Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
karunia dan rahmatnya kami bisa menyelesaikan makalah mengenai Pranata dan
Pemberdayaan Sosial. Serta kami juga berterima kasih kepada Bpk Dr. Aef Wahyudin, M.Ag
selaku dosen Filsafat Sosial yang sudah memberikan kepercayaan menyelesaikan tugas ini.

Kami pun menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang sudah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini bisa dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang sudah disusun ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri
ataupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf jika terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
anda demi perbaikan makalah ini di saat yang akan datang.

Bandung, 05 Desember 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3
A. LatarBelakang ............................................................................................................ 3
B. RumusanMasalah ....................................................................................................... 3
C. TujuanMasalah ........................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4
A. Pranata sosial .............................................................................................................. 4
B. Hedonisme .................................................................................................................. 5
C. Fundamentalisme ....................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 10
A. kesimpulan ............................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan mengandung arti
bahwa manusia ditempatkan pada posisi pelaku dan penerima manfaat dari proses
mencari solusi dan meraih suatu hasil pembangunan, dengan demikian maka
masyarakat harus mampu lagi meningkatkan kualitas kemandirian mengatasi masalah
yang dihadapi upaya-upaya pemberdayaan masyarakat seharusnya mampu berperan
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) terutama dalam membentuk dan
merubah perilaku masyarakat guna untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas
lagi, hal ini berangkat dari kegeraman dalam maraknya permasalahan sosial mengenai
kemiskinan dan pengangguran. Kemudian ada pula penyebab munculnya kaum
fundamentalis ialah diakibatkan oleh arus globalisasi yang tidak terbendung dan tidak
terfilterasi oleh masyarakat sehingga menyebabkan lahirnya perilaku masyarakat yang
amoral dan menyimpang dari norma-norma agama. Serta pula di masa sekarang ini
masyarakat memilik permasalahan dalam keinginan menyenangkan diri sendiri
dengan secara berlebihan, maka muncullah istilah hedonisme, yaitu suatu paham yang
hadir atas masalah tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pranata dan pemberdayaan sosial?
2. Apa yang dimaksud dengan hedonisme ?
3. Apa yang dimaksud dengan fundamentalisme?

C. Tujuan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud pranata dan pemberdayaan sosial
2. Menjelaskan apa yang dimaksud paham hedonisme
3. Menjelaskan apa yang dimaksud paham fundamentalisme

3
BAB II

PEMBAHASAN

Pranata sosial

Pranata atau lembaga sosial merupakan produk kesepakatan masyarakat yang dibuat
utuk menjalankan sistem nilai dan norma tertentu. Defenisi pranata sosial dapat
dideskripsikan sebagai upaya institusional untuk melaksanakan atau melanggengkan sistem
sosial. Dengan demikian pranata sosial dapat disebut juga institusi sosial atau lembaga sosial.
Pranata sosial adalah institusi atau lembaga sosial hasil kesepakatan anggota masyarakat yang
dibuatkan untuk menjalankan sistem sosial.

Pranata sosial atau institusi sosial berfungsi untuk menyadarkan seluruh anggota
masyarakat agar berperilaku sesuai nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Kesadaran yang terwujud dalam perilaku tersebut diperlukan dalam rangka menjaga
keharmonisan sosial dan kelanggengan sistem sosial.

Robert K. Merton mengidentifikasikan adanya dua fungsi pranata atau lembaga sosial
ketika dibentuk, yaitu fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi manifes adalah fungsi yang
diharapkan, diorientasikan, didesain, dan dimanifestasikan. Paranata atau lembaga sosial
sengaja dibentuk untuk fungsi manifes. Sedangkan fungsi laten merupakan fungsi lain yang
muncul diluar perkiraan atau ekspektasi awal.

Ada beberapa jenis pranata sosial yaitu:

1. Pranata keluarga
Merupakan sistem nilai, norma dan perilaku dalam unit sosial kecil yang
dinamakan keluarga.
2. Pranata pendidikan
Sistem nilai, norma dan perilaku dalam lingkum pendidikan.
3. Pranata ekonomi
Sistem sosial tentang bagaimana cara memenuhi kebutuhan manusia dan
mencapai kesejahteraan.
4. Pranata agama
Sistem nilai dan norma yang terkait dengan keyakinan dan kebenaran.

4
Pemberdayaan sosial

Pemberdayaan pada hakekatnya adalah upaya pemberian daya atau peningkatan


keberdayaan. Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk memandirikan
masyarakat agar mampu berpartisipasi aktif dalam segala aspek pembangunan. Kemandirian
bukan berarti mampu hidup sendiri tetapi mandiri dalam pengambilan keputusan, yaitu
memiliki kemampuan untuk memilih dan keberanian menolak segala bentuk bantuan dan
atau kerjasama yang tidak menguntungkan. Dalam wikipedia diartikan bahwa pemberdayaan
masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai
proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Dimana masyarakat
sendirilah yang menjadi pemeran utama dalam berlangsungnya kegiatan ini. Oleh karena itu,
pemberdayaan sosial tidak akan berjalan tanpa adanya partisipasi masyarakat.

Dalam pengertian sehari-hari, pemberdayaan masyarakat selalu dikonotasikan sebagai


pemberdayaan masyarakat kelas bawah yangumumnya dinilai tidak berdaya. Hal ini berarti
daerah yang memiliki masyarakat msikin terbanyak yang menjadi objek dilakukannya
pemberdayaan sosial. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah pembangunan di
NKRI. Kedua permasalahan ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Kemiskinan adalah
situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin melainkan
karena tak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada.

Kartasasmita (1995), mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya


untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat untuk melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Intinya adalah pemberdayaan masyarakat
bertujuan untuk melahirkan masyarakat yang mandiri dengan menciptakan kondisi yang
memungkinkan potensi massyarakat dapat berkembang.

Maksud atau tujuan pemberdayaan masyarakat :

a. Meningkatkan kemampuan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.


b. Meningkatkan partisipasi masyarakat agar diperoleh perbaikan tatanan kelembagaan.
c. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam sumberdaya- sumberdaya yang ada
sesuai dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat yang seimbang dari aspek
ekologis dan ekonomis.
Berikut terdapat beberapa metode-metode dalam pemberdayaan yakni:
1. RRA (Rapid Rural Appraisal)

5
RRA (Rapid Rural Appraisal) merupakan metode penilaian keadaan desa secara
cepat, yang dalam praktek, kegiatan RRA lebih banyak dilakukan oleh “orang luar”
dengan tanpa atau sedikit melibatkan masyarakat setempat. Meskipun sering dikatakan
sebagai teknik penelitian yang “cepat dan kasar/kotor” tetapi RRA dinilai masih lebih
baik dibanding teknik-teknik kuantitatif klasik.
Metode RRA digunakan untuk pengumpulan informasi secara akurat dalam waktu
yang terbatas ketika keputusan tentang pembangunan perdesaan harus diambil segera.
Dewasa ini banyak program pembangunan yang dilaksanakan sebelum adanya kegiatan
pengumpulan semua informasi di daerah sasaran. Konsekuensinya, banyak program
pembangunan yang gagal atau tidak dapat diterima oleh kelompok sasaran meskipun
program-program tersebut sudah direncanakan dan dipersiapkan secara matang, karena
masyarakat tidak diikutsertakan dalam penyusunan prioritas dan pemecahan masalahnya.
Pada dasarnya, metode RRA merupakan proses belajar yang intensif untuk
memahami kondisi perdesaan, dilakukan berulang-ulang, dan cepat. Untuk itu diperlukan
cara kerja yang khas, seperti tim kerja kecil yang bersifat multidisiplin, menggunakan
sejumlah metode, cara, dan pemilihan teknik yang khusus, untuk meningkatkan
pengertian atau pemahaman terhadap kondisi perdesaan. Cara kerja tersebut tersebut
dipusatkan pada pemahaman pada tingkat komunitas lokal yang digabungkan dengan
pengetahuan ilmiah.
Komunikasi dan kerjasama diantara masyarakat desa dan aparat perencana dan
pelaksana pembangunan (development agent) adalah sangat penting, dalam kerangka
untuk memahami masalah-masalah di perdesaan. Di samping itu, metoda RRA juga
berguna dalam memonitor kecenderungan perubahan-perubahan di perdesaan untuk
mengurangi ketidakpastian yang terjadi di lapangan dan mengusulkan penyelesaian
masalah yang memungkinkan.
Menurut Beebe James (1995), metode RRA menyajikan pengamatan yang
dipercepat yang dilakukan oleh dua atau lebih pengamat atau peneliti, biasanya dengan
latar belakang akademis yang berbeda. Metode ini bertujuan untuk menghasilkan
pengamatan kualitatif bagi keperluan pembuat keputusan untuk menentukan perlu
tidaknya penelitian tambahan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
Metode RRA memiliki tiga konsep dasar yaitu; (a) perspektif sistem, (b) triangulasi dari
pengumpulan data, dan (c) pengumpulan data dan analisis secara berulang-ulang
(iterative).

6
Sebagai suatu teknik penilaian, RRA menggabungkan beberapa teknik yang terdiri
dari:
a. Review/telaahan data sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan lapang
secara ringkas.
b. Oservasi/pengamatan lapang secara langsung.
c. Wawancara dengan informan kunci dan lokakarya.
d. Pemetaan dan pembuatan diagram/grafik.
e. Studi kasus, sejarah lokal, dan biografi.
f. Kecenderungan-kecenderungan.
g. Pembuatan kuesioner sederhana yang singkat.
h. Pembuatan laporan lapang secara cepat.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam RRA, yaitu:
 Efektivitas dan efisiensi, kaitannya dengan biaya, waktu, dengan perolehan
informasi yang dapat dipercaya yang dapat digunakan dibanding sekadar jumah
dan ketepatan serta relevansi informasi yang dibutuhkan.
 Hindari bias, melalui: introspeksi, dengarkan, tanyakan secara berulang-ulang,
tanyakan kepada kelompok termiskin.
 Triangulasi sumber informasi dan libatkan Tim Multi-disiplin untuk bertanya
dalam beragam perspektif.
 Belajar dari dan bersama masyarakat.
 Belajar cepat melalui eksplorasi, cross-check dan jangan terpaku pada bekuan
yang telah disiapkan.

2. PRA (Participatory Rural Appraisal)


PRA merupakan penyempurnaan dari RRA. PRA dilakukan dengan lebih
banyak melibatkan “orang dalam” yang terdiri dari semua stakeholders dengan
difasilitasi oleh orang-luar yang lebih berfungsi sebagai narasumber atau fasilitator
dibanding sebagai instruktur atau guru yang menggurui.
PRA adalah suatu metode pendekatan untuk mempelajari kondisi dan
kehidupan pedesaan dari, dengan, dan oleh masyarakat desa. Atau dengan kata lain
dapat disebut sebagai kelompok metode pendekatan yang memungkinkan masyarakat
desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka

7
tentang kondisi dan kehidupan desa, membuat rencana dan bertindak (Chambers,
1996).
Konsepsi dasar pandangan PRA adalah pendekatan yang tekanannya pada keterlibatan
masyarakat dalam keseluruhan kegiatan. Metode PRA bertujuan menjadikan warga
masyarakat sebagai peneliti, perencana, dan pelaksana program pembangunan dan bukan
sekedar obyek pembangunan.
Melalui PRA dilakukan kegiatan-kegiatan:
a. Pemetaan-wilayah dan kegiatan yang terkait dengan topik penilaian keadaan.
b. Analisis keadaan yang berupa:
1) Kedaan masa lalu, sekarang, dan kecenderungannya di masa depan.
2) Identifikasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan alasan-alasan atau
penyebabnya.
3) Identifikasi (akar) masalah dan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
4) Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman atau analisis strength, weakness,
opportunity, and treat (SWOT) terhadap semua alternatif pemecahan masalah.
c. Pemilihan alternatif pemecahan masalah yang paling layak atau dapat diandalkan
(dapat dilaksanakan, efisien, dan diterima oleh sistem sosialnya).
d. Rincian tentang stakeholders dan peran yang diharapkan dari para pihak, serta
jumlah dan sumber-sumber pembiayaan yang dapat diharapkan untuk
melaksanakan program/ kegiatan yang akan diusulkan/ direkomendasikan.
Alat-alat yang digunakan dalam metoda PRA serupa dengan yang digunakan
dalam metode RRA, tetapi berbeda dalam tingkat partisipasi dari masyarakat desa
dalam praktik di lapangan. Tidak seperti dalam RRA, masyarakat desa yang
dilibatkan dalam PRA memainkan peran yang lebih besar dalam pengumpulan
informasi, analisis data dan pengembangan intervensi seperti pada program-program
pengembangan masyarakat yang didasarkan pada pengertian terhadap program secara
keseluruhan. Proses ini akan memberdayakan masyarakat dan memberi kesempatan
kepada mereka untuk melaksanakan kegiatan dalam memecahkan masalah mereka
sendiri yang lebih baik dibanding dengan melalui intervensi dari luar.

Hedonisme

Hedonisme dari kata “hedone” (Yunani) yang berarti kesenangan, hedonisme adalah
pandangan moral bahwa hal yang baik hanya kesenangan. Menurut Kamus Besar Bahasa

8
Indonesia hedonisme adalah pandangan yg menganggap kesenangan dan kenikmatan materi
sebagai tujuan utama dalam hidup. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap
bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan
sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan
ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan
tindakan manusia.Ciri-ciri hedonisme adalah membagi dan mendikotomikan hidup jadi dua,
kesenangan dan kesusahan. Dan dalam bentuk halusnya, hedonisme bahkan bisa berbentuk
alim. Salah satu cara untuk dapat membedakan semangat hedonisme adalah, semangatnya
untuk diri-sendiri. Jika semua yangg dilakukan adalah berujung pada sesuatu yang untuk
dirinya sendiri, maka unsur hedonisme patut dicurigai kental ada di dalamnya.

Beberapa tokoh yang menjadi pelopor paham hedonisme berasal dari Yunani. Diawali
oleh Sokrates yang menanyakan, “Apa yang sebenarnya menjadi tujuan akhir hidup
manusia?” Pertanyaan ini kemungkinan besar ditanyakan pula oleh sebagian besar
masyarakat sekarang, ‘kan? Dua tokoh berikut pun berupaya menjawab pertanyaan Sokrates
tersebut melalui pengertian hedonisme berikut ini.

1. Aristippus
Aristippus menjawab pertanyaan Sokrates tersebut dengan memaparkan
bahwa tujuan hidup alami manusia adalah kesenangan. Apabila manusia tidak bisa
mencapainya, maka akan mencari sesuatu yang lain lagi.

2. Epikuros
Sementara itu, Epikuros memaparkan pengertian hedonisme yang lebih luas.
Epikuros tidak hanya menyebutkan kesenangan badani saja, tetapi rohani juga. Dalam
hal itu adalah jiwa yang terbebas dari keresahan.

Ide hedonisme berlawanan dengan ide bahwa senang dan susah datang bergantian,
masing-masing ada tujuannya – tidak lepas dari pengetahuan Sang Pencipta. Karena itulah
hedonisme sangat diterima oleh penganut ide-ide yangg menolak adanya Sang
Pencipta.Disini jelas bahwa hedonisme ialah perbuatan yang diantara segenap perbuatan yang
dapat dilakukan oleh seseorang akan membawa orang tersebut merasakan kebahagiaan yang
sebesar-besarnya. Kala itu, hedonisme masih mempunyai arti positif. Dalam
perkembangannya, penganut paham ini mencari kebahagiaan berefek panjang tanpa disertai
penderitaan. Mereka menjalani berbagai praktik asketis, seperti puasa, hidup miskin, bahkan

9
menjadi pertapa agar mendapat kebahagiaan sejati. Namun waktu kekaisaran Romawi
menguasai seluruh Eropa dan Afrika, paham ini mengalami pergeseran ke arah negatif dalam
semboyan baru hedonisme. Semboyan baru itu, carpe diem (raihlah kenikmatan sebanyak
mungkin selagi kamu hidup), menjiwai tiap hembusan napas aliran tersebut. Kebahagiaan
dipahami sebagai kenikmatan belaka tanpa mempunyai arti mendalam. Kedangkalan makna
mulai terasa. Pemahaman negatif melekat dan pemahaman positif menghilang dalam
hedonisme. Karena pemahaman hedonis yang lebih mengedepankan kebahagiaan diganti
dengan mengutamakan kenikmatan.

Sementara itu berkenaan dengan hedonisme etis ada dua gagasan yang patut
diperhatikan. Pertama, kebahagiaan tidak sama dengan jumlah perasaan nikmat.Nikmat selalu
berkaitan langsung dengan sebuah pengalaman ketika sebuah kecondongan terpenuhi,begitu
pengalaman itu selesai, nikmatpun habis. Sementara itu,kebahagiaan menyangkut sebuah
kesadaran rasa puas dan gembira yang berdasarkan pada keadaan kita sendiri,dan tidak terikat
pada pengalaman-pengalaman tertentu. Dengan kata lain,kebahagiaan dapat dicapai tanpa
suatu pengalaman nikmat tertentu. Sebaliknya, pengalaman menikmati belum tentu membuat
bahagia.

Kedua, jika kita hanya mengejar nikmat saja,kita tidak akan memperoleh nilai dan
pengalaman yang paling mendalam dan dapat membahagiakan. Sebab, pengalaman ini hanya
akan menunjukan nilainya jika diperjuangkan dengan pengorbanan. Misalnya;dalam
persahabatan dan cinta.Kita tidak akan sanggup menggoreskan kesan mendalam dalam
persahabatan dan cinta jika pertimbangan yang mendasari hanya karena
ketampanan,kecantikan,kekayaan atau penampilan fisik lainya.Hasilnya adalah sesuatu yang
kering,yang hanya berasa ketika bahagia,namun hambar ketika susah.

Karakteristik Hedonisme

Karakteristik hedonisme adalah kebendaan dengan ukuran fisik harta, atau apa saja
yang tampak, yang dapat dinilai dengan uang. Jadi disini orang yang sudah senang karena
harta bendanya yang banyak, sudah sama artinya dengan orang yang bahagia atau dengan
kata lain Bahagia sama dengan Kesenangan. Di sini hedonisme dalam pelaksanaannya
mempunyai karakteristik:

a. Hedonisme Egoistis

10
Yaitu hedonisme yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan semaksimal
mungkin. Kesenangan yang dimaksud ialah dapat dinikmati dengan waktu yang lama
dan mendalam. Contohnya: makan-makanan yang enak-enak, jumlah dan jenisnya
banyak, disediakan waktu yang cukup lama untuk menikmati semuanya, seperti pada
perjamuan makan ala Romawi. Bila perut sudah penuh, maka disediakan sebuah alat
untuk menggitit kerongkongan, dengan demikian isi perut dapat dimuntahkan keluar,
kemudian dapat diisi kembali jenis makanan yang lain, sampai puas.

b. Hedonisme Universal

Yaitu suatu aliran hedonisme yang mirip dengan ulitarisanisme yang artinya
kesenangan maksimal bagi semua, bagi banyak orang. Contohnya: bila berdansa,
haruslah berdansa bersama-sama, waktunya semalam suntuk, tidak boleh ada seorang
pun yang absen, ataupun kesenangan-kesenangan lainnya yang dapat dinikmati
bersama oleh semua orang. Sebenarnya tidak bisa disangkal lagi bahwa hedonisme
banyak jenisnya, secara garis besarnya kesenangan dapat dibagi atas dua golongan:

1. Kesenangan Fisik

Yang pokok disini ialah kesenangan yang dapat dirasakan dinikmati oleh
batang tubuh/raga. Sumber dan jenisnya dari makan minum, yang menerima
kesenangan itu dari tenggorokkan sampai keperut. Hasil kesenangan itu biasa dinilai
dengan sebutan nikmat, enak, sedap, nyaman, delicious, dan sebagainya.

Bila sumbernya hubungan badani (coitus), maka yang menerima kesenangan


itu adalah alat kelamin, seluruh badan jasmani, dimana hasil kesenangan itu dinilai
dengan sebutan: nikmat, enak, sedap dan sebagainya. Bila sumbernya sebagai hasil
kerja, misalnya pekerjaan tangan, atau sesuatu yang menggunakan tenaga seperti
pekerjaan di pelabuhan, di kebun, di pertambangan, dan sebagainya, maka
kesenangan itu dinilai dengan sebutan: memuaskan, beres, selesai, upahnya pantas
dan sebagainya.

2. Kesenangan Psychis/Rohani

Bila sumbernya itu sebagai hasil seni, apakah bentuknya itu berupa puisi atau
prosa, lukisan atau patung, atau serangkaian lagu-lagu merdu/musik, maka hasil
kesenangan itu dinilai dengan sebutan: menarik, hebat, indah, memuaskan

11
mengasikkan, dan sebagainya. Penilaian ini diberikan oleh rasa, emosi, dan getaran
jiwa. Bila sumbernya itu berasal dari hasil pikir, yang merasakan kesenangan itu
adalah otak, pikir, dimana hasil kesenangan itu dinilai dengan sebutan: ilmiah,
merangsang otak, hebat, pemikiran yang mendalam, intellegensi yang tinggi,
mengagumkan dan sebagainya. Bila sumbernya adalah kepercayaan yang menikmati
kesenangan itu adalah jiwa, perasaan, rohani, hati, dimana kesenangan itu dinilai
dengan sebutan: menentramkan jiwa, meresapkan rasa iman, rasa takwa, syahdu, suci,
yakin dan sebagainya.

Karakteristik menurut Pospoprodijo (1999:71) Kesenangan yang dimaksud


adalah kesenangan untuk hidup saja, yakni kesenangan yang kita dapat dengan
perantara kemampuan-kemampuan kita dari subyek-subyek yang mengelilingi kita di
dunia ini.

Fundamentalisme

Fundamentalisme berasal dari kata fundamen yang berarti asas, dasar hakikat,
fondasi. Dalam bahasa Inggris disebut fundamentalis yang berarti pokok. Dalam bahasa
Arab, kata fundamentalisme ini diistilahkan dengan ushuliyyah. Kata ushululiyyah sendiri
berasal dari kata ushul yang artinya pokok. Dengan demikian, fundamentalisme adalah faham
yang menganut tentang ajaran dasar dan pokok yang berkenaan ajaran keagamaan atau aliran
kepercayaan.

Menurut Lewis Mulford Adams dan C. Ralplh Taylor bahwa Fundamentaslisme


adalah istilah umum untuk gerakan keagamaan di banyak sekte-sekte Protestan, untuk
menguatkan inspirasi tekstual dari Injil. Selanjutnya, William Montogomery Waat lebih
memperjelas lagi bahwa kata fundamentalis pada dasarnya merupakan istilah dari Protestan
Anglo Saxon, yang khususnya diterapkan bagi orang-orang yang berpendapat bahwa Bibel
wajib diterima dan dinterpretasikan secara literal.

Pada perkembangan selanjutnnya, istilah fundamentalis tersebut juga menjadi salah


paham atau kelompok dalam Islam, baik yang bermazhab Sunni maupun Syi’ah. Dalam
Sunni, kaum fundamentalis menerima Alquran secara literal, sekalipun dalam hal-hal
tertentu, mereka pun memiliki ciri-ciri khas lainnya. Mazhab Syi’ah (Iran), kaum
fundamentalis, tidak menginterpretasikan Alquran secara literal (harfiah). Berdasarkan

12
batasan ini, maka dapat dirumuskan bahwa mereka yang memahami nash-nash secara literal,
maka ia disebut kaum fundamentalis atau berfaham fundamentalisme.

Pengertian kaum fundamentalis dari segi istilah sudah memiliki muatan psikologis
dan sosiologis, dan berbeda dengan pengertian fundamentalis dalam arti kebahasaan
sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Dalam pengertian yang demikian itu, kelahiran
kaum fundamentalis ada hubungannya dengan sejarah perkembangan ajaran Islam, kaum
fundamentalis ada kaitannya dengan masalah politik, sosial, kebudayaan dan selainnya.

Kaum fundamentalis tersebut, tidak mau menerima perubahan dalam arti mereka
menentang pembaruan. Jadi, mereka dengan berhati-hati menegaskan bahwa bahwa
pemakluman kenabian Muhammad saw bukanlah suatu hal yang baru, melainkan hanya
menyambung rentetan nabi dan rasul yang mendahuluinya.

Adapun faktor-faktor yang melatar belakangi adanya gerakan fundamentalisme


dikarenakan :
1. Adanya keinginan dari sekelompok umat untuk melakukan pemurnian
(purifikasi)terhadap ajaran agama Islam yang dianggap sudahmenyimpang dari
sumber aslinya.
2. Adanya perintah Allah di dalam Al Qur'an (umatan wahidah) untukmenjadikan
seluruh umat manusia menuju jalan yang benar. Dalam hal iniAl- Qur’an telah
mengatakan bahwa manusia dilahirkan untuk beribadah kepada Allah atau
menyembah kepada-Nya
3. Arus globalisasi yang tidak terbendung yang tidak terfiltrasi oleh masyarakat
sehingga menyebabkan lahirnya perilaku masyarakat yang imoral dan menyimpang
dari norma-norma agama.
4. Kekuasaan despotik pemerintahan yang menyeleweng dari nilai-nilai yang
fundamental.
5. Berkembangnya sains dan teknologi modern yang dianggap menyimpang atau
menyeleweng dari aturan yang telah ditetapkan oleh kitab suci.
6. Adanya penjajahan barat yang serakah, menghancurkan serta secular justru datang
belakangan.
Agama yang telah mengajarkan tentang tata cara atau aturan untuk hidup yang lebih
baik yang menuju ke arah damai dijadikan sebuah kedok untuk menjalankan aksi-aksi teror
yang sekarang ini marak-maraknya terjadi. Dari segi arti agama mempunyai tujuan yang

13
mulia, contohnya agama Islam yang mengajarkan keselamatan, agama Kritsten yang
mengajarkan kasih sayang dan agama-agama lainnya yang mengajarkan kepada umatnya
untuk berbuat kebaikan. Dalam setiap agama mempunyai aturan-aturan tersendiri yang
mengharuskan para penganut agama masing-masing berbuat kebaikan dan menjalankan
kebenaran. Terjadinya perkembangan sains atau modernisasi yang menyebabkan berubahnya
aturan dalam suatu agama.
Dari sinilah kaum fundamentalisme lahir untuk menstabilkan aturan-aturan agama
yang telah terkontaminasi oleh modernisasi.Seiring dengan perkembangan kapitalisme ke
arah kapitalisme lanjut,struktur masyarakatpun kembali mengalami perubahan. Dari
masyarakat primitif, masyarakat borjuis-feodal kemasyarakat sekular. Dengan industrialisasi
dan urbanisasi serta perkembangan teknologi, secara perlahan-lahan terjadi proses
tranformasi sosial. Perubahan ini didorong oleh, di satu sisi, perkembangan teknologi dan
peningkatan populasi penduduk di kota-kota besar yang menyebabkan perubahan pola hidup
masyarakat dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Di sisi lain, sebagai akibat
perubahan tersebut, terjadi erosi dan kegoncangan struktur nilai sosial masyarakat, luruhnya
ikatan sosial dalam komunitas pedesaan, turunnya status agama dan merebaknya proses
sekularisasi serta diabaikannya nilai-nilai moral. Dari sinilah muncul istilah
fundamentalisme.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pranata atau lembaga sosial merupakan produk kesepakatan masyarakat yang
dibuat utuk menjalankan sistem nilai dan norma tertentu. Defenisi pranata sosial dapat
dideskripsikan sebagai upaya institusional untuk melaksanakan atau melanggengkan
sistem sosial. Dengan demikian pranata sosial dapat disebut juga institusi sosial atau
lembaga sosial. Pranata sosial adalah institusi atau lembaga sosial hasil kesepakatan
anggota masyarakat yang dibuatkan untuk menjalankan sistem sosial.
Pemberdayaan pada hakekatnya adalah upaya pemberian daya atau
peningkatan keberdayaan. Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya
untuk memandirikan masyarakat agar mampu berpartisipasi aktif dalam segala aspek
pembangunan. Kemandirian bukan berarti mampu hidup sendiri tetapi mandiri dalam
pengambilan keputusan, yaitu memiliki kemampuan untuk memilih dan keberanian
menolak segala bentuk bantuan dan atau kerjasama yang tidak menguntungkan.
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan
menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat
mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan
ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup
dan tindakan manusia.

Fundamentalisme berasal dari kata fundamen yang berarti asas, dasar hakikat,
fondasi. Dalam bahasa Inggris disebut fundamentalis yang berarti pokok. Dalam
bahasa Arab, kata fundamentalisme ini diistilahkan dengan ushuliyyah. Kata
ushululiyyah sendiri berasal dari kata ushul yang artinya pokok. Dengan demikian,
fundamentalisme adalah faham yang menganut tentang ajaran dasar dan pokok yang
berkenaan ajaran keagamaan atau aliran kepercayaan.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme
http://filsafat.ugm.ac.id/
https://darmawanaji.com/kimia-kebahagiaan-filsafat-
hedonisme/http://eprints.ums.ac.id/31174/2/BAB_I.pdf

http://sosiologis.com/pranata-sosial

http://makalahfull.blogspot.com/2013/05/fundamentalisme.html

16

Anda mungkin juga menyukai