Anda di halaman 1dari 9

PEMEBERDAYAAN

KOMUNITAS

DITULIS OLEH
AMANDA SINTYA SARI
XII IPS 2
PEMBERDAYAAN
KOMUNITAS

Hakikat Pemberdayaan Komunitas

Secara etimologis, pemberdayaan berasal dari kata


daya yang berarti kekuatan atau mengembangkan
kemampuan. Pemberdayaan dapat diartikan sebagai
suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk
memperoleh daya/kemampuan/kekuatan, atau
proses pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari
pihak yang kurang atau tidak berdaya.

Adapun komunitas adalah sekelompok masyarakat yang terikat


dalam suatu identitas yang sama. Untuk pengertian komunitas
menurut ahli, klik di sini. Sehingga pada hakikatnya,
pemberdayaan komunitas menurut Wilkinson (Sadri, 2009)
adalah sebuah upaya atau perubahan (kemajuan) yang
sengaja (purposive) dilakukan atau dikembangkan oleh para
anggota sebuah komunitas itu sendiri, di mana mereka
merumuskan masalah, menyusun rencana serta menentukan
arah perubahan menurut keyakinan dan persepsi mereka
sendiri dan perubahan itu diyakini sebagai perbaikan
(improvement) sebagaimana layaknya membangun sebuah
bangunan, maka upaya perbaikan tersebut utamanya
diarahkan kepada perbaikan dan pengokohan struktur-struktur
penopang komunitas yang bersangkutan.
TUJUAN DAN SASARAN
PEMBERDAYAAN KOMUNITAS

Tujuan dari pemberdayaan komunitas adalah


membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri.
Kemandirian itu meliputi kemandirian bertindak,
berpikir, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan
(Nugroho, 2012).
Pemberdayaan komunitas orientasinya menunjuk
kepada komunitas yang kurang berdaya atau tidak
berdaya. Pemberdayaan juga dapat dilakukan kepada
komunitas yang telah berdaya, namun dengan tujuan
untuk mengantisipasi terhadap ancaman dan
hambatan yang dapat mengubah komunitas itu
sendiri. Adapun hal yang ingin dicapai oleh upaya
pemberdayaan komunitas adalah pemberian daya atau
kekuatan kepada suatu komunitas sehingga menjadi
komunitas yang lebih baik.
Sasaran pemberdayaan adalah masyarakat, yang di
dalamnya mewadahi warga secara individual maupun
komunitas secara kolektif. Pemberdayaan adalah
upaya membangkitkan kekuatan dan potensi
masyarakat yang bertumpu pada komunitas lokal
melalui pendekatan partisipatif dan belajar bersama.
PRINSIP PEMBERDAYAAN
KOMUNITAS

Ada 4 (empat) prinsip pemberdayaan komunitas, yaitu


a. Prinsip Kesetaraan

Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah adanya
kesetaraan atau kesejajarankedudukan antara masyarakat dengan lembaga yang melakukan program-
program pemberdayaan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan. Dinamika yang dibangun
adalah hubungan kesetaraan dengan mengembangkan mekanisme berbagai pengetahuan,
pengalaman, serta keahlian satu sama lain. Masing-masing saling mengakuikelebihan dan
kekurangan, sehingga terjadi proses saling belajar.

b. Partisipasi

Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat adalah program yang
sifatnya partisipatif, direncanakan, dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh masyarakat. Namun,
untuk sampai pada tingkat tersebut perlu waktudan proses pendampingan yang melibatkan
pendamping yang berkomitmen tinggiterhadap pemberdayaan masyarakat.

c. Keswadayaan atau kemandirian

Prinsip keswadayaan adalah menghargai dan mengedepankan kemampuan masyarakat daripada


bantuan pihak lain. Konsep ini tidak memandang orang miskin sebagai objek yang tidak
berkemampuan (the have not), melainkan sebagai subjek yang memiliki kemampuan sedikit (the have
little). Mereka memiliki kemampuan untuk menabung, pengetahuan yang mendalam tentang kendala-
kendala usahanya, mengetahui kondisi lingkungannya, memiliki tenaga kerja dan kemauan, serta
memiliki norma-norma bermasyarakat yang sudah lama dipatuhi. Semua itu harus digali dan dijadikan
modal dasar bagi proses pemberdayaan. Bantuan dari orang lain yang bersifat materiil harus
dipandang sebagai penunjang, sehingga pemberian bantuan tidak justru melemahkan tingkat
keswadayaannya.

d. Berkelanjutan

Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun pada awalnya peran
pendamping lebih dominan dibanding masyarakat sendiri. Tapi secara perlahan dan pasti, peran
pendamping akan makin berkurang, bahkan akhirnya dihapus, karena masyarakat sudah mampu
mengelola kegiatannya sendiri.
SIKLUS PEMBERDYAAN KOMUNITAS

Menurut Terry Wilson, terdapat tujuh tahapan dalam siklus pemberdayaan


komunitas yaitu:

1. Tahap pertama, keinginan dari masyarakat sendiri untuk berubah menjadi


lebih baik.
2. Tahap kedua, masyarakat diharapkan mampu melepaskan halangan-halangan
atau faktor-faktor yang bersifat resiatensi terhadap kemajuan dalam diri dan
komunitasnya.
3. Tahap ketiga, masyarakat diharapkan sudah menerima kebebasan tambahan
dan merasa memiliki tanggungjawab dalam mengembangkan dirinya dan
komunitasnya.
4. Tahap keempat, upaya untuk mengembngkna peran dan batas
tanggungjawab yang lebih luas, hal ini berkaitan dengan minat dan motivasi
untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
5. Tahap kelima, peningkatan rasa memiiki yang besar menghasilkan keluaran
kinerja yang lebih baik. Pada tahap ini hasil-hasil nyata dari pemberdayaan
mulai terlihat.
6. Tahap keenam, telah terjadi perubahan perilaku dan kesan terhadap dirinya,
ketika keberhasilan dalam peningkatan kerja mampu meningkatkan perasaan
psikologis di atas posisi sebelumnya.
7. Tahap ketujuh, masyarakat sudah berhasil memberdayakan dirinya, merasa
tertantang untuk upaya yang lebih besar guna mendapatkan hasil yang lebih
baik.

PELATIHAN MEMBATIK
IBU IBUSETEMPAT
TAHAPAN PEMBERDAYAAN KOMUNITAS

Menurut Soekanto (1987), kegiatan pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dalam


beberapa tahap sebagai berikut

1. Tahap Persiapan. Pada tahapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu:
pertama, penyimpanan petugas, yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa
dilakukan oleh community woker, dan kedua penyiapan lapangan yang pada dasarnya
diusahakan dilakukan secara non-direktif.
2. Tahapan pengkajian (assessment). Pada tahapan ini yaitu proses pengkajian dapat
dilakukan secara individual melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dalam hal ini
petugas harus berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan (feel needs)
dan juga sumber daya yang dimiliki klien.
3. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada tahapan ini petugas sebagai
agen perubahan (exchange agent) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk
berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam
konteks ini masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan
kegiatan yang dapat dilakukan.
4. Tahap pemformalisasi rencanaaksi. Pada tahapan ini agen perubahan membantu
masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa
yang mereka akan lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Di samping itu juga
petugas membantu untuk memformalisasikan gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis,
terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada penyandang dana.
5. Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan. Dalam upaya pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat
menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kerja sama antar petugas
dan masyarakat merupakan hal penting dalam tahapan ini karena terkadang sesuatu yang
sudah direncanakan dengan baik melenceng saat di lapangan.
6. Tahap evaluasi. Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas program
pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan
warga. Dengan keterlibatan warga tersebut diharapkan dalam jangka waktu pendek
biasanya membentuk suatu sistem komunitas untuk pengawasan secara internal dan
untuk jangka panjang dapat membangun komunikasi masyarakat yang lebih mendirikan
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
7. Tahap terminasi. Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara
formal dengan komunitas sasaran. Dalam tahap ini diharapkan proyek harus segera
berhenti
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMBERDAYAAN KOMUNITAS

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan


suatu kegiatan pemberdayaan, yaitu :

1. Kesediaan suatu komunitas untuk menerima


pemberdayaan bergantung pada situasi yang dihadapi.
2. Adanya pemikiran bahwa pemberdayaan tidak untuk
semua orang, dan adanya persepsi dari pemegang
kekuasaan dalam komunitas tersebut bahwa pemberdayaan
dapan mengorbankan diri mereka sendiri.
3. Ketergantungan adalah budaya, dengan adanya
masyarakat sudah terbiasa dalam hirarki, birokrasi dan
kontrol menejemen yang tegas sehingga membuat mereka
terpola dalam berpikir dan berbuat rutinitas.
4 Dorongan dari para pemimpin setiap komunitas untuk
tidak mau melepaskan kekuasaannya, sehingga inti dari
pemberdayaan terutama terkait dengan siklus
pemberdayaan kemampuan dan motivasi setiap orang
berbeda-beda
5. Adanya batas pemberdayaan, terutama terkait dengan
siklus pemberdayaan kemampuan dan motivasi setiap
orang berbeda-beda.
6. Adanya kepercayaan dari para pemimpin komunitas
untuk mengembangkan pemberdayaan dan mengubah
persepsi mereka tentang anggota komunitasnya.
BENTUK DAN JENIS PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PEMBERDAYAAN
KOMUNITAS

Bila dilihat dari bentuk dan tahapan partisipasi, maka tahapan partisipasi dapat dibagi
menjadi beberapa tahapan. Hoofsteede (1971: 25), dalam hal ini membagi partisipasi
menjadi tiga tingkatan, antara lain :

1. Partisipasi inisiasi (Inisiation Participation) adalah partisipasi yang mengundang


inisiatif dari pemimpin desa, baik formal maupun informal, ataupun dari anggota
masyarakat mengenai suatu proyek, yang nantinya proyek tersebut merupakan
kebutuhan bagi masyarakat.
2. Partisipasi Legitimasi (Legitimation Participation) adalah partisipasi pada tingkat
pembicaraan atau pembuatan keputusan tentang proyek tersebut.
3. Partisipasi Eksekusi (Execution Participation), adalah partisipasi pada tingkat
pelaksanaan.

Dilihat dari jenisnya, maka partisipasi masyarakatdalam pembangunan dapat bermacam-


macam sesuai dengan kemampuan, seperti tertera di bawah ini:

1. Partisipasi buah pikiran, adalah jenis partisipasi yang diberikan seperti


menyumbangkan buah pikiran, pengalaman, pengetahuan dalam pertemuan rapat.
2. Partisipasi tenaga, adalah jenis partisipasi yang diberikan dalam berbagai kegiatan,
seperti untuk perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan untuk orang lain,
partisipasi spontan atas dasar sukarela.
3. Partisipasi harta benda, partisipasi yang diberikan oleh seseorang dalam suatu
kegiatan untuk perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain dan
sebagainya.

Sedangkan jenis partisipasi bila dilihat dari sifatnya adalah:

1. Memberi input pada proses pembangunan, menerima imbalan atas input tersebut dan
ikut menikmati hasilnya.
2. Memberi input dan menikmati hasilnya.
3. Memberi input, menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA

https://ciburial.desa.id/bentuk-dan-
jenis-partisipasi/

https://www.sosiologi79.com/2017/0
7/materi-kelas-xii-bab-42-kearifan-
lokal.html?m=1

https://warstek.com/pemberdayaan-
komunitas/#:~:text=Prinsip%20Pemb
erdayaan%20Komunitas,-
Ada%204%20(empat&text=Prinsip%2
0utama%20yang%20harus%20dipega
ng,baik%20laki%2Dlaki%20maupun%
20perempuan.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai