Anda di halaman 1dari 28

IDENTIFIKASI BIONOMIK BERBAGAI VEKTOR PENYAKIT

DI INDONESIA
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Vektor
Dosen Pengampu :
Widya Hary Cahyati S.KM, M.Kes.

Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.

Nadya Paramita D C
Afifah Fikriani O
Sri Lestari
Ganies Praditya Suryani

(6411412218)
(6411412219)
(6411412222)
(6411412232)

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

BIONOMIK VEKTOR

A. Pengertian Bionomik
Bionomik merupakan cabang dari ilmu biologi yangmempelajari tentang
pengaruh suatu organisme dengan lingkungan sekitarnya. Bionomik diperlukan untuk
menilai karakterisitik hewan yang dapat menjadi vektor penyakit, sehingga untuk
menanggulanginya kita dapat memutus rantai kehidupan dari kebiasaan dan jalur
hidupnya. Bionomik sendiri meliputi siklus hidup, perilaku,tempat berkembang biak,
perilaku mencari makan (perilaku makan menurut waktu, perilaku makan menurtu
tempat, perilaku makan menurut sumber, frekuensi makan, umur populasi vektor,
distribusi musiman, penyebaran vektor, perilaku istirahat, perilaku berkembang
biakserta pengaruh vektor fisik) dan ekologi vektor ( habitat, kontak dengan vektor
penjamu, tempat istirahat, jangkauan terbang dan penyebarannya serta siklus harian
dan musiman)
B. Bionomik Vektor Nyamuk
1. Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti dapat menularkan penyakit demam berdarah
dengue (DBD) melalui tusukanya.
a. Morfologi dan Peletakantelur
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh
berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garisgaris putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis
melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi cirri dari spesies ini.
Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas
sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua.

Nyamuk Aedes meletakkan telur dan menempel pada yang terapung di


atas air atau menempel pada permukaan benda yang merupakan tempat air pada
batas permukaan air dan tempatnya
b. Kebiasaan Menggigit
Nyamuk ini hidup di dalam dan di sekitar rumah. Nyamuk betina lebih
menyukai darah manusia (anthropophilic) daripada darah binatang. Nyamuk ini
memiliki kebiasaan menghisap darah pada jam 08.00-12.00 WIB dan sore hari
antara 15.00-17.00 WIB. Kebiasaan menghisap darah ini dilakukan berpindahpindah dari individu satu ke individu lain.
c. Tempat perindukan dan berkembangbiak
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun
2005 yang dikutip oleh Supartha (2008), tempat perkembangbiakan utama
nyamuk Aedes aegypti adalah tempat tempat penampungan air bersih di dalam
atau di sekitar rumah, berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau
bejana seperti bak mandi, tempayan, tempat minum burung, dan barang barang
bekas yang dibuang sembarangan yang pada waktu hujan akan terisi air. Nyamuk
ini tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan
dengan tanah.
d. Tempat beristirahat
Berdasarkan data dariDepkes RI (2004), setelah selesai menghisap darah,
nyamuk betina akan beristirahat sekitar 2-3 hari untuk mematangkan telurnya.
Nyamuk Aedes aegypti hidup domestik, artinya lebih menyukai tinggal di dalam
rumah daripada di luar rumah. Tempat beristirahat yang disenangi nyamuk ini
adalah tempat-tempat yang lembab dan kurang terang seperti kamar mandi, dapur,

dan WC. Di dalam rumah nyamuk ini beristirahat di baju-baju yang digantung,
kelambu, dan tirai. Sedangkan di luar rumah nyamuk ini beristirahat pada
tanaman-tanaman yang ada di luar rumah (Depkes RI, 2004).
e. Penyebaran
Menurut Depkes RI (2005), nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di daerah
tropis dan sub tropis. Di Indonesia, nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah
maupun tempat-tempat umum. Nyamuk ini dapat hidup dan berkembangbiak
sampai ketinggian daerah 1.000 m dari permukaan air laut. Di atas ketinggian
1.000 m nyamuk ini tidak dapat berkembangbiak, karena pada ketinggian tersebut
suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak memunginkan bagi kehidupan nyamuk
tersebut (Depkes RI, 2005).
f. Variasi Musim
Menurut Depkes RI (2005), pada saat musim hujan tiba, tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang pada musim kemarau tidak terisi
air, akan mulai terisi air. Telur-telur yang tadinya belum sempat menetas akan
menetas. Selain itu, pada musim hujan semakin banyak tempat penampungan air
alamiah

yang

terisi

air

hujan

dan

dapat

digunakan

sebagai

tempat

berkembangbiaknya nyamuk ini. Oleh karena itu, pada musim hujan populasi
nyamuk Aedes aegypti akan meningkat. Bertambahnya populasi nyamuk ini
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan penularan penyakit
dengue (Depkes RI, 2005)
2. Nyamuk Anopheles
Nyamuk Anopheles merupakan salah satu jenis nyamuk yang menyebabkan
penyakit malaria. Penularan malaria secara ilmiah berlangsung melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina. Hanya spesies nyamuk Anopheles tertentu yang mampu
menularkan penyakit malaria dan spesies tersebut disebut sebagai vektor. Lebih

dari 400 spesies Anopheles didunia, hanyas ekitar 67 yang terbukti mengandung
sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies
Anopheles yang menjadi vektor malaria.
a. Morfologi dan Peletakan Telur
Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya
berbercak-bercak putih. Bentuk tubuh kecil dan pendek, antara palpi dan proboscis
sama panjang, menyebabkan penyakit malaria, pada saat hinggap membentuk
sudut 90, warna tubuhnya coklat kehitaman, bentuk sayap simetris, bercak dan
sisik gelap terang.
Nyamuk anopheles akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu
persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopheles mempunyai alat
pengapung.
b. Kebiasaan Menggigit
Aktivitas menggigit nyamuk Anopheles di dalam rumah terjadi peningkatan
pada pukul 23.00 WIB kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 02.00 dan
03.00 dini hari, sedangkan aktivitas menggigit di luar rumah terjadi peningkatan
pada pukul 24.00 WIB dan kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 05.00
dini hari.
c. Tempat Perindukan dan Berkembangbiak
Nyamuk Anopheles lebih suka menghinggap di batang- batang rumput, di
alam atau luar rumah ( Eksofilik ) yaitu tempat-tempat lembab, terlindung dari
sinar matahari, gelap.
d. Tempat Beristirahat

Nyamuk Anopheles dapat berkembangbiak ditempat- tempat yang airnya


menggenang seperti Sawah, Irigasi yang bagian tepinya banyak ditumbuhi rumput
dan tidak begitu deras airnya.
e. Penyebaran
Indonesia merupakan daerah yang sangat luas yang terdiri dari pulaupulau dari Sabang sampai Merauke. Vektor penyakit malaria di Indonesia melalui
nyamuk anopheles. Anopheles dapat disebut vector malaria di suatu daerah,
apabila species anopheles tersebut di daerah yang bersangkutan telah pernah
terbukti positif mengandung sporosoit di dalam kelenjar ludahnya. Di suatu daerah
tertentu apabila terdapat vektor malaria dari salah satu species nyamuk anopheles,
belum tentu di daerah lain juga mampu menularkan penyakit malaria.
3. Nyamuk Culex
Nyamuk Culex merupakan salah satu nyamuk yang menyebarkan penyakit
filariasis (kaki gajah).
a. Morfologi dan PeletakanTelur
Nyamuk Culex memiliki tubuh berwarna kecokelatan, proboscis berwarna
gelap tetapi kebanyakan dilengkapi dengan sisik berwarna lebih pucat pada bagian
bawah, scutum berwarna kecoklatan dan terdapat warna emas dan keperakan di
sekitar sisiknya. Sayap berwarna gelap, kaki belakang memiliki femur yang berwarna
lebih pucat, seluruh kaki berwarna gelap kecuali pada bagian persendian.
Nyamuk culex akan meletakkan telur di atas permukaan air secara
bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung,
sedangkan jentiknya menggantung di air.
b. Kebiasaan Menggigit

Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada


malamhari (nocturnal). Nyamuk Culex sp menggigit beberapa jam setelah matahari
terbenam sampai sebelum matahari terbit. Dan puncak menggigit nyamuk ini adalah
pada pukul 01.00-02.00.
c. Tempat berkembangbiak
Nyamuk Culex sp suka berkembangbiak di sembarang tempat misalnya di air
bersih dan air yang kotor yaitu genangan air, got terbuka dan empang ikan.
d. Perilaku makan
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada malam
hari. Nyamuk Culex sp suka menggigit binatang peliharaan, unggas, kambing, kerbau
dan sapi. Menurut penelitian kepadatan menggigit manusia di dalam dan di luar
rumah nyamuk Culex sp hamper sama yaitu di luar rumah (52,8%) dan kepadatan
menggigit di dalam rumah (47,14%).
e. Kesukaan beristirahat
Setelah nyamuk menggigit orang atau hewan nyamuk tersebut akan
beristirahat selama 2 sampai 3 hari. Setiap spesies nyamuk mempunyai kesukaan
beristirahat yang berbeda-beda. Nyamuk Culex sp suka beristirahat dalam rumah.
Nyamuk ini sering berada dalam rumah sehingga di kenal dengan nyamuk rumahan.
4. NYAMUK MANSONIA
Vektor penyakit yang dibawa oleh Mansonia yang paling sering ditemui
adalah filariasis (vektor penyakit cacing). Filariasis merupakan penyakit akibat
nematoda jenis Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.
Spesies nyamuk mansonia yang sering dijumapi adalah Mansonia uniformis
dan Mansonia anulifera.

a.

Ciri-ciri Nyamuk Mansonia

1)

Bentuk siphon seperti tanduk

2)

Jentik nyamuk Mansonia menempel pada akar tumbuhan air

3)

Pada bagian toraks terdapat stoot spine

4.)

Pada saat hinggap tidak membentuk sudut 90o

5)

Bentuk tubuh besar dan panjang

6)

Bentuk sayap asimetris

7)

Menyebabkan penyakit filariasis

8)

Penularan penyakit dengan cara membesarkan tubuhnya

9)

Warna tubuhnya coklat kehitaman

10)

Sayapnya bintik-bintik

11)

Sikap hinggap sejajar dengan tempat hinggap

12)

Sebagai vektor filariasis

13)

Spesiesnya Mansonia Yuniformis dan Mansonia Anulifera

b. Tempat Berkembng Biak


Mansonia senang berkembang biak di kolam-kolam, rawa-rawa, danau yang
banyak ditumbuhi tanaman air, sungai besar di tepi hutan atau dalam hutan. Kolam
atau sawah yang tidak terurus dengan kedalaman air 15-100 cm dan temperature
24 300C dapat menjadi tempat perindukan nyamuk ini. Tanaman air yang sangat
baik untuk pertumbuhan nyamuk dewasa adalah Impomoe aeaquatica. Biasanya
telur mansonia diletakkan saling berdekatan membentuk rakit dibawah permukaan
daun tanaman.

c. Perilaku
Perilaku nyamuk mansonia umumnya beristirahat diluar rumah dengan
tempat bersarang pada celah batu, dekat tanah di bawah daun-daunan rumput atau
di kaleng-kaleng yang terlindung dari sinar matahari. Masa istirahat setelah
menghisap darah 4-5 hari dan siap bertelur. Nyamuk dewasa dapat menularkan
filaria infektif 1 sampai 5 kali selama hidup.
Nyamuk Mansonia hidup secara nocturnal, berada di wilayah hutan dan rawa
endemik, lingkungan kotor dan area peternakan ikan yang tidak terpakai. Nyamuk
Mansonia bersifat agresif dan menghisap darah saat manusia berada dalam
aktivitas malam hari khususnya di luar rumah.
C. Bionomik Vektor Lalat
1. Lalat Rumah (Musca domestica)
Lalat adalah salah satu insekta ordo diptera yang mempunyai sepasang
sayap berbentuk membran. Saat ini telah ditemukan tidak kurang dari 60.000
sampai 100.000 species lalat. Namun tidak semua species ini perlu diawasi,
karena beberapa diantaranya tidak berbahaya bagi manusia ditinjau dari segi
kesehatan (Depkes RI, 1991). Lalat dikatakan sebagai salah satu vektor penyakit
karena kegiatannya yang terbang ke berbagai tempat, termasuk tempat-tempat yang
kotor dan membawa patogen dari tempat-tempat tersebut.
Lalat Rumah (Musca domestica) adalah jenis lalat yang paling banyak terdapat
diantara jenis-jenis lalat. Karena fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari
berbagai bibit penyakit disertai jumlahnya yang banyak dan hubungannya yang erat
dengan lingkungan hidup manusia, maka jenis lalat Musca domestica ini merupakan
jenis lalat yang terpenting ditinjau dari sudut kesehatan manusia. Lalat ini menempati
kediaman manusia di seluruh dunia, bersifat cosmopolit.
a. Siklus Hidup Lalat Rumah
Lalat rumah (Musca domestica) mengalami metamorfosis sempurna, diawali
dengan tahap telur, larva, pupa dan dewasa. Untuk bertelur, lalat memilih tempat-

tempat yang lembab dan banyak mengandung zat organik seperti sampah dan
bahan busuk lainnya.

1. Telur

Telur berbentuk oval menyerupai pisang berwarna putih sampai krem, berukuran
panjang 1 mm dan lebar 0,26 mm. Kedua ujung-ujungnya tumpul dan bulat, ujung
anterior lebih lonjong. Telur menetas kurang dari 24 jam setelah diletakkan,
tergantung pada keadaan cuaca. Pada suhu 15-20 0C, periode menetas telur
berkisar 24 jam. Sedangkan pada suhu 25-35 0C hanya 8-12 jam. Musca domestica
bertelur secara berkelompok pada bahan organik yang basah tetapi tidak cair.
Setiap kelompoknya mengandung 100-150 butir telur. Dalam waktu sekitar 10-20
jam telur menetas menjadi larva .
2. Larva

Larva berukuran 6-12 X 1-2 mm, dan mempunyai 12 segmen (satu segmen kepala,
3 segmen thorak, dan 8 segmen abdomen). Larva berwarna putih dan berbentuk
silindris dengan bagian posterior lebar dan tumpul, sedangkan di bagian anterior
berbentuk runcing. Kulit pembungkus larva terbentuk dari selaput luar (kutikula)
dan lapis dalam yaitu epitelium. Larva tidak mempunyai mata atau anggota badan
walaupun mempunyai beberapa duri di bagian ventral yang berfungsi membantu
pergerakan.
Dalam perkembangan larva terdapat 3 bentuk instar. Instar I dan II lamanya 24
jam. Instar ketiga lamanya 3 hari atau lebih. Larva I dan II tembus cahaya dan
larva III putih kekuningan. Larva tersebut mempunyai sepasang spirakel posterior
yang bersklerosis yang berbentuk khusus dan dapat menjadi ciri identifikasi larva.
Larva memakan bakteri, jamur dan bahan yang membusuk. Sebelum menjadi
pupa, larva tersebut tidak makan dan migrasi ke tempat kering dan dingin.
3. Pupa

Pupa berbentuk lonjong 7 mm panjang, dan berwarna merah coklat tua.


Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium yang kering atau di dalam tanah.
Ketika pupa terbentuk, kulit larva akan mengkerut dan membentuk puparium yang
silinder. Selanjutnya kutikula mulai mengeras. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari
pada suhu 30oC beberapa minggu pada suhu rendah. Pupa lebih suka hidup pada
kelembaban rendah daripada larva.

4. Lalat Dewasa

Lalat dewasa muncul dari puparium dengan membuka ujung bagian depan pupa,
dengan cara memompa kantong yang berisi udara (ptilinium) yang berada di depan
kepala pupa. Pada mulanya, lalat tersebut lunak, berwarna abu-abu dan sayapnya
kuncup. Selama lalat beristirahat sayapnya direntangkan kemudian kutikula
mengeras dan menjadi gelap. Lalat muda mulai aktif dan mencari makan setelah
sayapnya direntangkan yaitu 2-24 jam setelah keluar dari pupa. M. domestica
berukuran sebesar biji
domestica

kacang

tanah, berwarna

hitam

kekuningan.

M.

jantan berukuran panjang tubuh 5,8 - 6,5 mm dan lalat betina

berukuran panjang tubuh 6,5 - 7,5 mm. Lalat ini secara umum mempunyai
ciri berwarna kelabu engan empat garis memanjang gelap pada bagian dorsal
toraks. Antena terdiri dari tiga ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder
dan dilengkapi dengan arista yang memiliki bulu pada bagian atas dan bawah.
b. Perilaku Lalat Rumah
Aktivitas lalat dewasa lebih banyak dilakukan pagi dan siang hari yaitu
mulai pukul 06.00-12.00 dengan aktivitas puncaknya pukul 09.00-11.00. Biasanya
lalat ini akan berkumpul atau bergerombol padasiang hari. Lalat rumah bisa
terbang jauh dan bisa mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam. Sebagian
terbesar tetap berada dalam jarak 1,5 km di sekitar tempat pembiakannya, tetapi
beberapa bisa sampai sejauh 50 km. Lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada musim
panas dan lebih lama pada musim dingin, mereka paling aktif pada suhu 32,5 0C
dan akan mati pada suhu 450C.
Lalat Musca domestica tidak menggigit, karena mempunyai tipe mulut
menjilat. Lalat Musca domestica paling dominan banyak ditemukan di timbunan

sampah dan kandang ternak. Kebiasaan lalat rumah yang suka berpindah dari
tempat-tempat seperti kotoran manusia, kotoran hewan, bangkai, tumpukan
sampah dan sebagainya menjadikan lalat rumah sebagai kandidat yang ideal
untuk memindahkan penyakit seperti kolera, sigellosis dan salmonellosis
c. Tempat Berkembang Biak
Lalat rumah bisa membiak disetiap medium yang terdiri dari zat organik
yang lembab dan hangat dapat memberi makan pada larva-larvanya. Medium
pembiakan yang disukai ialah kotoran kuda, kotoran babi dan kotoran burung.
Yang kurang disukai ialah kotoran sapi. Lalat rumah juga membiak di excreta
manusia yang terdapat dikakus atau tempat-tempat lain, dan karena excreta
manusia ini juga mengandung organisme patogen maka ia merupakan medium
pembiakan yang paling berbahaya. Juga sludge dari air kotor yang digesti
sempurna bisa menjadi medium pembiakan lalat rumah. Disamping itu sampah
yang ditumpuk di tempat terbuka karena mengandung zat-zat organic merupakan
medium pembiakan lalat rumah yang penting.
d. Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari dari makanan yang satu ke
makanan yang lain. Lalat sangat tertarik pada makanan yang dimakan oleh
manusia sehari-hari seperti gula, susu dan makanan lainnya, kotoran manusia serta
darah.
Protein diperlukan untuk bertelur. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat
hanya makan dalam bentuk cair atau makanan yang basah, sedangkan makanan
yang kering yang dibasahi atau dicairkan oleh ludahnya terlebih dahulu baru
dihisap.
Makanan yang berbentuk padat dengan diameter lebih besar dari 0,045 mm,
sebelum dihisap dicairkan terlebih dahulu dengan cara mengeluarkan cairan dari
mulutnya yang mengandung enzim seperti halnya butir-butir gula pasir yang
dilarutkan dengan air liurnya dan kemudian larutan gula dihisap.
e. Tempat Beristirahat

Lalat beristirahat pada tempat-tempat tertentu, pada siang hari bila lalat tidak
makan, mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran
pakaian, rumput-rumput, kawat listrik dan lain-lain serta sangat menyukai tempattempat dengan tepi tajam yang permukaannya vertikal. Biasanya tempat istirahat
ini terletak berdekatan dengan tempat makanan atau tempat berbiak dan biasanya
terlindung dari angin, di rumah lalat beristirahat pada kawat listrik, langit-langit,
lantai,jemuran dan dinding serta tidak aktif pada malam hari
2. Lalat Buah (Drosophila melanogaster)
a. Siklus Hidup
Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua
periode.
Periode pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi
sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang
lebih 24 jam. Pada saat seperti ini, larva tidak berhenti untuk makan.
Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut
perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi 3 tahap, yaitu larva, pupa, dan
imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada
perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003).
Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya
diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua
setelah menjadi lalat dewasadan meningkat hingga seminggu sampai betina
meletakkan 50-75 telur per hari dan mungkin maksimum 400-500buah dalam 10
hari. Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis
yang mengelilingi sitoplasma dan suatu seaput tipis tapi kuat (khorion) di bagian
luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai tipis. Korion mempunyai kulit bagian
luar yang keras dari telur larva tersebut (Borror, 1992).
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan
menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada
trakhea, terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan
posterior. Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda periodik berganti kulit untuk

mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas
dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva
disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit
pertama, dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut
hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga
siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke
atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak.
Jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi pada proses
pergantian kulit (molting) yang yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia
instar : dari larva instar I ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III
ke pupa, dan dari pupa ke imago (Ashburner, 1985).
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika
terdapat banyak saluran maka pertumbuhbiakan dapat dikatakan berlangsung baik.
Larva yang dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas
tissue dalam botol. Saat itu larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan
cairan seperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk
pupa.
Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek,
kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar
4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki.
Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ke III. Pada
stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak tidak aktif, dan dalam keadaan ini,
larva berganti menjadi lalat dewasa.
Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil
jaringan dorman yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan
preadult (sebelum dewasa) disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk
perkembangan luar dari anlagen ke bentuk dewasa.
Dewasa ini Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya berusia
sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan
sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah

berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak
dari lalat buah jantan. Pada ujung anterior terdapat mikriphyle, tempat
spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke
dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan berabsorpsi
dalam perkembangan jaringan embrio
b. Perilaku Lalat Buah
Lalat buah seperti serangga lainnya mempunyai masa aktif serangga, yaitu
pukul 10.00 (periode 06.00-10.00) dan waktu tidak aktif yaitu pukul 18.00
(periode 11.00-18.00). petani sebaiknya meletakkan perangkap pada pukul 06.00
WIT dan pukul 11.00 WIT. Hal ini terkait dengan efektivitas makan dari lalat buah
pada pukul 07.00-10.00 dan pada pukul 11.00. Bagi serangga betina, aktivitas
makan makan dari Drosophila ini berlangsung anatara pukul 07.00-10.00,
sedangkan waktu kopulasi dari lalat tersebut berlangsung menjelang sore hari
(krepus kuler). Pada waktu ini betina akan meletakkan telurnya pada cabai yang
sudah matang. Terkait dengan aktivitas makan dari lalat buah pada pukul 07.0010.00, maka populasi lalat buah tetap ada di areal pertanaman selama waktu
aktifnya.
c. Perilaku Berkembang biak pada Lalat Buah
Imago jnatan membentuk kelompok dan menetap atau tidak berpencar dan
melakukan perkawinan pada waktu senja hari . waktu senja akan terlihat upa/
kabut disekeliling sangkar pebiakan massal imago jantan siap kawin. Upa /kabut
tersebut mengandung feromon sek, selama memproduksi uap /kabut imago jantan
selalu meggetarkan sayapnya, perilaku ini digunakan untuk menyebarkan feromon
seks pada iamgo betina.
Mekanisme pengeluaran feromon seks, melalui struktur morfologi yang unik
digunakan untuk memproduksi kabut/uap, sebagai perilaku pemanggilan terhadap
lawan jenisnya untuk melakukan perkawinan, kemudian setetes cairan sekresi
dikeluarkan dari anusnya.

Tempat melakukan perkawinan tidak dibatasi oleh tanman inang.


Perkawinan dapat diamati pada permukaan bawah daun-daun tumbuhan berukuran
lebar (pohon) dan herbayang berada didekat lahan budidaya tanaman familia
Curcubitaceae. Waktu intensitas cahaya matahari menurun menjelang senja,
pergerakan imago jantan berada di tanaman dan mmebentuk kelompok yang tidak
berpencar, selanjtnya imago jantan mulai menggetarkan sayap di permukaan
bawah daun dan mengeluarkan feromon seks. Setiap imago jantan menempati
sebuah daun yang mejadi daerah kekuasaannya dan dipertahankan saat terjadi
invasi imago jantan lain di daun tersebut.
d. Ekologi lalat buah
Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi
ideal. Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28 0C. Pada suhu ini lalat
akan mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah
atau sekitar 180C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya
relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30 0C, lalat dewasa
yang tumbuh akan steril.
Ketersediaan makanan juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
Drosophila. Jika kekurangan makanan, jumlah telur yang dikeluarkan Drosophila
betina akan menurun. Drosophila yang kekurangan makanan akan menghasilkan
larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk pupa berukuran kecil, namun
seringkali gagal berkembang menjadi individu dewasa. Beberapa yang dapat
menjadi dewasa dapat menghasilkan hanya sedikit telur. Vabilitas dari telur-telur ini
juga dapat dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva
betina. Drosophila melanogaster dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari.
Drosophila lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami
pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap.
Pada sayap Drosophila terdapat semacam gen yang disebut dengan gen
refilin. Gen refilin ini ternyata mempunyai daya pegas yang lebih dahsyat dari jenis
karet manapun dibelahan dunia. Itulah sebabnya sayap lalat bisa mengayun hingga

200-400 kali perdetik. Gen refilin ini membuat otot sayap tertekan dan terdorong
dengan keras dan cepat dibanding dengan karet olahan manusia.
Drosophila sering di temukan di kebun di dekat buah yang membusuk, atau
rumah yang menyimpan buah-buahan di tempat terbuka. Larva hidup di dalam
buah-buahan yang membusuk dan jamur yang tumbuh disekitarnya. Sebagian kecil
bersifat ektoparasit pada ulat, pada tahap larva seringkali bersifat predator terhadap
kutu dan homoptera kecil. Seringkali di gunakan dalam kegiatan praktek atau studi
genetika.
D. Bionomik Pinjal
a. Hidup
Siklus hidup pinjal terdiri dari 4 tahapan, yaitu:
1. Tahap Telur
Seekor kutu betina dapat bertelur 50 telur per hari di hewan
peliharaan. Telur berukuran panjang 0,5 mm, oval dan berwarna keputihputihan.

Perkembangan

telur

bervariasi

tergantung

suhu

dan

kelembaban.Telurnya tidak lengket, mereka mudah jatuh dari hewan


peliharaan dan menetas dalam dua atau lima hari. Seekor betina dapat bertelur
sekitar 1.500 telur di dalam hidupnya. Telur menetas menjagi larva dalam
waktu 2 hari atau lebih. Kerabang telur akan dipecahkan oleh semacam duri
(spina) yang terdapat pada kepala larva instar pertama.
2. Tahap Larva
Setelah menetas, larva berwarna kuning krem dan sangat aktif, dan
akan menghindar dari sinar ke daerah yang gelap sekitar rumah. Larva
mempunyai mulut untuk menggigit dan mengunyah makanan yang bisan
berupa darah kering, feses dan bahan organic lain yang jumlahnya cukup
sedikit. Larva dapat ditemukan di celah dan retahkan lantai, dibawah karpet

dan tempat-tempat serupa lainnya. Larva ini mengalami tiga kali pergantian
kulit sebelum menjadi pupa. Periode larva berlangsung selama 7-10 hari atau
lebih tergantung suhu dan kelembaban. Larva dewasa panjangnya sekitar 6
mm. Larva ini akan menggulung hingga berukuran sekitar 4x2 mm dan
berubah menjadi pupa.
3. Tahap Pupa
Stadium pupa berlangsung dalam waktu 10-17 hari pada suhu yang
sesuai, tetapi bisa berbulan-bulan pada suhu yang kurang optimal, dan pada
suhu yang rendah bisa menyebabkan pinjal tetap terbungkus di dalam kokon.
Ledakan populasi biasanya terjadi 5 sampai 6 minggu setelah cuaca mulai
hangat. Stadium pupa mempunyai tahapan yang tidak aktif atau makan, dan
berada dalam kokon yang tertutupi debris dan debu sekeliling. Stadium ini
sensitive terhadap adanya perubahan konsentrasi CO2 di lingkungan
sekitarnya juga terhadap getaran. Adanya perubahan yang signifikan terhadap
kedua factor ini, menyebabkan keluarnya pinjal dewasa dari kepompong.
4. Tahap Dewasa
Kutu loncat dewasa keluar dari kepompongnya pada waktu mereka
merasa hangat. Perilaku pinjal secara umum merupakan parasit temporal,
berada dalam tubuh saat membutuhkan makanan dan tidak permanen. Jangka
hidup pinjal bervariasi pada spesies pinjal, tergantung dari makan atau
tidaknya pinjal dan tergantung pada derajat kelembaban lingkungan
sekitarnya. Pinjal tidak makan dan tidak dapat hidup lama di lingkungan
kering tetapi di lingkungan lembab, bila terdapat reruntuhan yang bisa
menjadi tempat persembunyian maka pinjal bisa hidup selama 1-4 bulan.
Getaran dan karbon dioksida yang menandakan ada host di sekitarnya. Pinjal
tidak spesifik dalam memilih inangnya dan dapat makan pada inang lain. Pada
saat tidak menemukan kehadiran inang yang sesungguhnya dan pinjal mau

makan inang lain serta dapat bertahan hidup dalam periode lama (Soviana
dkk, 2003). Setelah mereka loncat ke host, kutu dewasa akan kawin dan
memulai siklus baru.

Siklus keseluruhnya dapat dipendek secepatnya sampai 3-4 minggu.


Umur rata-rata pinjal sekitar 6 minggu, tetapi pada kondisi tertentu dapat
berumur hingga 1 tahun. Pinjal betina bertelur 20-28 buah/hari. Selama
hidupnya seekor pinjal bisa menghasilkan telur hingga 800 buah. Telur bisa
saja jatuh dari tubuh kucing dan menetas menjadi larva di retakan lantai atau
celah kandang. Pertumbuhan larva menjadi pupa kemudian berkembang jadi
pinjal dewasa bervariasi antara 20-120 hari.
b. Makanan Pinjal
Pinjal pradewasa mempunyai struktur mulut, organ anatomi dan fisiologi
yang berbeda dengan pinjal dewasa, sehingga jenis makanan yang dikonsumsi
juga berbeda. Makanan larva pinjal terdiri dari bahan-bahan organic yang ada
disekitarnya, seperti darah yang dikeluarkan melalui organ ekskresi pinjal (anus),

bahan organik yang kaya akan protein dan vitamin B. Bila bahan-bahan makanan
tersebut terpenuhi, maka larva pinjal akan tumbuh secara maksimum.
Pinjal, baik jantan maupun betina merupakan serangga penghisap darah.
Bagi pinjal betina, darah diperlukan untuk perkembangan telur. Pinjal akan sering
menghisap darah di musim panas daripada musim penghujan atau dingin, karena
di musim panas pinjal cepat kehilangan air dari tubuhnya.
c. Ekologi
Kehidupan pinjal dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :
1. Suhu dan Kelembaban
Perkembangan setiap jenis pinjal mempunyai variasi musiman yang berbedabeda. Udara yang kering mempunyai pengaruh yang tidak menguntungkan bagi
kelangsungan hidup pinjal. Suhu dalam sarang tikus lebuh tinggi selama musim
dingin dan lebih tendah selama musim panas daripada suhu luar. Suhu didalm
dan diluar sarang memperlihtkan bahwa suhu didalam sarang cenderung
berbalik dengan suhu luar.
2. Cahaya
Beberapa jenis pinjal menghindari cahaya (fototaksis negatif). Pinjal jenis ini
bisaanya tidak mempunyai mata. Pada sarang tikus yang kedalamannya dangkal
populasi tidak akan ditemukan karena sinar matahari mampu menembus sampai
dasar liang. Sedangkan pada sarang tikus yang kedalamannya lebih dalam dan
mempunyai jalan yang berkelok, sinar matahari tidak dapat menembus sampai
ke dasar liang. Sehingga pada sarang tikus ini banyak ditemukan pinjal.
3. Parasit
Bakteri Yersinia pestis di dalam tubuh pinjal merupakan parasit pinjal yang
mempengaruhi umur pinjal. Pinjal yang mengandung bakteri pes pada suhu 10-

150C hanya bertahan hidup selama 50 hari, sedangkan pada suhu 270C betahan
hidup selama 23 hari. Pada kondisi normal, bakteri pes akan berkembang cepat,
kemudian akan menyumbat alat mulut pinjal, sehingga pinjal tidak bisa
menghisap darah dan akhirnya mati
4. Predator
Predator pinjal alami merupakan faktor penting dalam menekan populasi
pinjal di sarang tikus. Beberapa predator seperti semut dan kumbang kecil telah
diketahui memakan pinjal pradewasa dan pinjal dewasa.
d. Habitat
1.

Xenopsylla cheopis

Xenopsylla cheopis biasanya mendiami habitat tropis dan subtropis,


meskipun telah dilaporkan dalam zona sedang juga. Cheopis Xenopsylla
jarang ditemukan di tempat yang dingin karena membutuhkan iklim / tropis
subtropis untuk menjadi kepompong. Kutu yang lazim di kota-kota besar
banyak. Spesies Rattus biasanya ditemukan dalam sistem saluran pembuangan
kota dan habitat terkait manusia adalah host yang sangat baik untuk cheopis
X. Pelabuhan laut dan daerah tikus-penuh lainnya juga habitat umum untuk
cheopis X.

Kutu adalah parasit nidiculous, mereka tinggal di sarang tuan rumah.


Pakaian, tempat tidur dan sofa membuat rumah sempurna untuk banyak dari
kutu. Kutu hanya melampirkan menjadi tuan rumah sementara mereka sedang
menghisap darah; di lain waktu mereka bebas-hidup di sarang tuan rumah.
2. Echidnophaga
Habitat dari Echidnophaga, yaitu burung, tikus, kelinci, anjing, kucing,
kuda dan kadang-kadang manusia.

3. Pulex irritans
Pulex irritans mempunyai habitat di berbagai jenis hewan, termasuk manusia.

e. Penyakit yang Ditularkan Pinjal


Pinjal dapat mengganggu manusia dan hewan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung biasanya berupa reaksi kegatalan pada kulit dan
bentuk-bentuk kelainan kulit lainnya. Infestasi pinjal merupakan penyebab

kelainan kulit atau dermatitis yang khas. Reaksi ini merupakan reaksi
hipersensitifitas kulit terhadap komponen antigenik yang terdapat pada saliva
pinjal. Dermatitis ini biasanya juga diperparah dengan infeksi sekunder sehingga
dermatitis

yang

semula

berupa dermatitis

miliari,

hiperpigmentasi

dan

hiperkeratinasi dapat berlanjut dengan alopesia difus (kegundulan) akibat


penggarukan yang berlebihan.Manusia sebagai inang asidental dapat menjadi
sasaran gigitan pinjal. Dari beberapa kasus yang pernah ditemui gigitan pinjal ke
manusia terjadi akibat manusia menempati rumah yang telah lama kosong, tidak
terawat dan menjadi sarang kucing atau tempat kucing/ anjing beranak. Pupa pinjal
dapat bertahan di alam tanpa keberadaan inangnya, akan tetapi sangat sensitive
terhadap perubahan kadar CO2 dan vibrasi. Sehingga begitu terdeteksi perubahan
factor tersebut, pupa tahap akhir yang telah siap menjadi dewasa segera keluar dari
kulit pelindungnya untuk mencari dan menghisap darah inangnya. Itulah sebabnya
serangan pinjal terhadap manusia umumnya terjadi pada keadaan tersebut.
Selain gangguan langsung, pinjal juga berperan di dalam proses penularan
beberapa penyakit yang berbahaya bagi manusia dan hewan. Contohnya adalah
penyakit klasik Bubonic plaque atau pes yang disebabkan oleh Pasteurella pestis
ditularkan oleh pinjal Xenopsylla cheopis. Jenis-jenis pinjal yang lain secara
eksperimental dapat menularkan penyakit tetapi dianggap bukan vektor alami.
Pinjal juga dapat menimbulkan alergi oleh karena reaksi hipersensitivitas
terhadap antigen ludah pinjal. Pada anjing sering ditandai dengan gigitan secara
berlebihan sehingga dapat mengakibatkan bulu rontok dan peradangan pada kulit.
Kasus flea allergy bervariasi tergantung kondisi cuaca terutama terjadi pada
musim panas dimana populasi kutu meningkat tajam.
Penyakit yang berhubungan dengan pinjal yaitu Pes. Vektor pes adalah pinjal.
Di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal yaitu: Xenopsylla cheopis, Culex iritans,
Neopsylla sondaica, dan Stivalus cognatus. Reservoir utama dari penyakit pes

adalah hewan-hewan rodent (tikus, kelinci). Kucing di Amerika juga pada bajing.
Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent. Kumankuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit,dapat ditularkan ke hewan lain
atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang mengandung
kuman pes tadi, dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan tikus lain
atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan.
Selain pes, pinjal bisa menjadi vektor penyakit-penyakit manusia, seperti
murine typhus yang dipindahkan dari tikus ke manusia. Disamping itu pinjal bisa
berfungsi sebagai penjamu perantara untuk beberapa jenis cacing pita anjing dan
tikus, yang kadang-kadang juga bisa menginfeksi manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Bionomi Nyamuk Pengendalian Vektor Epidemiologi. 2011. Diakses melalui
http://kesmas-unsoed.com/2011/03/makalah-bionomik-nyamuk-pengendalianvektor-epidemiologi.htmlpada 17 September pukul 21.10 WIB
Hiswani. 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia. Universitas
Sumatera

Utara.

Diakses

melalui

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3760/1/fkmhiswani11.pdf
pada 19 September 2014 pukul 20.05 WIB
Tinjauan Pustaka Universiatas Muhammadiyah Semarang. Diakses melalui
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-sutyoagusw-5709-3babiis-i.pdfpada 18 September 2014 pukul 19.45 WIB
Tinjauan

Pustaka

Universitas

Muhammadiyah

Semarang.

Diakses

melalui

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-anisajamil-5649-3babii.pdfpada 18 September 2014 pukul 20.55 WIB


Hastutiek,Poedji dan Loeki Enggar Fitri. 2007. POTENSI Musca domestica Linn.
SEBAGAI VEKTOR BEBERAPA PENYAKIT. Jurnal Kedokteran Brawijaya,
Vol. XXIII, No. 3, Desember 2007
Tinjauan

Pustaka

Universitas

Muhammadiyah

Semarang.

Diakses

melalui

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/11/jtptunimus-gdl-s1-2008-kartikasar521-3-bab2.pdf pada tanggal 15 September 2014


Soviana, Susi dan Upik Kesumawati Hadi. 2003. Hama Pemukiman Indonesia. IPB
unit Kajian pengendalian hama pemukiman fakultas kedokteran hewan.
Bogor.
Susanti, M. 2001. Infestasi Pinjal Ctenocephalides felis (Siphonaptera : Pulicidae)
Pada

Kucing

Di

Bogor.

Bogor

IPB

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/21339/B01dms.pdf?
sequence=2. Diakses pada tanggal 20 September 2014.

Zentko. 1997. Infestasi Pinjal. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/10/ jtptunimusgdl-s1-2008-abdulmutho-483-3-bab2.pdf. Diakses pada tanggal 19 September
2014
Anonim.

Tanpa

tahun.

Integrated

Pes

Management

for

Fleas.

http://www.p2pays.org/ref/14/13183.pdf. Diakses pada tanggal 5 Mei 2010


Anonim. Tanpa Tahun. Flea. http://en.wikipedia.org/wiki/Flea. Diakses pada tanggal
19 September 2014.
Anonim.

2010.

Kutu

loncat

pinjal

(flea)

dan

caplak

(tick).

www.hewanpeliharaan.com/index2.php?option=com. Diakses pada tanggal 19


September 2014.
Anonim. 2010. Siklus Hidup Pinjal (Flea). www.kucingkita.com Kategori Artikel
Penyakit. Diakses pada tanggal 19 September 2014.
Anonim.

2010.

Waspadai

Kutu

Pinjal

pada

www.pietklinik.com/wmview.php?ArtID=5.

Hewan
Diakses

Peliharaan
pada

Anda.

tanggal

19

September 2014.
Anonim.

Tanpa

tahun.

Oriental

Tikus

Kutu.

http://en.wikipedia.org/wiki/OrientalTikusKutu. Diakses pada tanggal 19


September 2014.
Novitadiun.blogspot.com/2013/05/v-behaviorurldefaultvmlo. (diakses pada Kamis,
18 September 2014)
Acehmillano.wordpress.com/2013/03/09/52/ (diakses pada Jumat, 19 September
2014)
http://eleshmeraa.blogspot.com/2013/06/penyebaran-lalat-buah-beradsarkanwaktu.html (diakses pada Sabtu, 20 September 2014)
http://prachzpratama2.blogspot.com/2013/04/makalah-ordo-diptera-drosophila.html
(diakses

pada

Minggu,

21

September

2014)

Pertanyaan:
1. Mengapa populasi nyamuk Aedes aegypti meningkat pada musim hujan yang
menyebabkan meningkatnya angka penyakit DBD?
2. Bagaimanakah kebiasaan makan dari lalat rumah?
3. Jelaskan habitat dari masing masing spesies pinjal!
4. Bagaimana perilaku berkembang biak pada lalat buah?

Anda mungkin juga menyukai