Anda di halaman 1dari 20

DOMAIN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Glenn Laverack (Health Promotion Practice : Building Empowered Communities Chapter 5)

JAYANTI (003910182022)
ELIS SETIAWATI (004510182022)
'Domain pemberdayaan' adalah area pengaruh yang
memungkinkan individu dan kelompok untuk
mengorganisir dan memobilisasi diri mereka dengan lebih
baik menuju perubahan sosial dan politik. Dalam
presentasi ini, akan membahas 9 (sembilan) 'domain'
pemberdayaan masyarakat yang diidentifikasi oleh
Laverack (2001) untuk membangun masyarakat yang lebih
berdaya atau kaya akan kapasitas melalui sebuah program,
yaitu :
1. Meningkatkan partisipasi.
Masyarakat secara Individu maupun kolektif dapat :
a. Mengembangkan kemampuan untuk memikul tanggung jawab yang
lebih besar dalam menilai kebutuhan dan masalah kesehatan
mereka;
b. Merencanakan dan kemudian bertindak untuk
mengimplementasikan solusinya;
c. Menciptakan dan memelihara organisasi untuk mendukung upaya-
upaya kesehatan;
d. Mengevaluasi dampak dan membawa penyesuaian yang diperlukan
dalam tujuan dan program secara berkesinambungan.
2. Mengembangkan kepemimpinan lokal.
Partisipasi membutuhkan arahan dan struktur kepemimpinan yang kuat,
Contoh keterampilan kepemimpinan yang dapat ditingkatkan melalui
intervensi dalam konteks program promosi kesehatan antara lain:
a) Gaya kepemimpinan yang memberdayakan yang mendorong dan
mendukung gagasan dan upaya perencanaan masyarakat, dengan
menggunakan proses pengambilan keputusan yang demokratis dan berbagi
informasi;
b) mengumpulkan dan menganalisis data; mengevaluasi inisiatif masyarakat;
fasilitasi; dan pemecahan masalah;
c) resolusi konflik;
d) kemampuan untuk terhubung dengan para pemimpin dan organisasi lain
untuk mendapatkan sumber-sumber dan membangun kemitraan (Kumpfer
1993).
3. Membangun struktur organisasi yang
memberdayakan.
Dalam konteks program, membentuk sebuah organisasi juga merupakan cara di
mana masyarakat berkumpul untuk mengidentifikasi masalah mereka, mencari solusi
untuk masalah mereka dan merencanakan tindakan untuk menyelesaikan masalah
mereka.
Penelitian dilakukan oleh Sri Yulianty Mozin, S.T., MPA, dkk, mencoba untuk
melihat bagaimana Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah dalam
pengembangan destinasi berbasis desa wisata di Pesisir Kabupaten Bone Bolango
melalui tataran pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Pemberdayaan
masyarakat dalam pengembangan destinasi berbasis wisata bagi masyarakat pesisir
menciptakan peluang bagi masyarakat pesisir untuk menentukan kebutuhannya,
merencanakan dan melaksanakan kegiatannya, yang pada akhirnya menciptakan
kemandirian yang permanen dalam kehidupan masyarakat itu sendiri (Irawan & Tanzil,
2020).
4. Meningkatkan
kapasitas penilaian
masalah.
Penelitian Ilham Mirzaya Putra dan Efi Brata Madya,
bertujuan untuk memberikan solusi dalam penanggulangan
bencana banjir di Kota Medan berbasis pemberdayaan
masyarakat. Untuk mencapai tujuan kota Medan yang bebas
banjir, kewajiban menjaga kelestarian lingkungan tidak
hanya menjadi tugas pemerintah saja, tetapi juga masyarakat
secara keseluruhan. Lingkungan sebagai tempat tinggal hanya
dapat terbebas dari banjir jika seluruh masyarakat memiliki
kemampuan untuk menilai adanya suatu masalah, sehingga
dengan sukarela akan terlibat dan memiliki kesadaran untuk
menjaga lingkungan.
Penelitian Ilham Mirzaya Putra dan
Efi Brata Madya :
1. Pengetahuan ditingkatkan
dengan sosialisasi.
2. Penghayatan, melalui
pendampingan masyarakat
3. Ketaatan, melalui adanya
penegakan hukum yang tegas.
5. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk 'bertanya mengapa' (kesadaran
kritis).

Bertanya 'mengapa' adalah kemampuan komunitas untuk dapat menilai secara kritis
penyebab ketidakberdayaan mereka. Pada dasarnya, 'bertanya mengapa' adalah sebuah
proses diskusi, refleksi, dan aksi kolektif yang juga disebut 'refleksi kritis', 'pemikiran
kritis' dan 'kesadaran kritis'. Istilah kuncinya adalah 'kritis', di mana anggota masyarakat
melihat situasi mereka secara mendalam dan analitis serta mendefinisikan alasan-alasan
sosial, politik, dan ekonomi yang menyebabkan ketidakberdayaan mereka. Hal ini
digambarkan sebagai proses emansipasi melalui pembelajaran atau pendidikan.
6. Meningkatkan mobilisasi sumber daya.
Kemampuan masyarakat untuk memobilisasi sumber daya dari dalam dan
menggaet sumber daya dari luar merupakan indikasi tingkat keterampilan dan
pengorganisasian yang tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Halim K. Malik yang berjudul
Pemberdayaan Masyarakat Pengrajin Rotan di Gorontalo Indonesia, didapatkan
beberapa kesimpulan yaitu; pemberian bantuan modal tidak boleh menimbulkan
ketergantungan pada masyarakat, penyelesaian aspek permodalan, dilakukan
melalui penciptaan sistem baru yang kondusif bagi usaha mikro, usaha kecil, dan
usaha menengah untuk mendapatkan akses di lembaga keuangan; dan skema
penggunaan atau kebijakan pengalokasian modal tidak terjebak pada ekonomi
subsisten atau ekonomi miskin. Menurutnya, Inti dari pemberdayaan adalah
kemandirian masyarakat.
7. Memperkuat hubungan dengan organisasi dan orang lain.

Kemitraan menunjukkan kemampuan masyarakat


untuk mengembangkan hubungan dengan berbagai
kelompok atau organisasi yang berbeda berdasarkan
kesadaran akan adanya kepentingan yang sama, dan
rasa hormat antar pribadi dan antar organisasi.
Kemitraan,
Secara implisit, proses ini
bersifat partisipatif dan
organisasi pemerintah tidak
hanya berkonsultasi atau terlibat
dengan masyarakat dan
'komunitas'. Masyarakat
dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan
program, yang bertujuan untuk
menjadi pengalaman yang
memberdayakan.
8. Menciptakan hubungan yang adil dengan agen-agen luar.

Agen luar adalah praktisi, pegawai pemerintah, lembaga pendanaan,


perwakilan lembaga atau organisasi yang tidak menjadi bagian dari komunitas
tetapi bekerja bersama mereka untuk melakukan perubahan.
Kualitas hubungan yang memberdayakan dalam konteks program meliputi:
a. Membina dukungan dari para pemimpin masyarakat dan politik, termasuk
keterlibatan kelompok-kelompok yang terpinggirkan;
b. Membantu menegosiasikan kemitraan baru dengan organisasi lain;
c. Memfasilitasi pengembangan kapasitas melalui kegiatan-kegiatan seperti
pelatihan keterampilan dan manajemen konflik;
d. Mengembangkan bidang keterampilan khusus seperti evaluasi diri.
9. Meningkatkan kontrol atas manajemen program.
Manajemen program yang memberdayakan masyarakat mencakup kontrol oleh anggota
masyarakat atas semua keputusan yang berkaitan dengan program. Untuk melakukan hal ini,
masyarakat harus terlebih dahulu memiliki rasa kepemilikan terhadap program , yang pada
gilirannya harus memenuhi kebutuhan dan keprihatinan mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Ari Dwi Setyowati, dkk, dilatar belakangi oleh
masyarakat Desa Rowoboni yang belum mengoptimalkan potensi eceng gondok yang ada di
Danau Rawapening. Dari kondisi seperti itu, salah satu warga memiliki ide dan kreatifitas
untuk melakukan kegiatan pemberdayaan dengan membuat kerajinan tangan berbahan dasar
eceng gondok yang menjadi bahan baku utama di Desa Rowoboni. Kegiatan pemberdayaan ini
diberi nama 'Iboni Craft, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pemberdayaan
kerajinan Iboni terdiri dari 3 tahap, yaitu 1) penyadaran dan pembentukan perilaku, 2)
transformasi pengetahuan dan keterampilan, dan 3) pengayaan atau peningkatan intelektual
dan keterampilan.
Pendekatan domain diimplementasikan dalam empat langkah
(Laverack 2003) :

1. Persiapan, termasuk
pengembangan definisi
pemberdayaan yang sesuai
dengan budaya.
2. Menetapkan garis dasar
untuk setiap domain.
3. Perencanaan strategis
dan penilaian sumber daya.
4. Evaluasi dan
representasi visual.
Sekian dan Terima Kasih …

Anda mungkin juga menyukai