Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA TENTANG RENCANA STRATEGI

PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG IDEAL DESA KETUWAN KECAMATAN KEDUNGTUBAN


KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH OLEH : Arif Rohman NIRM : 04.5.11.0003 JURUSAN
PENYULUHAN PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR 2013
Pendahuluan Latar Belakang Strategi pembangunan pedesaan biasanya berkaitan dengan persoalan
bagaimana kebijakan baru dari pemerintah memaksa masyarakat desa mengubah sesuatu kebiasaan
tradisionalnya. namun demikian, dari perspektif sosiologis tingkat keberhasilan strategi pembangunan
pedesaan itu niscya akan sangat tergantung pada unsur-unsur manusia pelaksananya. kebijakan
pembangunan itu bisa efektif atau tidak, sebenarnya tergantung pada bagaimana orientasi subjek
pembangunan tersebut dalam menilai perubahan sosial yang ditawarkan kepada mereka itu. Untuk dapat
memahami, secara ringkas bagaimana kerangka konsep pembangunan masyarakat itu, berikut ini contoh
tipologi pembangunan masyarakat yang dikembangkan oleh sanders, yang meliputi 4 perspektif (1)
proses, (2) metoda, (3) program, dan (pergerakan). Dalam perspektif proses, konsep pembangunan
masyarakat adalah tahapan-tahapan dinamis dari suatu kondisi atau keadaan tertentu ke suatu kondisi
atau keadaan berikutnya yang sifatnya sebuah kemajuan. Dalam perspektif metoda, konsep
pembangunan masyarakat harus menggunakan suatu cara tertentu untuk mencapai tujuan, ia
merupakan cara kerja yang seharusnya di gunakan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Dalam perspektif program, pembangunan masyarakat adalah upaya-upaya yang mestinya mengacu
pada seperangkat daftar aktivitas. melalui suatu prosedur aktivitas-aktivitas itu dimaksudkan dapat saling
menunjang. Dalam perspektif pergerakan, (dinamika dan emosional program), pembangunan masyarakat
adalah sebuah upaya mengkampanyekan perubahan dengan tujuan agar masyarakat menjadi terikat
secara moral. Pembangunan masyarakat dalam hal ini adalah sebagai sebuah gerakan yang bertujuan
agar segala programnya dapat dilembagakan, dapat diterima sesuai prosedurnya dan dukungan dari
pelaksana professional. Selama ini, kebijakan pembangunan di Indonesia terutama pembangunan Desa
selalu bersipat top down dan sektoral dalam perencanaan serta implementasinya tidak terintegrasi, hal ini
dapat dilihat dari program pemerintah pusat ( setiap departemen ) yang bersipat sektoral. Perencanaan
disusun tanpa melibatkan sektor yang lain serta pemerintah daerah, hal lain yang menjadi permaslahan
adalah tidak dicermatinya persoalan mendasar yang terjadi di daerah, sehingga formulasi strategi dan
program menjadi tidak tepat Berkaitan dengan kemiskinan, sebagaimana terinformasikan dalam data
statistik, ternyata sebagian besar masyarakat miskin berada di desa, oleh karena itu, pembangunan
sudah sewajarnya difokuskan di desa sebagai upaya mengatasi kemiskinan, Pembangunan selama ini,
lebih banyak di arahkan di kota, hal ini menyebabkan aktivitas perekonomian, berpusat di kota, hal inilah
yang menyebabkan terjadinya migrasi dari desa ke kota. Masyarakat desa dengan segala keterbatasan
pindah ke kota mengadu nasib dan sebagian besar dari mereka menjadi persoalan besar di kota. Disisi
lain, kondisi di desa tidak tersentuh pembangunan secara utuh, infrastruktur dasar tidak terpenuhi,
aktivitas ekonomi sangat rendah, peluang usaha juga rendah, sarana pendidikan terbatas, sebagian
besar baru terpenuhi untuk sekolah dasar saja, Kondisi ini menyebabkan tidak ada pilihan lain bagi
masyarakat desa untuk merubah nasibnya, yaitu dengan merantau ke kota. Pada kenyataannya, seluruh
potensi sumber daya alam, sebagai raw material aktivitas penunjang perekonomian bisa dilaksanakan
tanpa ada support bahan baku yang diproduksi di desa. Kondisi ini yang harus segera diselesaikan
melalui strategi pembangunan desa yang tepat dan teritegrasi. PERMASALAHAN Adapun permasalahan
yang terjadi dalam pembangunan di Desa Ketuwan Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora Provinsi
Jawa Tengah adalah sebagai berikut : 1. Sampai saat ini belum ada konsep/model pembangunan desa
yang dapat menjadi solusi secara optimal dalam upaya pengentasan kemiskinan di desa. 2.
Pembangunan desa yang dilaksanakan bersifat sektoral, yang hanya akan memberikan solusi secara
parsial juga dan dengan waktu yang bersifat temporer, sehingga tidak ada jaminan kelangsungan
program tersebut. 3. Sumberdaya manusia di desa, baik aparat maupun masyarakatnya memberikan
kontribusi besar terhadap melambatnya berbagai upaya pelaksanaan pembangunan desa itu sendiri. 4.
Keterbatasan sumber pendanaan, baik dari desa maupun dari Kabupaten, Provinsi dan Nasional,
merupakan faktor utama lain yang menyebabkan lambatnya proses pembangunan desa. Disisi lain
Anggaran yang disediakan/dialokasikan ke desa, baik dari Kbupaten, Provinsi maupun dari Nasional,
cenderung bersifat project, bahkan charity, bersifat sesaat dan berdampak pada golongan tertentu saja di
desa. 5. Perencanaan yang disusun, walaupun telah melalui suatu proses yang panjang, yaitu dari
Musrenbang, Musrenbangda, (Kabupaten dan Provinsi) serta Musrenbangnas, tetap tidak menujukan
suatu streamline yang jelas serta tidak menujukan keterpaduan program (commited programme). Bahkan
pada kebanyakan kasus perencanaan, usulan dari desa sejak di awal diskusi pada Musrenbangcam
telah terelementasi. 6. Sudut pandang dari semua pihak terhadap upaya pembangunan desa masih
seperti dulu, yaitu menempatkan desa sebagai suatu objek dengan klasifikasi rendah, sehingga tidak
menjadi prioritas dan bersifat seperlunya saja, sehingga dengan memformulasikan suatu program yang
bersifat charity, dianggap telah memberikan sesuatu manfaat yang sangat besar. 7. Belum terlihat
adanya suatu pemahaman yang menunjukan bahwa desa sebagai sumber utama pembangunan
Nasional, sehingga desa patut menjadi sasaran utama pembangunan dan harus ditempatkan sebagai
partner utama dalam sistem pembangunan Nasional. 8. Persoalan ketidak jelasan kewenangan yang
ada di Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Nasional menyebabkan terdapatnya berbagai kesulitan
dalam menyusun dan mengimplementasi kebijakan Pemerintah Provinsi terhadap upaya Pembangunan
desa. Tujuan 1. Untuk menyusun stategi pembangunan desa yang ideal 2. Untuk mengengetahui
cara menyusun strategi pembagunan desa yang baik 3. Untuk mewujudkan visi dan misi arah
pembagunan desa Hasil Terkait dengan pembangunan desa (rural development), secara tradisional
Mosher (1969:91) menyebutkan bahwa pembangunan desa mempunyai tujuan untuk pertumbuhan
sektor pertanian, dan integrasi Nasional, yaitu membawa seluruh penduduk suatu negara ke dalam pola
utama kehidupan yang sesuai, serta menciptakan keadilan ekonomi berupa bagaimana pendapatan itu
didistribusikan kepada seluruh penduduk, Menurut Fellman & Getis (2003:357), pembangunan desa
diarahkan kepada bagaimana mengubah sumber daya alam dan sumber daya manusia suatu wilayah
atau Negara, sehingga berguna dalam produksi barang dan melaksanakan pertumbuhan ekonomi,
modernisasi dan perbaikan dalam tingkat produksi barang ( materi) dan konsumsi. Dengan demikian,
pembangunan desa diarahkan untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai hambatan dalam
kehidupan sosial ekonomi, seperti kurang pengetahuan dan keterampilan, kurang kesempatan kerja, dan
sebagainya. Akibat berbagai hambatan tersebut, penduduk wilayah pedesaan umumnya miskin
(Jayadinata & Pramandika, 2006: 1), Sasaran dari program pembangunan pedesaan adalah
meningkatkan kehidupan sosial dan kehidupan ekonomi masyarakat desa, sehingga mereka
memperoleh tingkat kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan material dan spiritual Berdasar uraian di
atas, pembangunan desa secara konkret harus memperhatikan berbagai faktor, diantaranya adalah
terkait dengan pembangunan ekonomi, pembanguna atau pelayanan pendidikan, pengembangan
kapasitas pemerintahan dan penyediaan bernagai infrastruktur desa. semua faktor tersebut diperlukan
guna mengimplementasikan dan mengintegrasikan pembangunan desa ke dalam suatu rencana yang
terstruktur dalam desain tata ruang. Disisi lain, baik dalam Musyawarah perencanaan pembangunan (
Musrenbang), musyawarah perenacanaan pembangunan daerah ( Musrenbangda), dan musyawarah
perencanaan pembanguan kecamatan ( Musrenbangcam), dimana ajang tersebut sebagai ajang
perencanaan pembangunan daerah, selama ini dirasakan tidak optimal dan hanya bersifat formalitas
semata, karena terjadi tarik menarik kepentingan antara elite di daerah, Dengan demikian, ajang
musrenbang/ musrenbangda/ musrenbangcam pun tidak maksimal untuk menyerap aspirasi masyarakat
dalam pembangunan karena masing masing level (elite birokrasi) bertahan dengan pendirian atau
keputusan keputusan yang telah dibuat sebelumnya dalam hal penentuan program pembangunan
daerah. Di samping itu, hasil musrenbang dalam kenyataannya tidak pernah diaplikasikan dan
diimplementasikan dilapangan secara utuh. Otonomi daerah yang berada di Kabupaten juga
menyebabkan peran pemerintah Provinsi menjadi tidak maksimal dalam upaya pengentasan kemiskinan
di Jawa Tengah, Dalam hierarki perundang undangan, peran pemerintah Provinsi hanya sebatas
memberikan saran dan konsultasi kepada pemerintah Kabupaten/Kota. Hal tersebut menyebabkan
ketiadaan akses yang lebih bagi pemerintah Provinsi untuk dapat mengimplementasikan program
program pengentasan atau penanggulangan kemiskinan di desa. Minimnya peran pemerintah Provinsi
terkait dengan pembangunan desa, kondisi tersebut kemudian diperparah dengan banyaknya kebijakan
pemerintah pusat dalam pembangunan desa yang selalu bersifat top down, dimana pemerintah pusat
selalu memaksakan program programnya dalam pembangunan desa bagi daerah. Kebijakan Pemerintah
dalam pembangunan desa juga bersifat parsial atau sektoral, sehingga keterkaitan dan keterpaduan
antar program tidak terjadi. Dengan kata lain, antar departemen terkait tidak ada sinergitas fungsi dan
program terkait dengan kemiskinan di desa, selain itu, kebijakan pemerintah dalam pembangunan desa
selam ini tidak akomodatif terhadap ke khasan daerah dan cenderung diseragamkan, kebijakan tidak
fokus pada pengentasan atau penanggulangan kemiskinan, dimana kegiatan apa yang akan dilakukan
tidak berdasarkan pada grand design pembangunan desa (misalnya 5 tahunan) Kebijakan pemerintah
terkait pembangunan desa selama ini dinilai tidak berdasarkan pada potensi desa yang ada, tidak
berdasarkan pada desain tata ruang (yang telah dibuat), hasil musrenbang tidak implementatif, tidak ada
perencanaan yang komprehensif terhadap pembangunan desa, mekanisme perencanaan dan
pembiayaan desa tidak optimal, peran Stakeholders terutama pemerintah desa tidak optimal, Hal
tersebut telah menyebabkan pembangunan desa hanya menggantungkan (depen on) pada bantuan atau
program dari pemerintah pusat, Provinsi Kabupaten dan Kota. selain itu, kebijakan pemerintah terkait
pembangunan desa selama ini juga dinilai tidak memperhatikan kondisi faktual infrastruktur yang ada di
desa, ketersediaan prasarana ekonomi dan aktivitas ekonomi, pelayanan pendidikan, kesehatan,
kesempatan kerja sehingga diversifikasi usaha di desa sangat terbatas, lebih lanjut, desa menjadi tidak
mandiri dan hanya menggantungkan usaha atau pencaharian nafkah kepada sektor pertanian semata.
Akibat program program pemerintah yang tidak berdasarkan pada potensi dan kekhasan daerah tersebut
telah menyebabkan banyak potensi yang berada di desa menjadi tidak berkembang. Secara umum,
berdasarkan peraturan perundang undangan, sebenarnya desa dapat membangun daerahnya
berdasarkan prakarsa sendiri secara bottom up. Dimana desa terdiri dari kepala desa dan perangkatnya
serta badan permusyawaratan desa (BPD) sebagai legislatif Desa, Di sisi lain, sumber pembiayaan bagi
pembangunan desa yang dapat diambil berdasar perundang undangan yaitu dari Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi, Kabupaten / Kota, dari penghasilan desa yang syah (BUMdes), serta kerjasama
dengan pihak ketiga. Dengan mekanisme seperti ini, maka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
di desa seharusnya bersifat bottom up. Akan tetapi selama ini, baik perencanaan maupun implementasi
pembangunan desa selalu bersifat top down, dimana desa hanya menerima program program
pembangunan desa dari pemerintah. Berdasarkan mekanisme perundang undangan yang ada,
seharusnya desa memiliki grand design pembangunan sendiri (inisiatif desa), jika desa memiliki grand
design dalam pembangunan desanya, maka desa dimungkinkan hanya akan mengajukan pembiayaan
ke pemerintah pusat, provinsi, kabupaten atau kota. sedangkan inisiatif untuk melakukan dan
melaksanakan pembangunan (Program program) datang dari inisiatif desa sendiri. Lebih lanjut, dalam
pengajuan pembiayaan yang dilakukan oleh desa kepada pemerintah, terdapat klasifikasi program
pembangunan desa, misalnya untuk pembangunan infrastruktur fisik, pembangunan ekonomi dan
kemasyarakatan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Dengan demikian, desa dimungkinkan untuk
mengajukan pembiayaan ke pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, misalnya untuk membangun
sekolah, pasar desa, listrik, air, dan sebagainya, Disisi lain, desa dimungkinkan juga untuk dapat
melakukan riset potensi desa dan bekerjasama dengan pihak ketiga, misalnya terkait dengan kondisi
tanah atau lahan yang tandus dan tidak bisa dikembangkan. Hingga, semua pengajuan program
pembangunan desa muncul dari inisiatif desa berdasarkan pada kondisi eksisting dan tata ruang desa,
Berdasarkan perundang hal tersebut dapat dilakukan oleh desa, namun sejauh ini berbagai program
pembangunan desa selalu ditentukan oleh pemerintah (top down) dan desa hanya melaksanakannya
saja, Maka permasalahan yang kemudian timbul adalah, apakah perangkat desanya tidak mengerti
ataukah pemerintah yang tidak pernah mengerti akan esensi pembangunan desa, sehingga
memaksakan programnya sendiri. Dengan demikian, pemerintah (baik pusat, provinsi, kabupaten/ kota)
seharusnya hanya mendorong dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di desa untuk mampu
merencanakan pembangunan desanya, sehingga pemerintah pusat hanya melakukan pembiayaan
berbagai program pembangunan yang di ajukan oleh desa, Selama ini permasalahan tersebut selalu
terjadi karena desa sendiri tidak memiliki konsep dalam merancang pembangunan desa dan pemerintah
juga tidak memahami akan eksistensi pembangunan desa berdasarkan keunikan dan kekhasan desa
dengan memaksakan berbagai programnya. Secara umum kondisi tersebut dapat dikatakan telah
mencapai tahap kejenuhan, Untuk mengatasi persoalan kemiskinan, upaya yang perlu dilakukan tidak
lagi semata mata mengandalkan pada kebijakan ekonomi makro, tetapi juga diimbangi dengan kebijakan
mikro berupa terobosan yang secara langsung memberikan pengaruh pada peningkatan produktivitas
golongan miskin tersebut, utamanya dengan peningkatan pembangunan desa yang terintegrasi
(Tjiptoherijanto, 1997: 57). Dengan melihat desa sebagai wadah kegiatan ekonomi, kita harus merubah
pandangan inferior atas wilayah ini, dan merubahnya dengan memandang desa sebagai basis potensial
kegiatan ekonomi melalui investasi prasarana dan sarana yang menunjang keperluan pertanian, serta
mengarahkannya secara lebih terpadu, Sudah saatnya desa tidak dapat lagi dipandang hanya sebagai
wilayah pendukung kehidupan daerah perkotaan, namun seharusnya pembangunan wilayah kota atau
daerah pedesaan secara menyatu. Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut di atas dan komitmen
yang berkembang di masyarakat, Desa Ketuwan menetapkan visi Pembangunan Desa 2013-2018 yaitu
TERWUJUDNYA KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA KETUWAN YANG RELIGIUS, AMAN,
HARMONIS, MAJU, ADIL, DAN TERTIB (RAHMAT) . dengan Misi : 1. Meningkatkan kualitas
kehidupan beragama dalam mewujudkan masyarakat Desa Ketuwan yang beriman dan bertaqwa. 2.
Meningkatkan sistem keamanan swakarsa dalam upaya terciptanya rasa aman di masyarakat Kodasari
3. Mewujudkan harmonisasi antar kelembagaan yang ada di Desa Ketuwan sehingga terjalin sinergitas
kinerja yang optimal 4. Mengembangkan kecakapan dan ketrampilan masyarakat Ketuwan menuju
kemajuan dan peningkatan kesejahtraan 5. Optimalisasi pelayanan umum yang berkeadilan bagi
seluruh masyarakat Desa Ketuwan 6. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat menuju tertibnya
partisipasi dan peranserta masyarakat dalam seluruh aspek pembangunan di Desa Ketuwan Sedangkan
arah kebijakan pembangunan ditujukan untuk mewujudkan kulaitas sumberdaya manusia melalui
peningkatan derajat kesehatan, peningkatan kualitas pendidikan, peningkatan pemahaman dan
pengamalan agama, pengendalian jumlah penduduk, peningkatan peran pemuda dan perempuan dalam
pembangunan, peningkatan kualitas tenaga kerja dan pengentasan bagi penyandang masalah
kesejahteraan sosial. Mewujudkan perekonomian yang stabil melalui pengembangan pertanian,
peningkatan nilai tambah produk pertanian, pengembangan produk unggulan, Mewujudkan infrastruktur
yang proporsional dan berkelanjutan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur transportasi,
peningkatan kualitas dan kuantitas jaringan irigasi, peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan air
minum, pengembangan perumahan. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui
peningkatan kualitas aparatur pemerintah desa, dan peningkatan partisipas masyarakat dalam
pembangunan.; Mewujudkan kelestarian lingkungan hidup melalui pelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan hidup. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat sasaran pembangunan bukan
hanya difokuskan pada pertumbuhan ekonomi, melainkan juga pada peningkatan kualitas Sumberdaya
Manusia (SDM). Dengan peningkatan kualitas SDM, diharapkan mampu mengelola potensi desa secara
optimal, memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunan Desa Kodasari serta mampu
menempatkan manusia sebagai titik sentral, sehingga masyarakat bukan hanya sebagai objek
pembangunan tapi juga sebagai subjek yag mampu berperan aktif dalam semua proses kegiatan
pembangunan. Sebagai akselerasi untuk mewujudkan kesinambungan pembangunan dan cita-cita
tersebut, maka Pemerintah Desa Ketuwan menetapkan visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(2013-2018) sebagai panduan dalam pelaksanaan pembangunan selama 5 tahun yaitu
TERWUJUDNYA KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA KETUWAN YANG RELIGIUS, AMAN,
HARMONIS, MAJU, ADIL, DAN TERTIB (RAHMAT) . Penjabaran makna dari Visi Pemerintah Desa
Ketuwan tersebut adalah sebagai berikut : Religius :Mengandung makna suatu kondisi dimana
masyarakat Desa Ketuwan dapat meningkatkan pemahaman ajaran agama dan pengamalan agamanya
dalam tatanan kehidupan masyarakat. Aman : Mengandung makna terwujudnya Desa Kodasari yang
lebih baik dengan meningkatnya sistem keamanan swakarsa dalam upaya terciptanya rasa aman pada
masyarakat Ketuwan Harmonis : Mengandung makna suatu keadaan dimana terjalinan tata hubungan
kerja antar lembaga yang ada di desa sehingga tercipta sinergitas kerja yang optimal dalam
pembangunan masyarakat Desa Ketuwan Maju : Mengandung makna meningkatkan dan
pengembangan kecakapan hidup dan ketrampilan masyarakat agar tumbuh kemandirian menuju
kemajuan kehidupan dan peningkatan kesejahtraan masyarakat Ketuwan Adil : Mengandung makna
adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan public
Tertib : Mengandung makna optimalisasi dari peran serta masyarakat dalam pembangunan melalui
pemberdayaan dan partisipasi aktif yang terarah terpadu serta berketertiban Misi Pembangunan Desa
Dalam Rangka mencapai visi yang telah ditetapkan, maka Visi tersebut diimplementasikan dalam
beberapa misi pembangunan sebagai berikut : Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dalam
mewujudkan masyarakat Majalengka beriman dan bertaqwa. Meningkatkan kualitas pendidikan dan
kesehatan yang merata dan terjangkau. Meningkatkan ekonomi kerakyatan yang berbasis agribisnis.
Meningkatkan pelayanan aparatur desa bagi pemenuhan pelayanan publik. Optimalisasi Otonomi Desa
melalui Pemberdayaan masyarakat Meningkatkan Pembangunan Infrastruktur yang Proporsional,
berkualitas dan berkelanjutan Sasaran yang ingin dicapai dari masing-masing misi tersebut sebagai
beikut : 1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dalam mewujudkan masyarakat Kodasari beriman
dan bertaqwa. Sasaran : Terwujudnya kehidupan beragama dan bermasyarakat yang rukun, toleran,
aman, nyaman dan berbudaya dengan tatanan masyarakat yang bertaqwa, memahami, dan
mengamalkan nilai luhur ajaran agama serta menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan budaya lokal yang
diimplementasikan pada setiap bentuk kehidupannya. 2. Meningkatkan kualitas pendidikan dan
kesehatan yang merata dan terjangkau. Sasaran : Meningkatnya Aksesibilitas, dan kualitas pendidikan
dan kesehatan bagi seluruh warga masyarakat Kodasari. 3. Meningkatkan ekonomi kerakyatan yang
berbasis agribisnis. Sasaran : Meningkatnya perekonomian desa dengan mengembangkan berbagai
potensi unggulan desa terutama sektor pertanian dalam suatu sistem pembangunan agribisnis dengan
basis ekonomi kerakyatan yang ditopang oleh usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi 4.
Meningkatkan pelayanan aparatus desa bagi pemenuhan pelayanan publik. Sasaran : Terciptanya
sistem yang transparan, profesional, bersih dan akuntabel sehingga dapat meningkatkan pelayanan
umum berdasarkan standar pelayanan minimal. 5. Optimalisasi Otonomi Desa melalui pemberdayaan
masyarakat. Sasaran : Meningkatnya kapasitas pemerintahan desa dalam mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri dengan memberdayakan potensi masyarakat desa untuk meningkatkan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat desa. 6. Meningkatkan Pembangunan Infrastruktur Sasaran :
Tersedianya sarana dan prasarana infrastruktur desa dalam rangka mendukung peningkatan aktifitas
sosial ekonomi dan budaya masyarakat, termasuk infrastruktur dasar perdesaan serta pengembangan
potensi pusatpusat pertumbuhan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung. 3. Program
dan Kegiatan Pembangunan Desa sebagai upaya dalam mempercepat pencapaian visi, misi dan sasaran
pembangunan, maka ditetapkan prioritas pembangunan yang akan menjadi fokus Penyelenggaraan
pembangunan Kepala Desa selama 5 tahun (2013 -2018). Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Dalam
rangka mewujudkan prioritas pembangunan 6 tahun kedepan, ditempuh melalui 4 arah kebijakan
pembangunan pembangunan, yaitu : Meningkatkan kualitas Sumberdaya manusia dalam rangka
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa Kodasari; Mengembangkan perekonomian
masyarakat yang stabil melalui optimalisasi pemanfaatan potensi dan sumberdaya yang dimiliki desa
Kodasari dengan tetap memperhatikan kualitas dan kelestarian lingkungan hidup;Optimalisasi fungsi
lembaga pemerintahan desa dalam upaya peningkatan pelayanan publik;Melaksanakan pembangunan
infrastruktur/sarana prasarana dasar sebagai penunjang kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Strategi
Prioritas Pembangunan Dalam rangka mewujudkan prioritas pembangunan 6 tahun kedepan, maka
ditetapkan Strategi Rahmat (RELIGIUS, AMAN, HARMONIS, MAJU, ADIL, dan TERTIB ) yang
ditempuh melalui 6 pilar strategi prioritas pembangunan, yaitu : Religius : Mengandung makna suatu
kondisi dimana masyarakat Desa Kodasari dapat meningkatkan pemahaman ajaran agama dan
pengamalan agamanya dalam tatanan kehidupan masyarakat. Aman : Mengandung makna terwujudnya
Desa Kodasari yang lebih baik dengan meningkatnya sistem keamanan swakarsa dalam upaya
terciptanya rasa aman pada masyarakat Kodasari. Harmonis : Mengandung makna suatu keadaan
dimana terjalinan tata hubungan kerja antar lembaga yang ada di desa sehingga tercipta sinergitas kerja
yang optimal dalam pembangunan masyarakat Desa Kodasari. Maju : Mengandung makna
meningkatkan dan pengembangan kecakapan hidup dan ketrampilan masyarakat agar tumbuh
kemandirian menuju kemajuan kehidupan dan peningkatan kesejahtraan masyarakat Kodasari. Adil :
Mengandung makna adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh
pelayanan public. Tertib : Mengandung makna optimalisasi dari peran serta masyarakat dalam
pembangunan melalui pemberdayaan dan partisipasi aktif yang terarah terpadu serta berketertiban.
Kebijakan dan Prioritas Program Pembangunan Kebijakan pembangunan merupakan penjabaran dari
arah dan strategi untuk mewujudkan prioritas pembangunan serta merupakan upaya dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi. Kebijakan pembangunan ini akan menjadi pedoman dalam melaksanakan
program dan kegiatan selama periode tahun 2011-2017 yang dijabarkan melalui : 1. Meningkatkan
kualitas kehidupan beragama dalam mewujudkan masyarakat Majalengka beriman dan bertaqwa.
Program Prioritas : Program Peningkatan Pemahaman dan Pengamalan Agama. Program
Peningkatan Kerukunan Antar Umat Beragama. Program Peningkatan Kelestarian Dan Pemeliharaan
Kearifan Budaya Lokal. 2. Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan yang merata dan
terjangkau. Program Prioritas : Program Peningkatan Pendidikan Masyarakat. Program
Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat. 3. Mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berbasis
agribisnis. Program Prioritas : Program Peningkatan Produksi dan produktifitas Pertanian/
perkebunan/Kehutanan. Program Pengembangan UMKM dan Koperasi. Program Pengembangan
Investasi. 4. Reformasi birokrasi bagi pemenuhan pelayanan umum. Program Prioritas : Program
Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Pemerintahan Daerah Yang Efektif dan Efisien.
Program Meningkatkan kapasitas aparatur yang bersih dan profesional. 5. Optimalisasi Pemerintahan
Desa. Program Prioritas : Program Peningkatan kapasitas pemerintahan desa. Program
Pemberdayaan Lembaga lembaga Desa. Program Pengembangan Partisipasi Masyarakat dalam
pembangunan. 6. Meningkatkan Pembangunan Infrastruktur yang Mendukung Peningkatan Sosial
Ekonomi Masyarakat Secara Proporsional, berkualitas dan berkelanjutan Program Prioritas : Program
Peningkatan Infrastruktur Perdesaan. Program Pembangunan dan pengembangan Infrastruktur
wilayah. 7. Meningkatkan Pemberdayaan masyarakat Prioritas Program : Program Peningkatan
keberdayaan masyarakat perdesaan. Program Peningkatan Keahlian dan keterampilan masyarakat
perdesaan. Program Pengembangan olah raga, pelestarian seni dan budaya. STRATEGI Adapun
rumuskan suatu strategi upaya pembangunan desa dalam rangka pengentasan kemiskinan di Desa
Ketuwan Kecamatan KedungTuban, Kabupaten Blora Sebagai berikut : 1. Penyusunan tata ruang
desa menjadi prasyarat utama dalam memulai suatu upaya pembangunan desa. Dalam proses
penyusunan tata ruang desa telah dirumuskan berbagai potensi yang ada, keunikan, kultur yang
melandasi dan harapan harapan yang ingin dicapai, sehingga wujud desa nantinya menjadi khas, seperti
desa kebun, desa peternakan, desa agribisnis, desa industri, desa tradisional dan lain sebagainya.
Dalam tata ruang tersebut, harus tersusun rencana infrastruktur, site plan untuk office, pemukiman,
comercial area, lahan usaha/budidaya berbasis sentra(satu hamparan), kemampuan daya dukung
lingkungan (berdasarkan estimasi jumlah penduduk maksimal), lokasi pendidikan, sarana pelayanan
kesehatan, pasar,dan sebagainya sesuai kebutuhan dan kesepakatan masyarakat. 2. Penetapan
aktivitas dan komoditi yang akan dijadikan basis pengembangan ekonomi desa, didasarkan analisis
terhadap potensi yang ada, kemampuan masyarakat pada umumnya, potensi pasar, minat dan kultur
masyarakat. 3. Pembentukan lembaga lembaga masyarakat yang akan berperan sebagai stakeholders,
dan akan memberikan berbagai masukan dalam proses pembangunan desa. 4. Perumusan
perencanaan pembangunan untuk satu masa jabatan Kepala Desa, serta program pembangunan setiap
tahunnya. Perumusan harus melibatkan harus melibatkan seluruh komponen di desa, didasarkan kepada
tata ruang yang telah disusun serta didasarkan kepada kewajaran dan ketersediaan anggaran. 5.
Pemerintah pusat, Provinsi, Kabupaten dapat memberikan asistensi, masukan sesuai dengan kebijakan,
misi dan visi terhadap dokumen perencanaan yang disusun, serta memberikan dukungan berupa
pengalokasiandana dalam bentuk tugas pembantuan atau bantuan yang diarahkan (specific grand ),
Dengan demikian tidak ada lagi program charity, baik dari Kabupaten ,Provinsi maupun dari pusat.
Seluruh aktivitas pembangunan di desa sudah terintegrasi programnya (commited program ) dan sudah
terintegrasi juga alokasi anggarannya (commited budget). 6. Untuk pembangunan pendidikan, terutama
dalam menuntaskan program wajardikdas sembilan tahun, di desa perlu di bangun sekolah dasar dan
sekolah lanjutan pertama dalam satu lokasi, ini dilakukan untuk mengefisiesikan biaya pembangunan dan
pemeliharaan sekolah, juga untuk meringankan beban orang tua murid yang besar, yaitu komponen
transport. 7. Untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan di desa perlu dibangun Puskesmas
Pembantu atau sejenis, dan untuk desa yang sangat terpencil dapat didukung dengan Unit Pelayanan
Kesehatan Keliling. 8. Untuk pembangunan perekonomian di desa, dilakukan penetapan kegiatan dan
komoditas terpilih, sinkronisasi dengan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten, penguatan Badan
Usaha Milik Desa (Bumdes), penyiapan masyarakat dan lokasi sentra Manajemen sentra, Penetapan
berbagai kerjasama dengan pihak ketiga, penyiapan sarana perekonomian (seperti terminal, pasar,
koperasi, atau sejenis), penunjang aktivitas ekonomi masyarakat, serta pembentukan lembaga fasilitator,
baik dari masyarakat Desa itu sendiri atau dari luar dan dari Perguruan Tinggi melalui program Kuliah
Kerja Nyata (KKN). 9. Untuk meningkatkan SDM aparat desa dilakukan dengan meningkatkan program
dan kegiatan yang telah berjalan melalui program pusat, provinsi dan kabupaten / kota, efektivitas
program lomba desa dan peningkatan program Non Governtment (NGO). KESIMPULAN 1.
Keberhasilan pembangunan desa sangat dipengaruhi oleh cara pandang level pemerintah, baik pusat,
provinsi maupun kabupaten 2. Pembangunan Desa pada hakekatnya merupakan pengakuan dan
penghargaan dari semua pihak terhadap pemerintahan dan masyarakat desa dalam upayanya mencapai
harapan dengan potensi, dan kekhasannya sendiri sehingga desa seyogyanya menjadi prioritas utama
pembangunan dari semua level pemerintahan. 3. Keberhasilan pembangunan desa akan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap keberhasilan pembangunan secara nasional, provinsional dan
kabupaten 4. Persoalan kemiskinan, baik diperkotaan maupun di pedesaan akan tereliminasi secara
signifikan, apabila tercapai pembangunan di desa desa. 5. Konsep Desa Mandiri, Dinamis dan
Sejahtera, merupakan konsep integrasi perencanaan dan implementasi, dikenal dengan commited
programme dan commited budget, merupakan konsep yang dilakukan secara gradual, terarah dan pasti,
serta melibatkan semua pemangku kepentingan yang akan beraktivitas di desa. 6. Keberhasilan
konsep ini sangat tergantung kepada political will para pengambilan kebijakan dan peran serta seluruh
pemangku kepentingan. Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap

Anda mungkin juga menyukai