DI INDONESIA
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Vektor
Dosen Pengampu :
Widya Hary Cahyati S.KM, M.Kes.
Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.
Nadya Paramita D C
Afifah Fikriani O
Sri Lestari
Ganies Praditya Suryani
(6411412218)
(6411412219)
(6411412222)
(6411412232)
BIONOMIK VEKTOR
A. Pengertian Bionomik
Bionomik merupakan cabang dari ilmu biologi yangmempelajari tentang
pengaruh suatu organisme dengan lingkungan sekitarnya. Bionomik diperlukan untuk
menilai karakterisitik hewan yang dapat menjadi vektor penyakit, sehingga untuk
menanggulanginya kita dapat memutus rantai kehidupan dari kebiasaan dan jalur
hidupnya. Bionomik sendiri meliputi siklus hidup, perilaku,tempat berkembang biak,
perilaku mencari makan (perilaku makan menurut waktu, perilaku makan menurtu
tempat, perilaku makan menurut sumber, frekuensi makan, umur populasi vektor,
distribusi musiman, penyebaran vektor, perilaku istirahat, perilaku berkembang
biakserta pengaruh vektor fisik) dan ekologi vektor ( habitat, kontak dengan vektor
penjamu, tempat istirahat, jangkauan terbang dan penyebarannya serta siklus harian
dan musiman)
B. Bionomik Vektor Nyamuk
1. Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti dapat menularkan penyakit demam berdarah
dengue (DBD) melalui tusukanya.
a. Morfologi dan Peletakantelur
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh
berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garisgaris putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis
melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi cirri dari spesies ini.
Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas
sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua.
dan WC. Di dalam rumah nyamuk ini beristirahat di baju-baju yang digantung,
kelambu, dan tirai. Sedangkan di luar rumah nyamuk ini beristirahat pada
tanaman-tanaman yang ada di luar rumah (Depkes RI, 2004).
e. Penyebaran
Menurut Depkes RI (2005), nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di daerah
tropis dan sub tropis. Di Indonesia, nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah
maupun tempat-tempat umum. Nyamuk ini dapat hidup dan berkembangbiak
sampai ketinggian daerah 1.000 m dari permukaan air laut. Di atas ketinggian
1.000 m nyamuk ini tidak dapat berkembangbiak, karena pada ketinggian tersebut
suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak memunginkan bagi kehidupan nyamuk
tersebut (Depkes RI, 2005).
f. Variasi Musim
Menurut Depkes RI (2005), pada saat musim hujan tiba, tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang pada musim kemarau tidak terisi
air, akan mulai terisi air. Telur-telur yang tadinya belum sempat menetas akan
menetas. Selain itu, pada musim hujan semakin banyak tempat penampungan air
alamiah
yang
terisi
air
hujan
dan
dapat
digunakan
sebagai
tempat
berkembangbiaknya nyamuk ini. Oleh karena itu, pada musim hujan populasi
nyamuk Aedes aegypti akan meningkat. Bertambahnya populasi nyamuk ini
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan penularan penyakit
dengue (Depkes RI, 2005)
2. Nyamuk Anopheles
Nyamuk Anopheles merupakan salah satu jenis nyamuk yang menyebabkan
penyakit malaria. Penularan malaria secara ilmiah berlangsung melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina. Hanya spesies nyamuk Anopheles tertentu yang mampu
menularkan penyakit malaria dan spesies tersebut disebut sebagai vektor. Lebih
dari 400 spesies Anopheles didunia, hanyas ekitar 67 yang terbukti mengandung
sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies
Anopheles yang menjadi vektor malaria.
a. Morfologi dan Peletakan Telur
Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya
berbercak-bercak putih. Bentuk tubuh kecil dan pendek, antara palpi dan proboscis
sama panjang, menyebabkan penyakit malaria, pada saat hinggap membentuk
sudut 90, warna tubuhnya coklat kehitaman, bentuk sayap simetris, bercak dan
sisik gelap terang.
Nyamuk anopheles akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu
persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopheles mempunyai alat
pengapung.
b. Kebiasaan Menggigit
Aktivitas menggigit nyamuk Anopheles di dalam rumah terjadi peningkatan
pada pukul 23.00 WIB kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 02.00 dan
03.00 dini hari, sedangkan aktivitas menggigit di luar rumah terjadi peningkatan
pada pukul 24.00 WIB dan kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 05.00
dini hari.
c. Tempat Perindukan dan Berkembangbiak
Nyamuk Anopheles lebih suka menghinggap di batang- batang rumput, di
alam atau luar rumah ( Eksofilik ) yaitu tempat-tempat lembab, terlindung dari
sinar matahari, gelap.
d. Tempat Beristirahat
a.
1)
2)
3)
4.)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
Sayapnya bintik-bintik
11)
12)
13)
c. Perilaku
Perilaku nyamuk mansonia umumnya beristirahat diluar rumah dengan
tempat bersarang pada celah batu, dekat tanah di bawah daun-daunan rumput atau
di kaleng-kaleng yang terlindung dari sinar matahari. Masa istirahat setelah
menghisap darah 4-5 hari dan siap bertelur. Nyamuk dewasa dapat menularkan
filaria infektif 1 sampai 5 kali selama hidup.
Nyamuk Mansonia hidup secara nocturnal, berada di wilayah hutan dan rawa
endemik, lingkungan kotor dan area peternakan ikan yang tidak terpakai. Nyamuk
Mansonia bersifat agresif dan menghisap darah saat manusia berada dalam
aktivitas malam hari khususnya di luar rumah.
C. Bionomik Vektor Lalat
1. Lalat Rumah (Musca domestica)
Lalat adalah salah satu insekta ordo diptera yang mempunyai sepasang
sayap berbentuk membran. Saat ini telah ditemukan tidak kurang dari 60.000
sampai 100.000 species lalat. Namun tidak semua species ini perlu diawasi,
karena beberapa diantaranya tidak berbahaya bagi manusia ditinjau dari segi
kesehatan (Depkes RI, 1991). Lalat dikatakan sebagai salah satu vektor penyakit
karena kegiatannya yang terbang ke berbagai tempat, termasuk tempat-tempat yang
kotor dan membawa patogen dari tempat-tempat tersebut.
Lalat Rumah (Musca domestica) adalah jenis lalat yang paling banyak terdapat
diantara jenis-jenis lalat. Karena fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari
berbagai bibit penyakit disertai jumlahnya yang banyak dan hubungannya yang erat
dengan lingkungan hidup manusia, maka jenis lalat Musca domestica ini merupakan
jenis lalat yang terpenting ditinjau dari sudut kesehatan manusia. Lalat ini menempati
kediaman manusia di seluruh dunia, bersifat cosmopolit.
a. Siklus Hidup Lalat Rumah
Lalat rumah (Musca domestica) mengalami metamorfosis sempurna, diawali
dengan tahap telur, larva, pupa dan dewasa. Untuk bertelur, lalat memilih tempat-
tempat yang lembab dan banyak mengandung zat organik seperti sampah dan
bahan busuk lainnya.
1. Telur
Telur berbentuk oval menyerupai pisang berwarna putih sampai krem, berukuran
panjang 1 mm dan lebar 0,26 mm. Kedua ujung-ujungnya tumpul dan bulat, ujung
anterior lebih lonjong. Telur menetas kurang dari 24 jam setelah diletakkan,
tergantung pada keadaan cuaca. Pada suhu 15-20 0C, periode menetas telur
berkisar 24 jam. Sedangkan pada suhu 25-35 0C hanya 8-12 jam. Musca domestica
bertelur secara berkelompok pada bahan organik yang basah tetapi tidak cair.
Setiap kelompoknya mengandung 100-150 butir telur. Dalam waktu sekitar 10-20
jam telur menetas menjadi larva .
2. Larva
Larva berukuran 6-12 X 1-2 mm, dan mempunyai 12 segmen (satu segmen kepala,
3 segmen thorak, dan 8 segmen abdomen). Larva berwarna putih dan berbentuk
silindris dengan bagian posterior lebar dan tumpul, sedangkan di bagian anterior
berbentuk runcing. Kulit pembungkus larva terbentuk dari selaput luar (kutikula)
dan lapis dalam yaitu epitelium. Larva tidak mempunyai mata atau anggota badan
walaupun mempunyai beberapa duri di bagian ventral yang berfungsi membantu
pergerakan.
Dalam perkembangan larva terdapat 3 bentuk instar. Instar I dan II lamanya 24
jam. Instar ketiga lamanya 3 hari atau lebih. Larva I dan II tembus cahaya dan
larva III putih kekuningan. Larva tersebut mempunyai sepasang spirakel posterior
yang bersklerosis yang berbentuk khusus dan dapat menjadi ciri identifikasi larva.
Larva memakan bakteri, jamur dan bahan yang membusuk. Sebelum menjadi
pupa, larva tersebut tidak makan dan migrasi ke tempat kering dan dingin.
3. Pupa
4. Lalat Dewasa
Lalat dewasa muncul dari puparium dengan membuka ujung bagian depan pupa,
dengan cara memompa kantong yang berisi udara (ptilinium) yang berada di depan
kepala pupa. Pada mulanya, lalat tersebut lunak, berwarna abu-abu dan sayapnya
kuncup. Selama lalat beristirahat sayapnya direntangkan kemudian kutikula
mengeras dan menjadi gelap. Lalat muda mulai aktif dan mencari makan setelah
sayapnya direntangkan yaitu 2-24 jam setelah keluar dari pupa. M. domestica
berukuran sebesar biji
domestica
kacang
tanah, berwarna
hitam
kekuningan.
M.
berukuran panjang tubuh 6,5 - 7,5 mm. Lalat ini secara umum mempunyai
ciri berwarna kelabu engan empat garis memanjang gelap pada bagian dorsal
toraks. Antena terdiri dari tiga ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder
dan dilengkapi dengan arista yang memiliki bulu pada bagian atas dan bawah.
b. Perilaku Lalat Rumah
Aktivitas lalat dewasa lebih banyak dilakukan pagi dan siang hari yaitu
mulai pukul 06.00-12.00 dengan aktivitas puncaknya pukul 09.00-11.00. Biasanya
lalat ini akan berkumpul atau bergerombol padasiang hari. Lalat rumah bisa
terbang jauh dan bisa mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam. Sebagian
terbesar tetap berada dalam jarak 1,5 km di sekitar tempat pembiakannya, tetapi
beberapa bisa sampai sejauh 50 km. Lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada musim
panas dan lebih lama pada musim dingin, mereka paling aktif pada suhu 32,5 0C
dan akan mati pada suhu 450C.
Lalat Musca domestica tidak menggigit, karena mempunyai tipe mulut
menjilat. Lalat Musca domestica paling dominan banyak ditemukan di timbunan
sampah dan kandang ternak. Kebiasaan lalat rumah yang suka berpindah dari
tempat-tempat seperti kotoran manusia, kotoran hewan, bangkai, tumpukan
sampah dan sebagainya menjadikan lalat rumah sebagai kandidat yang ideal
untuk memindahkan penyakit seperti kolera, sigellosis dan salmonellosis
c. Tempat Berkembang Biak
Lalat rumah bisa membiak disetiap medium yang terdiri dari zat organik
yang lembab dan hangat dapat memberi makan pada larva-larvanya. Medium
pembiakan yang disukai ialah kotoran kuda, kotoran babi dan kotoran burung.
Yang kurang disukai ialah kotoran sapi. Lalat rumah juga membiak di excreta
manusia yang terdapat dikakus atau tempat-tempat lain, dan karena excreta
manusia ini juga mengandung organisme patogen maka ia merupakan medium
pembiakan yang paling berbahaya. Juga sludge dari air kotor yang digesti
sempurna bisa menjadi medium pembiakan lalat rumah. Disamping itu sampah
yang ditumpuk di tempat terbuka karena mengandung zat-zat organic merupakan
medium pembiakan lalat rumah yang penting.
d. Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari dari makanan yang satu ke
makanan yang lain. Lalat sangat tertarik pada makanan yang dimakan oleh
manusia sehari-hari seperti gula, susu dan makanan lainnya, kotoran manusia serta
darah.
Protein diperlukan untuk bertelur. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat
hanya makan dalam bentuk cair atau makanan yang basah, sedangkan makanan
yang kering yang dibasahi atau dicairkan oleh ludahnya terlebih dahulu baru
dihisap.
Makanan yang berbentuk padat dengan diameter lebih besar dari 0,045 mm,
sebelum dihisap dicairkan terlebih dahulu dengan cara mengeluarkan cairan dari
mulutnya yang mengandung enzim seperti halnya butir-butir gula pasir yang
dilarutkan dengan air liurnya dan kemudian larutan gula dihisap.
e. Tempat Beristirahat
Lalat beristirahat pada tempat-tempat tertentu, pada siang hari bila lalat tidak
makan, mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran
pakaian, rumput-rumput, kawat listrik dan lain-lain serta sangat menyukai tempattempat dengan tepi tajam yang permukaannya vertikal. Biasanya tempat istirahat
ini terletak berdekatan dengan tempat makanan atau tempat berbiak dan biasanya
terlindung dari angin, di rumah lalat beristirahat pada kawat listrik, langit-langit,
lantai,jemuran dan dinding serta tidak aktif pada malam hari
2. Lalat Buah (Drosophila melanogaster)
a. Siklus Hidup
Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua
periode.
Periode pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi
sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang
lebih 24 jam. Pada saat seperti ini, larva tidak berhenti untuk makan.
Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut
perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi 3 tahap, yaitu larva, pupa, dan
imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada
perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003).
Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya
diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua
setelah menjadi lalat dewasadan meningkat hingga seminggu sampai betina
meletakkan 50-75 telur per hari dan mungkin maksimum 400-500buah dalam 10
hari. Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis
yang mengelilingi sitoplasma dan suatu seaput tipis tapi kuat (khorion) di bagian
luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai tipis. Korion mempunyai kulit bagian
luar yang keras dari telur larva tersebut (Borror, 1992).
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan
menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada
trakhea, terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan
posterior. Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda periodik berganti kulit untuk
mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas
dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva
disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit
pertama, dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut
hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga
siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke
atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak.
Jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi pada proses
pergantian kulit (molting) yang yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia
instar : dari larva instar I ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III
ke pupa, dan dari pupa ke imago (Ashburner, 1985).
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika
terdapat banyak saluran maka pertumbuhbiakan dapat dikatakan berlangsung baik.
Larva yang dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas
tissue dalam botol. Saat itu larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan
cairan seperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk
pupa.
Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek,
kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar
4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki.
Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ke III. Pada
stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak tidak aktif, dan dalam keadaan ini,
larva berganti menjadi lalat dewasa.
Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil
jaringan dorman yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan
preadult (sebelum dewasa) disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk
perkembangan luar dari anlagen ke bentuk dewasa.
Dewasa ini Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya berusia
sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan
sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah
berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak
dari lalat buah jantan. Pada ujung anterior terdapat mikriphyle, tempat
spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke
dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan berabsorpsi
dalam perkembangan jaringan embrio
b. Perilaku Lalat Buah
Lalat buah seperti serangga lainnya mempunyai masa aktif serangga, yaitu
pukul 10.00 (periode 06.00-10.00) dan waktu tidak aktif yaitu pukul 18.00
(periode 11.00-18.00). petani sebaiknya meletakkan perangkap pada pukul 06.00
WIT dan pukul 11.00 WIT. Hal ini terkait dengan efektivitas makan dari lalat buah
pada pukul 07.00-10.00 dan pada pukul 11.00. Bagi serangga betina, aktivitas
makan makan dari Drosophila ini berlangsung anatara pukul 07.00-10.00,
sedangkan waktu kopulasi dari lalat tersebut berlangsung menjelang sore hari
(krepus kuler). Pada waktu ini betina akan meletakkan telurnya pada cabai yang
sudah matang. Terkait dengan aktivitas makan dari lalat buah pada pukul 07.0010.00, maka populasi lalat buah tetap ada di areal pertanaman selama waktu
aktifnya.
c. Perilaku Berkembang biak pada Lalat Buah
Imago jnatan membentuk kelompok dan menetap atau tidak berpencar dan
melakukan perkawinan pada waktu senja hari . waktu senja akan terlihat upa/
kabut disekeliling sangkar pebiakan massal imago jantan siap kawin. Upa /kabut
tersebut mengandung feromon sek, selama memproduksi uap /kabut imago jantan
selalu meggetarkan sayapnya, perilaku ini digunakan untuk menyebarkan feromon
seks pada iamgo betina.
Mekanisme pengeluaran feromon seks, melalui struktur morfologi yang unik
digunakan untuk memproduksi kabut/uap, sebagai perilaku pemanggilan terhadap
lawan jenisnya untuk melakukan perkawinan, kemudian setetes cairan sekresi
dikeluarkan dari anusnya.
200-400 kali perdetik. Gen refilin ini membuat otot sayap tertekan dan terdorong
dengan keras dan cepat dibanding dengan karet olahan manusia.
Drosophila sering di temukan di kebun di dekat buah yang membusuk, atau
rumah yang menyimpan buah-buahan di tempat terbuka. Larva hidup di dalam
buah-buahan yang membusuk dan jamur yang tumbuh disekitarnya. Sebagian kecil
bersifat ektoparasit pada ulat, pada tahap larva seringkali bersifat predator terhadap
kutu dan homoptera kecil. Seringkali di gunakan dalam kegiatan praktek atau studi
genetika.
D. Bionomik Pinjal
a. Hidup
Siklus hidup pinjal terdiri dari 4 tahapan, yaitu:
1. Tahap Telur
Seekor kutu betina dapat bertelur 50 telur per hari di hewan
peliharaan. Telur berukuran panjang 0,5 mm, oval dan berwarna keputihputihan.
Perkembangan
telur
bervariasi
tergantung
suhu
dan
dan tempat-tempat serupa lainnya. Larva ini mengalami tiga kali pergantian
kulit sebelum menjadi pupa. Periode larva berlangsung selama 7-10 hari atau
lebih tergantung suhu dan kelembaban. Larva dewasa panjangnya sekitar 6
mm. Larva ini akan menggulung hingga berukuran sekitar 4x2 mm dan
berubah menjadi pupa.
3. Tahap Pupa
Stadium pupa berlangsung dalam waktu 10-17 hari pada suhu yang
sesuai, tetapi bisa berbulan-bulan pada suhu yang kurang optimal, dan pada
suhu yang rendah bisa menyebabkan pinjal tetap terbungkus di dalam kokon.
Ledakan populasi biasanya terjadi 5 sampai 6 minggu setelah cuaca mulai
hangat. Stadium pupa mempunyai tahapan yang tidak aktif atau makan, dan
berada dalam kokon yang tertutupi debris dan debu sekeliling. Stadium ini
sensitive terhadap adanya perubahan konsentrasi CO2 di lingkungan
sekitarnya juga terhadap getaran. Adanya perubahan yang signifikan terhadap
kedua factor ini, menyebabkan keluarnya pinjal dewasa dari kepompong.
4. Tahap Dewasa
Kutu loncat dewasa keluar dari kepompongnya pada waktu mereka
merasa hangat. Perilaku pinjal secara umum merupakan parasit temporal,
berada dalam tubuh saat membutuhkan makanan dan tidak permanen. Jangka
hidup pinjal bervariasi pada spesies pinjal, tergantung dari makan atau
tidaknya pinjal dan tergantung pada derajat kelembaban lingkungan
sekitarnya. Pinjal tidak makan dan tidak dapat hidup lama di lingkungan
kering tetapi di lingkungan lembab, bila terdapat reruntuhan yang bisa
menjadi tempat persembunyian maka pinjal bisa hidup selama 1-4 bulan.
Getaran dan karbon dioksida yang menandakan ada host di sekitarnya. Pinjal
tidak spesifik dalam memilih inangnya dan dapat makan pada inang lain. Pada
saat tidak menemukan kehadiran inang yang sesungguhnya dan pinjal mau
makan inang lain serta dapat bertahan hidup dalam periode lama (Soviana
dkk, 2003). Setelah mereka loncat ke host, kutu dewasa akan kawin dan
memulai siklus baru.
bahan organik yang kaya akan protein dan vitamin B. Bila bahan-bahan makanan
tersebut terpenuhi, maka larva pinjal akan tumbuh secara maksimum.
Pinjal, baik jantan maupun betina merupakan serangga penghisap darah.
Bagi pinjal betina, darah diperlukan untuk perkembangan telur. Pinjal akan sering
menghisap darah di musim panas daripada musim penghujan atau dingin, karena
di musim panas pinjal cepat kehilangan air dari tubuhnya.
c. Ekologi
Kehidupan pinjal dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :
1. Suhu dan Kelembaban
Perkembangan setiap jenis pinjal mempunyai variasi musiman yang berbedabeda. Udara yang kering mempunyai pengaruh yang tidak menguntungkan bagi
kelangsungan hidup pinjal. Suhu dalam sarang tikus lebuh tinggi selama musim
dingin dan lebih tendah selama musim panas daripada suhu luar. Suhu didalm
dan diluar sarang memperlihtkan bahwa suhu didalam sarang cenderung
berbalik dengan suhu luar.
2. Cahaya
Beberapa jenis pinjal menghindari cahaya (fototaksis negatif). Pinjal jenis ini
bisaanya tidak mempunyai mata. Pada sarang tikus yang kedalamannya dangkal
populasi tidak akan ditemukan karena sinar matahari mampu menembus sampai
dasar liang. Sedangkan pada sarang tikus yang kedalamannya lebih dalam dan
mempunyai jalan yang berkelok, sinar matahari tidak dapat menembus sampai
ke dasar liang. Sehingga pada sarang tikus ini banyak ditemukan pinjal.
3. Parasit
Bakteri Yersinia pestis di dalam tubuh pinjal merupakan parasit pinjal yang
mempengaruhi umur pinjal. Pinjal yang mengandung bakteri pes pada suhu 10-
150C hanya bertahan hidup selama 50 hari, sedangkan pada suhu 270C betahan
hidup selama 23 hari. Pada kondisi normal, bakteri pes akan berkembang cepat,
kemudian akan menyumbat alat mulut pinjal, sehingga pinjal tidak bisa
menghisap darah dan akhirnya mati
4. Predator
Predator pinjal alami merupakan faktor penting dalam menekan populasi
pinjal di sarang tikus. Beberapa predator seperti semut dan kumbang kecil telah
diketahui memakan pinjal pradewasa dan pinjal dewasa.
d. Habitat
1.
Xenopsylla cheopis
3. Pulex irritans
Pulex irritans mempunyai habitat di berbagai jenis hewan, termasuk manusia.
kelainan kulit atau dermatitis yang khas. Reaksi ini merupakan reaksi
hipersensitifitas kulit terhadap komponen antigenik yang terdapat pada saliva
pinjal. Dermatitis ini biasanya juga diperparah dengan infeksi sekunder sehingga
dermatitis
yang
semula
berupa dermatitis
miliari,
hiperpigmentasi
dan
adalah hewan-hewan rodent (tikus, kelinci). Kucing di Amerika juga pada bajing.
Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent. Kumankuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit,dapat ditularkan ke hewan lain
atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang mengandung
kuman pes tadi, dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan tikus lain
atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan.
Selain pes, pinjal bisa menjadi vektor penyakit-penyakit manusia, seperti
murine typhus yang dipindahkan dari tikus ke manusia. Disamping itu pinjal bisa
berfungsi sebagai penjamu perantara untuk beberapa jenis cacing pita anjing dan
tikus, yang kadang-kadang juga bisa menginfeksi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Bionomi Nyamuk Pengendalian Vektor Epidemiologi. 2011. Diakses melalui
http://kesmas-unsoed.com/2011/03/makalah-bionomik-nyamuk-pengendalianvektor-epidemiologi.htmlpada 17 September pukul 21.10 WIB
Hiswani. 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia. Universitas
Sumatera
Utara.
Diakses
melalui
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3760/1/fkmhiswani11.pdf
pada 19 September 2014 pukul 20.05 WIB
Tinjauan Pustaka Universiatas Muhammadiyah Semarang. Diakses melalui
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-sutyoagusw-5709-3babiis-i.pdfpada 18 September 2014 pukul 19.45 WIB
Tinjauan
Pustaka
Universitas
Muhammadiyah
Semarang.
Diakses
melalui
Pustaka
Universitas
Muhammadiyah
Semarang.
Diakses
melalui
Kucing
Di
Bogor.
Bogor
IPB
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/21339/B01dms.pdf?
sequence=2. Diakses pada tanggal 20 September 2014.
Zentko. 1997. Infestasi Pinjal. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/10/ jtptunimusgdl-s1-2008-abdulmutho-483-3-bab2.pdf. Diakses pada tanggal 19 September
2014
Anonim.
Tanpa
tahun.
Integrated
Pes
Management
for
Fleas.
2010.
Kutu
loncat
pinjal
(flea)
dan
caplak
(tick).
2010.
Waspadai
Kutu
Pinjal
pada
www.pietklinik.com/wmview.php?ArtID=5.
Hewan
Diakses
Peliharaan
pada
Anda.
tanggal
19
September 2014.
Anonim.
Tanpa
tahun.
Oriental
Tikus
Kutu.
pada
Minggu,
21
September
2014)
Pertanyaan:
1. Mengapa populasi nyamuk Aedes aegypti meningkat pada musim hujan yang
menyebabkan meningkatnya angka penyakit DBD?
2. Bagaimanakah kebiasaan makan dari lalat rumah?
3. Jelaskan habitat dari masing masing spesies pinjal!
4. Bagaimana perilaku berkembang biak pada lalat buah?