Anda di halaman 1dari 10

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

SEMINAR MARGINAL

Dosen Pengampuh:

Dr. Susilo Damarini,SKM.,MPH

Disusun Oleh:

1. Alvira Tria Ramadhani


2. Dinda Karlina
3. Hesti Mahayu Jayanti
4. Nabila Salsabila
5. Veronika Agustina

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU

PROGRAM STUDI PROMOSI KESEHATAN

PROGRAM SARJANA TERAPAN

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Pemberdayaan Masyarakat
Seminar Marginal “Current Issue Dan Pemberdayaan” dengan tepat waktu.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Penyusun sangat
berharap makalah ini dapat berguna bagi yang membacanya.

Akhirnya kami selaku tim penyusun menyadari bahwa makalah yang kami susun
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran dari
berbagai pihak untuk perbaikan makalah yang mendatang.

Bengkulu, 26 oct 2023

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1

DAFTAR IS................................................................................................................. 2

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 3

C. Tujuan .................................................................................................................... 4

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemberdayaan......... ................................................................................. 5

B. Pengertian Marginal................................................................................................... 6

C. Kondisi Masyarakat Sosisal Marginal ........................................................................... 7

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Marginal adalah suatu kelompok yang jumlahnya sangat kecil atau bisa juga
diartikan sebagai kelompok prasejahtera. Marginal juga identik dengan masyarakat
kecil atau kaum yang terpinggirkan jadi kaum marginal adalah masyarakat kelas
bawah yang terpinggirkan dari kehidupan masyarakat.
Masyarakat marginal adalah masyarakat yang berada pada posisi pingiran
(margin). Karena posisi yang berada di pinggiran inilah yang menyebabkan mereka
mengalami hambatan dalam memperoleh akses dari masyarakat yang ada di pusat
(dalam hal ini pemerintah/penguasa wilayah). Oleh karena itulah kondisi mereka
menjadi rentan untuk dipinggirkan/dimarginalisasikan, didiskriminasikan pada
sebagian besar aspek kehidupan.
kelompok marginal adalah “orang-orang yang tinggal di tepi masyarakat”.
Masyarakat marginal pada umumnya selalu lemah dalam kemampuan berusaha dan
terbatas aksesnya pada kegiatan ekonomi sehingga seringkali tertinggal jauh dari
masyarakat lain yang memiliki potensi lebih tinggi.
Pemberdayaan daerah marginal dalam mencapai hidup yang sejahtera
membutuhkan perhatian khusus dari berbagai pihak, utamanya masyarakat setempat.
Baik secara individu atau sekelompok, secara bersama berusaha mencari apa yang
harus dilakukan untuk mencapai hal tersebut dan menjadikan masyarakat menjadi
madani.
Secara fisik masyarakat marginal telah dapat diketahui dengan mudah oleh
orang-orang karena pengalaman dan dapat diketahui secara teoritis oleh para ahli
dibidang tersebut. Maka dari itu tidak ada alasan pun yang dapat dibenarkan, kalau
tidak ada perhatian pada daerah marginal oleh pihak-pihak diluar masyarakat
marginal serta individu dari masyarakat marginal itu sendiri.
Secara non fisik, perlu ada suatu perhatian dan motivasi terhadap kepedulian
masyarakat sendiri pada lingkungannya, antara lain melalui bimbingan sosial dalam
berbagai forum. Alternatif yang dapat ditawarkan untuk membangun kepedulian
masyarakat satu sama lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pemberdayaan?
2. Apa pengertian kaum marginal?
3. Bagaimana kondisi sosial masyarakat marginal?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pemberdayaan
2. Mengetahui pengertian kaum marginal
3. Memahami kondisi sosial masyarakat marginal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah terjemahan dari empowerment, sedang memberdayakan


adalah terjemahan dari empower. Pemberdayaan berasal dari bahasa inggris
“empowerment” yang bisa diartikan sebagai pemberkuasaan. Dalam arti pemberian
atau peningkatan “kekuasaan” (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak
beruntung.

Rappaport mengartikan empowerent sebagai suatu cara dimana rakyat,


organisasi dan komunitas diarahkan agar dapat berkuasa atas kehidupannya.
Pemberdayaan masyarakat merupakan serangkaian upaya untuk menolong
masyarakat agar lebih berdaya dalam meningkatkan sumber daya manusia dan
berusaha mengoptimalkan sumber daya tersebut sehingga dapat meningkatkan
kapasitas dan kemampuannya dalam memanfaatkan potensi yang dimilikinya
sekaligus dapat meningkatkan kemampuan ekonominya melalui kegiatankegiatan
swadaya.

Empowerment yang dalam bahasa Indonesia berarti pemberdayaan adalah


sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat
dan kebudayaan dalam pikiran. Konsep pemberdayaan ditengarai mulai muncul
sekitar decade 70-an dan kemudian berkembang terus hingga kini, bersamaan dengan
makin merebaknya pemikiran dan aliran posmodernisme. Empowerment Eropa
modern pada hakikatnya merupakan aksi emansipasi dan liberalisasi manusia dari
totaliterisme keagamaan. Emansipasi dan liberalisasi serta penataan terhadap segala
kekuasaan dan penguasaan inilah yang kemudian menjadi substansi pemberdayaan
Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat people
centered, partisipatory, empowering dan sustainable.

B. Pengertian Marginal

Istilah marginalisasi banyak digunakan dalam disiplin ilmu komunikasi kritis.


Ia menunjuk pada bentuk konsep representasi yang disalahkan atau misrepresentasi.²
Dalam marginalisasi terjadi penggambaran buruk dari pihak lain. Tujuannya adalah
melakukan konstruksi opini atas pihakpihak tertentu agar mendapat penilaian yang
buruk sehingga menimbulkan reaksi-reaksi yang negatif. Praktik marginalisasi umum
digunakan dalam pemberitaan media massa melalui penggunaan dan pilihan kata yang
berkonotasi negatif terhadap objek pemberitaan.

Dalam pengertian di atas, marginalisasi merupakan praktik politik yang


dilakukan secara sengaja oleh pihak tertentu terhadap pihak lain dengan tujuan
menempatkannya pada posisi yang tidak menguntungkan. bentuk respon-respon yang
berkonotasi negatif maka sikap sosial yang diambil lebih bersifat resisten. Melalui
pengertian ini sikap sosial sesungguhnya bersifat konstruktif dari proses-proses sosial
yang berlangsung.

Ketiga, pola perilaku yang didasarkan atas referensi-referensi reaktif atas


situasi lingkungan fisik dan sosial. Kondisi ini berbeda dengan umumnya yang pola
sosialnya terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai yang didasarkan atas pengalaman-
pengalaman formal. Prosesnya berlangsung secara transformatif sehingga tidak
mengakibatkan distabilitas dalam masyarakat. Pola perilaku yang bersifat reaktif
umumnya melahirkan bentuk-bentuk resistensi yang mengarah pada sikap-sikap
eksklusif atas potensi interaksi yang terjadi.

Dalam pola ini, referensi reaktif bernuansa revivalis dalam arti menganggap
segala hal baru yang datang berpotensi memberikan ancaman. Oleh karena pandangan
ini maka proses transformasi yang minim menimbulkan gejolak sosial sulit terjadi.
Perubahan-perubahan yang terjadi bersifat konfliktual dan mengarah pada
pembentukan tindakan-tindakan yangkonfliktual.

C. Kondisi Sosial Masyarakat Marginal

Kelompok marginal atau pinggiran memiliki konstruksi sosiologis yang


berbeda dengan kelompok sosial umumnya. Hal ini karena unsur pembentuk
sosiologis kelompok marginal umumnya berasal dari luar dirinya yang prosesnya
berlangsung secara politis. Artinya adalah bahwa keberadaan kelompok marginal
bukan merupakan sesuatu yang bersifat alamiah, tetapi merupakan produk sosial yang
prosesnya berlangsung secara politis dan didasarkan atas relasi kuasa yang tidak
berimbang. Dalam konteks perilaku sosial, teori interaksionisme simbolik
mengasumsikan bahwa semua tindakan manusia didasarkan atas makna yang
dikandung oleh benda atau barang yang menjadi sasarannya.

Masyarakat marginal terkondisikan untuk mengembangkan pola-pola


interaktif yang bersifat konfliktual. Kelompok sosial yang berada di luarnya dianggap
sebagai liyan (theothers) yang keberadaannya memberikan potensi bagi eksistensi
kelompok sosial yang dikategorikan sebagai marginal. Namun demikian, pola sosial
yang konfliktual ini sesungguhnya hanya sebagai titik masuk (entry point) bagi proses
interaksi berikutnya. Artinya bahwa pola konfliktual sebagai karakter permukaan
kelompok marginal dalam hubungannya dengan interaksi terhadap kelompok-
kelompok yang dianggap berada di luar komunitasnya. Sebagai proses awal interaktif,
pola konfliktual bersifat transisional yang sementara dan akan menjadi permanen saat
terjadi keseimbangan melalui proses interaksi berikutnya.

Makna tersebut ditentukan melalui konsensus bersama yang lalu


memunculkan Simbol-simbol tertentu. Melalui simbol ini, individu dan kelompok
saling berinteraksi satu sama lainnya. Melalui pola ini sesungguhnya setiap tindakan
manusia memiliki makna tertentu dan proses produksinya melibatkan pengetahuan-
pengetahuan yang dimiliki komunitas di mana individu berinteraksi. Unsur
pembentuk perilaku pada masyarakat marginal dimaknai secara konsensus oleh
anggota-anggota kelompoknya. Proses pemaknaan didasarkan atas pandangan dunia
(world view) kelompok yang dipengaruhi oleh situasi kognitif sebagai aspek
psikologis.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberdayaan masyarakat merupakan serangkaian upaya untuk menolong
masyarakat agar lebih berdaya dalam meningkatkan sumber daya manusia dan
berusaha mengoptimalkan sumber daya tersebut sehingga dapat meningkatkan
kapasitas dan kemampuannya dalam memanfaatkan potensi yang dimilikinya
sekaligus dapat meningkatkan kemampuan ekonominya melalui kegiatankegiatan
swadaya.
Marginalisasi merupakan praktik politik yang dilakukan secara sengaja oleh
pihak tertentu terhadap pihak lain dengan tujuan menempatkannya pada posisi yang
tidak menguntungkan. Artinya, kelompok sasaran praktik marginalisasi sengaja
ditempatkan pada sebuah posisi yang memungkinkan setiap orang atau kelompok
berpikir negatif atas mereka. Keberadaan kelompok marginal bukan merupakan
sesuatu yang bersifat alamiah, tetapi merupakan produk sosial yang prosesnya
berlangsung secara politis dan didasarkan atas relasi kuasa yang tidak berimbang.
Dalam konteks perilaku sosial, teori interaksionisme simbolik mengasumsikan bahwa
semua tindakan manusia didasarkan atas makna yang dikandung oleh benda atau
barang yang menjadi sasarannya.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/449150173/PEMBERDAYAAN-
KOMUNITAS-MARJINAL-DI-PERKOTAAN-fix
https://www.google.com/url?q=https://moraref.kemenag.go.id/
documents/article/98077985952828064&sa=U&ved=2ahUKEwiy-
r6mxZOCAxV84DgGHZjqB48QFnoECB8QAQ&usg=AOvVaw1rMhL
Ql3kM58n96j85gSyB
https://www.google.com/url?q=https://media.neliti.com/media/
publications/282538-pemberdayaan-masyarakat-marginal-di-perk-
b19897cd.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwjNteHFxJOCAxUKcmwGHcr5CA
IQFnoECBcQAQ&usg=AOvVaw2cr2pDADXKFGqxaG0oTAxb

Anda mungkin juga menyukai