4
SOSIOLOGI SMA XII
KD 3.4 : Mendeskripsikan cara melakukan strategi pemberdayaan komunitas dengan mengedepankan nilai-
nilai kearifan lokal di tengah-tengah pengaruh globalisas
IPK :
3.4.1 Menjelaskan konsep-konsep dasar pemberdayaan komunitas lokal
3.4.2 Menjelaskan hakikat kearifan lokal dan pemberdayaan komunitas
3.4.3 Menganalisis potensi dan tantangan dalam mewujudkan kearifan local
3.4.4 Menerapkan strategi pemberdayaan komunitas dengan mengedepankan nilai-nilai kearifan local di
tengah pengaruh globalisasi
2. Pelatihan
Pelatihan merupakan cara meningkatkan pemberdayaan. Pelatihan
memberikan pengaruh sangat krusial dengan memberikan pendampingan
terhadap masyarakat. Pelatihan dan pendidikan bukan hanya belajar
membaca, menulis dan berhitung, tetapi juga meningkatkan ketrampilan
bertani, kerumahtanggaan, industri dan lainnya. Melalui pendidikan,
kesadaran masyarakat akan terus berkembang. Dan pada anggota
masyarakat perlu ditekankan bahwa setiap orang harus mendapatkan
pendidikan, termasuk orangtua dan kaum wanita. Ide besar yang
terkandung dibalik pendidikan kaum miskin adalah bahwa pengetahuan
menganggarkan kekuatan.
3. Pengorganisasian
Agar menjadi kuat dan dapat menentukan nasibnya sendiri, anggota suatu
masyarakat tidak cukup hanya
sadar dan dilatih ketrampilan, tapi juga harus diorganisir. Organisasi
berarti bahwa segala hal dikerjakan dengan cara yang teratur, ada
pembagian tugas dan tanggungjawab dalam pelaksanaan serta ada
kepemimpinan dan tidak hanya berdiri sendiri.
4. Pengembangan kekuatan
Kekuasaan berarti kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Bila
dalam suatu masyarakat tidak ada penyadaran, latihan dan organisasi,
orang-orangnya akan merasa tak berdaya dan tak memiliki kekuatan
5. Membangun Dinamika
Dinamika masyarakat berarti bahwa masyarakat itu sendiri harus mampu
memutuskan dan melaksanakan program-programnya sesuai dengan
rencana yang sudah digariskan dan diputuskan sendiri. Bila keputusan-
keputusan tersebut kurang kontrol dari masyarakat maka sangat besar
resiko dan berbahaya terhadap masyarakat itu sendiri karena akan
menjadi kegagalan.
Kekayaan warisan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal yang berkembang secara turun trmurun merupakan
sumber yang sangat kaya dan merupakan modal dasar dalam pembentukan jatidiri dan karakter bangsa. Untuk
itu diperlukan infentarisasi, kodifikasi (dijadikan undang-undang) dan revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal
tersebut dengan cara menghidupkan kembali dan menempatkannya di dalam konteks sekarang. Nilai-nilai
tersebut dapat dilihat dari tradisi berbagai suku bangsa di Indonesia (lisan ataupun tertulis). Seperti budaya
gotong royong, budaya disiplin, budaya tepat waktu, rela berkorban, saling menghormati, ramah tamah dan
toleransi.
Globalisasi menimbulkan berbagai dampak dalam kehidupan masyarakat. Salah satu dampak globalisasi
berupa ketimpangan sosial. Ketimpangan sosial terutama tamak dalam hubungan negara-negara dengan
ekonomi kuat dan negara-negara dengan ekonomi lemah. Pada era globalisasi, banyak negara maju
mendominasi kehidupan ekonomi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dalam memberdayakan komunitas melalui nilai-nilai kearifan lokal menghadapi pengaruh globalisasi
terdapat lima hal yang perlu diperhatikan , yakni ;
1. Menghormati dan menjungjung tinggi Hak Asasi Manusia
2. Komitmen global terhadap pembangunan sosial masyarakat adat sesuai dengan konvensi yang
diselenggarakan oleh ILO
3. Isu pelestarian lingkungan dan menghindari keterdesakan komunitas asli dari eksploitasi sumber daya
alam yang berlebihan
4. Meniadakan marginalisasi masyarakat asli dalam pembangunan nasional
5. Memperkuat nilai-nilai kearifan masyarakat setempat dengan cara mengintegrasikannya dalam desain
kebijakan dan program penanggulangan masalah sosial.
Model pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal mengandung arti peletakan nilai-nilai
setempat (lokal) sebagai input penanggulangan masalah sosial seperti kemiskinan. Nilai-nilai setempat
(lokal) tersebut merupakan nilai-nilai sosial yang menjadi cerminan dari masyarakat yang bersangkutan.
Nilai-nilai tersebut meliputi kegotongroyongan, kekerabatan, musyawarah untuk mufakat, dan toleransi
(tepa selira).
2. Swasta
Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM) juga berperan besar sebagai inisiator pelaksanaan
pemberdayaan komunitas. Artinya, lembaga ini tidak berasal dari bagian lembaga pemerintahan,
tetapi bersifat independen. LSM sangan dibutuhkan untuk membantu mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
3. Masyarakat
Kegiatan sosial masyarakat dapat mempererat hubungan sosial masyarakat.pemberdayaan dari
dalam masyarakat biasanya diprakasai oleh para pemangku kepentingan. seperti: kepala desa, lurah,
RT, RW, tokoh masyarakat.
2. Partisipasif
Dalam kegiatan pemberdayaan, masyarakat diberi kebebasan memiliki dan merumuskan kebutuhan
dalam proses pemberdayaan. Mayarakat diajak melihat kemampuannya dalam mencapai tujuan
yang diinginkan.
3. Keswadayaan
Pemberdayaan komunitas hendaknya memperhatikan aspek ke swadayaan. Artinya, ada proses
menghargai kemampuan masyarakat dalam upaya pemberdayaan dengan mengedepankan
kemampuan masyarakat.
4. Berkelanjutan
Program yang dilaksanakan dalam komunitas ada baiknya dirancang secara berkelanjutan. Artinya,
meskipun proses pemberdayaan selesai, program pemberdayaan dapat dilanjutkan dan dikelola
masyarakat secara mandiri. Peran dari berbagai pihak seperti peran generasi muda diperlukan
untuk menyukseskan upaya pemberdayaan.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan atau disebut tahap kapasitasi biasanya dilakukan dengan
metode pendampingan serta diadakan kegiatan memfasilitasi program
pemberdayaan.
c. Evaluasi
Bentuk peran komunitas dalam evaluasi program pembangunan antara lain memberikan
masukan, saran, dan kritik bagi program pembangunan yang telah berlangsung. Proses evaluasi
dapat dilakukan bersama masyarakat. Jika program pemberdayaan dirasa berhasil, tahap
berikutnya adalah terminasi, yaitu pengakhiran seluruh kegiatan termasuk pendampingan,
serta penyerahan tugas pendampingan kepada komunitas tersebut.