Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Mata Kuliah :
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat

Disusun oleh:

Muhammad Exsel Riyan (41183506170020)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Ilmu Pemerintahan
UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI

i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Mata
Kuliah Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Andi Sopandi, M.Si. selaku dosen Mata
Kuliah Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas
Islam 45 Bekasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, 21 Maret 2020

Muhammad Exsel Riyan

ii
Daftar isi

Kata Pengantar............................................................................................................................................ii
Daftar isi......................................................................................................................................................iii
Pembahasan................................................................................................................................................1
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat..........................................................................................1
1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat Menurut Para Ahli..................................................................1
2. Prinsip-Prinsip Dasar Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat.......................................................3
3. Permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat.........5
Daftar Pustaka.............................................................................................................................................7

iii
Pembahasan

Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan Masyarakat merupakan proses pembangunan yang mana masyarakat memiliki
inisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.
Pemberdayaan masyarakat dapat terjadi apabila masyarakat itu sendiri ikut pula berpartisipasi.

Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan masyarakat" apabila kelompok
komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai
subjek. Disini subjek merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat atau objek saja.

1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat Menurut Para Ahli


Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata
power yang berarti kekuasaan atau keberdayaan. Konsep pemberdayaan berawal dari penguatan
modal sosial di masyarakat (kelompok) yang meliputi penguatan penguatan modal social.
Apabila kita sudah mendapat Kepercayaan (trusts), Patuh Aturan (role), Jaringan (networking),
dan memiliki modal social yang kuat maka kita akan mudah mengarahkan dan mengatur (direct)
masyarakat serta mudah mentransfer knowledge kepada masyarakat.

 Menurut (Suharto 2005). Pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang, khususnya


kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam
(a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),
dalam arti bukan saja bebas dalam mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari
kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-
sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya
dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c)
berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan keputusan yang mempengaruhi
mereka.
 Jimmu, (2008) menyatakan bahwa pengembangan masyarakat tidak hanya sebatas teori
tentang bagaimana mengembangkan daerah pedesaan tetapi memiliki arti yang
kemungkinan perkembangan di tingkat masyarakat. Pembangunan masyarakat

1
seharusnya mencerminkan tindakan masyarakat dan kesadaran atas identitas diri. Oleh
karena itu, komitmen untuk pengembangan masyarakat harus mengenali keterkaitan
antara individu dan masyarakat dimana mereka berada. Masyarakat adalah sebuah
fenomena struktural dan bahwa sifat struktural dari kelompok atau masyarakat memiliki
efek pada cara orang bertindak, merasa dan berpikir. Tapi ketika kita melihat struktur
tersebut, mereka jelas tidak seperti kualitas fisik dari dunia luar. Mereka bergantung pada
keteraturan reproduksi sosial, masyarakat yang hanya memiliki efek pada orang-orang
sejauh struktur diproduksi dan direproduksi dalam apa yang orang lakukan. Oleh karena
itu pengembangan masyarakat memiliki epistemologis logis dan yang dasar dalam
kewajiban sosial yang individu memiliki terhadap masyarakat yang mengembangkan
bakat mereka.
 Menurut Chambers, (1995) pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep
pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people centred, participatory,
empowering, and sustainable”.
 Menurut Wilson (1996) terdapat 7 tahapan dalam siklus pemberdayaan masyarakat.
Tahap pertama yaitu keinginan dari masyarakat sendiri untuk berubah menjadi lebih baik.
Pada tahap kedua, masyarakat diharapkan mampu melepaskan halangan-halangan atau
factor-faktor yang bersifat resistensi terhadap kemajuan dalam dirinya dan komunitasnya.
Pada tahap ketiga, masyarakat diharapkan sudah menerima kebebasan tambahan dan
merasa memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan dirinya dan komunitasnya.
Tahap keempat yaitu upaya untuk mengembangkan peran dan batas tanggung jawab yang
lebih luas, hal ini juga terkait dengan minat dan motivasi untuk melakukan pekerjaan
dengan lebih baik. Pada tahap kelima ini hasil-hasil nyata dari pemberdayaan mulai
kelihatan, dimana peningkatan rasa memiliki yang lebih besar menghasilkan keluaran
kinerja yang lebih baik. Pada tahap keenam telah terjadi perubahan perilaku dan kesan
terhadap dirinya, dimana keberhasilan dalam peningkatan kinerja mampu meningkatkan
perasaan psikologis di atas posisi sebelumnya. Pada tahap ketujuh masyarakat yang telah
berhasil dalam memberdayakan dirinya, merasa tertantang untuk upaya yang lebih besar
guna mendapatkan hasil yang lebih baik. Siklus pemberdayaan ini menggambarkan

2
proses mengenai upaya individu dan komunitas untuk mengikuti perjalanan kearah
prestasi dan kepuasan individu dan pekerjaan yang lebih tinggi.

 Cholisin (2011) menyebutkan bahwa pengembangan masyarakat (community


development) merupakan konsep yang berkembang sebagai tandingan (opponent)
terhadap konsep negara- kesejahteraan (welfare state). Kedua konsep ini muncul dalam
wacana pembangunan yang diperankan oleh negara (sebagai tanggung jawab pmerintah)
untuk mensejahterakan masyarakat (rakyat) dan mendistribusikan kesejahteraan tersebut
secara merata (adil). Inti dari konsep kesejahteraan adalah pemenuhan kebutuhan hidup
manusia (human needs) yang dimulai dengan pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs),
seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan.

2. Prinsip-Prinsip Dasar Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat


Terdapat empat prinsip yang sering digunakan untuk suksesnya program pemberdayaan, yaitu
prinsip kesetaraan, partisipasi, keswadayaan atau kemandirian, dan berkelanjutan (Najiati dkk,
2005:54).

a. Prinsip Kesetaraan

Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah adanya
kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara masyarakat dengan lembaga yang melakukan
program-program pemberdayaan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan. Dinamika yang
dibangun adalah hubungan kesetaraan dengan mengembangkan mekanisme berbagai
pengetahuan, pengalaman, serta keahlian satu sama lain. Masing-masing saling mengakui
kelebihan dan kekurangan, sehingga terjadi proses saling belajar.

b. Partisipasi

Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat adalah program


yang sifatnya partisipatif, direncanakan, dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh masyarakat.

3
Namun, untuk sampai pada tingkat tersebut perlu waktu dan proses pendampingan yang
melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi terhadap pemberdayaan masyarakat.

c. Keswadayaan atau kemandirian

Prinsip keswadayaan adalah menghargai dan mengedepankan kemampuan masyarakat


daripada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak memandang orang miskin sebagai objek yang tidak
berkemampuan (the have not), melainkan sebagai subjek yang memiliki kemampuan sedikit (the
have little). Mereka memiliki kemampuan untuk menabung, pengetahuan yang mendalam
tentang kendala-kendala usahanya, mengetahui kondisi lingkungannya, memiliki tenaga kerja
dan kemauan, serta memiliki norma-norma bermasyarakat yang sudah lama dipatuhi. Semua itu
harus digali dan dijadikan modal dasar bagi proses pemberdayaan. Bantuan dari orang lain yang
bersifat materiil harus dipandang sebagai penunjang, sehingga pemberian bantuan tidak justru
melemahkan tingkat keswadayaannya.

d. Berkelanjutan

Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun pada awalnya peran
pendamping lebih dominan dibanding masyarakat sendiri. Tapi secara perlahan dan pasti, peran
pendamping akan makin berkurang, bahkan akhirnya dihapus, karena masyarakat sudah mampu
mengelola kegiatannya sendiri.

4
3. Permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Watson dalam Adi (2008 : 259 – 275), “kendala yang terjadi dalam pelaksanaan
program pemberdayaan dapat berasal dari kepribadian individu dalam komunitas dan bisa juga
berasal dari sistem sosial”. Kendala-kendala tersebut adalah :

a. Kendala yang berasal dari kepribadian individu

1) Ketergantungan (depedence)

Ketergantungan suatu komunitas terhadap orang lain (misalnya terhadap pendamping sosial)
menyebabkan proses “pemandirian” masyarakat membutuhkan waktu yang cenderung lebih
lama.

2) Kebiasaan (habit)

Kebiasaan dapat menjadi faktor pendukung untuk mengembangkan perencanaan perubahan


namun di sisi lain kebiasaan dapat menjadi faktor penghambat. Kebiasaan mencuci tangan
sebelum makan adalah contoh kebiasaan yang positif dan mendukung upaya peningkatan
kesehatan sedangkan contoh kebiasaan yang negatif antara lain adalah membuang sampah
sembarangan.

3) Hal yang utama (primacy)

Hal yang utama yang dimaksudkan adalah hal-hal yang berhasil memberikan hasil yang
memuaskan. Ketika seseorang menghadapi suatu situasi tertentu dan tindakannya memberikan
hasil yang memuaskan maka ia cenderung akan mengulangi tindakan tersebut pada waktu yang
lain dengan situasi yang sama. Sebagai contoh : seseorang yang sakit kepalanya sembuh karena
mengkonsumsi suatu jenis obat tertentu akan memilih obat itu kembali ketika mengalami sakit
kepala di waktu yang lain dan cenderung menolak alternatif obat yang lain.

5
4) Superego

Superego yang terlalu kuat dalam diri seseorang cenderung membuat ia tidak mau atau sulit
menerima perubahan atau pembaharuan. Dorongan superego yang berlebihan dapat
menimbulkan kepatuhan yang berlebihan pula.

b. Kendala yang berasal dari sistem sosial

1) Kelompok kepentingan

Kelompok kepentingan dapat menjadi salah satu penghambat dalam upaya pemberdayaan
masyarakat. Misalnya, upaya pemberdayaan petani di suatu desa tidak dapat dilaksanakan karena
ada kelompok kepentingan tertentu yang bermaksud membeli lahan pertanian untuk mendirikan
perusahan tekstil. Kelompok kepentingan ini akan berupaya lebih dulu agar lahan pertanian
tersebut jatuh ke tangan mereka.

2) Kesepakatan terhadap norma tertentu (conforming to norms)

Norma berkaitan erat dengan kebiasaan dalam suatu komunitas. Norma merupakan aturan-aturan
yang tidak tertulis namun mengikat anggota-anggota komunitas. Di satu sisi, norma dapat
mendukung upaya perubahan tetapi di sisi lain norma dapat menjadi penghambat untuk
melakukan pembaharuan.

3) Kesatuan dan kepaduan sistem dan budaya (systemic and cultural coherence)

Perubahan yang dilakukan pada suatu area akan dapat mempengaruhi area yang lain karena
dalam suatu komunitas tidak berlaku hanya satu sistem tetapi berbagai sistem yang saling terkait,
menyatu dan terpadu sehingga memungkinkan masyarakat itu hidup dalam keadaan mantap.
Sebagai contoh, perubahan sistem mata pencaharian dari ladang berpindah menjadi lahan

6
pertanian tetap akan menimbulkan perubahan pada kebiasaan yang lain seperti pola pengasuhan
anak, pola konsumsi dan sebagainya.

Daftar Pustaka
 Oceannaz. 2010. Pemberdayaan Masyarakat. Tersedia di:
https://oceannaz.wordpress.com
 Muchlisin Riadi. 2017. Tujuan, Prinsip dan Tahapan Pemberdayaan
Masyarakat. Tersedia di: https://kajianpustaka.com
 Prasetyo. 2015. Konsep dan Teori Pemberdayaan Masyarakat. Tersedia di:
https://prasfapet.wordpress.com
 Arsawan, E, Kariati, Sukarta. 2016. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
BERBASIS COMMUNITY DEVELOPMENT (STUDI EKPLORATORIF
DI KAWASAN WISATA SANGEH). Jurnal Sosial. 6(3), 240.

Anda mungkin juga menyukai