Anda di halaman 1dari 15

PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH

(THE PROBLEM SOLVING APPROACH)

KELOMPOK 2

DINA ANGGRAINI (0801183503)


Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak
dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari
upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan
masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut:

Pertama, upaya itu harus terarah (targetted). Ini yang secara populer disebut
pemihakan. Ia ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang
dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya.

Kedua, program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh
masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu
mempunyai beberapa tujuan, yakni supaya bantuan tersebut efektif karena sesuai
dengan kehendak dan kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu sekaligus
meningkatkan keberdayaan (empowering) masyarakat dengan pengalaman dalam
merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya
peningkatan diri dan ekonominya.
Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin
sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi
terlalu luas kalau penanganannya dilakukan secara individu. Karena itu seperti telah disinggung
di muka, pendekatan kelompok adalah yang paling efektif, dan dilihat dari penggunaan sumber
daya juga lebih efisien. Di samping itu kemitraan usaha antara kelompok tersebut dengan
kelompok yang lebih maju harus terus-menerus di bina dan dipelihara secara sating
menguntungkan dan memajukan.

Di aras masyarakat akar rumput (masyarakat miskin) pendekatan masyarakat dapat dirangkum
menjadi tiga daur hidup, yang disebut Tridaya, yaitu:
• Daur hidup pengembangan sumber daya manusia dalam kelembagaan kelompok orang miskin
meliputi: proses penyadaran kritis dan pengembangan kepemimpinan bersama atau kolektif,
dilanjutkan dengan mengembangkan perilaku wira usaha sosial agar mampu mengelola usaha
bersama atau mikro.
• Daur hidup pengembangan usaha produktif dalam kelembagaan kelompok orang miskin
meliputi: pengaturan ekonomi rumah tangga (ERT) agar mampu menabung bersama dalam
kelompok yang akan digunakan untuk modal usaha mersama dalam kegiatan usaha produktif.
• Daur hidup kelembagaan kelompok orang miskin meliputi: pengelolaan organisasi yang
akuntabilitas, kepemimpinan yang partisipatif, pengelolaan keuangan yang transparan, dan
pengembangan jejaring yang luas.

Strategi Dalam pemberdayaan Masyarakat


• Mudah diterima dan digunakan oleh masyarakat sebagai pelaksana dan pengelola
(acceptable); Dapat dikelola oleh masyarakat secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan (accountable);
• Memberikan pendapatan yang memadai dan mendidik masyarakat untuk mengelola kegiatan
secara ekonomis (profitable); Hasilnya dapat dilestarikan oleh masyarakat sendiri sehingga
menciptakan pemupukan modal dalam wadah lembaga sosial ekonomi setempat (sustainable);
• Pengelolaan dana dan pelestarian hasil dapat dengan mudah digulirkan dan dikembangkan
oleh masyarakat dalam lingkup yang lebih luas (replicable)

Pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Pemecahan Masalah (The Problem


Solving Approach)
Masalah Yang Terjadi
Kemiskinan merupakan fenomena yang terjadi hampir di seluruh negara sedang berkembang.
Kemiskinan muncul karena ketidakmampuan sebagian masyarakat untuk menyelenggarakan
hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. Kondisi ini menyebabkan menurunnya
kualitas sumber daya manusia sehingga produktivitas dan pendapatan yang diperolehnya rendah.
Lingkaran kemiskinan terus terjadi, karena dengan penghasilan yang rendah tidak mampu
mengakses darana pendidikan, kesehatan, dan nutrisi secara baik sehingga menyebabkan kualitas
sumberdaya manusia dari aspek intelektual dan fisik rendah, berakibat produktivitas juga rendah.
Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan sejak kemerdekaan secara signifikan telah berhasil
mengurangi jumlah dan proporsi penduduk miskin di Indonesia. Namun terpaan krisis moneter
yang berlanjut menjadi krisis ekonomi menyebabkan keterpurukan ekonomi yang kembali
mencuatkan jumlah dan proporsi penduduk miskin hampir setengah dari penduduk Indonesia.
Apapun penyebabnya persoalan kemiskinan tetap menjadi masalah besar yang perlu mendapat
perhatian dan tindakan konkrit melalui pelaksanaan program-program baik yang bersifat
penyelamatan, pemberdayaan maupun fasilitatif
Salah satu pengembangan potensi manusia dapat diwujudkanmelalui
kegiatan pendidikan berbasis kemasyarakatan. Kegiatan ini menekankan
pentingnya memahami kebutuhan masyarakat dan cara pemecahan
permasalahan oleh masyarakat dengan memperhatikan potensi yang ada
di lingkungannya. Pendidikan yang bertumpu pada masyarakat adalah
pendidikan yang diselenggarakan masyarakat, berada di tengah
masyarakat, mengandalkan kekuatan masyarakat, menjawab kebutuhan
masyarakat, dan pengelolaan pendidikan ada ditangan masyarakat.
Pendidikan yang bertumpu pada masyarakat mengarah pada
pemandirian masyarakat dalam mengelola pendidikannya. Semua
badan, instansi atau organisasi dapat mengambil bagian didalam
pendidikan yang bertumpu pada masyarakat karena tujuannya adalah
untuk memberdayakan masyarakat secara keseluruhan, tidak
mengadakan pembedaan, serta mereka juga tidak mengendalikan
jalannya pendidikan karena pendidikan ini adalah milik masyarakat.
Dengan demikian, orientasinya adalah kebutuhan sekarang.
Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Jamasy (2004) menge-mukakan bahwa konsekuensi dan tang-
gungjawab utama dalam program pembangunan melalui pendekatan
pember-dayaan adalah masyarakat berdaya atau memiliki daya, kekuatan
atau kemampuan.Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik
dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual
dan komitmen bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip
pemberdayaan. Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani (2004)
menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan
masyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi
mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak
dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.
Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang
ditandai dengan kemampuan memikir-kan, memutuskan sertamelakukan sesuatu yang
dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan
mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki. Daya kemampuan yang dimaksud
adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif serta sumber daya
lainnya yang bersifat fisik/material. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan
kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seseorang dalam
rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi kognitif merupakan
suatu sikap perilaku masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang
sensitif terhadap nilai-nilai pember-dayaan masyarakat. Kondisi afektif adalah
merupakan perasaan yang dimiliki oleh yang diharapkan dapat diintervensi untuk
mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik
merupakan kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya
mendukung masyarakat dalam rangka melakukan aktivitas pembangunan.
Modul Pemberdayaan Masyarakat
EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN BERBASIS
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus Pada Program Gerdu-Taskin
di Kabupaten Malang)
Salah satu indikator utama keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat
dilihat dari angka kemiskinannya. Dengan demikian, kemiskinan menjadi salah satu
tema utama dalam pembangunan. Keberhasilan dan kegagalan pembangunan acapkali
diukur berdasarkan perubahan pada tingkat kemiskinan. Karena kemiskinan merupakan
masalah pembangunan yang ditandai dengan pengangguran, keterbelakangan, dan
keterpurukan. Masyarakat miskin sangat lemah dalam kemampuan berusaha dan
mempunyai akses yang terbatas kepada kegiatan sosial ekonomi. Dalam konteks
demikian, kemiskinan dengan demikian erat kaitannya dengan kapasitas dan jumlah
penduduk dalam suatu daerah itu sendiri.
Bila ditinjau, meskipun berbagai program pengentasan
kemiskinan khususnya program Gerdu-Taskin yang telah
digulirkan berjalan, namun ancaman meningkatnya wabah
kemiskinan masih tetap harus diwaspadai. Ketimpangan
kejahteraan dan keberdayaan masyarakat di seluruh wilayah yang
terjadi selama ini mengakibatkan terjadinya kesenjangan dalam
berbagai aspek kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat,
termasuk peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah
juga menjadi sangat rentan. Akibatnya, dampak masalah
ketimpangan kesejahteraan dan keberdayaan masyarakat tersebut
menimbulkan problem kemiskinan yang berkepanjangan
Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mengetahui sejauh mana
suatu program pengentasan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat yang telah dilakukan, maka seyogyanya pemerintah
mengevaluasi model-model program pengentasan kemiskinan
berbasis pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan penguatan
kelembagaan.
Mengevaluasi program pengentasan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat setidaknya diarahkan sebagai berikut :
• Menyusun pola penguatan kelembagaan dan manajemen usaha
ekonomi masyarakat yang efektif melalui pendekatan kelompok
usaha
• Menyusun rekomendasi bagi pelaksanaan program pengentasan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat yang efektif di
Jawa Timur.
• Menyusun training design bagi tokoh-tokoh riil dalam masyarakat.

Rekomendasi yang diharapkan dari evaluasi ini adalah rancangan


program pengentasan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat
yang efektif dan efisien serta langkah-langkah strategis
implementasinya di untuk masa mendatang. Bagi Badan
Pemberdayaan Masyarakat (BAPERMAS), hasil evaluasi ini
diharapkan dapat digunakan untuk menyusun program-program
pengentasan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat secara
lebih tepat, efektif, dan efisien.
Evaluasi Program Pengentasan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
Masalah kemiskinan menyangkut dengan kesejahteraan sosial. Maka, berdasarkan analisis dan
kajian kesejahteraan sosial, perlu adanya usaha-usaha kesejahteraan sosial dalam mengentaskan
kemiskinan tersebut. Namun dalam ranah bahasan ini, kebijakan pengentasan kemiskinan selama
ini masih didesain dengan corak sentralistis oleh pemerintah pusat, khususnya yang diwakili oleh
Bappenas. Mekanismenya, Bappenas merancang program penanggulangan kemiskinan dengan
menggunakan dukungan alokasi dan distribusi anggaran APBN. Pada masa otonomi sekarang,
pemerintah daerah mengalami disfungsi dalam penyusunan program penanggulangan
kemiskinan. Program yang dikenal oleh daerah hampir semuanya dari pusat dan disertai dengan
kriteria dari pusat.
Maka, sebenarnya keberhasilan program pengentasan kemiskinan adalah terletak pada
pengidentifikasian secara akurat terhadap kelompok dan wilayah yang ditargetkan (Remi dan
Tjiptoherijanto, 2002). Sedangkan kritik yang dilontarkan terhadap program pengentasan
kemiskinan antara lain mengenai penetapan sasaran, yakni dalam penentuan penduduk yang
benar-benar miskin dan membutuhkan bantuan. Dan pendekatan yang hendak dilakukan adalah
hendaknya berdasarkan profil kemiskinan dan people driven. Makna dari pernyataan ini bahwa
rakyat adalah aktor utama dalam setiap formulasi kebijakan dan pengambilan keputusan politis
(bottom up)
indikator yang menunjukkan keberhasilan program
Gerdu Taskin ini dalam meningkatkan kemandirian
masyarakat sekitar, antara lain: tingginya tingkat
partisipasi minat penduduk dalam meminjam dana modal
kepada UPK dan semakin meningkatnya jumlah usaha
industri kecil dan tingkat kesejahteraan kemakmuran
penduduk desa. Diharapkan dengan semakin
meningkatnya jumlah usaha industri kecil di desa akan
menumbuhkan spirit jiwa kewirausahaan penduduk demi TOLAK UKUR
terciptanya kemandirian dan ketahanan ekonomi KEBERHASILAN
perdesaan.Dari realita yang ada di perdesaan terlihat PROGRAM
bahwa masalah kelangkaan modal (lack of capital) masih
menjadi penghambat utama pembangunan kawasan
perdesaan, utamanya masyarakat desa sendiri dalam
memajukan desanya melalui pengembangan
kewirausahaan demi terciptanya kemandirian usaha di
daerahnya masing-masing.
Hal ini sesuai dengan teori kepribadian yang mengarah
kepada prestasi yang dikembangkan oleh David Mc Clelland,
yang mengatakan bahwa pendorong perkembangan ekonomi
adalah semangat kewiraswastaan dari masyarakat. Semangat
ini lebih didorong oleh hasrat yang kuat untuk berprestasi.
Masyarakat yang tinggi tingkat kebutuhan berprestasinya,
pada umumnya akan menghasilkan perkembangan ekonomi
yang lebih cepat. Gerdu Taskin ini, antara lain:
• Menyerap banyak tenaga kerja. Umumnya industri lokal di
daerah menggunakan tenaga kerja yang ada di daerah
sekitarnya. Hal ini berpotensi mengurangi angka
pengangguran di daerah
• Menopang ekonomi nasional dalam menghadapi krisis
global
• Mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah
• Mempercepat Pemerataan Pembangunan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai