan manusia
merupakan infeksi terminal. Dari aspek ini penyakit tersebut golongan antrophozoonoses,
karena manusia merupakan “death end” infeksi. Penyakit ini bersifat musiman didaerah
yang beriklim sedang masa puncak insidens dijumpai pada musim panas dan musim gugur
karena temperature adalah factor yang mempengaruhi kelangsungan hidup leptospira
sedangkan didaerah tropis insidens tertinggi terjadi selama musim hujan.
Pencegahan
a. Pastikan air aman untuk diminum dengan cara merebus air hingga matang, terutama
jika air diambil dari sumber yang dapat terkontaminasi urin hewan atau limpahan air
banjir
b. Tutup luka atau lecet pada kulit dengan perban atau penutup yang kedap air
c. Hindari menelan berenang atau mandi di air banjir atau sumber air pada apapun
yang mungkin terkontaminasi urin hewan atau limpahan air banjir
d. Kenakan pakaian pelindung air atau sepatu boot diarea banjir atau tanah yang
mungkin terkontaminasi kencing hewan
LATIHAN SOAL
1. Penyakit dbd ditularkan melalui gigitan nyamuk genus aedes, penyakit ini disebabkan oleh
a. Virus dengue
b. Demodex
c. cacing filariasis
d. Plasmodium
e. Shigella
4. Penyebab penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri leptopsira yang hidup didalam
organ tubuh tikus :
a. Hati
f. Ginjal
g. Usus
h. Paru
i. Jantung
REFERENSI
Soeharsono, Zoonosis penyakit menular dari hewan ke manusia volume 2, Penerbit Kasinius
2005
Pertemuan : 9 dan10
TUJUAN UMUM
Setelah memahami materi mahasiswa metode sampling vektor penyakit dan binatang pembawa
penyakit
TUJUAN KHUSUS
1. Memahami metode sampling vektor penyakit
2. Memahami survey binatang pembawa penyakit
RANGKUMAN
Tikus merupakan salah satu binatang perusak dan vektor penyakit pesTikus merupakan
mamalia yang masuk dalam suku Muridae, Spesies yang sering dikenal adalah mencit
(Musssp), Tikus got (Rattus Norvegicus), Tikus Rumah (Rattus Rattus), tikus sawah (Rattus
argentiverter), wirok (bandicota sp), dan curut/celurut (shrew).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling, yaitu
pengambilan sampel dengan cara acak sehingga setiap satuan sampling yang ada dalam
populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih ke dalam sampel. Langkah-langkah
dalam penentuan sampel sebagai berikut: langkah lpertama memilih tikus putih sebagai
populasi. Langkah kedua dari populasi tikus tersebut diambil secara acak untuk dijadikan
sebagai sampel kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
LATIHAN SOAL
Setiap rumah yang akan diperikasa diseluruh masyarakat atau dengan cara transect linier. Sebagai
contoh jika sampel sebesar 5 % dari rumah yang akan diperiksa maka setiap rumah yang ke 20
perlu diperiksa.
Perrtanyaan diatas merupakan teknik sampling
a. stratified random sampling
b. sistematik sampling
c. simple random sampling
d. sistematik random sampling
e. stratified
Teknik sampling telur aedes pada prinsipnya dapat dilakukan minimal jumlah
a. 50 rumah
b. 10 rumah
c. 25 rumah
d. 75 rumah
e. 80 rumah
REFERENSI
JUDUL MATERI
Teknik Konfimasi Vektor
TUJUAN UMUM
Memahami teknik konfirmasi vector
TUJUAN KHUSUS
1. Memahami prosedur pemeriksaan kondisi perut nyamuk
2. Memahami prosedur pemeriksaan atau pembedahan kelenjar liur nyamuk
3. Memahami prosedur pembedahan ovarium nyamuk
4. Memahami prosedur penentuan umur nyamuk (delatasi)
5. Memahami prosedur pengiriman specimen
POKOK-POKOK MATERI DAN URAIAN MATERI YANG DIAJARKAN
1. Teknik konfirmasi vector
Dalam penyelenggaraan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit, Pemerintah
Pusat bertanggung jawab melakukan pengamatan dan penyelidikan Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit dalam rangka konfirmasi:
a. Status kevektoran
Penentuan status kevektoran adalah kegiatan untuk mengetahui atau menentukan
apakah spesies tertentu merupakan Vektor atau bukan Vektor yang dapat berbeda
pada masing-masing wilayah. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara
pembedahan maupun pemeriksaan laboratorium, dengan tujuan untuk melihat dan
menganalisis ada tidaknya agen penyebab penyakit (virus, parasit, bakteri, dan agen
lainnya) di dalam tubuh spesies tertentu tersebut. Jika ditemukan agen penyebab
penyakit pada spesies tertentu maka status kevektorannya positif. Penentuan status
kevektoran dapat dilakukan pada stadium pradewasa untuk jenis virus yang
ditularkan dengan cara penularan melalui telur (ovarial transmission) maupun
stadium dewasa. Penentuan status kevektoran di laboratorium dilakukan oleh
lembaga/laboratorium yang menyelenggarakan fungsi pemeriksaan bidang
entomologi.
b. Bioekologi
Kegiatan pengamatan bioekologi dilakukan secara rutin untuk pemantauan
wilayah setempat (PWS) yang meliputi kegiatan siklus hidup, morfologi, anatomi,
perilaku, kepadatan, habitat perkembangbiakan, serta musuh alami Vektor nyamuk.
Kegiatan pengamatan bioekologi yang dilaksanakan dalam rangka pengendalian
Vektor nyamuk adalah sebatas pada pengamatan Bionomik nyamuk. Hasil
pengamatan untuk mengetahui gambaran situasi dan kondisi Vektor nyamuk pada
suatu wilayah tertentu.
c. Genetika
Metode genetika untuk mendeteksi keberadaan gen resisten dan memastikan
kejadian resisten genetik (mutasi genetik).
d. Efikasi pestisida
Efikasi adalah kekuatan pestisida atau daya bunuh pestisida yang digunakan untuk
Pengendalian Vektor dewasa dan pradewasa serta Binatang Pembawa Penyakit.
Penentuan efikasi pestisida berdasarkan pemeriksaan/pengujian efikasi. Pestisida
dinyatakan efektif apabila dapat membunuh 80% atau lebih serangga/hewan
sasaran. Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung cara aplikasi dan penggunaan
pestisida agar diketahui efektifitas pestisida yang digunakan.
e. Kerentanan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
Pemantauan dan evaluasi kerentanan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
untuk mengetahui populasi Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit tidak bisa
bertahan hidup terhadap paparan dosis pestisida yang normal (rentan) atau bisa
bertahan hidup terhadap paparan dosis pestisida yang normal (resisten). Penentuan
status kerentanan didapat berdasarkan hasil pengujian metode bioassay
menggunakan impregnated paper sesuai standar, maupun melalui pemeriksaan
biomolekuler. Apabila Vektor dan/atau Binatang Pembawa Penyakit dinyatakan
rentan maka pestisida masih boleh/tetap dipakai untuk pengendalian Vektor
dan/atau Binatang Pembawa Penyakit tersebut.
2. Pemeriksaan pakan darah
Uji presipitin (Precipitin Test) adalah suatu uji untuk mengetahui jenis darah yang
terkandung di dalam lambung nyamuk. Darah yang berwarna merah di dalam lambung
nyamuk bukan merupakan darah nyamuk yang bersangkutan, tetapi darah yang berasal dari
organisme lain yang dihisap (digigit). Darah yang terkandung dalam lambung nyamuk ini
perlu diuji atau diperiksa, untuk mengetahui macam/jenis darah tersebut.
Data hasil uji presipitin sangat penting untuk diketahui, oleh karena besar/kecilnya
indeks darah orang (Human Blood Index) dari hasil pemeriksaan merupakan salah satu
parameter utama untuk menghitung besarnya kapasitas vektorial dari nyamuk bersangkutan
kaitannya dengan penularan penyakit malaria. Kecuali untuk mendapatkan gambaran
tentang kapasitas vektorial, dari hasil uji presipitin kesenangan nyamuk akan sumber darah
dapat diketahui. Dilihat dari besarnya indeks darah orang (Human Blood Index) nyamuk
dapat dibedakan menjadi antrofilik atau zoofilik. Adanya darah manusia dalam pakan darah
nyamuk merupakan ciri dari nyamuk yang memiliki kesukaan menggigit hospes manusia
(antropofilik). Sifat antropofilik nyamuk adalah salah satu indikator dalam penilaian
kompetensi vektorial untuk menilai vektor yang efektif dan efisien
Pembedahan kelenjar air liur adalah salah satu cara untuk mengkonfirmasi
vektor. Bila terbukti suatu spesies nyamuk Anopheles mengandung sporozite dalam
kelenjar air liurnya, maka hal itu merupakan indikasi bahwa spesies anopheles yang
bersangkutan merupakan vektor malaria namun untuk kepastiannya diperlukan
beberapa kali pembedahan dan menunjukkan hasil yang sama.
1. Menghitung Sporozoite Rate
Untuk menghitung Sporozoite Rate digunakan rumus :
Contoh :
- Jumlah nyamuk yang dibedah kelenjar air liurnya = 3166
- Jumlah nyamuk “X” yang mengandung Sporozoite = 5
Parity – Rate =
RANGKUMAN
Umur populasi dari nyamuk (parrousitas) dapat ditentukan melalui identifikasi ovarium
nyamuk dan semakin tinggi nilai parrositas nyamuk maka semakin tinggi potensi penyebaran
nyamuk. Jika tingkat parous tinggi di suatu tempat maka potensi terjangkit penyakit malaria juga
tinggi
SOAL LATIHAN
1. Nyamuk Anopheles menjadi vektor positif penyakit malaria, apabila di dalam kelenjar
liurnya apabila apabila di didalam kelenjar liurnya didapatkan
a. Virus dengue
b. Sporozit
c. Plasmodium
d. Bakteri
e. Protozoa
2. Untuk melakukan pemeriksaan indung telur nyamuk dapat dilakukan dengan cara
pembedahan ovarium, disebut apa nyamuk yang sudah bertelur
a. Presipikin test
b. Muliparus
c. Grafit
d. Parus
e. Sub sebtibilitytest
a. Suspensibility Test
b. Precipitin Test
c. Uji Bio-assay
d. Uji Kerentanan Vektor
e. Uji efikasi
4. Berikut ini genus nyamuk yang memiliki Sifat antropofilik nyamuk adalah
a. Nyamuk anopheles
b. Nyamuk aedes
c. Nyamuk mansonia
d. Nyamuk culex
e. Nyamuk armigeres
6. Apabila diketahui dalam pemeriksaan terlihat bahwa ujung trachela masih menggulung,
menunjukkan bahwa nyamuk itu…
a. Belum pernah bertelur
b. Sudah pernah bertelur
c. Membuahi
d. Terdapat makan
e. Ada kandung telur
7. Pada saat kita melakukan pembedahan perut nyamuk tidak lupa tetap mematuhi prosedur
kerja yang ada. Prosedur kerja pembedahan nyamuk tahap ke tiga adalah…
a. Nyamuk yang akan dibedah diletakkan di atas kaca benda yang telah ditetesi
akhir bagian atas perut nyamuk berada di sebelah kanan.
b. Tangan kiri memegang jarum seksi dan ditusukkan ke bagian dada nyamuk
untuk menahan tubuh nyamuk agar tidak bergerak.
c. Tangan kanan memegang jarum seksi. Dengan menggunakan tangan kanan
kedua sisi ujung perut ke VII dirobek sedikit.
d. Selanjutnya sisi abdomen (ruas perut terakhir) ditarik perlahan-lahan ke
belakang karena sifat organg yang dibedah sangat elastis/kenyal. Hentikan
sejenak dan tarik lagi perlahan-lahan sampai indung telur keluar.
e. Periksa kandung telur dan sisi perut lainnya.
REFERENSI
Iskandar , Adang.dkk.1985. Pemberantasan Serangga dan Binatang Pengganggu. Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI
JUDUL MATERI
Pengamatan dan penyelidikan vektor penular penyakit malaria
TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti materi mahasiswa dapat memahami pengamatan dan penyelidikan vektor
penular penyakit malaria
TUJUAN KHUSUS
1. Memahami penyelidikan longitudinal
2. Memahami penyelidikan sewaktu
3. Memahami penyelidikan khusus
4. Memahami penyelidikan daerah bermasalah
Botol penyimpan larva harus disertai dengan label yang memuat informasi lokasi geografi
(GPS), tipe habitat (permanen, semi-permanen, temporary), jenis air, paparan cahaya,
keberadaan vegetasi, karakteristik air (pH, jernih, keruh, tercemar, gelap, suhu) (Williams
dan Pinto, 2012). Rata-rata kepadatan jentik/cidukan dihitung dengan rumus jumlah jentik
yang didapat dibagi jumlah cidukan yang dilakukan (Kemenkes, 2017).