Anda di halaman 1dari 7

Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas

1. Pengertian

Perencanaan Program Pemberdayaan


Komunitas Martinez (2007) mengatakan bahwa pembangunan (pedesaan)
yang efektif bukanlah semata-mata karena adanya kesempatan, bukan hasil
“trial and eror” tetapi akibat dari perencanaan yang baik, oleh karena itu
perlu untuk selalu diingat bahwa, kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
efektif harus melalui perencanaan program/kegiatan yang baik.
Perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan yang
berdasarkan fakta, mengenai kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan
demi tercapainya tujuan yang diharapkan atau yang dikehendaki.

Adanya suatu perencanaan program/kegiatan pemberdayaan masyarakat


akan memberikan “kerangka kerja” (framework) yang dapat dijadikan
acuan oleh para fasilitator dan semua pemangku kepentingan
atau stakeholders (termasuk warga masyarakatnya) untuk mengambil
keputusan tentang kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilaksanakan demi
tercapainya tujuan pembangunan yang diinginkan.

2. Prinsip-Prinsip Dasar Pemberdayaan Komunitas

Rubin (dalam Sumaryadi, 2005:94-96) mengemukakan lima prinsip dasar


pemberdayaan komunitas.

 Pemberdayaan komunitas memerlukan break-evendalam setiap


kegiatan yang dikelolanya, meskipun berbeda dengan organisasi
bisnis, di mana dalam pemberdayaan komunitas keuntungan yang
diperoleh didistribusikan kembali dalam bentuk program atau
kegiatan pembangunan lainnya.
 Pemberdayaan komunitas selalu melibatkan partisipasi masyarakat
baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan.
 Dalam pelaksanaan program pemberdayaan komunitas, kegiatan
pelatihan merupakan unsur yang tidak bisa dipisahkan dari usaha
pembangunan fisik.
 Dalam implementasinya, usaha pemberdayaan harus dapat
memaksimalkan sumber daya, khususnya dalam hal pembiayaan.
 Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus dapat berfungsi sebagai
penghubung antara kepentingan pemerintah yang bersifat makro
dengan kepentingan masyarakat yang bersifat mikro

3. Dasar Terbentuknya Pemberdayaan Komunitas

Upaya pemberdayaan komunitas ini didasari pemahaman munculnya


ketidakberdayaan komunitas akibat masyarakat tidak memiliki kekuatan
(powerless). Jim Ife (1977:60-62) mengidentifikasi beberapa jenis
kekuatan yang dimiliki masyarakat dan dapat digunakan untuk
memberdayakan mereka, yaitu:

 Kekuatan atas pilihan pribadi


 Kekuatan dalam menentukan kebutuhan sendiri
 Kekuatan dalam kebebasan berekspresi
 Kekuatan kelembagaan
 Kekuatan sumber daya ekonomi
 Kekuatan dalam kebebasan reproduksi

Faktor lain yang menyebabkan ketidakberdayaan komunitas di luar faktor


ketiadaan daya (powerless) adalah ketimpangan, yang meliputi
ketimpangan struktural, ketimpangan kelompok, ketimpangan personal.
Dengannya, kegiatan merancang, melaksanakan dan mengevaluasi
program pemberdayaan masyarakat akan berjalan efektif jika sebelumnya
sudah dilakukan investigasi terhadap faktor-faktor yang menjadi akar
permasalahan sosial. Dalam konteks ini, perlu diklarifikasi apakah akar
penyebab ketidakberdayaan berkaitan dengan faktor kelangkaan sumber
daya (powerless) atau faktor ketimpangan, atau kombinasi antara
keduanya.

Upaya pemberdayaan masyarakat lemah dapat dilakukan dengan tiga


strategi,
Pertama, pemberdayaan perencanaan dan kebijakan yang dilaksanakan
dengan membangun atau mengubah struktur dan lembaga yang bisa
memberikan akses yang sama terhadap sumber daya, pelayanan dan
kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

Kedua, pemberdayaan melalui aksi-aksi sosial dan politik yang dilakukan


melalui perjuangan politik dan gerakan dalam rangka membangun
kekuasaan yang efektif.

Ketiga, pemberdayaan melalui pendidikan dan penumbuhan kesadaran


yang dilakukan dengan proses pendidikan dalam berbagai aspek yang
cukup luas, hal ini dilakukan dalam rangka membekali pengetahuan dan
keterampilan.

4. Tahapan Perencanaan Program Pemberdayaan Komunitas

Tahapan-tahapan perencanaan program/kegiatan pemberdayaan


masyarakat dikemukakan oleh Mardikanto (2009), dapat disimpulkan
sebagai berikut,

1. Pengumpulan data keadaan, merupakan kegiatan pengumpulan data


dasar (database) yang diperlukan untuk menentukan masalah,
tujuan, dan cara mencapai tujuan atau kegiatan yang direncanakan.
Data yang dikumpulkan mencakup keadaan sumber daya (sumber
daya alam dan manusia), kelembagaan (sosial dan ekonomi), sarana
dan prasarana yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan;
teknologi yang telah digunakan; pelaturan atau kebijakan-kebijakan
pembangunan yang sudah ditetapkan.
2. Analisis Data Keadaan
3. Identifikasi Masalah, identifikasi masalah dapat dilakukan dengan
menganalisis kesenjangan
4. Pemilihan masalah yang akan dipecahkan, pada umumnya masalah
dapat dibedakan menjadi masalah-masalah umum dan masalah
khusus. Masalah umum adalah masalah yang melibatkan banyak
pihak (sektor), dan pemecahannya memerlukan waktu yang relatif
lama. Masalah khusus adalah masalah-masalah yang dapat
dipecahkan oleh pihak-pihak (sektor) tertentu, dan pemecahannya
tidak memerlukan waktu yang lama.
5. Perumusan Tujuan-Tujuan, dalam perumusan tujuan atau penerima
manfaat perlu diperhatikan agar penerima manfaat yang hendak
dicapai haruslah “realistis”, baik ditinjau dari kemampuan sumber
daya (biaya, jumlah, dan kualitas tenaga) maupun dapat dirumuskan
secara bertahap dengan target-target yang realistis.
6. Perumusan Alternatif Pemecahan Masalah,
7. Perumusan Cara Mencapai Tujuan
8. Pengesahan Program Pemberdayaan Komunitas
9. Perumusan Rencana Evaluasi untuk Melaporkan Aksi Pemberdayaan
Komunitas, untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan yang
dilaksanakan telah mencapai tujuan yang diinginkan, maka evaluasi
dari setiap kegiatan mutlak harus diadakan
10.Rekonsiderasi, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mempertimbangkan kembali rumusan perencanaan program yang
ada, baik yang dilakukan sebelum pelaksanaan maupun selama
proses pelaksanaan kegiatan. Rekonsiderasi ini, diperlukan jika
ternyata menghadapi keadaan-keadaan di luar keadaan ‘normal’,
seperti bencana alam, kenaikan harga, adanya kebijaksanaan baru.

5. Manfaat Pemberdayaan Komunitas

Manfaat besar dari pemberdayaan komunitas adalah memungkinkan


perkembangan dan penggunaan bakat/atau kemampuan terpendam dalam,
setiap individu. Melalui pemberdayaan komunitas diharapkan hambatan-
hambatan tradisional dalam masyarakat dapat dihilangkan, garis
demarkasi disingkirkan, dan deskripsi pekerjaan yang menghalangi dapat
dikesampingkan. Pemberdayaan telah memberikan kontribusinya bagi
kehidupan masyarakat. Masyarakat diberi pengetahuan manajemen, mutu,
teknik, keterampilan, dan metodologi yang baik dapat memperoleh
manfaat yang lebih besar dalam pekerjaan dan perbaikan kinerjanya.

6. Strategi Pemberdayaan Komunitas

Menurut Eliot (dalam I.N. Sumaryadi, 2005:150) ada tiga strategi


pendekatan yang dipakai dalam proses pemberdayaan komunitas atau
masyarakat, antara lain sebagai berikut.

1. Pendekatan kesejahteraan (the walfare approach), yaitu membantu


memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok tertentu, misalnya
mereka yang terkena musibah bencana alam.
2. Pendekatan pembangunan (the development approach),
memusatkan perhatian pada pembangunan untuk meningkatkan
kemandirian, kemampuan, dan keswadayaan masyarakat.
3. Pendekatan pemberdayaan (the empowerment approach), melihat
kemiskinan sebagai akibat proses politik dan berusaha
memberdayakan atau melatih rakyat untuk mengatasi
ketidakberdayaannya.

Strategi Pemberdayaan Komunitas Melalui Nilai-Nilai Kearifan Lokal


 Terdapat lima hal yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan
suatu masyarakat, yaitu:

1. Menghormati dan menjungjung tinggi Hak Asasi Manusia


2. Komitmen global terhadap pembangunan sosial masyarakat adat
sesuai dengan konvensi yang diselenggarakan oleh ILO
3. Isu pelestarian lingkungan dan menghindari keterdesakan komunitas
asli dari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan
4. Meniadakan marginalisasi masyarakat asli dalam pembangunan
nasional
5. Memperkuat nilai-nilai kearifan masyarakat setempat dengan cara
mengintegrasikannya dalam desain kebijakan dan program
penanggulangan masalah sosial.

Model pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal mengandung arti


peletakan nilai-nilai setempat (lokal) sebagai input penanggulangan
masalah sosial seperti kemiskinan. Nilai-nilai setempat (lokal) tersebut
merupakan nilai-nilai sosial yang menjadi cerminan dari masyarakat yang
bersangkutan. Nilai-nilai tersebut meliputi kegotongroyongan,
kekerabatan, musyawarah untuk mufakat, dan toleransi (tepa selira).

Pemberdayaan komunitas berbasis nilai-nilai kearifan lokal akan


menciptakan masyarakat yang berdaya, ciri-ciri masyarakat yang berdaya
antara lain:

1. Mampu memahami diri dan potensinya dan mampu merencanakan


(mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)
2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri
3. Memiliki kekuatan untuk berunding
4. Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan
kerjasama yang saling menguntungkan
5. Bertanggung jawab atas tindakannya
Sumber.
Mulyadi, Yad dkk. 2014. Sosiologi SMA Kelas XII. Yudhistira. Jakarta

http://blog.unnes.ac.id/kartika/

Artikel download 

Anda mungkin juga menyukai