Anda di halaman 1dari 89

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam yang melimpah dan letak geografis yang strategis merupakan salah satu modal utama dalam pembangunan untuk mewujudkan kemakmuran rakyat Indonesia, akan tetapi hingga saat ini potensi sumber daya alam yang besar itu belum berhasil secara nyata meningkatkan kemakmuran dan kesejahtraan bersama. Indonesia memilika persoalan kemiskinan dan

pengganguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dalam tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural dan kesenjangan antara wilayah. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja di Pedesaan. Upaya menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan.Saat ini 28,59 juta penduduk Indonesia adalah penduduk miskin, sekitar 14,70 % dari penduduk miskin tersebut bermukim di pedessaan (BPS 2012). Ilustrasi diatas menujukan bahwa angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia semakin memprihatikan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, diperlukan suatu program penanggulangan kemiskinan yang mampu memperluas prospek dan pilihan untuk dapat hidup dan berkembang di masa depan. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkordinasi.namun penanganannya selama ini cennderung parsial dan tidak berkelanjutan.Peranan dunia usaha dan masyarakat juga umumnya belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar

permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersipat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Untuk mengurangi pertumbuhan kemiskinan, serta meningkatkan kesejahtran dan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin di pedesaan, Pemerintah telah meluncurkan beberapa program penanggulangan kemiskinan diantaranya; (1) Program pertama dengan bantuan Bank Dunia adalah Jaring Pengaman Sosial (JPS); (2) berikut juga dengan program bantuan Bank Dunia adalh Program Pemberdayaan Daerah Dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE); (3) Kemudian Pemerintah Meluncurkan Program Nasional Pemberdayan Masyarakat Mandiri (PNPM) mulai tahun 2007. Melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan No:25/KEP/MENKO/KES RA/VII/2007 Tentang Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM Mandiri), menjadi tanda awal peluncuran PNPM Mandiri mulai tahun 2007 dan diharapkan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, setidaknya hingga tahun 2015. Melalui PNPM dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan masyarakat, mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, hingga pemantawan dan epaluasi melalui pembangunan partisipatif, kesadaran kritis, dan kemandirian masyarakat terutama masyarakatm miskin, dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan subyek dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pelaksanaan PNPM Mandiri tahun 2007 dimulai dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK), sebagai dasar pengembangan masyarakat di Pedesaan beserta program pendukungnya seperti PNPM Generasi; Pogram Penangulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) sebagai 2

dasar

bagi

pengembangan

pemberdayaan

masyarakat

di

Perkotaan;

dan

Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk pengembangan daerah tertinggal, pasca bencana, dan konflik. Mulai tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) untuk mengintegrasikan pusat pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai

departemen/sektor dan pemerintah daerah. pelaksanaan PNPM Mandiri juga diprioritaskan pada Desa-desa tertinggal. Dengan pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat kedalalam kerangka kebijakan PNPM Mandiri

diharapkan dapat diperluas hingga ke daerah-daerah terpencil dan terisolir. efektivitas dan efisiensi dari kegiatan yang selama ini sering berduplikasi antara proyek diharapkan juga dapat diwujudkan. Didalam Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masarakat (PNPM) Mandiri, dijelaskan bahwa pelaksanaan PNPM Mandiri diarahkan untuk meningkatkan efektifitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja dengan melibatkan unsur masyarakat mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan parsitipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin dapat ditumbuh kembangkan sehingga mereka bukan hanya sebagai obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan. (Pedoman Umum program Nasinal Pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri 2007/2008) Secara umum pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat belum sesuai dengan apa yang menjadi tujuan PNPM Mandiri seperti yang dilansir Pada hasil penelitian lembaga penelitian SMERU Research Institute ditemukan 3

beberapa masalah dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, seperti keterlambatan pencairan anggaran, keterlambatan penyelesaian kegiata dan lain-lain. Selain masalah tersebut, berdasarkan hasil Survei Bank Dunia pada tanggal 28 November - 4 Desember 2010 Tim Bank Dunia telah melakukan supervise Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Mandiri Perdesaan dengan mengambil sampel Provinsi Sulawesi Tenggara, lokasi yang dikunjungi mencakup 22 Kecamatan di 9 Kabupaten (Konawe Selatan, Konawe, Konawe Utara, Kolaka, Bombana, Buton, Buton Utara, Muna, dan Wakatobi). Hasil supervisi yang telah dilaksanakan tim memberikan penilaian bahwa pelaksaan program PNPM Mandiri Perdesaan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tidak Memuaskan ditinjau dari aspek pengelolaan keuangan, Procurement (mencakup seleksi fasilitator dan kegiatan tingkat desa), supervisi dan monitoring hingga penyediaan dana

pendamping. Dari 22 kecamatan yang dikunjungi, hanya 4 kecamatan yang dinilai Cukup Memuaskan, sementara empat kecamatan Kurang Memuaskan, 10

kecamatan Tidak Memuaskan dan empat kecamatan Sangat Tidak Memuaskan dalam pengelolaan keuangan. Pelaksanaan PNPM Mandiri mempunyai fleksibilitas dalam implementasi. Sehingga, mempunyai tanggapan yang berbeda-beda ditiap daerah hal itu terkait dengan potensi, kemampuan dan permasalahan dimasyarakat setempat. Desa Bone baru merupakan salah satuh desa yang melaksanakan Program Pengembangan kecamatan (PPK), yang merupakan bagian dari sub Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Mandiri. Dengan bantuan dana bergulir pada kegiatan kelompok Usaha Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dan pembangunan sarana prasarana.

Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarkat di Desa Bone Baru yang dilaksanakan, berdasarkan pengamatan peneliti program yang cukup berhasil dilaksanakan yaitu program pembangunan sarana prasarana, dengan terbangunya sarana prasarana gedung PAUD,Tanggul Aliran Sungai, Tanggul Pantai dan Jalan Rabat, sementara dalam pelaksanaan Simpan Pinjam Perempuan belum bisa dikatakan berhasil karena masih banyak terjadi permasalahan antar lain, mengenai proses pengembalian terjadi keterlambatan pengembalian sehingga terjadi penunggakan, selain itu masih terbatasnya kemampuan dari penduduk miskin itu sendiri, diantaranya adalah rendahya tingkat pendidikan, keterampilan, pengalaman usaha sehingga mempengaruhi pelaksanaan SPP itu sendiri. B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Maslah Berdasarkan latar belakang masalah dan melihat luasnya cakupan masalah di atas, maka penulis mengganggap penting memberikan batasan masalah hanya pada bagaimana pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana prasarana dan pelaksanaan Simpan Pinjam Perempuan sebagai bahan penelitian. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang masalah maka secara spesifik yang menjadi rumusan masalah yaitu 1. Bagaimana pelaksanaan Pembangunan Sarana Prasaranan di Desa Bone baru Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Kepulauan 2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di Desa Bone baru Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Kepulauan

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari hasil penelitian yang hendak dicapai adalah : a. Untuk menggambarkan dan menjelaskan Bagaimana pelaksanaan

pembagunan sarana prasaran di Desa Bone baru Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Kepulauan b. Untuk mengetahui dan menjelaskan pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di Desa Bone baru Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Kepulauan

2.

Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari hasil penelitian yang hendak dicapai adalah : Ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari hasil penelitian ini yang dapat membantu peneliti maupun unsur yang terkait didalamnya, yakni : c. Manfaat Akademis : Sebagai pelengkap bahan studi ilmu Administrasi Negra, Khususnya mengenai Implementasi kebijakan publik oleh aktor atau pelaku Kebijakan dalam hal ini gambaran langsung pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) di Desa Bone baru Kecamatan Banggai Utara Kabupaten banggai Kepulauan Sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang konsen terhadap ide atau pemikiran tentang pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat Oleh pemerintahan, serta bentuk pengambilan kebijakan dalam

pelaksanaan pembangunan di masyarakat. d. Manfaat Praktis :

Sebagai bahan masukan atau bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan atau program kerja dalam pengembangan pemerintahan

daerah terkhusus bagi mahasiswa dalam bidang ilmu Administrasi Negara. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam menjalankan peran serta fungsinya sebagai pelaksana pembangunan fasilitas layanan sipil yang ada untuk masyarakat. D. Kerangka Konseptual Program PNPM Mandiri Pedesaan adalah upaya penanggulangan

kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi, Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat ditumbuh kembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan.implementasi

Program Nasional Pemberdayaan masyarakat Mandiri (PNPM) Mandiri dengan Pelaksanaan kegiatan Pembangunan Sarana Prasarana dan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di Desa Bone Baru Kecamatan Banggai Utara maka untuk memudahkan dalam memahami permasalahan yang diteliti berdasarkan pemaparan diatas, menurut teori Merilee S. Grindle ( 1995 ) : 1. Kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan oleh karenanya masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi dalam setiap proses perencanaan yang dilaksanakan oleh PNPM Mandiri Pedesaan.

2. Jenis manfaat yang diterima oleh target group. apakah letak sebuah program sudah tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak, dan sesuai dengan potensi yang ada. 3. Derajat perubahan yang diharapkan dari sebuah kebijakan, untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan pelaksanaan program yang telah drencanakan. 4. Letak pengambilan keputusan, yaitu bagaimana mekanisme pengambilan keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh pelaksana program. 5. Dukung oleh sumber daya yang dilibatkan. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya baik sumber daya manusia (human resources) maupun sumberdaya non-manusia (non-human resourse). Pemilihan model implementasi teori Merilee S. Grindle karena di anggap sangat relevan denga materi pembahasan dari obyek yang diteliti model ini lebih mengarahkan peneliti agar lebih fokus terhadap variabel yang dikaji sehingga membantu dalam menjawab tujuan dari penelitian ini. Berdasarkan model implementasi yang telah diuraikan diatas maka kerangka konseptua dari penelit dapat digambarkan secara sederhana sebagai berikut :

Kerangka Konseptual

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI

1. PelaksanaanPembagun Saranan Prasarana 2. Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan

Kesejahteraan Masyarakat

E. Metodologi Penelitian 1. Tipe dan Dasar Penelitian a. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian kuanlitatif deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau penjelasan tentang Implementasi Program Nasional Pemberdayaan

Masarakat Mandiri di Desa Bone Baru Kecmatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Kepulauan. b. Dasar penelitian adalah wawancara dan kuesioner (Angket) yaitu metode penelitian dengan cara mengumpulkan data melalui daftar pertanyaan dari sejumlah responden yang dianggap mewakili seluruh populasi. 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data-data yang diambil dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah data yang bersumber dari kepustakaan (library Study), sedangkan data primer adalah data yang bersumber dari studi lapang (Field Research). 1. Data primer adalah Data yang diperoleh dari hasil : a. Teknik interview atau wawancara yaitu melakukan wawancara baik secara mendalam maupun secara bebas kepada subjek penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan. b. Teknik Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan yang terjadi.. c. Kuesioner Yaitu dengan mengedarkan daftar pertanyaan kepada sejumlah responden yang telah ditentukan untuk mendapatkan jawaban atas sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan objek penelitian.

10

2. Data sekunder Data diperoleh melalui studi pustaka (Library Search) yaitu mengambil data dari sejumlah buku, literatur, internet, dokumentasi maupun perundang-undangan, dokumen yang sudah ada, sepert, Profil desa Bone baru, pedoman umum PNPM mandiri, dokumen desa tentang pelaksanaan program pemberdayaan, dan beberapa data penting lainnya. 3. Populasi dan Sampel A. Populasi Mengingat fokus dari penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan kegitan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Mandiri khususnya di Desa Bone baru, maka yang menjadi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di Desa Bone baru Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Kepulauan B. Sampel Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Purposive Sampling dengan harapan bahwa informan yang dipilih mewakili populasi. Dimana dalam pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut-paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya serta dianggap mampu memberikan informasi dan data-data yang akurat. Dalam proses implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Mandiri, mengenai Pembangunan Sarana Prasarana d Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Adapun informan tersebut sebgai berikut :

11

Informan Pelaksana Program Nasional Pemberdayaan Masarakat Mandiri (PNPM) yaitu: 1. Pemerintah Desa 2. Tim Pengelolah Kegiatan (TPK) Responden, terdiri dari : 1) pemuka masyarakat/Tokoh Masyarakat, sebanyak 4 orang 2) kalangan pendidik, sebanyak 4 orang 3) kalangan agama, sebanyak 2 orang 4) Masyarakat, sebanyak 24 orang Jadi jumlah Responden secara keseluruhan sebanyak 34 orang. F. Teknik Pengelolaan dan analisis data Pendekatan yang digunakan dalam pengolahan data adalah model penelitian yaitu rasional empiris, setelah pengumpulan dan penggalian informasi atau data adalah tahap analisis data. Dalam penelitian ini, analisis terhadap data menggunakan desain analisis atau pendekatan yang digunakan yaitu analisis deskriptif dengan dengan mengunakan tabel frekuensi dan tabel akumulatif penggunaan tabel didasarkan pada jenis variable dan kepentingan analisis. G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisikan latar belakang maslah yang menjadi dasar penelitian, kemudian identifikasi masalah,pembatasan dan perumusan masalah,tujuan

penelitian dan manfaat penelitian yang diapatkan secara teori dan praktis serta teknik sistematika penulisan yang benar.

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka yang berisi; Konsep Implementasi, Konsep Kemiskinan, Pemberdayaan masyarakat, PNPM Mandiri. BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran umum lokasi mpenelitian yang berisi; keadaan Geografis, keadaan Demografi, Struktur Organisasi Kantor Desa Bone baru dan keadaan Penduduk desa Bone baru. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Yang terdiri dari pelaksanaan Simpan Pinjam Perempuan dan faktor-faktorfaktor yang mempengaruhi. BAB V PENUTUP Dalam hal ini penulis akan memberikan pokok-pokok kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan dan saran-saran yang merupakan tindak lanjut dari kesimpulan sebagai bahan masukan.

13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Implementasi Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2004:7) mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Hal dikemukakan oleh Nugroho (2006:106) memberikan penjelasan bahwa Implementasi Program pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan program dapat mencapai tujunannya. Untuk mengimplementasikan program pembangunan, maka ada dua pilihan angkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan program-program pembangunan dan implementasi program dalam bentuk

keputusan dan peraturan. Adapun dikemukakan oleh Wahab (1990 ; 123) Implementasi untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan atau pun sasaran kebijakan negara diwujudkan sebagai out come (hasil akhir)

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Sebab itu fungsi mencakup pula penciptaan apa yang dalam ilmu kebijakan Negara (police science) disebut police delivery system (system penyampaian/penerus kebijakan Negara) yang biasanya terdiri dari cara-cara atau sarana-sarana tertentu yang dirancang secar khusus diarahkan menuju tercapainya tujuan-tujuan dan sarana-sarana yang dikehendaki. Dalam prakteknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya interpensi

14

berbagai kepentingan. Untuk melukiskan kegiatan implementasi dalam proses implementasi tersebut dapat dilihat pada pernyataan yang dikemukakan oleh seorang ahli studi kebijakan Eugene bardach (1991:3), yaitu : adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang kelihatanya bagus diatas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam katakata dan slogan-slogan yang kedengaranya mengenakan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendengarkanya dan lebih sulit lagi untuk melaksanakanya dalam bentuk cara yang memuaskan semua orang termasuk mereka anggap klien Dalam derajat lain Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam bukunya Impletation and Public Policy (1983:61) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai,dan berbagai cara untuk distrukturkan atau mengatur proses implementasinya Sedangkan Van Meter dan Van Horn (1975). mendefinisikan Implementasi kebijakan, sebagai : Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan. Dari tiga defnisi diatas dapat diketahui bahwa imlementasi kebijakn menyangkut tiga hal,yaitu: (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan; (2) adanya aktifitas atau kegiatan pencapaian tujuan; dan (3) adnya hasil kegiatan. 15

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksanaan kebijakan melakukan suatu aktifitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Hal ini sesuai pula dengan apa yang diungkapkan oleh Laster dan Stewart Jr. (200.104) dimana mereka katakan bahwa implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil (output). Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dapat dilihat dari pross pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih. Hal ini tak jau berbeda dengan apa yang diutarakan oleh Merrille Grindle (1980) sebagai berikut : Pengukuran keberhasilan implementasi dapat

dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program daripada individual projects dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalm keseluruhan struktur kebijakan secara keseluruhan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan hal ini dipertegas oleh Chief J. O. Udoji (1981) dengan mengatakan bahwa : Pelaksanaan kebijakan adalah suatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan. Menurut Websster merumuskan secara pendek kata implementasi berasal dari kata to implement (mengimplementasiakn), yang berarti to provide the means for curryng out; ( menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give practicall effek to (menimbulkan dampak/ akibat terhadap sesuatu). Kalau

16

pandangan ini dapat kita ikuti, maka implementasi kebijaksanaan dapat dipandang sebaga suatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan. Implementasi atau tahap pelaksanaan kebijakan public berupa tindakan nyata atau aktifitas konkrit dari apa yang telah dirumuskan dalam tahap formulasi, implementasi kebijakan merupakan tahap antara diputuskanya suatu kebijakan dengan munculnya konsekuensi-konsekuensi diantara orang-orang yang terkena kebijakan tersebut. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. B. Teori Implementasi kebijakan Teori George C.Edwards III (1980) Dalam pandangan Edwards III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni: (1) komunikasi, (2) sumberdaya, (3) disposisi, dan (4) struktur birokrasi. Keempat variabel tersebut juga saling berhubungan satu sama lain. 1. Komunikasi Keberhasialan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran

kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan

17

tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran. 2. Sumber daya Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan,

implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementor dan sumber daya

finansial.sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efiktif. Tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja. 3. Disposisi Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki implementor. apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif. berbagai pengalaman pembangunan dinegara-negara dunia ketiga menunjukkan bahwa tingkat komitmen dan kejujuran aparat rendah. Berbagai kasus korupsi yang muncul dinegara-negara dunia ketiga, seperti indonesia adalah contoh konkrit dari rendahnya komitmen dan kejujuran aparat dalam mengimplementasikan programprogram pembangunan. 4. Struktur birokrasi Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang (standard operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap 18

implementor dalam bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, Ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel. Teori Merilee S. Grindle (1980 ) Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle ( Wibawa dkk 1995 ) yang menjelaskan bahwa implementasi dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan dan lingkungan (konteks) implementasi, kedua hal tersebut harus didukung oleh program aksi dan proyek individu yang didesain dan dibiayai berdasarkan tujuan kebijakan, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan akan memberikan hasil berupa dampak pada masyarakat, individu dan kelompok serta perubahan dan penerimaan oleh masyarakat terhadap kebijakan yang terlaksana. variabel isi kebijakan menurut Grindle mencakup beberapa indicator yaitu: 1) kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan. 2) jenis manfaat yang diterima oleh target group. 3) Derajat perubahan yang diharapkan dari sebuah kebijakan. 4) letak pengambilan keputusan. 5) Pelaksana program telah disebutkan dengan rinci, dan 6) Dukung oleh sumber daya yang dilibatkan. Sedangakan variabel lingkungan kebijakan mencakup 3 indikator yaitu: 1. seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan. 2. karakteristik lembaga dan rejim yang sedang berkuasa.

19

3. tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Di sini kebijakan yang menyangkut banyak kepentingan yang berbeda akan lebih sulit diimplementasikan dibanding yang menyangkut sedikit kepentingan. Oleh karenanya tinggi-rendahnya intensitas keterlibatan berbagai pihak (politisi,

pengusaha, masyarakat, kelompok sasaran dan sebagainya) dalam implementasi kebijakan akan berpengaruh terhadap efektivitas implementasi kebijakan. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn Menurut meter dan horn, ada enam variable yang memengaruhi kinerja implementasi, yakni: 1) Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. 2) Sumber daya. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya baik sumber daya manusia (human resources) maupun sumberdaya nonmanusia (non-human resourse). 3) Hubungan antar Organisasi. Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan intansi lain. 4) Karakteristik agen pelaksana. Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan polapola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan memengaruhi implementasi suatu program.

20

5) Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variable ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. 6) Disposisi implementor. Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni: respon implementor terhadap kebijakan, yang akan memengaruhi kemaunnya untuk melaksanakan kebijakan. dan intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh

implementor. Teori David L. Weimer dan Aidan R. Vining Dalam pandangan weimer dan vining(1999:396) ada tiga kelompok variabel besar yang dapat memengaruhi keberhasilan implementasi suatu program, yakni: logika kebijakan, lingkungan tempat kebijakan dioperasikan, dan kemampuan implementor kebijakan. 1) Logika dari suatu kebijakan. Ini dimaksudkan agar suatu kebijakan yang ditetapkan masuk akal dan mendapat dukungan teoritis. 2) Lingkungan tempat kebijakan tersebut dioperasikan akan memengaruhi keberhasilan impelmentasi suatu kebijakan. Yang dimaksud lingkungan ini mencakup lingkungan sosial, politik, ekonomi,hankam, dan fisik atau geografis. 3) Kemampuan implementor. Keberhasilan suatu kebijakan dapat

dipengaruhi oleh tingkat kompetensi dan keterampilan dari implementor kebijakan.

21

C. Pengertian Pemberdayaan Secara konseptual, Pemberdayaan atau Pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam beberapa hal yaitu: a) Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan. b) Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatan dan memperoleh barang-barang dan jasa yang mereka perlukan. c) Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Beberapah ahli dibawah ini mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan (Suharto, 1997:210-224) Ife, (1995) Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orangorang yang lemah atau tidak beruntung Parsons, et.al, (1994) Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan

22

atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan oarang lain yang menjadi perhatiannya. Swift dan Levin, (1987) Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial. Rappaport,(1984) Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya. Sunyoto Usman (2003) mengungkapkan bahwa pembangunan yang dilakukan oleh suatu negara pada saat ini tidak akan dapat lepas dari pengaruh globalisasi yang melanda dunia. Persolan politik dan ekonomi tidak dapat lagi hanya dipandang sebagai persoalan nasional. Keterkaitan antar negara menjadi persoalan yang patut untuk diperhitungkan. Masalah ekonomi atau politik yang dihadapi oleh satu negara membawa imbas bagi negara lainnya dan permasalahan tersebut akan berkembang menjadi masalah internasional. Menurut John Friedman (1991), Pemberdayaan dapat diartikan sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya untuk mencari nafkah. Bahkan dalam perspektif ilmu politik, kekuatan menyangkut pada kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Istilah pemberdayaan sering dipakai untuk menggambarkan keadaan seperti yang diinginkan oleh individu, dalam keadaan

23

tersebut masing-masing individu mempunyai pilihan dan kontrol pada semua aspek kehidupannya. Menurut Sastroputo Santoso, (1998), konsep ini merupakan bentuk penghargaan terhadap manusia atau dengan kata lain memanusiakan manusia. Melalui pemberdayaan akan timbul pergeseran peran dari semula korban pembangunan menjadi pelaku pembangunan. Perpektif pembangunan memandang pemberdayaan sebagai sebuah konsep yang sangat luas. Pearse dan Stiefel dalam Prijono (1996) menjelaskan bahwa pemberdayaan partisipatif meliputi menghormati perbedaan, kearifan lokal, dekonsentrasi kekuatan dan peningkatan kemandirian. Dengan demikian, dapat disimpulkan pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termaksud individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. D. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat mandiri (PNPM) Mandiri 1. Pengertian PNPM Mandiri

24

PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan

kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat . PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonosasi dalam pengembangan system serta mekanisme dan perosudur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulant untuk mendorong pelaksanaan dan inovasi masyarakat dalam uapaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat adalah uapaya menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara terkait individu upaya maupun brekelompok, kualitas dalam hidup,

memecahkan

persoalan

peningkatan

kemandirian, dan kesejahteraan. Pemberdayaan masyarakat memerlukn keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. 2. Dasar Hukum PNPM Mandiri Dasar hukum pelaksanaan PNPM Mandiri mengacu pada landasan konstitusional UUD 1945 beserta amandemennya, landasan idiil Pancasila, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta landasan khusus pelaksanaan PNPM Mandiri yang akan disusun kemudian. Peraturan perundang-undangan khususnya terkait sistem pemerintahan, perencanaan, keuangan negara, dan kebijakan penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut: 1. Sistem Pemerintahan Dasar peraturan perundangan sistem pemerintahan yang digunakan adalah:

25

a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 . Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. b. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintah Desa. c. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan. d. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. 2. Sistem Perencanaan Dasar peraturan perundangan sistem perencanaan terkait adalah: a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). b. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025. c. Peraturan Presiden Nomor. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2004-2009. d. Peraturan Pemerintah Nomor. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. e. Peraturan Pemerintah Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional. f. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. g. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Nomor

28/KEP/MENKO/KESRA/XI/2006 Tentang Tim Pengendali Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. 26

3. Sistem Keuangan Negara Dasar peraturan perundangan sistem keuangan negara adalah: a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4455); c. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia No 4455); d. Peraturan Pemerintah No 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Negara Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577); e. Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2006 tentang tata cara Pengadaan pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta penerusan pinjaman dan/atau hibah luar Negri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 No 3 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No 4597); f. Keputusan Presiden No 80 tahu 2003 Tentang Pedoman Pelakanaan Barang/Jasa pemerintah; g. Peraturan Mentrei PPN/ Kepala Bappenas Nomor:005/MPPN/06/2006 Tentang tata cara Perencanaan dan

Pengajuan Usulan serta Penilaian Kegiatan yang dibiayai dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri; 27

h. Peraturan Menteri keuangan No 52/PMK/010/2006 Tentang Tata Cara Pemberian Hibah Kepala Daerah. i. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 3. Tujuan PNPM Mandiri 1) Tujuan umum Meningkatkan kesejahteraan secara mandiri. 2) Tujuan khusus a) Meningkatkan partisifasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin kelompok perempuan, komoditas adat terpencil, dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering, terpinggirkan kedalm proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. b) Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakta yang mengakar, dan kesempatan kerja masyarakat miskin

representatif, dan akuntabel. c) Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan pengangguran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-

poor).Meniningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya, untuk mengefektifkan upayaupaya penanggulangan kemiskinan. d) Meningkatkan keberdayan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya. 28

e) Meningkatkan modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dangan potensi social dan budaya serta untuk melestariakn kearifan lokal. f) Meningkatkan inovasi dan pemafaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat. 4. Strategi PNPM Mandiri Startegi PNPM Mandiri terdiri atas: 1) Strategi Dasar a) Mengitensifkan upaya-upaya pemberdayaan untuk meningkatkan

kemampuan dalam kemandirian masyarakat. b) Menjalan kemitraan yang seluas-luasnya dengan berbagai pihak untuk bersama-sama mewujdkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat. c) Menerapkan keterpaduan dan sinergi pendekatan pembangunan

sektoral, pembangunan wilayahan, dan pembanguna partisifif. 2) Startegi Oprasional a) Mengoptimalkan seluru potensi dan sumberdaya yang dimiliki

masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah, swaasta asosiasi perguruan tinggi, lembaga suadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainya secara sinergi. b) Menguatka peran pemerinta kota/kabupaten sebaga pengelola programprogram penanggulangan kemiskinan diwilayahnya. c) Mengembangkan kelembagaan masyarakat yang dipercaya, mengakar, dan akuntabel. d) Mengoptimalkan peranan sektor dalam pelayanan dan kegiatan

pembanguna secara terpadu di tingkat komunitas.

29

e) Meningkatkan

kemampuan

pembelajaran

di

masyarakat

dalam

memahami kebutuhan dan potensi serta memecah berbagai masalah yang dihadapinya. f) Menerapkan konsep pembangunan partisifatif secara konsisten dan dinamis serta berkelanjutan. 5. Prinsip Dasar PNPM Mandiri PNPM Mandiri Menekankan Prinsip-prinsip dasr berikut ini: A. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM Mandiri senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya. B. Otonomi. Dalam pelaksanan PNPM Mandiri, masrakat memiliki kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola. C. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masarakat sesuai dengan kapasitasnya. D. Beorentasi pada masarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masarakat miskin dan kelompok masrakat yang kurang beruntung. E. Partisipasi. Masarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan, pembanguan dan secara gotong royong menjalankan

pembangunan. F. Kesetaraan dan Keadialn gender, Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perananya di setiap pembangunan dandalammenikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan. 30

G. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorentasi pada kepentingan masyarakat miskin. H. Transparansi dan Akuntabel. Masarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pelaksanaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan

dipertanggungatkan baik secara moral, teknis, legal maupun administratif. I. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas. J. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepintingan dalam penangulangan

kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antara sesama pemangku kepentingan dalam penangulangan kemiskinan. K. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan

kepentingan peningkatan kesejahteraan masarakat tidak hanya saat ini tetapi juga dimasa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. L. Sederhan. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan PNPM Mandiri harus sederhan, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola, serta dapat dipertanggungjawabkan oleh masarakat. 6. Pendekatan PNPM Mandiri Pendekatan atau upaya-upaya rasional dalm mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program adalh pembangunan yang berbasis masyarakat yaitu:

31

A. Menggunakan

kecamata

sebagai

lokus

program

untuk

mengharmonisasikan perencanaan, pelaksanaan, dan program.

pengendalian

B. Memposisikan masarakat sebagai penentu/pengambil kebijakan dan pelaku utama pembangunan dalam tingkat local. C. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya local dalam proses pembangunan parsitipatif. D. Mengunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik sosial,budaya dan geografis. E. Melaui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran,

kemandirian, keberlanjutan. 7. Bidang Sarana Prasarana A. Dasar Pemikiran Prasarana dan sarana di Indonesia dibutuhkan oleh masyarakat untuk

membuka akses informasi dan pemasaran terutama di daerah tertinggal/terpencil. Meskipun demikian eksistensi program bukan hanya sebatas membangun program fisik, namun lebih dimaksudkan menyiapkan tatanan sosial masyarakat yang lebih baik sekaligus memberdayakannya agar mampu mengakses manfaat program fisik secara optimal bagi perbaikan pendidikan, kesehatan dan ekonom. Penentuan skala prioritas pendanaan kegiatan dilakukan masyarakat dalam musyawarah antar desa dengan mengacu pada sejumlah kriteria yang meliputi: a. Aspek teknis, b. Manfaat, c. Keberpihakan kepada rumah tangga miskin,

32

d.

Mendesak untuk dilaksanakan,

e. Didukung oleh sumber daya, serta f. Upaya pelestarian kegiatan.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum ` Secara umum tujuan pembangunan prasarana dan sarana adalah

pengembangan kemandirian masyarakat melalui peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan desa dan atau antar desa, serta peningkatan penyediaan prasarana dan sarana sosial ekonomi sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagai bagian dari upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan. b. Tujuan Khusus Membangun prasarana pendukung bagi desa-desa yang membutuhkan, diperuntukkan : Menciptakan lapangan kerja di desa, terutama bagi rumah tangga miskin. Meningkatkan kepedulian, perhatian/dukungan dan keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan. Meningkatkan kualitas kegiatan dengan penggunaan teknologi sederhana. Meningkatkan kapasitas Tim Pengelola Kegiatan dan atau Tim Pelaksana Pemeliharaan Prasarana, dalam pengelolaan kegiatan. Meningkatkan keterampilan masyarakat desa dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pelaksanaan. C. Sasaran dan Jenis Kegiatan monitoring dan pemeliharaan prasarana, dalam teknis

33

a. Sasaran Program Peningkatan Pendapatan Masyarakat Peningkatan dilakukan dengan pendapatan memberi masyarakat dalam bagi kegiatan prasarana namun

kesempatan

kerja

masyarakat

memprioritaskan bagi rumah tangga miskin : 1) Pada tahap persiapan pelaksanaan kegiatan, dilakukan identifikasi dan pendaftaran calon tenaga kerja dengan menggunakan Form PTO 2) Pendaftaran Tenaga Kerja (Form A) yang berfungsi untuk memilah status calon tenaga kerja. Sebanyak mungkin melibatkan tenaga kerja desa setempat untuk ikut partisipasi sehingga akan memperoleh upah dari pekerjaan maupun upah pengumpulan bahan. 3) Pencatatan rumah tangga miskin yang aktif dalam kegiatan prasarana dan pendapatan yang diterima dihitung berdasar jumlah Hari Orang Kerja (HOK), dan jumlah angkatan kerja. 4) Pengutamaan penggunaan bahan lokal. Kemungkinan kualitas bahan lokal yang ada tidak sebagus bahan dari luar, tetapi sepanjang masih memenuhi standar teknis, maka bahan lokal tersebut perlu dimanfaatkan. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Prasarana Peningkatan partisipasi masyarakat pada kegiatan prasarana dan sarana bagi pelaku PNPM Mandiri Perdesaan Perdesaan, harus

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Metode perencanaan dan pelaksanaan kegiatan harus difokuskan untuk menumbuhkan rasa memiliki oleh masyarakat yaitu :

34

1. Meningkatkan keahlian masyarakat terutama dalam bidang teknis dan administrasi kegiatan prasarana 2. Mengefektifkan lembaga-lembaga yang ada di desa, baik formal maupun informal. 3. Memperoleh kualitas desain dan pekerjaan yang sesuai dengan standar teknis dan biaya yang efisien 4. Usulan didasarkan pada pandangan masa depan yang dihasilkan secara musyawarah, dengan mengutamakan manfaat bagi rumah tangga miskin. 5. Kegiatan yang dibangun tidak boleh ada dampak yang merusak lingkungan dan merugikan masyarakat. 6. Sejauh mungkin memanfaatkan potensi sumber daya lokal, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia setempat. 7. Tenaga kerja yang ikut partisipasi dalam kegiatan, dibayar insentif secara penuh. 8. Sistem perencanaan dan pengelolaan dibuat sederhana, agar mudah dimengerti, mudah dikelola masyarakat sendiri, dan mudah direvisi dengan alasan yang kuat. 9. Segala informasi tentang perencanaan dan pelaksanaan kegiatan diumumkan dan disampaikan kepada masyarakat seluas-luasnya. 10. Pemeliharaan prasarana dan sarana yang telah dibangun menjadi tanggung jawab masyarakat bersama pemerintah desa. 11. Masyarakat harus dilatih untuk memelihara prasarana dan sarana yang telah dibangun.

35

12. Harus terjadi alih teknologi dari FT-Kec kepada masyarakat baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan cara pengelolaan

pemeliharaan, melalui pelatihan dengan cara bekerja sambil belajar. Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Dalam penyusunan perencanaan teknis prasarana, diperlukan pemilihan teknologi yang tepat, meliputi aspek teknik dan dampak lingkungan. Dalam pemilihan teknologi yang akan digunakan, FT-Kec, KPMD dan masyarakat harus memperhatikan hal-hal di bawah ini: 1) Teknologi dipilih yang sederhana, supaya dapat dikerjakan oleh masyarakat setempat sehingga tidak perlu mendatangkan ahli atau peralatan dari luar. Tim Pengelola Kegiatan juga akan mampu

mengerjakan kegiatan serupa apabila PNPM Mandiri Perdesaan Perdesaan sudah selesai. 2) Menggunakan teknologi yang tepat, sehingga menghasilkan prasarana yang bermutu yang dapat memberi manfaat yang cukup berimbang dengan pengeluaran biaya. 3) Menggunakan teknologi dengan biaya murah tapi awet, sehingga masyarakat dapat membangun prasarana secara optimal, mengingat kebutuhan prasarana perdesaan pada umumnya lebih banyak dibandingkan jumlah bantuan langsung masyarakat (BLM). Harga

bahan harus dicari yang paling rendah yang kualitasnya terpenuhi. Caranya mengutamakan bahan lokal yang dikumpulkan tenaga lokal yang pembayarannya dengan upah (HOK), dan jika terpaksa harus membeli bahan dari pemasok maka dilakukan melalui mekanisme

36

pelelangan yang dilakukan secara partisipatif, transparan untuk menghindari kolusi, korupsi serta nepotisme. 4) Pada prinsipnya TPK berhak memilih teknologi yang dipakai asalkan telah dinilai layak secara teknis oleh FT-Kec dan FT-Kab. Hak memilih tersebut hanya dapat dibatasi apabila pilihannya melanggar aturan atau kriteria. 5) TPK diharapkan tidak terpaku pada standar teknis. TPK berhak untuk memilih teknologi lain (non-standar) apabila masih sesuai dengan kriteria PNPM Mandiri Perdesaan, yaitu manfaat sosial-ekonomi, kelompok sasaran, ganti rugi, dampak lingkungan, dan kelayakan teknis dan biaya. TPK boleh mengambil teknologi yang sudah terbukti berhasil di tempat lain, walaupun belum biasa dipakai disekitarnya. 6) Terbuka menerima masukan teknis dari berbagai sumber, baik dari instansi terkait, lingkungan PNPM Mandiri Perdesaan atau dari luar, sepanjang memenuhi kriteria PNPM Mandiri Perdesaan. Peningkatan Kapasitas Masyarakat Peningkatan kapasitas masyarakat dilakukan pada setiap tahapan kegiatan (perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan): 1) Tahap perencanaan/desain Pada tahap ini dilakukan penguatan kapasitas kepada TPK, KPMD dan masya-rakat yang berminat, meliputi: cara melakukan survei, perencanaan dan penyusunan RAB. 2) Tahap pelaksanaan

37

Tahap ini dilakukan penguatan kapasitas kepada TPK, ketua kelompok, tokoh masyarakat dan masyarakat yang terlibat pekerjaan meliputi : cara melaksanakan pekerjaan sesuai standar teknis yang ditentukan (trial), 3) Tahap pemeliharaan Pada tahap ini dilakukan penguatan kepada Tim Pengelola Pemeliharaan Prasarana (TP3) tentang organisasi dan teknis pemeliharaan. b. Jenis Kegiatan Kegiatan yang diusulkan untuk bidang prasarana dan sarana bersifat open menu. Artinya masyarakat dapat mengusulkan apa saja sejauh usulan tersebut tidak termasuk dalam negative list. Semua usulan masyarakat semestinya sesuai dengan tujuan bidang prasarana dan sarana PNPM Mandiri Perdesaan, yaitu benar-benar dibutuhkan masyarakat, diyakini dapat

mendukung peningkatan ekonomi, derajat kesehatan, pendidikan dan peningkatan kapasitas masyarakat, serta memperhitungkan aspek

keberlanjutan (hasil berkualitas, bermanfaat dan dipelihara). 8. KEGIATAN SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP) merupakan kegiatan pemberian permodalan untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam. 1. Tujuan dan Ketentuan a. Tujuan Umum

38

Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam perempuan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat

kelembagaan kegiatan kaum perempuan serta mendorong pengurangan rumah tangga miskin dan penciptaan lapangan kerja. b. Tujuan Khusus : Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar. Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan modal usaha. Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan.

1. Ketentuan Dasar a. Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan cepat mendapatkan pelayanan pendanaan kebutuhan tanpa syarat agunan . b. Terlembagakan, artinya dana kegiatan SPP disalurkan melalui kelompok yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur yang baku dalam pengelolaan simpanan dan pengelolaan pinjaman. c. Keberdayaan, artinya proses pengelolaan didasari oleh keputusan yang professional oleh kaum perempuan dengan mempertimbangkan pelestarian dan pengembangan dana bergulir guna meningkatkan kesejahteraan. d. Pengembangan, artinya setiap keputusan pendanaan harus berorientasi pada peningkatan pendapatan sehingga meningkatkan pertumbuhan

aktivitas ekonomi masyarakat pedesaan.

39

e. Akuntabilitas, artinya dalam melakukan pengelolaan dana bergulir harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. 2. Ketentuan Pendanaan BLM. Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana yang disediakan untuk mendanai kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) per kecamatan maksimal 25 % dari alokasi BLM. a. Sasaran, Bentuk Kegiatan dan Ketentuan Kelompok SPP Sasaran Program

Sasaran program adalah rumah tangga miskin yang produktif yang memerlukan pendanaan kegiatan usaha ataupun kebutuhan sosial dasar melalui kelompok simpan pinjam perempuan yang sudah ada di masyarakat. Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan SPP adalah memberikan dana pinjaman sebagai tambahan modal kerja bagi kelompok kaum perempuan yang mempunyai pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dana pinjaman. b. Ketentuan kelompok SPP Ketentuan kelompok SPP adalah: Kelompok yang dikelola dan anggotanya perempuan, yang satu sama saling mengenal, memiliki kegiatan tertentu dan pertemuan rutin yang sudah berjalan sekurang-kurangnya satu tahun. Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan dana simpanan dan dana pinjaman yang telah disepakati.

40

Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana pinjaman yang diberikan kepada anggota.

Kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlangsung dengan baik. Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi secara sederhana.

4. Mekanisme Pengelolaan Mekanisme tetap mengacu pada alur kegiatan program akan tetapi perlu memberikan beberapa penjelasan dalan tahapan sebagai berikut : a. MAD Sosialisasi Dalam MAD Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan Persyaratan untuk kegiatan SPP sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya kegiatan SPP dan dapat memanfaatkan. b. Musdes Sosialisasi Dalam Musdes Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan Persyaratan untuk kegiatan SPP di tingkat desa sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya kegiatan SPP dan melakukan persiapan proses lanjutan. c. Musyawarah Dusun Proses identifikasi kelompok melalui musyawarah di dusun/kampung dengan proses sebagai berikut : Identifikasi kelompok sesuai dengan ketentuan tersebut di atas termasuk kondisi anggota.

41

Kader melakukan identifikasi perkembangan kelompok SPP dan melakukan kategorisasi kelompok yang terdiri dari: Kelompok Pemula, Kelompok Berkembang dan Kelompok Siap. Proses kategorisasi kelompok mengacu pada ketentuan kategori perkembangan kelompok. Menyiapkan daftar pemanfaat setiap kelompok beserta jumlah kebutuhan dan Daftar rumah tangga miskin yang akan menjadi pemanfaat. rumah tangga miskin yang belum menjadi anggota kelompok agar dilakukan tawaran dan fasilitasi untuk menjadi anggota kelompok sehingga dapat menjadi pemanfaat. Hasil musyawarah dusun dituangkan dalam berita acara dilampiri: 1) Daftar kelompok yang diidentifikasi, 2) Kelompok SPP dengan daftar pemanfaat yang diusulkan, 3) Peta sosial dan peta rumah tangga miskin, 4) Rekap kebutuhan pemanfaat. d. Musyawarah Desa dan MKP Musyawarah ini merupakan tahapan seleksi di tingkat desa adalah: Penentuan Usulan Desa untuk kegiatan SPP melalui keputusan Musyawarah Khusus perempuan (MKP). Hasil keputusan dalam MKP merupakan usulan desa untuk kegiatan SPP. Hasil keputusan diajukan berdasarkan seluruh kelompok yang diusulkan dalam paket usulan desa. Penulisan Usulan kelompok adalah tahapan yang menghasilkan proposal kelompok yang akan dikompetesikan di tingkat kecamatan.

42

Dalam penulisan usulan SPP paling tidak harus memuat hal sebagai berikut : 1) Sekilas kondisi kelompok SPP 2) Gambaran Kegiatan dan Rencana yang menjelaskan kondisi anggota, kondisi Permodalan, kualitas pinjaman, kondisi operasional, Rencana Usaha dalam satu tahun yang akan datang, Perhitungan Rencana Kebutuhan Dana, 3) Daftar calon pemanfaat untuk dana yang diusulkan dilengkapi dengan peta sosial dan peta rumah tangga miskin.

e. Verifikasi Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses verifikasi kegiatan SPP adalah : Penetapan Formulir Verifikasi.

Penetapan formulir verifikasi merupakan proses penyesuaian dengan contoh format formulir yang telah tersedia. Contoh format formulir masih harus disesuaikan dengan kondisi lokal namun tidak mengurangi prinsip dasar penilaian dengan model CAMEL (Capital, Assets , Management, Earning dan Liquidity) yaitu : penilaian tentang permodalan, kualitas pinjaman, manajemen, pendapatan dan likuiditas. Contoh Formulir ada di formulir PTO. Proses Pelaksanaan Verifikasi

Verifikasi kelompok SPP mencakup beberapa hal sebagai berikut : 1) Pengalaman Kegiatan Simpan Pinjam

43

2) Persyaratan Kelompok 3) Kondisi Kegiatan Simpan Pinjam, dengan penilaian : Permodalan Kualitas Pinjaman Administrasi dan Pengelolaan Pendapatan Likuiditas (pendanaan jangka pendek) 4) Penilaian khusus rencana kegiatan. 5) Jumlah rumah tangga miskin sebagai calon pemanfaat diverifikasi dengan daftar rumah tangga miskin. 6) Penilaian Kategorisasi Kelompok.

BAB III

44

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Geografis 1. Letak geografis Desa Bone Baru secara geografis terletak pada titik kordinat antara 123,08 dan 123,11. derat Bujur Timur dan antara 142 dan 144 Lintang Selatan dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Barat Sebelah Utara Sebelah Timur : Berbatasan dengan Selat Toulan : Berbatasan dengan Selat Kalumbatan : Berbatasan dengan selat Tolise Tubono

Sebalah Selatan : Berbatasan dengan desa Potil Pololoba 2. Tofografi Secara tofografi umumnya Desa Bone Baru berada diketinggian antara 0-500

m yang merupakan daerah perbukitan dan pasir pinggiran pantai yang berbaatasan dengan permukaan air laut, Desa Bone Baru terletak pada tepi pantai laut. Dengan demikian Desa Bone Baru terletak pada ketinggian 0-25 meter diatas permukaan air laut. Secara morfologi bentuk permukaan Desa Bone Baru relatif datar.

B. Keadaan Demografi 1. Keadaan Penduduk Desa Bone Baru terdiri dari 4 Dusun, jumlah penduduk desa Bone Baru sebanyak 832 Jiwa dengan jumlah kepala keluarga 232 kepala keluarga. Sementara luas wilayah Desa Bone Baru 84 Km. Dengan demikian tingkat kepadatan Desa Bone Baru adalah 9,90 orang per Km. Penduduk umumnya berada didaerah tepi pantai

45

(wilayah desa bagian tengah). Hal ini disebapkan pemukiman penduduk terkonsentrasi di daerah tersebut. Wilayah desa bagian lain umumnya masih merupakan wilayah untuk kegiatan pertanian dan kehutanan. 2. Mata Pencaharian Mata pencaharian, penduduk di Desa Bone Baru sebagian besar disektor pertanian dan perikanan. Hal ini disesuaikan dengan keadaan alam desa Bone Baru yang masih di dominasi oleh lahan-lahan pertanian dan letal desa Bone Baru itu sendiri yang terletak ditepi laut. Selain itu sebagian penduduk desa Bone Baru bekerja disektor pemerintahan. C. Keadaan Sosial 1. Pendidikan Fasilitas pendidikan di Desa Bone Baru meliputi tingkat pendidikan TK, SD dan SLTP. 2. Peribdatan Fasilitas peribadatan di desa Bone Baru terdapat 2 buah Masjid dan 1 buah Gereja. 3. Kesehatan Fasilitas kesehatan di desa Bone Baru terdapat 1 buah puskesmas

pembantu yang melayani kebutuhan kesehatan masyarakat desa Bone baru dan satu buah pos KB. D. Keadaana Ekonomi 1. Sektor Pertanian Produktifitas pertanian desa pada tahunn 2010 adalah 5. 407 Ton. Keadaan tersebut dapat ditelaah secara produksi bahwa desa Bone Baru jauh dibawah angka produksi pertanian di Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Kepulauan 46

akan tetap produktifitas desa Bone Baru sangat dibawah dari pada des-desa yang ada di Banggai Kepulauan. Artinya desa Bone Baru pada saat ini dibandingkan dengan tingkat pemanfaatan lahan pertanian di Kabupaten Banggai Kepulauan belum dapat di kelola dengan baik. Untuk menggambarkan tingkat produktifitas sektor pertanian desa Bone Baru dapat di gambarkan dengan table sebagai berikut :

Tabel 1.1 Tingkat Produktifitas Sektor pertanian Desa Bone Baru Luas Panen No Wilayah (Ha) (Ton) Produksi Produktifitas

Desa Bone Baru

538

5.407

9,87

Sumber : Buku komplikasi data desa RDRT-IKK Bone Baru

E. Kondisi Pemerintahan Desa Kepala desa dalam melaksanakan tugas dibantu oleh Aparatur pemerintah desa yang terdiri dari Sekretaris Desa, Kaur Pemerintahan, Kaur Keuangan, Kaur Umum, Kaur pembangunan, serta dibantu oleh pelaksana teknis yang terdiri dari Keamanan, Pertanian dan Pengairan, Sosial Agama dan Kesra sedangkan tugas pelaksanaan dikewilayahan dibantu oleh 4 Kepala Dusun. Serta dibantu oleh lembaga yang ada di desa yang merupakan mitra kerja Kepala Desa yaitu BPD. Dalam melaksanakan tugas kepala desa dibantu juga oleh : 1. LPMD 2. Karang Taruna

47

3. KPMD 4. Risma 5. PKK. F. Pembagian Wilayah Desa Desa Bone Baru terbagi beberapa dusun antara lain : a. Dusun I terletak di sebelah Utara Desa b. Dusun II terletak di sebelah Timur Desa c. Dusun III terletak di sebelah Selatan Desa d. Dusun IV (Paisu Batango) terletak disebelah barat desa dan terpisah dengan dusun yang lain dengan jarak 3 Km. G. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Pemerintah Desa Bone Baru

48

49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang didapat selama melakukan penelitian di Desa Bone Baru Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Kepulauan, yang merupakan objek penelitian. Bab ini menguraikan tentang karakteristik responden, Implementasi Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM) Mandiri dalam hal ini Pembangunan Sarana Prasarana dan Kegitan Simpan Pinjam perempuan yang telah dituangkan kedalam beberapah indikator penilaian. 4.1 Karakteristik Responden Sebagaimana dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa teknik penarikan sample pada penelitian ini adalah purposive sampling, maka pemilihan sampel responden telah dilakukan dengan jumlah keseluruhan sebanyak 34 orang. Ke-34 orang tersebut mempunyai latar belakang yang berbeda, baik dari segi umur, pendidikan, maupun pekerjaan. 4.1.2. Usia Responden Karakteristik responden menurut usia secara terperinci dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut :

Tabel 1

50

Karakteristik Responden Menurut Umur

Usia 20 29 Tahun 30 39 Tahun 40 49 Tahun 50 59 Tahun 60 Tahun Jumlah

Frekuensi (f) 7 12 7 3 5 34

Persen(%) 20,58 35,30 20,58 8,83 14,71 100

*Sumber Data ; Hasil Olahan SPSS Kuisioner, Mei 2012 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa komposisi yang mendominasi pada penelitian ini yaitu pada usia 30-39 tahun yaitu sebesar 35,30 %, selanjutnya responden pada usia 20-29 dan 40-49 tahun yaitu yang masing-masing sebesar 20,58 %, usia 50-59 tahun adalah responden yang jumlahnya paling sedikit yaitu 8.83 %, sedangkan pada usia 60 Tahun adalah responden yang kebanyakan diambil dari para pemangku adat di Kecamatan Kalumpang yaitu sebesar 14,71 %. Usia 30-39 merupakan frekuensi yang paling banyak, di lokasi penelitian, peneliti mendapatkan bahwa pada usia ini, keahlian, pengalaman serta pengetahuan masyarakat desa terbilang sudah tinggi, dan sesuai dengan metode pengambilan sampel Purposive Sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut-paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya serta dianggap mampu memberikan informasi dan data-data yang akurat. Sedangkan pada usia 20-29 tahun dalam hasil kuesioner dan observasi peneliti hanya diperkenankan membantu dalam menyediakan dan mencari

51

bahan materil yang digunakan sebagai bahan pembuatan infrastruktur publik dan pada usia 50-59 dan pada usia 60 merupakan masyarakat yang kebanyakan dari mereka adalah para pemangku adat serta para toko-toko masyarakat, mengingat dikecamatan Kalumpang masih banyak kegiatan atau aktivitas yang dipengaruhi oleh adat istiadat seperti halnya penyelesaian permasalahan keluarga, tindakan kriminal serta beberapah kegiatan yang melibatkan masyarakat banyak, pendapat serta arahan dari para pemangku adat/tokoh masyarakat masih sangat dibutuhkan. 4.1.3. Jenis Kelamin Tabel 2 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin No 1. 2. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Frekuensi (f ) 28 6 34 Persen(%) 82,4 17,6 100

*Sumber Data ; Kuisioner, November 2013 Berdasarkan komposisi responden pada jenis kelamin, responden pada lakilaki sebesar 82,6 % atau 28 orang, sedangkan pada perempuan sebesar 17,4 % atau 6 orang. Berdasarkan rasio diatas, jumlah responden laki-laki merupakan yang paling banyak, hal ini didasari karena responden laki-laki merupakan yang yang selalu bergelut dengan aktivitas keseharian dalam perencanaan. Dan pelaksanaan kegiatan dilapangan karena lebih banyak berhubungan dengan pekerjaan Fisik yang membutuhkan tenaga yang besar dan tentu saja beberapah keahlian yang hanya

52

dimiliki oleh para lelaki. Sedangkan perempuan merupakan pekerja pasif dirumah namun sesuai dengan prinsip dari pelaksanaan PNPM yaitu Kesetaraan dan keadilan gender. Dimana dalam masyarakat baik laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahapan program dan dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan, kesetaraan juga dalam pengertian kesejajaran kedudukan pada saat situasi konflik. Dalam pelaksanaan PNPM kesetaraan dan keadilan gender merupakan prioritas utama dalam setiap pelaksanaan kegiatan dimana dalam pencarian gagasan serta perencanaan kegiatannya saran serta ide/gagasan yang berasal dari perempuan dijadikan prioritas utama dalam setiap pelaksanaan kegiatan mengingat para perempuanlah dan ibu rumah tangga memegang peran penting dalam kehidupan sosial masyarakat, sehingga pada pelaksanaan kegiatanpun para perempuan juga ikut turun tangan membantu kegiatan dengan menyediakan keperluan logistic atau makanan bagi para Lelaki yang sedang bekerja. 4.1.4. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu hal yang utama dalam pencapaian hasil penelitian ini, tingkat pendidikan pada responden sangat berpengaruh pada kemampuan memberikan informasi terkait pelaksanaan kegiatan PNPM di Kecamatan Kalumpang ini, hal ini didasarkan pada asumsi bahwa pemerintah dan masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi akan dapat melihat serta memahami persoalan yang dibutuhkan dalam pembangunan di desanya. Tabel 3 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan

53

Tingkat Pendidikan SD/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat Tamat SLTA/Sederajat Tamat Diploma Tamat S1 Tamat Total

Frequesi (F) 6 5 15 2 6 34

Persen (%) 17.6 14.7 44.1 5.9 17.6 100.0

*Sumber Data ; Hasil Olahan November 2013 Pada tabel diatas 4.4 dapat dilihat adanya tingkat perbedaan responden. Dari seluruh responden tingkat pendidikan SLTA/sederajat mendominasi dengan 14 orang atau sebesar 44,1 %, SLTP/sederajat dengan 5 orang atau 14,7 %, Sarjana dengan 6 orang atau 17,6 %, SD dengan 6 orang atau 17,6 %. Dan diploma dengan 2 orang atau 5,9 %. Dari penjelasan diatas dapat dilihat tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Kalumpang masih tergolong baik, adapun responden tamatan SLTA, Diploma dan Sarjana yang paling banyak didominasi mereka yang bekerja sebagai PNS walaupun ada juga sebagian kecil dari mereka yang memilih untuk menjadi petani. Sedangkan tamatan SLTP dan SD adalah mereka yang kebanyakan bekerja sebagai petani dan berkebun, dalam penelitian ini, peneliti tidak mendapati responden yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Jadi bisa dikatakan tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Kalumpang masih tergolong baik. 4.1.5. Pekerjaan

54

Tabel 4 Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan Jenis Pekerjaan Petani Pedagang PNS Sopir/Tukang ojek Siswa/Mahasiswa Ibu Rumah Tangga Pensiunan PNS Lain-lain Total Frekuesi (F) 17 1 8 1 1 2 3 1 34 Percent (%) 50.0 2.9 23.5 2.9 2.9 5.9 8.8 2.9 100

Sumber Data ; Hasil Olahan Kuisioner, November 2013 Berdasarkan tabel 4.5, pekerjaan yang paling banyak yang dikerjakan oleh responden adalah pada bidang Pertanian dengan 17 orang atau 50 %, PNS/Honorer dengan 8 orang atau 23,5 %, Pensiunan PNS dengan 3 orang atau 8,8 %, Ibu Rumah Tangga dengan 5,9 %. dan Pedagang/Wiraswasta/Peg.Swasta,

Sopir/Tukang ojek, Mahasiswa, Pemuka agama dengan 1 orang atau 2,9 %. Sesuai dengan teknik penarikan sampel dalam penelitian ini yang dilakukan secara Purposive Sampling maka peneliti sengaja mempeta-petakan responden agar dapat menentukan jawaban yang bisa diharapkan dalam pengembangan

55

penelitian ini dengan harapan bahwa responden akan mampu memberikan informasi dan data-data yang akurat. 1. Perencanaan Kegiatan Pembangunan Sarana Prasarana Perencanaan kegiatan meliputi tahap persiapan dan sosialisasi awal, serta perencanaan di Desa, di Kecamatan, dan di Kabupaten. Tahap persiapan dan sosialisasi awal dimulai dari MAD Sosialisasi sampai dengan Pelatihan KPMD/K. Perencanaan kegiatan di Desa, dimulai dengan tahap penggalian gagasan sampai dengan Musdes Perencanaan atau dikenal dengan istilah Menggagas Masa Depan Desa (MMDD). Perencanaan kegiatan di Kecamatan dimulai dengan MAD prioritas usulan sampai dengan MAD penetapan usulan. adapun tahapan-tahapan

musyawarah dalam proses perencanaan kegiatan ini adalah sebagai beriku: a. Musyawarah Antar Desa (MAD) Sosialisasi MAD sosialisasi merupakan pertemuan antar desa untuk sosialisasi awal tentang tujuan, prinsip, kebijakan, prosedur maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan PNPM Mandiri Perdesaan seperti sosialisai cara pengambilan keputusan di tingkat desa atau antar desa, utamanya menyangkut pemilihan kegiatan, keputusan pendanaan, mekanisme penyaluran dana BLM dan dana pendukung lainnya cara pemetaan RTM dan kegunaannya, konsep BKAD, cara penanganan masalah,

pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi, SosialisaiTersosialisasikannya rencana pembentukan UPK dan Badan Pengawas UPK beserta tugas dan kewenangannya, serta pola penyampaian informasi, perencanaan partisipatif di desa dengan menggunakan pola MMDD sebagai panduan penyusunan RPJMDes, serta rencana program/proyek kabupaten atau pihak lain yang akan dilaksanakan di desa,

56

Agenda

dalam

MAD

Sosialisasipun

juga

menentukan

kesepakatan-

kesepakatan antar desa seperti Disepakatinya mekanisme musyawarah antar desa termasuk terpilihnya ketua rapat, pokok-pokok kesepakatan dalam penyelenggaraan musyawarah, dan penetapan anggota tim perumus. jadwal kegiatan musyawarah desa sosialisasi dari tiap desa dan rencana pelaksanaan musyawarah antar desa prioritas usulan, waktu penyusunan detail desain dan RAB usulan kegiatan, Didalam MAD Disampaikannya hasil evaluasi pelaksanaan PNPM PPK atau Mandiri Perdesaan yang telah berjalan sebelumnya terutama berkaitan dengan kegiatan pelestarian sarana prasarana yang telah dibangun, serta pengelolaan kegiatan perguliran b. Musyawarah Desa (Musdes) Sosialisasi Musdes sosialisasi merupakan pertemuan masyarakat desa sebagai ajang sosialisasi atau penyebarluasan informasi PNPM Mandiri Perdesaan di desa, seperti Tersosialisasinya informasi pokok PNPM Mandiri Perdesaan, keputusan yang dihasilkan dalam musyawarah antar desa sosialisasi, Adanya pernyataan

kesanggupan atau kesedian desa untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan PNPM Mandiri Perdesaan, konsep dan kebijakan, perencanaan kegiatan dengan pola Menggagas Masa Depan Desa (MMDD) sebagai dasar penyusunan RPJMDes, pola pemantauan, pemeriksaan, dan evaluasi, dipahaminya kebijakan tentang pemetaan RTM, pembentukan BKAD, penanganan masalah, pemantauan,

pemeriksaan dan evaluasi, pola penyampaian informasi, Dimana dalam musdes sosialisasi juga dilaksanakan proses pemilihan Pengurus TPK terdiri dari; Ketua, Sekretaris, dan Bendahara, ditetapkannya BPD

57

sebagai lembaga pengawas pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di desa, dibentuk tim pemantau dari unsur masyarakat untuk melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan, dan dipilih dan ditetapkannya KPMD atau kader desa dan kader teknik yang akan memfasilitasi masyarakat dalam menyelenggarakan proses PNPM Mandiri Perdesaan, c. Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa KPMD yang telah terpilih dalam musyawarah desa sosialisasi, akan memandu serangkaian tahapan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan yang diawali dengan proses penggalian gagasan di tingkat dusun dan kelompok masyarakat. Sebelum melakukan tugasnya, KPMD akan mendapat pelatihan. Agar KPMD dapat paham akan latar belakang, tujuan, prinsip, kebijakan dan tahapan atau mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan,pahami akan peran dan tugasnya, Bertambahnya keterampilan melakukan teknik teknik fasilitasi pertemuan masyarakat dalam tahapan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan, termasuk perencanaan secara partisipatif, Bertambahnya keterampilan memberikan pendampingan dan

pembimbingan kepada masyarakat agar mampu mengelola PNPM Mandiri Perdesaan secara mandiri, dan Bertambahnya kemampuan administrasi dan pelaporan yang diperlukan. d. Musyawarah Penggalian Gagasan Musyawarah kelompok/dusun penggalian gagasan adalan pertemuan sesuai kelompokkebutuhan

untuk

menemukan

gagasan-gagasan

masyarakat terutama RTM. Gagasan-gagasan yang disampaikan oleh masyarakat tidak sekedar gagasan kegiatan yang diajukan dalam rangka mendapatkan dana PNPM Mandiri Perdesaan, tetapi berupa gagasan-gagasan dalam kaitan langsung

58

penanggulangan kemiskinan. Musyawarah penggalian gagasan dilakukan dengan memanfaatkan pertemuan rutin kelompok yang sudah ada (formal maupun informal). Bahan yang diperlukan adalah peta sosial dusun, daftar rumah tangga miskin dan sangat miskin di dusun berikut kriterianya, serta lembar diagram Venn kelembagaan. e. Musyawarah Desa Khusus Perempuan (MKP) MKP dihadiri oleh kaum perempuan dan dilakukan dalam rangka membahas gagasan-gagasan dari kelompok-kelompok perempuan dan menetapkan usulan kegiatan yang merupakan kebutuhan desa. Usulan yang disampaikan perlu mempertimbangkan hasil penggalian gagasan yang telah dilakukan sebelumnya. Usulan hasil musyawarah tersebut selanjutnya dilaporkan ke musyawarah desa perencanaan untuk disahkan sebagai bagian dari usulan desa, dimana gagasan yang berasal dari MKP inilah yang menjadi prioritas usulan dalam Musdes Perencanaan nantinya. f. Musdes Perencanaan Musdes perencanaan merupakan pertemuan masyarakat di desa yang bertujuan untuk membahas seluruh gagasan kegiatan, hasil dari proses penggalian gagasan di kelompok-kelompok/dusun. Bahan-bahan yang harus disiapkan adalah peta desa hasil penggabungan semua peta dusun, rekap data RTM dusun, diagram Venn kelembagaan, rekap gagasan semua dusun, rekap masalah semua dusun, dan usulan kelompok perempuan. Hasil yang diharapkan dari Musdes Perencanaan adalah : Terumuskannya visi desa yang dibuat berdasarkan proses sebelumnya yang berasal dari penggalian gagasan dan MKP, Berdasarkan tabel penggalian gagasan, memiliki dan

59

menetapkan satu usulan kegiatan sarana prasarana dasar atau kegiatan peningkatan peningkatan kualitas hidup masyarakat (kesehatan usaha atau pendidikan) Terpilih dan dan

kapasitas

kelompok-kelompok

ekonomi

ditetapkannya Tim Penulis Usulan, Tim Pemelihara. Terpilihnya sekurang-kurangnya satu orang yang akan diusulkan menjadi calon pengurus UPK dan calon pengamat pada musyawarah antar desa prioritas usulan, Terpilihnya wakil-wakil desa yang akan hadir dalam musyawarah antar desa prioritas usulan. Adapun tanggapan responden mengenai rencana pelaksanaan

Pembangunan sarana prasarana dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 5 Rencana Pelaksanaan pembangunan sarana prasarana Responden Frekuinsi (F) Persen (%)

Sangat Baik Baik Kurang Baik Total

30 2 2 34

83,2 5,9 5,9 100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013 Berdasarkan Tabel 1.1 diatas dapat diketahui bahwa rencana pelaksanaan pembangunan sarana prasarana tangapan responden yang mengatakan sangat baik 30 atau (88,2%) atau responden yang mengatakan Baik 2 atau (5,9%) dan responden yang mengatakan kurang Baik 2 atau (5.9%) maka dapat disimpulkan bahwa pengalian gagasan dalam pembangunan sarana prasarana di desa Bone

60

Baru sudah sangat baik karena merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat, sehingga apa yang menjadi kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan. 2. Implementasi Program nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di desa Bone Baru A. Pelaksanaan Pembangunan sarana prasarana Sarana Prasarana yang dibangun adalah infastruktur publik yang dianggap sangat penting dan dibutuhkan oleh semua masyarakat yang ada di Desa Bone Baru, yaitu infrastruktur yang menjadi salah satu kebutuhan utama manusia adapun infrastruktur yang dibangun dalam pelaksaan pembangunan sarana prasaran adalah sebagai berikut: a. Pembangunan gedung PAUD Pembangunan sarana pendidikan untuk membantu masyarakat dalam menbantu kebutuhan masyarakat atas pentingnya pendidikan dini bagi anak-anak di desa setempat turut serta dalam mencerdaskan bangsa. b. Pembuatan Jalan Rabat Pembuatan sarana jalan merupakan salah kebutuhan masyaraka untuk kelancaran masyarakat. c. Pembangunan tanggul pantai Sangat membantu masyarakat dalam hal ini pemukiman masyarakat agar terlindung dari abrasi pantai. transportasi dalamrangka mendukung aktivitas ekonomi

61

d. Pembangunan tanggul aliran sungai sangat membantu masyarakat dalam ancaman banjir. Adapu hasil Pembangunan Sarana Prasarana dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 6 Hasil Pembangunan Sarana Prasarana Tahun Anggaran 2009 2010 2011 2013 2013 Anggaran 120.000.000; 150.000.000; Tidak Menerima Anggaran 100.000.000; 115.000.000;

No 1 2 3 4 5

Saran Prasaran Pembangunan Gedung PAUD Pembangunan Jalan Rabat _ Pembangunan Tanggul Sungai Pembangunan Tanggul pantai

Sumber data TPK Desa Bone Baru

Pelaksana Program nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di desa Bone Baru Pelaksanaan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan adanya pelaksana yang berkompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu program. Adapun. Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di desa Bone Baru telah menjadi tanggung jawab dan wewenang dari tim pengelola kegiata (TPK), yang bertugas mengelola dan melaksanakan kegiatan yang didanai oleh PNPM Mandiri Perdesaan secara terbuka dan melibatkan masyarakat, dalam hal :

62

pembuatan rencana kerja detail dan Rencana Penggunaan Dana (RPD) untuk memanfaatkan biaya pelaksanaan kegiatan.

penyiapan dokumen administrasi sesuai ketentuan pada buku PTO dan penjelasannya.

pembuatan rencana dan pelaksanaan proses pengadaan bahan dan alat, mengoordinasikan tenaga kerja, pembayaran insentif dan bahan sesuai ketentuan.

memastikan bahwa tenaga kerja berasal dari RTM diutamakan. pemeriksaan hasil kerja dan penerimaan bahan kemudian mengajukan sertifikasi untuk mendapat persetujuan dari Fasilitator Kecamatan,

pengawasan dan pengendalian kualitas pekerjaan, pembuatan laporan bulanan, menyelenggarakan musyawarah desa yang diperlukan termasuk musyawarah dalam rangka perubahan kegiatan jika terjadi perubahan pekerjaan,

menyelenggarakan dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban dana PNPM Mandiri Perdesaan dan kemajuan pelaksanaan kegiatan setiap tahap pencairan dana melalui pertemuan musyawarah desa dan menempelkan data di papan informasi,

menyelenggarakan dan melaporkan pertanggungjawaban seluruh penggunaan dana PNPM Mandiri Perdesaan dan hasil akhir pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan melalui pertemuan musyawarah desa,

membuat dan menandatangani Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K) bersama PJOK.

63

membuat rencana operasional dan pemeliharaan aset hasil kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. Adapun tim pengelola tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 7 Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Desa Bone Baru Posisi Ketua TPK Sekretaris TPK Bendahara TPK Sumber : TPK Desa Bone Baru Tanggapan responden mengenai pengelola Kegiatan (TPK) dapat diliha pada tabel berikut ini : Tabel 1.5 Tanggapan responden mengenai Pelaksana Pembangunan Sarana Prasarana Responden Frekuinsi (F) Persen (%) Pelaksana Hamir Aston A R Tulemo Rusnah Pendidikan SMA S1 SMA

Sangat Baik Baik Kurang Baik Total

30 2 2 34

88,2 5,9 5,9 100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013

64

Dari keterangan tabel dalam tabel di atas dapat diketahui responden yang mengatakan pelaksana pembangunan sarana prasarana Sagat Baik 30 atau (88,2%) dan yang mengatakan Baik 2 (5,9%) sementara yang mengatakan kurang baik 2 (5,9%) hal ini dapat disimpulkan bahwa pelaksana dalam pembanggunan sarana prasaran sudah sangat baik. Hal ini di perkuat dengan keterangan mengatakan bahwa : Para pelaksan pada PNPM yang ada di desa ini merupakan hasil seleksi dari masyarakat, melalui proses musyawarah minimal tamatan SMA atau sederajat, kemudian mengikuti pelatihan-pelatihan di kecamatan. (Hasil wawancara pada tanggal 5 November 2013) Dalam pelaksanaan yang benar kafabel sehingga apa yang menjadi tujuan rogram dapat terealisasi dengan baik. Manfaat dari Pelaksanaan Pembanguna Sarana Prasarana Pelaksanaan pembangunan Sarana Prasarana melalui Proram Bapak Buhari S Ngoning yang

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM) Mandiri di desa Bone Baru Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Kepulauan, mendapat respon yang baik dari kalangan masyarakat begitupun juga dengan aparat pemerintah setempat. Dari hasil wawancara dengan Bapak Buhari S Ngonong selaku Kepala Desa Setempat mengenai Pelaksanaan Pembanggunan Sarana Prasarana menyatakan bahwa : yang

65

Program

PNPM

Mandiri

ini

berbeda

dengan

program-program

pemerintah lainnya yang diberikan kepada masyarakat karena dirasakan kurang menyentuh bagi kalangan masyarakat itu sendiri. Kebanyakan dari program tersebut hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Bahkan terkesan masyarakat hanya tahu jadinya saja tanpa adanya bentuk partisipasi yang diberikan dalam kegiatan program tersebut. Namun melalui PNPM dalam hal ini pembangunan sarana prasarana, masyarakat merasa mendapat ruang untuk ikut serta menjadi pelaku dalam setiap kegiatannya mulai dari proses perencanaan ,pelaksanaan, pemeliharaan sampai pada proses pengendaliannya sehingga masyarakat merasa peduli dan memiliki terhadap setiap sarana prasarana yang telah dibangunnya. (Hasil Wawancara tanggal 11 November 2013) Adapun tanggapan responden tentang manfaat pelaksanaan Pembangunan Sarana dapat dilihat Pada tabel berikut ini : Tabel 8 Manfaat pelaksanaan pembangunan sarana prasarana Responden Frekuensi (F) Persen (%)

Sangat Baik Baik Kurang Baik Total

30 2 2 34

88,2 5,9 5,9 100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013

66

Berdasarkan Tabel 1.6 diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembangunan sarana prasarana tangapan responden yang mengatakan sangat baik 30 atau (88,2%) atau responden yang mengatakan Baik 2 atau (5,9%) dan responden yang mengatakan kurang Baik 2 atau (5.9%) maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembangunan sarana prasarana di desa Bone Baru sudah sangat baik. Artinya membantu masayarakat dalam kebutuha sarana prasaran

yang menjadi kebutuhan masyarakat. partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan Partisipasi masyarakat merupakan hal penting dalam pelaksanaan PNPMMandiri Perdesaan. Hasil yang nyata dari kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di lapangan (baik dalam bentuk pembangunan sarana/prasarana, kegiatan ekonomi dan lainnya), menjadi motivasi bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dalam PNPM Mandiri, mulai pada tahap perencanaan (Musyawarah Antar Desa Sosialisasi, Musyawarah Desa Sosialisasi, Penggalian Gagasan, Musyawarah Desa Khusus Perempuan, Musyawarah Desa Perencanaan, Musyawarah Antar Desa Prioritas Usulan, Musyawarah Desa Pendanaan dan Musyawarah Desa Informasi Hasil MAD), pelaksanaan (pelaksanaan kegiatan, Musyawarah Desa Pertanggungjawaban I & II dan Musyawarah Desa Serah Terima dan pelestarian. Adapun untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dapat dilihat dalam tabel tanggapan responden berikut ini :

67

Tabel 9 Partisipasi Masyarakat dalam proses pengambilan keputusan Responden Prekuinsi (F) Persen (%)

Baik Kurang Baik

3 31

8,8 91,2

Total

34

100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013 Berdasarkan pada tabel 1.6 diatas menunjukkan bahwa 3 (8,8%) dan 31 responden (91,2%) mengatakan kurang baik dalam hal partisipasi masyarakat,ini disebapkan masyarakat lebih cenderung sibuk dengan aktifitas sehari hari. Hal in di perkuat oleh keterangan bapak Bapak Hamir selaku ketua TPK yang menyatakan bahwa : yang menjadi kesulitan kami sebagai pelaksana salah satunya partisipasi aktif masyarakat yang sangat kurang yang masyarakat lebih cenderung sibuk dengan aktifitasnya sehari (hasil wawancara tanggal 5 November 2013) Melalui komunikasi berupa penyampaian informasi dengan baik dalam proses implementasi kebijakan dapat menyadarkan semua pihak yang terlibat agar mereka tahu apa yang menjadi tujuan dan sasaran program, sehingga tidak ada ketimpangan dalam pelaksanaannya. Begitupn dengan Pembangunan sarana Prasarana.

68

B. Perencanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) 2. Tahap perencanaan kegiatan simpan Pinjam perempuan Mekanisme tetap mengacu pada alur kegiatan program akan tetapi perlu memberikan beberapa penjelasan dalan tahapan sebagai berikut : a. MAD Sosialisasi Dalam MAD Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan Persyaratan untuk kegiatan SPP sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya kegiatan SPP dan dapat memanfaatkan. b. Musdes Sosialisasi Dalam Musdes Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan

Persyaratan untuk kegiatan SPP di tingkat desa sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya kegiatan SPP dan melakukan persiapan proses lanjutan. c. Musyawarah Dusun Proses identifikasi kelompok melalui musyawarah di dengan proses sebagai berikut : Identifikasi kelompok sesuai dengan ketentuan tersebut di atas termasuk kondisi anggota. Kader melakukan identifikasi perkembangan kelompok SPP dan melakukan kategorisasi kelompok yang terdiri dari: Kelompok Pemula, Kelompok Berkembang dan Kelompok Siap. Proses kategorisasi kelompok mengacu pada ketentuan kategori perkembangan kelompok. Menyiapkan daftar dusun/kampung

69

pemanfaat setiap kelompok beserta jumlah kebutuhan dan Daftar rumah tangga miskin yang akan menjadi pemanfaat. rumah tangga miskin yang belum menjadi anggota kelompok agar dilakukan tawaran dan fasilitasi untuk menjadi anggota kelompok sehingga dapat menjadi pemanfaat. Hasil musyawarah dusun dituangkan dalam berita acara dilampiri : 1) Daftar kelompok yang diidentifikasi, 2) Kelompok SPP dengan daftar pemanfaat yang diusulkan, 3) Peta sosial dan peta rumah tangga miskin, 4) Rekap kebutuhan pemanfaat. d. Musyawarah Desa dan MKP Musyawarah ini merupakan tahapan seleksi di tingkat desa adalah: Penentuan Usulan Desa untuk kegiatan SPP melalui keputusan Musyawarah Khusus perempuan (MKP). Hasil keputusan dalam MKP merupakan usulan desa untuk kegiatan SPP. Hasil keputusan diajukan berdasarkan seluruh kelompok yang diusulkan dalam paket usulan desa. Penulisan Usulan kelompok adalah tahapan yang menghasilkan proposal kelompok yang akan dikompetesikan di tingkat kecamatan. Dalam penulisan usulan SPP paling tidak harus memuat hal sebagai berikut : 1) Sekilas kondisi kelompok SPP 2) Gambaran Kegiatan dan Rencana yang menjelaskan kondisi anggota, kondisi Permodalan, kualitas pinjaman, kondisi operasional,

70

Rencana Usaha dalam satu tahun yang akan datang, Perhitungan Rencana Kebutuhan Dana, 3) Daftar calon pemanfaat untuk dana yang diusulkan dilengkapi dengan peta sosial dan peta rumah tangga miskin. e. Verifikasi Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses verifikasi kegiatan SPP adalah: Penetapan Formulir Verifikasi. Penetapan formulir verifikasi merupakan proses penyesuaian dengan contoh format formulir yang telah tersedia. Contoh format formulir masih harus disesuaikan dengan kondisi lokal namun tidak mengurangi prinsip dasar penilaian dengan model CAMEL (Capital, Assets , Management, Earning dan Liquidity) yaitu : penilaian tentang permodalan, kualitas pinjaman, manajemen, pendapatan dan likuiditas. Proses Pelaksanaan Verifikasi Verifikasi kelompok SPP mencakup beberapa hal sebagai berikut : 1) Pengalaman Kegiatan Simpan Pinjam 2) Persyaratan Kelompok 3) Kondisi Kegiatan Simpan Pinjam, dengan penilaian : Permodalan Kualitas Pinjaman Administrasi dan Pengelolaan Pendapatan

71

Likuiditas (pendanaan jangka pendek)

4) Penilaian khusus rencana kegiatan. 5) Jumlah rumah tangga miskin sebagai calon pemanfaat diverifikasi dengan daftar rumah tangga miskin. 6) Penilaian Kategorisasi Kelompok. Adapun tanggapan responden mengenai rencana pelaksanaan SPP dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 10 Tangapan Responden terhadap gagasan Pelaksanaan kegiatan SPP Responden Frekuensi (F) Persen (%)

Sangat Baik Baik

26 7

78,8 20,6

Total

34

100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013 Dari tabel keterangan tabel diatas yang menyatakan sangat baik 26 (78,8%) dan yang mengatakan baik 7 atau (20,6%) oleh krena itu dapat disimpulkan tanggapan responden mengenai gagasan sudah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat. B. Pelaksanaan Simpan Pinjam perempuan

Pelaksanaan kegiatan adalah pelaksanaan seluruh rencana yang telah disepakati dalam pertemuan musyawarah antar desa penetapan usulan dan

72

musyawarah desa informasi hasil MAD serta rapat-rapat persiapan pelaksanaan. indikatornya yaitu pembentukan kelompok dan penyaluran dana SPP.

Tabel 11 Kelompok Simpan Pinjam Perempun di Desa Bone Baru


No 1 2 3 4 5 6 Nama Kelompok Mawar Anggre Melati Kemboja Cempaka Teratai Jumlah Anggota 6 Orang 7 Orang 6 Orang 8 Orang 6 Orang 7 Orang

Sumber TPK Desa Bone Baru Adapun dana yang disalurkan dalam pelaksanaan SPP dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 12 Anggaran Pelaksanaan Kegiatan SPP NO 1 2 3 4 Tahu Anggaran 2009 2010 2011 2012 Total Anggaran 35.000.000; 40.000.000; 28.000.000 45.000.000

73

2013

25.000.000

Sumber TPK Desa Bone Baru

Berdasarkan data dari tabel diatas serta pemaparan oleh Bendahara TPK kepada peneliti, dapat diketahui bahwa pemberian dana kepada masing-masing desa disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan pengajuan pinjaman per kelompok. Adapun pengajuan pinjaman tidak boleh melebihi batas maksimum dari jumlah pinjaman yang dialokasikan serta disesuaikan dengan lamanya kelompok dibentuk. Hal ini dapat dipaparkan pada tabel di bawah ini, berdasarkan kategori kelompok dan usaha yang digelutinya : Tabel 12 Jumlah Pinjaman berdasarkan Kategori Kelompok Penerima SPP Alokasi Jenis Kelompok Lamanya Terbentuk Pinjaman/Anggota Kelompok Baru Kelompok Lama Sumber : TPK Desa Bone Baru Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pengajuan pinjaman telah diatur berdasarkan kategor kelompok penerima SPP, Kelompok baru, yaitu kelompok yang baru terbentuk kurang lebih 2 tahun, pinjaman yang diajukan tidak boleh lebih dari lima juta rupiah sedangkan kelompok lama yaitu kelompok yang sudah terbentuk lebih dari 2 tahun, pengajuan pinjamannya boleh di atas lima juta. 3. Tujuan Pelaksanaan Kegiatan SPP a. Mempercepat proses pemenuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar 2 Tahun 2 Tahun 5 Juta 5 Juta

74

SPP ini merupakan kegiatan pemberian dana bergulir kepada kelompok perempuan dalam mengembangkan usaha mikro yaitu dengan memberikan akses permodalan yang dibutuhkan oleh pengusaha mikro dan golongan ekonomi lemah secara luas, mudah dan murah. Dengan adanya program SPP ini dapat membantu masyarakat khusnya Rumah Tangga Miskin dalam memperoleh pinjaman modal usaha dengan lebih mudah dan dengan bunga yang lebih rendah. (Hasil wawancara pada tanggal 5 November 2013) Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian dana SPP ini memberikan manfaat besar bagi penerima yang ada di Desa Bone Baru. Ini dikarenakan syarat yang perlu dipenuhi tidak serumit yang diajukan oleh pihak bank, dan bunga atas pinjaman dana SPP lebih rendah dibandingkan bunga kredit pada bank. Hal ini di kemukakan oleh Ibu Rusnah selaku bendahara pada TPK bahwa: Bunga yang di kenakan pada pinjaman SPP adalah sebesar 1,5 % menurun, dan bunga tersebut lebih rendah dibandingkan bunga dari bank. (Hasil wawancara pada tanggal 6 November 2013) Beliau juga menambahkan bahwa: Dalam SPP tidak memberikan jaminan kepada TPK seperti pada bank, tetapi dengan memberikan jaminan kepada kelompok, yang dipegang oleh ketua kelompok, yang disebut sebagai tanggung renteng.

75

b. Pemberian kesempatan kaum perempuan dalam peningkatan ekonom rumah tangga SPP dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan melalui pemberian dana bergulir yang melibatkan masyarakat yaitu dari kaum perempuan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantau dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partispatif, kesadaran kritis dan kemandirian kaum perempuan, terutama Rumah Tangga Miskin (RTM) produktif dapat ditumbuh kembangkan sehingga mereka bukan sebagai objek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan. Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai. Pada point ini, ingin dijelaskan seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan, dimana target tersebut harus mempunyai skala yang jelas. Oleh sebab itu, setiap program yang dilaksanakan tentu saja bertujuan untuk memperbaiki atau mengubah kondisi yang ada menjadi kondisi yang lebih baik dan dapat menguntungkan semua pihak, yaitu pemerintah sebagai implementor dan juga masyarakat sebagai kelompok sasaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Rusnah yang mengutarakan bahwa: Semenjak program SPP ini ada, kondisi kehidupan warga lebih membaik dari sebelumnya. Dulunya mereka hanya mengandalkan Raskin dan dana sosial, tetapi sekarang mereka lebih mandiri. (Hasil wawancara pada tanggal 11 November 2012) c. Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan

76

Pengembangan kelembagaan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan lembaga terutama lembaga lokal dalam melaksanakan pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga tahap evalusi. Melalui program SPP ini diharapkan dapat mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam bagi kaum perempuan, sehingga partispasi perempuan dalam pembangunan dapat lebih dimaksimalkan. Berdasarkan buku Petunjuk Teknis Operasional (PTO) yang menyatakan bahwa salah satu prinsip dasar dari implementasi Program PNPM MP adalah Kesetaraan dan keadilan gender, dimana masyarakat baik laki-laki maupun perempuan mempunyai keseteraan dalam perannya di setiap tahapan program dan dalam menikmai manfaat manfaat kegiatan pembangunan. Untuk menncapai kesetaraan dan keadilan gender, maka salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan pemihakan kepada kaum perempuan. Sebagai salah satu wujud kepemihakan kepada perempuan, PNPM Mandiri Perdesaan mengharuskan adanya keterlibatan perempuan sebagai pengambil keputusan dan pelaku pada semua tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian. Kepentingan perempuan harus terwakili secara memadai. Pemihakan memberi makna berupa upaya pemberian kesempatan bagi perempuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, ekonomi dan politik serta mengakses asset produktif. Usaha mendorong perempuan dalam penguatan kelembagaan, salah satu diantaranya dengan diadakannya Musyawarah Khusus Perempuan (MKP), yang dihadiri oleh kaum perempuan, yang bertujuan untuk mengajak kaum perempuan dalam menangani permasalahan penyebab kemiskinan. Pada MKP inilah diadakan pertemuan-pertemuan khusus perempuan untuk menggali gagasan dan menumbuhkembangkan apresiasi masyarakat terhadap pembangunan. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa partisipasi masyarakat sangat memiliki peranan yang tidak kalah penting terhadap 77

pembangunan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Bone Baru, Bapak Buhari S. Ngoning, yang mengemukakan bahwa: Dengan adanya kegiatan ini perempuan punya peranan untuk meningkatkan perekonomian serta memiliki peranan dalam proses perencanaan kegiatan serta pengambilan keputusan-keputusan tertent dalam kegiatan(Hasil wawancara tanggal 11 November) Hal ini di perkuat dengan tangapan responden pada tabel berikut ini : Tabel 13 Tangapan Responden tentang tujuan kegiatan SPP Responden Frekuensi (F) Persen (%)

Sangat Baik Baik

28 6

82,4 17,6

Total

34

100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013 Dari keterangan tabel di atas responden yang mengatakan Sangat Baik 28 (82,4) dan yang mengatakan baik 6 atau (17%) dapat disimpulkan bahwa tujuan dari SPP sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam hal ini membantu perekonomian masyarakat khususnya Rumah Tangga Miskin (RTM) 4. Pelaksana kegiatan Simpan Pinjam Perempuan

78

Dalam hal ini yaitu dari aspek kuantitas dan kualitas pelaksana. Dalam implementasi suatu program tentu saja diperlukan pelaksana guna mendukung terlaksananya program dengan baik. Tanpa adanya personil untuk melaksanakan suatu program, maka kebijakan apapun tidak dapat berjalan dan hanya akan tinggal dokumen tanpa adanya realisasinya. Oleh karena itu ketersediaan pelaksana yang cukup serta berkompetensi dalam mendorong keberhasilan kebijakan sangat diperlukan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Buhari S Ngoning, yang mengemukakan bahwa: Para pelaksan pada PNPM yang ada di desa Bone Baru merupakan hasil seleksi dari masyarakat, melalui proses musyawarah minimal tamatan SMA atau sederajat, kemudian mengikuti pelatihan-pelatihan dikecamatan. (Hasil wawancara pada tanggal 5 November 2013) Maka dapat diketahui bahwa dalam menduduki posisi pelaksana program PNPM SPP telah memiliki persyaratan dan seleksi khusus. Selain itu untuk peningkatan kemampuan pelaksana maka diberikan pelatihan pratugas dan pelatihan penyegaran guna meningkatkan pengetahuan mengenai program tersebut. Hal ini dapat di buktikan dalam tabel tanggapan responden mengenai pelaksan SPP berikut ini : Tabel 14 Tangapan Responden Pelaksana kegiatan SPP Responden Frekuensi (F) Persen (%)

79

Sangat Baik Baik Kurang Baik

4 22 8

11.8 64,7 23,5

Total

34

100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013 Dari ketrerangan tabel diatas dapat disimpulkan pelaksana kegiatan SPP baik dilihat dari responden yang mengatakan Sangat Baik 4 atau (11,8%) dan yang mengatak baik 22 (64,7%) sedangkan yang mengatkan Kurang Baik 8 (23,5%)

5. Manfaat dari pelaksanaan kegiatan SPP Manfaat dari kegiatan SPP mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam pedesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan serta mendorong pengurangan rumah tangga miskin dan penciptaan lapangan kerja untuk kesejahteraan Rumah Tangga Miskin (RTM). Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Bone Baru, Bapak Buhari S. Ngoning, yang mengemukakan bahwa: Begitu banyak manfaat yang diperoleh dengan adanya program SPP sangat membantu perekonomian masyarakat, khususnya dalam peningkatan kesejahteraan keluarga. Beliau juga menambahkan bahwa:

80

Para istri tidak lagi hanya tinggal diam di rumah untuk menunggu hasil keringat dari suaminya, melainkan bisa lebih produktif dan merasakan hasil usahanya sendiri. (Hasil wawancara 11 November 2013) Hal ini diperkuat dengan tanggapan responden berikut ini : Tabel 15 Tangapan Tujuan Pelaksana kegiatan SPP Responden Frekuensi (F) Persen (%)

Sangat Baik

28

82,.4

Baik

17,6

Total

34

100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013 Dari keterangan tabel diatas responden yang mengatakan Sangat Baik 28 atau (82,4 %) yang mengatkan Baik 6 (17,6%) dapat disimpulkan tujuan pelaksanaan kegiatan SPP Sangat baik, memiliki manfaat dalam meningkatkan ekonomi masyarkat miskin. 6. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan SPP Dalam pelaksanaan SPP ini, perlu adanya penyampaian informasi yang baik kepada seluruh target groups, sehingga mereka tahu mengenai keberadaan serta
tujuan program SPP tersebut terkait dengan hal tersebut partisipasi masyarakat dalam

81

proses perencanaan kegiatan SPP dapat di nilai dari kehadiran masyarakat dalam setiap proses musyawara yang dilakukan, berdasrkan hasil wawancara dengan Ibu Rusnah selaku Bendahara TPK yang mengatakan bahwa:

Partisipasi

perempuan

dalam

proses-proses

penyampaian

informasi

mengenai SPP masih sangat kurang sehingga masyarakat masih ada tidak paham dengan apa yang menjadi tujuan SPP (Hasil Wawancara Tanggal 5 November 2013) Hal ini dapat di buktikan melalui tanggapan responden pada tabel berikut ini : Tabel 16 Tangapan responde mengenai partisipasi dalam pelaksanaan Pelaksana kegiatan SPP Responden Frekuensi (F) Persen (%)

Sangat Baik

8.8

Kurang Baik

31

91,2

Total

34

100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013 Berdasrkan tanggapan Responden dalam tabel berikut ini responden yang mengatakan sangat Baik 3 atau (8,8%) yang mengatakan Kurang Baik 31 atau (91,2) dari keterangan responden diatas dapat di simpulkan bahwa partisipasi

82

kelompok perempuan dalam pelaksanaan SPP masih kurang sehingga masih banyak masayarak yang tidak pahan dengan tujaun pelaksanaa kegiatan SPP.

83

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka penulis dapat memberikan kesimpulan yaitu: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM) di Desa Bone Baru telah berjalan selama 5 Tahun yakni Tahun anggaran 2009 s/d Tahun anggaran 2013 dibidang pembangunan gedung sarana PAUD, prasarana Pembuatan menghasilkan Jalan Rabat

pembangunan

Pembangunan

Pembangunan tanggul pantai Pembangunan tanggul aliran sungai. Berjalan dengan baik sesuai apa yang telah direncanakan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat hal dapat terlaksana dengan baik dikarenakan dukun oleh pelaksana yang benarbenar kafabel, Adapun masalah yang ada didalam pelaksanaan Pembangunan sarana prasarana yaitu kurangnya partisipasi masayarakat dalam proses

pengambilan keputusan. Adapun pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan di Desa Bone Baru terlaksana dengan baik dilahat dari indikatornya yaitu dengan terbentuknya kelompok yang terbentuk sebagai pemanfaat SPP ini, Serta manfaat daripada kegitan ini yang dapat memberdayakan serta membatu meningkatkan perekonomian masayarakat miskin. Namun masalah yang terjadi dalam pelaksanaan kegitan SPP ini yaitu Kurangnya Partisipasi Perempuan dalam pemberian informasi sehingga masih banyak yang tidak paham dengan apa yang menjadi tujuan SPP.

84

5.2. Saran PNPM MP dalam Implementasinya tentunya banyak menghadapi tantangan dan hambatan yang perlu dibenahi untuk pelaksanaan selanjutnya. untuk itu penulis memberikan beberapa saran yaitu sebagai berikutnya: 1. Dalam pelaksanaan PNPM MP Masyarakat menjadi sasaran utama program, maka dari itu tingkat sosialisasi kepada masyarakat perlu lebih ditingkatkan lagi agar masyarakat lebih paham dan mengerti tentang konsep PNPM MP baik dari pengertian, visi/misi program, sasaran, tahapan, manfaat yang dapat diambil oleh masyarakat serta peran masyarakat dalam kegiatan ini. 2. Unit Pengelola Kegiatan (UPK), Tim Pengelola Kegiatan (TPK), dan para kaderkader desa yang direkrut agar lebih ditingkatkan kemampuannya melalui pendidikan dan pelatihan-pelatihan. mengingat para pelaku PNPM MP ini secara langsung menjadi ujung tombak program yang berhadapan langsung dengan masyarakat dalam membina, mendampingi, serta mengarahkan masyarakat dalam menjalankan kegiatan. 3. Diharapkan dalam setiap pelaksanaan kegiatannya terdapat control atau pengawasan yang lebih ketat baik oleh masyarakat, badan pengawas kegiatan yang telah dibentuk maupun oleh pemerintah daerah, oleh karena itu diharapkan ada penelitian yang membahas tentang proses pengawasan terhadap program PNPM Mandiri ini, sebab setiap kegiatannya rentan akan tindakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa: 1. Implementasi PNPM dalam hal ini kegiatan SPP yang dilaksanaan di Desa Bone Baru Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Kepulauan bisa diakui masyarakat sangat antusias untuk ikut serta menjadi anggota pemanfaat SPP. Meski demikian, ini masih belum bisa dikatakan behasil sesuai apa yang menjadi tujuan Program. Hal ini terlihat dari adaya pemanfaat SPP yang belum sesuai denga apa yang menjadi tujuan program, disisi lain kurangnya partisipasi aktif, baik dalam musyawarah maupun

pelatihan, diakibatkan karena kesibukan sehari-hari mereka; kelompok sasaran yang belum sepenuhnya tepat; sehingga menyebabkan pencapaian tujuan program masih terkendala. 2. Terdapat pengaruh faktor komunikasi yang masih belum berjalan dengan baik secara dua arah; disposisi dalam hal ini masih kurang dalam aspek insentif; dan struktur birokrasi yaitu dimana masih terkendala pada aspek fragmentasi serta tidak tegasnya aturan-aturan yang diberlakukan yang menyebabkan masyarakat tidak terlalu mengindahkan. 2. Saran

86

Dalam Pelaksanaan kegitan SPP dan Pelaksanaan Pembangunan Sarana Prasrana, masih ditemui beberapa hambatan dalam pelaksanaanya. Untuk itu, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Karena yang menjadi permasalahan dalam kegiatan ini adalah partisipasi maka partisipasi aktif dari masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan program. Oleh karena itu perlu ditingkatkan upaya pendekatan kepada masyarakat untuk menumbuhkan kesadarannya agar mereka mau berpartisipasi aktif dalam semua tahap Pelaksanaan sehingga pelaksanaan kedua kegitan ini lebih maksimal. 2. Peran pemerintah Desa, Masayarakat yang telah mengikuti kegiatan ini, serta pelaksana kegiatan sangat dibutuhkan dalam proses membangun kesadaran masayarakat agar partisipasi masyarakat lebih meningkat.

87

DAFTAR PUSTAKA

Sumber BUKU : Riant, Nugroho D. (2004). Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta:PT. Elex Media Komputindo.Agustino, Leo, Dasar-Dasar Kebijakan Publik Bandung : CV Alfabeta Agustino Leo, Politik dan Kebijakan Publik. Bandung : CV Alfabeta Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaa : Bumi Aksara 2005 Suharto Edi, Analisis kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta Sahdan, Grogerius, 2005. Ekonomi Rakyat dan Kemiskinan Suharto, edi, 2004. Pendekatan Pekerjaan Sosial Dalam Pemberdayaan masarakat miskin : Konsep, Indikator, dan Strategi. Chamsyah, Bahtiar, 2006, Reinventing Departemen sosial Dalam Konteks pembagunan Sosial. Jakarta : Rakyat Merdeka Books Soekanto Soejono 2008. Sosiologi Suatu Pengantar : 385 Sumber lain : Keputusan Menteri Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakya Selaku Ketua Tim Kordinasi Penanggulangan Kemiskinan. (No:25/kep/menko/kesra/vii/2007) Tentang PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPM MANDIRI) Bahan bacaan Fasilitator Akses BLM-Tahun 2008 INTERNET :

88

http://www.smeru.or.id/report/pnpmrural/pnpmrural ind.pdf
http://www.pnpmmandiri.org/index.php?option=comconten&view=article&id=192&itemid= 81&lang=in

89

Anda mungkin juga menyukai