Anda di halaman 1dari 15

BAHAN AJAR.

4
SOSIOLOGI SMA XII

KD 3.4 : Mendeskripsikan cara melakukan strategi pemberdayaan komunitas dengan mengedepankan nilai-
nilai kearifan lokal di tengah-tengah pengaruh globalisas
IPK :
3.4.1 Menjelaskan konsep-konsep dasar pemberdayaan komunitas lokal
3.4.2 Menjelaskan hakikat kearifan lokal dan pemberdayaan komunitas
3.4.3 Menganalisis potensi dan tantangan dalam mewujudkan kearifan local
3.4.4 Menerapkan strategi pemberdayaan komunitas dengan mengedepankan nilai-nilai kearifan local di
tengah pengaruh globalisasi

3.4.1 MENJELASKAN KONSEP-KONSEP DASAR PEMBERDAYAAN KOMUNITAS


LOKAL

 Konsep dasar pemberdayaan komunitas lokal

Pemberdayaan diartikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan yang


diinginkan oleh individu, kelompok dan masyarakat luas agar mereka memiliki
kemampuan untuk melakukan pilihan dan mengontrol lingkungannya agar
mampu memenuhi keinginan-keinginannya, termasuk aksesabilitas terhadap
sumberdaya terkait dengan pekerjaan, dan aktivitas sosial lainnya.
Pemberdayaan merupakan proses meningkatkan kemampuan dan sikap
kemandirian masyarakat, dalam arti perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan
setiap individu dan masyarakat, yakni ; Perbaikan ekonomi, terutama
kecukupan pangan; Perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan
kesehatan);Kemerdekaan dari segala bentuk penindasan; Terjaminnya
keamanan; Terjaminnya Hak Azasi Manusia yang bebas dari rasa takut dan
kekhawatiran
Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat atau komunitas adalah upaya
untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam
kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan komunitas juga dapat
disebut sebagai suatu upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas atau
kemampuan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam
memecahkan berbagai persoalan yang terkait dengan upaya peningkatan
kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya.
Dasar terbentuknya pemberdayaan komunitas
Upaya pemberdayaan komunitas ini didasari pemahaman munculnya
ketidakberdayaan komunitas akibat
masyarakat tidak memiliki kekuatan (powerless). Jim Ife (1977:60-62)
mengidentifikasi beberapa jenis kekuatan yang dimiliki masyarakat dan dapat
digunakan untuk memberdayakan mereka, yaitu;
1. kekuatan atas pilihan pribadi,
2. Kekuatan dalam menentukan kebutuhan sendiri
3. Kekuatan dalam kebebasan berekspresi
4. Kekuatan kelembagaan
5. Kekuatan sumber daya ekonomi
6. Kekuatan dalam kebebasan reproduksi
Disamping itu ketidak berdayaan komunitas disebabkan oleh faktor lain di
luar faktor ketiadaan daya (powerless) adalah ketimpangan, yang meliputi
ketimpangan struktural, ketimpangan kelompok, ketimpangan personal.
Dra. Juita Barti – SMAN 1 Banuhampu 1
Upaya pemberdayaan terhadap kelompok rentan (kelompok lemah dgn tkt
kesejahteraan yang rendah)dapat dilakukan dengan tiga strategi:
1. Pemberdayaan perencanaan dan kebijakan yang dilaksanakan
dengan membangun atau mengubah struktur dan lembaga yang bisa
memberikan akses yang sama terhadap sumber daya, pelayanan dan
kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
2. Pemberdayaan melalui aksi-aksi sosial dan politik yang dilakukan
melalui perjuangan politik dan gerakan dalam rangka membangun
kekuasaan yang efektif.
3. Pemberdayaan melalui pendidikan dan penumbuhan kesadaran
yang dilakukan dengan proses pendidikan dalam berbagai aspek yang
cukup luas, hal ini dilakukan dalam rangka membekali
pengetahuan dan
keterampilan.

Dra. Juita Barti – SMAN 1 Banuhampu 2


Prinsip Pemberdayaan Komunitas
Prinsip dasar pemberdayaan untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya atau
mandiri :
1. Penyadaran
Merupakan upaya membangkitkan kesadarannya untuk peduli terhadap
kemajuan dirinya atau membangunkan “tidur” nya dari keterbelakangan
yang tidak memikirkan masa depan serta hidup yang tidak memiliki
aspirasi dan tujuan-tujuan yang harus dicapai
Penyadaran berarti bahwa masyarakat secara keseluruhan menjadi
sadar bahwa mereka dalam hidup mempunyai tujuan-tujuan dan
masalah-masalah. Dan mereka juga mulai menemukan peluang-peluang
dan memanfaatkan sumberdaya yang ada.

2. Pelatihan
Pelatihan merupakan cara meningkatkan pemberdayaan. Pelatihan
memberikan pengaruh sangat krusial dengan memberikan pendampingan
terhadap masyarakat. Pelatihan dan pendidikan bukan hanya belajar
membaca, menulis dan berhitung, tetapi juga meningkatkan ketrampilan
bertani, kerumahtanggaan, industri dan lainnya. Melalui pendidikan,
kesadaran masyarakat akan terus berkembang. Dan pada anggota
masyarakat perlu ditekankan bahwa setiap orang harus mendapatkan
pendidikan, termasuk orangtua dan kaum wanita. Ide besar yang
terkandung dibalik pendidikan kaum miskin adalah bahwa pengetahuan
menganggarkan kekuatan.

3. Pengorganisasian
Agar menjadi kuat dan dapat menentukan nasibnya sendiri, anggota suatu
masyarakat tidak cukup hanya
sadar dan dilatih ketrampilan, tapi juga harus diorganisir. Organisasi
berarti bahwa segala hal dikerjakan dengan cara yang teratur, ada
pembagian tugas dan tanggungjawab dalam pelaksanaan serta ada
kepemimpinan dan tidak hanya berdiri sendiri.

4. Pengembangan kekuatan
Kekuasaan berarti kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Bila
dalam suatu masyarakat tidak ada penyadaran, latihan dan organisasi,
orang-orangnya akan merasa tak berdaya dan tak memiliki kekuatan

5. Membangun Dinamika
Dinamika masyarakat berarti bahwa masyarakat itu sendiri harus mampu
memutuskan dan melaksanakan program-programnya sesuai dengan
rencana yang sudah digariskan dan diputuskan sendiri. Bila keputusan-
keputusan tersebut kurang kontrol dari masyarakat maka sangat besar
resiko dan berbahaya terhadap masyarakat itu sendiri karena akan
menjadi kegagalan.

Dra. Juita Barti – SMAN 1 Banuhampu 3


Ruang Lingkup Pemberdayaan Komunitas
1. Bina Manusia
Yaitu untuk perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan manusia seperti
 pengembangan kapasitas individu meliputi ; kapasitas kepribadian;
kapasitas di dunia kerja, dan pengembangan keprofesionalan.
 Pengembangan kapasitas kelembagaan.
 Pengembangan kapasitas jaringan, mengembangkan interaksi antar
organisasi.
2. Bina Usaha
Bina usaha dilakukan dalam rangka pemberdayaan ekonomi, bina usaha
meliputi : pembentukan badan usaha, pengembangan jaringan usaha dan
manajemen finansial.
3. Bina Lingkungan
Meliputi: Pemberdayaan lingkungan, program perawatan dan pelestarian
lingkungan
4. Bina Kelembagaan
Bina kelembagaan diarahkan pada “social institution” atau pranata sosial
dan “social organization” atau
organisasi sosial

Arah Pemberdayaan Komunitas


Arah pemberdayaan komunitas adalah untuk meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia, misalnya
dengan peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, pembukaan lapangan
pekerjaan, pengentasan kemiskinan, sehingga kesenjangan sosial dapat
diminimalkan

Tujuan Pemberdayaan Komunitas


Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut
meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka
lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh
masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta
melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah
yang dihadapi dengan menggunakan daya/kemampuan yang dimiliki

Dra. Juita Barti – SMAN 1 Banuhampu 4


Manfaat Pemberdayaan Komunitas
Manfaat besar dari pemberdayaan komunitas adalah memungkinkan
perkembangan dan penggunaan bakat/atau kemampuan terpendam dalam diri
individu. Melalui pemberdayaan komunitas diharapkan hambatan- hambatan
tradisional dalam masyarakat dapat dihilangkan, garis demarkasi disingkirkan,
dan deskripsi pekerjaan yang menghalangi dapat dikesampingkan

Siklus/ tahapan Pemberdayaan Komunitas


Menurut Terry Wilson, terdapat tujuh tahapan dalam siklus pemberdayaan
komunitas yaitu:
1. Tahap pertama, keinginan dari masyarakat sendiri untuk berubah menjadi
lebih baik.
2. Tahap kedua, masyarakat diharapkan mampu melepaskan halangan-
halangan atau faktor-faktor yang bersifat resiatensi terhadap kemajuan
dalam diri dan komunitasnya.
3. Tahap ketiga, masyarakat diharapkan sudah menerima kebebasan
tambahan dan merasa memiliki tanggungjawab dalam
mengembangkan dirinya dan komunitasnya.
4. Tahap keempat, upaya untuk mengembangkan peran dan batas
tanggungjawab yang lebih luas, hal ini berkaitan dengan minat dan
motivasi untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
5. Tahap kelima, peningkatan rasa memiiki yang besar menghasilkan
keluasan kinerja yang lebih baik. Pada
tahap ini hasil-hasil nyata dari pemberdayaan mulai terlihat.
6. Tahap keenam, telah terjadi perubahan perilaku dan kesan terhadap
dirinya, ketika keberhasilan dalam peningkatan kerja mampu
meningkatkan perasaan psikologis di atas posisi sebelumnya.
7. Tahap ketujuh, masyarakat sudah berhasil memberdayakan dirinya,
merasa tertantang untuk upaya yang lebih besar guna mendapatkan hasil
yang lebih baik.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberdayaan Komunitas
1. Kesediaan suatu komunitas untuk menerima pemberdayaan bergantung
pada situasi yang dihadapi.
2. Adanya pemikiran bahwa pemberdayaan tidak untuk semua orang, dan
adanya persepsi dari pemegang kekuasaan dalam komunitas tersebut
bahwa pemberdayaan dapat mengorbankan diri mereka sendiri.
3. Ketergantungan adalah budaya, dengan adanya masyarakat sudah
terbiasa dalam hirarki, birokrasi dan kontrol menejemen yang tegas
sehingga membuat mereka terpola dalam berpikir dan berbuat rutinitas.
4. Dorongan dari para pemimpin setiap komunitas untuk tidak mau
melepaskan kekuasaannya, sehingga inti dari pemberdayaan adalah berupa
pelepasan Sebagian kewenangannya untuk diserahkan kepada masyarakat
5. Adanya batas pemberdayaan, terutama terkait dengan siklus
pemberdayaan kemampuan dan motivasi setiap orang berbeda-beda.
6. Adanya kepercayaan dari para pemimpin komunitas untuk
mengembangkan pemberdayaan dan mengubah persepsi mereka tentang
anggota komunitasnya.
7. Pemberdayaan tidak kondusif bagi perubahan yang cepat.
8. Pemberdayaan membutuhkan dukungan sumber daya (resource) yang
besar, baik dari segi pembiayaan maupun waktu.

Dra. Juita Barti – SMAN 1 Banuhampu 5


3.4.2 MENJELASKAN HAKIKAT KEARIFAN LOKAL DAN
Hakikat Kearifan Lokal
Kearifan lokal sering disebut sebagai kebijakan setempat (local wisdom),
pengetahuan setempat (local
knowledge) atau kecerdasan setempat (local genius). Berikut penjelasan
pengertian dan pemahaman tentang kearifan lokal :
1. Kearifan lokal diartikan sebagai pandangan hidup dan ilmu
pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud
aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab
berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Sistem
pemenuhan kebutuhan tersebut meliputi seluruh
unsur kehidupan, agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi,
organisasi sosial, bahasa dan komunikasi serta kesenian.
2. Kearifan lokal merupakan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
kekayaan budaya lokal berupa tradisi,
pepatah dan semboyan hidup. Nilai –nilai ini dapat diamati melalui sikap
dan tingkah laku mereka dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi bagian
dari cara hidup yang dihadapi.
3. Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai: suatu kekayaan budaya
lokal yang mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way
of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan
hidup.
4. Nilai-nilai dalam kearifan lokal menjadi modal utama membangun
masyarakat tanpa merusak tatanan sosial dengan lingkungan alam.
5. kearifan lokal terbentuk sebagai budaya unggul dari masyarakat setempat
berkaitan erat dengan kondisi geografis atau lingkungan alam.

Dra. Juita Barti – SMAN 1 Banuhampu 6


6. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut dijadikan pegangan
hidup. Meskipun bernilai lokal, nilai yang terkadang didalamnya bersifat universal.
7. Kearifan lokal itu tidak hanya berlaku secara lokal pada budaya atau etnik tertentu,
tetapi dapat
dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas etnik sehingga membentuk nilai
budaya yang bersifat nasional.
8. Etika dan nilai moral yang terkandung dalam kearifan lokal diajarkan turun-temurun,
diwariskan dari generasi ke generasi melalui sastra lisan (antara lain dalam bentuk
pepatah, semboyan, dan peribahasa, folklore), dan manuskrip
9. Kearifan lokal dapat dipandang sebagai identitas bangsa, bertransformasi secara lintas
budaya yang pada akhirnya melahirkan nilai budaya nasional.
10. budaya lokal di Nusantara dikenal kearifan lokal yang mengajarkan gotong royong,
toleransi, etos kerja,
dan seterusnya.
Ciri-ciri kearifan lokal adalah sebagai berikut:
1. Mampu bertahan terhadap budaya luar,
2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar,
3. Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli,
4. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

Fungsi kearifan lokal:


1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam,
2. Berfungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia, misalnya berkaitan dengan upacara daur
hidup, konsep kanda pet rate,
3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan,
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan,
5. Bermakna misalnya sebagai integrasi komunal/kerabat serta upacara daur pertanian,
6. Bermakna etika dan moral yang terwujud dalam upacara ngaben dan penyucian roh leluhur,
7. Bermakna politik, misalnya dalam upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client

Bentuk Kearifan Lokal di Indonesia


Nyoman Sirtha menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat berupa nilai,
norma, kepercayaan dan aturan-aturan khusus. Pendapat lain yang mengklasifikasikan kearifan lokal ke
dalam dua aspek (Azan, 2013) yaitu:
1. Wujud Nyata (Tangible) yaitu berupa ; Tekstual, Bangunan atau Aristektual dan Benda Cagar Budaya atau
Tradisional (Karya Seni)
2. Tidak Berwujud (intangible) yaitu berupa ; petuah yang disampaikan secara verbal dan seni suara berupa
nyanyian, pantun, cerita, serat nilai-nilai ajaran tradisional. Serat ini disampaikan secara verbal
dari generasi ke generasi.

3.4.3 MENGANALISIS POTENSI DAN TANTANGAN DALAM MEWUJUDKAN KEARIFAN LOCAL

Kekayaan warisan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal yang berkembang secara turun trmurun merupakan
sumber yang sangat kaya dan merupakan modal dasar dalam pembentukan jatidiri dan karakter bangsa. Untuk
itu diperlukan infentarisasi, kodifikasi (dijadikan undang-undang) dan revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal
tersebut dengan cara menghidupkan kembali dan menempatkannya di dalam konteks sekarang. Nilai-nilai
tersebut dapat dilihat dari tradisi berbagai suku bangsa di Indonesia (lisan ataupun tertulis). Seperti budaya
gotong royong, budaya disiplin, budaya tepat waktu, rela berkorban, saling menghormati, ramah tamah dan
toleransi.

Potensi kearifan lokal di Indonesia


1. Kearifan lokal dalam karya masyarakat, seperti; karya seni tekstil(batik)
2. Kearifan lokal dalam pemanfaatan SDA, seperti ; mengajarkan kita untuk mengeksploitasi alam.
cth:Tana' Ulen di masyarakat dayak.
3. Kearifan lokal dalam mitos masyarakat, seperti ; kepercayaan terhadap pohon keramat
4. Kearifan lokal dalam bidang pertanian, seperti ; sistem pertanian yang ramah lingkungan dan
sesuai kondisi lingkungan. cth : nyabuk gunung(jateng), mitracai(jawa barat)
Dra. Juita Barti – SMAN 1 Banuhampu 7
5. Kearifan lokal dalam cerita budaya, seperti ; petuah dan sastra.

Dra. Juita Barti – SMAN 1 Banuhampu 8


Contoh kearifan lokal nusantara

Kearifan lokal di Minangkabau


Dalam hal berdemokrasi dari masyarakat Minangkabau, menyebut daerahnya dengan sebutan “alam” atau
“ranah”. Falsafah “alam takambang jadi guru” merupakan landasan berfikir orang Minangkabau. Ungkapan ini
merupakan manifestasi masyarakat Minangkabau dalam menjalankan kehidupan. Pola asuh dan penenaman
adat secara internalisasi dilakukan melalui tradisi lisan dan tradisi tertulis dalam bentuk analog. Alam dan segala
isinya menjadi sebuah wacana pembelajaran hidup bagi masyarakat Minangkabau.
Bagi masyarakat Minangkabau, adat merupakan pedoman atau peraturan hidup sehari-hari yang telah
dirancang dan dipersiapkan oleh nenek moyang unbtuk anak cucunya demi tercapainya kehidupan yang
bahagia dunia akhirat. Ajaran adat tersebut bertujuan membentuk individu yang berbudi luhur, manusia yang
berbudaya dan beradab. Masyarakat Minangkabau dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan
didasarkan pada musyawarah dan mufakat. Dalam hal ini adat Minang kabau mendorong masyarakat untuk
mengutamakan kebersamaan, sesuai pepatah-petitih berikut :
 Saiyo sakato, sahino samalu, anggo tanggo, sapikue sajinjiang (seiya sekata, sehina semalu,
berjenjang, sepikul sejinjing)
 Bulek aie ka pambuluah, bulek kato ka mufakat, bulek nak buliah digolongkan, picak nak buliah
dilayangkan
 Duduak surang basampik-sampik, duduak basamo balapang-lapang, kato surang dibulai kato
basamo dipaiyokan.

Kearifan lokal daerah lainnya di Nusantara :


Ada beberapa kekayaan budaya, yang merupakan kearifan lokal nusantara terkait dengan pemanfaatan
alam, diantaranya :
1. Masyarakat papua, terdapat kepercayaan te aro neweak lako (alam adalah aku). Tanah dianggap
sebagai bagian hidup manusia, maka pemanfaatan sumber daya alam harus hati-hati.
2. Masyarakat Serawai, Bengkulu, terdapat keyakinan celako kumali. Kelestarian lingkungan terwujud dari
kuatnya keyakinan tata nilai dalam berladang dan tradisi tanam.
3. Masyarakat Dayak Kenyah, Kalimantan Timur. Terdapat tradisi tana’ ulen. Kawasan hutan dikuasai
dan menjadi milik masyarakat adat.
4. Masyarakat Undau Mau, Kalimantan Barat. Kearifan lingkungan dalam pola penataan ruang
pemukiman, dengan mengklasifikasi hutan dan memanfaatkannya.
5. Masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan, Kampung Dukuh, Jawa Barat. Mereka mengenal upacara
tradisional, mitos, tabu, sehingga pemanfaatan hutan hati-hati. Tidak diperbolehkan eksploitasi
kecuali atas ijin sesepuh adat.
6. Masyarakat Bali dan Lombok. Mempunyai kearifa lingkungan awigawig. Awig-awig adalah patokan
tingkah laku yang dibuat masyarakat berdasarkan rasa keadilan dan kepatutan masyarakat
setempat.
7. Masyarakat Baduy mempunyai kearifan lingkungan yang mendasari mitigasi bencana dalam bentuk
pikukuh (ketentuan adat pokok) yang mengajarkan antara lain: gunung teu meunang dilebur, lebak
teu meunang dirusak (gunung tidak boleh dihancurkan, sumber air tidak boleh dirusak).

Tantangan dalam mewujudkan kearifan lokal :


1. Jumlah penduduk
Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mempengaruhi kebutuhan pangan dan berbagai produksi
lainnya untuk mencukupi kebutuhan manusia. Adanya kebutuhan pangan yang tinggi menuntut orang
untuk meningkatklan produksinya, sehingga melakukan modernisasi pertanian dengan melakukan
revolusi hijau melalui penggunaan bibit unggul, pemupukan kimia, pengendalian hama penyakit
dengan obat-obatan, pembangunan saluran irigasi dll

2. Teknologi modern dan budaya


Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang cepat menyebabkan kebudayaan berubah dengan
cepat pula. Disadari ataupun tidak oleh masyarakat, teknologi modern sebenarnya menciptakan
keinginan dan harapan-harapan baru dan memberikan cara yang memungkinkan adanya peningkatan
kesejahteraan manusia. Melihat kenyataan tersebut maka dipahami mengapa cita-cita tentang
teknologi lokal cenderung diabaikan, ini disebabkan karena kebanyakan orang beranggapan
bahwa teknologi modern selalu memiliki tingkat percepatan yang jauh lebih dinamis.

Dra. Juita Barti – SMAN 1 Banuhampu 9


3. Eksploitasi Sumber Daya Alam
Eksploitasi terhadap sumberdaya alam dan lingkungan sekarang ini telah sampai pada titik kritis,
yang menimbulkan berbagai masalah lingkungan dan masyarakat. Di samping masalah lingkungan
yang terjadi di wilayah-wilayah dimana dilakukan eksploitasi sumberdaya alam, sebenarnya
terdapat masalah

Dra. Juita Barti – SMAN 1 Banuhampu 1


0
kemanusiaan, yaitu tersingkirnya masyarakat asli (indigenous people) yang tinggal di dalam dan
sekitar wilayah eksploitasi baik eksploitasi sumberdaya hutan, sumberdaya laut, maupun hasil
tambang. Mereka yang telah turun temurun tinggal dan menggantungkan kehidupannya pada hutan
maupun laut, sekarang seiring dengan masuknya modal besar baik secara legal maupun illegal yang
telah mengeksploitasi sumberdaya alam, maka kedaulatan dan akses mereka terhadap sumberdaya
tersebut terampas. Dan industrialisasi menjadi ancaman bagi hak-hak adat mereka terhadap
lingkungan

4. Kemiskinan dan kesenjangan sosial


Kemiskinan dan kesenjangan merupakan salah satu masalah yang paling berpengaruh terhadap
timbulnya masalah sosial. Kemiskinan dapat mempengaruhi orang bertindak untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya, meskipun tindakan tersebut kadang bertentangan dengan aturan atau norma-
norma yang sudah ada atau pun berkaitan dengan kerusakan lingkungan. Maka dari itu kemiskinan
dan lingkungan merupakan isu strategis dan menjadi tantangan utama dalam proses pembangunan
berkelanjutan dan menjadi sasaran dalam Agenda 21

Mempertahankan eksistensi kearifan lokal untuk mengatasi masalah sosial


Dalam mempertahankan eksistensi kearifan lokal, diperlukan suatu usaha untuk menjaga agar kearifan
lokal tetap berkembang dalam masyarakat. Usaha tersebut harus disertai dengan kesadaran akan peranan
kearifan lokal dalam menghadapi masalah yang timbul akibat pengaruh perubahan sosial dan globalisasi.
Mempertahankan eksistensi kearifan lokal untuk mengatasi masalah sosial dapat dilakukan dengan berbagai
cara,
yakni :
1. Memberdayakan komunitas berbasis kearifan lokal
2. Menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia
3. Komitmen global terhadap pembangunan sosial masyarakat adat
sesuai dengan konversi yang diselenggarakan oleh ILO
4. Isu pelestarian lingkungan dan menghindari keterdesakan komunitas
asli dari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.
5. Meniadakan marginalisasi masyarakat asli dalam pembangunan nasional.
6. Memperkuat nilai-nilai kearifan masyarakat setempat dengan cara
mengintegrasikannya dalam desain kebijakan dan program
penanggulangan permasalahan sosial.

3.4.4 MENERAPKAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DENGAN MENGEDEPANKAN NILAI-


NILAI KEARIFAN LOCAL DI TENGAH PENGARUH GLOBALISASI

Globalisasi menimbulkan berbagai dampak dalam kehidupan masyarakat. Salah satu dampak globalisasi
berupa ketimpangan sosial. Ketimpangan sosial terutama tamak dalam hubungan negara-negara dengan
ekonomi kuat dan negara-negara dengan ekonomi lemah. Pada era globalisasi, banyak negara maju
mendominasi kehidupan ekonomi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dalam memberdayakan komunitas melalui nilai-nilai kearifan lokal menghadapi pengaruh globalisasi
terdapat lima hal yang perlu diperhatikan , yakni ;
1. Menghormati dan menjungjung tinggi Hak Asasi Manusia
2. Komitmen global terhadap pembangunan sosial masyarakat adat sesuai dengan konvensi yang
diselenggarakan oleh ILO
3. Isu pelestarian lingkungan dan menghindari keterdesakan komunitas asli dari eksploitasi sumber daya
alam yang berlebihan
4. Meniadakan marginalisasi masyarakat asli dalam pembangunan nasional
5. Memperkuat nilai-nilai kearifan masyarakat setempat dengan cara mengintegrasikannya dalam desain
kebijakan dan program penanggulangan masalah sosial.

Model pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal mengandung arti peletakan nilai-nilai
setempat (lokal) sebagai input penanggulangan masalah sosial seperti kemiskinan. Nilai-nilai setempat
(lokal) tersebut merupakan nilai-nilai sosial yang menjadi cerminan dari masyarakat yang bersangkutan.
Nilai-nilai tersebut meliputi kegotongroyongan, kekerabatan, musyawarah untuk mufakat, dan toleransi
(tepa selira).

Dra. Juita Barti – SMAN 1 Banuhampu 1


1
Dra. Juita Barti – SMAN 1 Banuhampu 1
2
Pemberdayaan komunitas berbasis nilai-nilai kearifan lokal akan menciptakan masyarakat yang berdaya,
ciri- ciri masyarakat yang berdaya antara lain:
1. Mampu memahami diri dan potensinya dan mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi
perubahan
ke depan)
2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri
3. Memiliki kekuatan untuk berunding
4. Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling
menguntungkan
5. Bertanggung jawab atas tindakannya

Inisiator pemberdayaan komunitas


1. Pemerintah
Pemerintah memiliki peran penting dalam melakukan pemberdayaan masyarakat karena
bertanggung jawab atas nasib, masa depan, dan kesejahteraan rakyat. pemerintah sebagai inisiator
akan memberi stimulan kepada masyarakat melalui program yang dilaksanakan, salah satunya PNPM
Mandiri.

2. Swasta
Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM) juga berperan besar sebagai inisiator pelaksanaan
pemberdayaan komunitas. Artinya, lembaga ini tidak berasal dari bagian lembaga pemerintahan,
tetapi bersifat independen. LSM sangan dibutuhkan untuk membantu mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.

3. Masyarakat
Kegiatan sosial masyarakat dapat mempererat hubungan sosial masyarakat.pemberdayaan dari
dalam masyarakat biasanya diprakasai oleh para pemangku kepentingan. seperti: kepala desa, lurah,
RT, RW, tokoh masyarakat.

Prinsip pemberdayaan komunitas


1. Kesetaraan
Pemberdayaan komunitas hendaknya memperhatikan prinsip kesetaraan. Artinya, pihak pemberdaya
dan komunitas yang akan diberdayakan memiliki kedudukan setara. Dalam hal ini pihak
pemberdaya/pendamping diposisikan secara fleksibel. Selain memiliki tugas berbagi ilmu
pengetahuan, mereka mendengarkan dan mengakomodasi pendapat masyarakat.

2. Partisipasif
Dalam kegiatan pemberdayaan, masyarakat diberi kebebasan memiliki dan merumuskan kebutuhan
dalam proses pemberdayaan. Mayarakat diajak melihat kemampuannya dalam mencapai tujuan
yang diinginkan.

3. Keswadayaan
Pemberdayaan komunitas hendaknya memperhatikan aspek ke swadayaan. Artinya, ada proses
menghargai kemampuan masyarakat dalam upaya pemberdayaan dengan mengedepankan
kemampuan masyarakat.

4. Berkelanjutan
Program yang dilaksanakan dalam komunitas ada baiknya dirancang secara berkelanjutan. Artinya,
meskipun proses pemberdayaan selesai, program pemberdayaan dapat dilanjutkan dan dikelola
masyarakat secara mandiri. Peran dari berbagai pihak seperti peran generasi muda diperlukan
untuk menyukseskan upaya pemberdayaan.

Dra. Juita Barti – SMAN 1 Banuhampu 1


3
Strategi Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas
1. Mempertimbangkan Potensi Masyarakat
Pemberdayaan komunitas hendaknya dimulai dengan mempertimbangkan potensi masyarakat.
Artinya, fasilitator atau pihak pemberdaya komunitas hendaknya menghargai segala potensi yang
dimiliki komunitas. Sebagai contoh, pihak pemberdaya menerima pandangan, pendapat, pengalaman,
dan pengetahuan yang dapar dimanfaatkan untuk mendukung upaya pemberdayaan. Dalam
mempertimbangkan potensi masyarakat. Kearifan lokal dapat digunakan sebagai batu loncatan upaya
pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat akan lebih mudah menerima berbagai
perubahan dalam proses pemberdayaan.

2. Memberikan Pendampingan secara Berkelompok


Pelaksanaan pemberdayaan akan lebih efektif jika dilakukan dalam sebuah kelompok. Pemberdayaan
dalam sebuah kelompok dinilai lebih efektif. Sebagai contoh, untuk melakukan pemberdayaan
pemuda dalam suatu dusun perlu mendatangi pemuda satu per satu.

3. Memberikan Pelatihan Khusus


Pihak pemberdaya perlu mengakomodasi usulan anggota masyarakat yang meminta dilakukan pelatihan
tertentu di luar program pemberdayaan. Sebagai contoh, dalam pelatihan kekriyaan pemuda
karang taruna, terdapat beberapa pemuda yang menginginkan diberi pelatihan pembuatan
kerajinan tangan.

Dra. Juita Barti – SMAN 1 Banuhampu 1


4
4. Mengangkat Kearifan Lokal
Tidak semua norma dan kebiasaan yang menjadi kearifan lokal menghambat perubahan. Pihak
pemberdaya perlu mengangkat kearifan-kearifan lokal dalam upaya pemberdayaan komunitas.
Sebagai contoh, mengajarkan masyarakat membuat dan mengelola tambak ikan.

5. Memberikan Bantuan Sarana


Sarana merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan.
Adapun wujud bantuan sarana dari pihak pemberdaya di antaranya modal stimulan untuk
menggerakkan program yang telah disepakati, pengadaan peralatan yang digunkan selama program
berlangsung, bantuan hukum seperti pembebasan lahan, atau bantuan perizininan seperti menggunakan
bangunan dan fasilitas umum.

6. Melaksanakan Pemberdayaan secara Bertahap


Adapun tahapan dalam pelaksanaan pemberdayaan sebagai
berikut. a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, pihak pemberdaya dapat menerapkan metode PRA atau
Participatory Rural Appraisal. PRA pada dasarnya merupakan metode penelitian atau kajian
untuk menggali potensi dan permasalahan dalam masyarakat, serta merumuskan alternatif
pengembangan dan
solusi permasalahan.

b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan atau disebut tahap kapasitasi biasanya dilakukan dengan
metode pendampingan serta diadakan kegiatan memfasilitasi program
pemberdayaan.

c. Evaluasi
Bentuk peran komunitas dalam evaluasi program pembangunan antara lain memberikan
masukan, saran, dan kritik bagi program pembangunan yang telah berlangsung. Proses evaluasi
dapat dilakukan bersama masyarakat. Jika program pemberdayaan dirasa berhasil, tahap
berikutnya adalah terminasi, yaitu pengakhiran seluruh kegiatan termasuk pendampingan,
serta penyerahan tugas pendampingan kepada komunitas tersebut.

Dra. Juita Barti – SMAN 1 Banuhampu 1


5

Anda mungkin juga menyukai