Anda di halaman 1dari 12

STUDI PEMBANGUNAN PEDESAAN SECARA CEPAT DAN

INTENSIF,SERTA PERTISIPASI MASYARAKAT

Studi pembangunan perdesaan secara cepat dan intensif,serta


partisipasi masyarakat
Kelemahan sistem perencanaan dan pembangunan perdesaan masa lalu

Konsep perencanaan pembangunan yang berasal dari bawah (bot-tom up planning) yang
telah diterapkan dalam kegiatan Musbangdes (Musyawarah Pembangunan Desa),Rapat LPM.
(Lembaga pemberdayaan masyarakat) tingkat kecamatan,Rakorbang (Rapat koordinasi
pembangunan) tingkat kabupaten dan propinsi serta rakornas (Rapat Koordinasi Nasional)
tingkat pusat,hingga kini belum dilaksanakan secara optimal.Hal ini terbukti dengan masih
adanya beberapa usulan dari desa (dalam musbangdes) yang hanya dirumuskan oleh beberapa
orang saja,dan bahkan masih terkadang ditemukan usulan yang dirumuskan hanya oleh
kepala desa LKMD atau seringkali pula dilakukan intervensi dari pemerintah tingkat
kecamatan. Pada tingkat LPM dan rakorbang juga seringkali ditemukan adanya dominasi
sektoral dalam proses tawar menawar program tanpa melihat dan mempertimbangkan usulan
yang muncul dari bawah.Kondisi ini juga dimungkinkan karena memang usulan dari bawah
tersebut tidak memiliki dasar yang kuat sebagai aspirasi masyarakat dari desa yang
bersangkutan.Menyadari masih adanya kelemahan dan ketidaksempurnaan sistem
perencanaan dan pembangunan perdesaan masa lalu,meskipun telah dilakukan perencanaan
dari bawah,maka salah satu upaya untuk memberikan panduan terutama kepada para
perencanadan pengambil keputusan serta peneliti pembangunan pedesaan tentang bagaimana
melaksanakan perencanaan pembangunan pedesaan dari bawah itu adalah menggunakan
pendekatan partisipatif,yaitu dengan melakukan studi pembangunan pedesaan secara cepat
dan intensif.Studi pembangunan pedesaan sacara cepat (Rapid Study) adalah untuk lingkup
kabupaten,dan studi pembangunan pedesaan secara intensif (Intensive Study) adalah untuk
lingkup kecamatan.Kedua studi tersebut pada dasarnya adalah serupa,perbedaannya adalah
mengenai lingkup studinya,yaitu kabupaten dan kecamatan.Kedua studi tersebut menguraikan
tentang gambaran wajah (profil) dan keadaan daerah yang dilakukan studi,meliputi
sumberdaya alam dan lingkungan,kependudukan dan pola permukiman,sistem administrasi
pemerintahan,proses,dan prosedur perencanaan pembangunan,metode pengumpulan data
melalui diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion),melakukan analisis-analisis (a)
analisis SWOT (kekuatan,kelemahan,peluang dan ancaman),(b) analisis permasalahan,(c)
analisis potensi,dan (d) analisis kebutuhan kelompok dalam masyarakat,tujuan,strategi
kebijakan dan program pembangunan yang dibutuhkan masyarakat dengan menggunakan
kriteria terukur.Selain dari pada itu perlu dilakukan pula penentuan Desa Pusat Pertumbuhan
(DPP) sebagai upaya meningkatkan kelancaran penyebaran pembangunan dalam konteks
pendekatan spasial (tata ruang).Pendekatan spasial merupakan pendekatan interaksi
lokasional,yang menjelaskan dimana meletakkan prasarana dan sarana pada daerah yang
membutuhkan interaksi semberdaya-sumberdaya pembangunan yang terjadi pada suatu tata
ruang.Dengan studi pembangunan pedesaan secara cepat dan intensif ini dapat dikurangi
penyusunan program berdasarkan keinginan yang bersifat subyektif,intervensi perencanaan
dari pihak tingkat di atas (kecamatan dan kabupaten) dandominasi perencanaan oleh instansi
sektoral.

Dasar pemikiran studi cepat (Rapid study) dan studi intensif ( Intensive study)

Filosofi pembangunan yang bertumpu pada paradigma klasik (trickle down effect) yang
diintroduksikan oleh Albert Hirschman merupakan mekanisme pembangunan yang bersifat
top-down.Konsep ini dilandasi pula oleh sasaran pertumbuhan yang tinggi lewat peningkatan
produktivitas dan kompleksitas produksi.Aplikasi konsep yang bersifat top-down ini telah
menimbulkan masalah yang cuku serius seperti
ketimpangan,kemiskinan,keterbelakangan,dan sifat masa bodoh atau ketidakpedulian (antar
daerah dan antar golongan masyarakat).Penerapan konsep pembangunan top-down itu secara
empirik telah memperlihatkan terjadinya kecenderungan kurang memberikan perhatian
kepada masyarakat lapisan bawah (grass root).Masyarakat lapisan bawah (umumnya
masyarakat pedesaan) diperlakukan hanya sebagai obyek,atau hanya sebagai penonton
pembangunan.Konsep pembangunan ini tidak aspiratif dan dianggap tidak bijaksana terhadap
permasalahan yang dihadapi,pemanfaatan potensi dan pemenuhan kebutuhan masyarakat
sebagai penerima program pembangunan.Terdapat tiga kelemahan,yaitu;pertama,tidak
memperhatikan aspirasi masyarakat,kedua,mengabaikan lingkungan sosial dan budaya,dan
tiga,merusak ekologi fisik.Kelemahan ini telah menimbulkan dampak pada tingginya tingkat
kegagalan pada berbagai program yang dilaksanakan pada berbagai daerah.Sadar akan hal
ini,maka perlu dipikirkan secara mendesak untuk merumuskan kembali konsep pembangunan
yang bersifat populis (people centered) yaitu keberpihakan kepada golongan kecil dan
mengakar pada masyarakat dibawah (grass root).Upaya ini didukung oleh komitmen
(kesepakatan) moralitas yang tinggi dalam memberdayakan masyarakat bawah,yang
kemudian dikuatkan oleh lahirnya paradigma baru pembangunan,yaitu pemberdayaan
masyarakat (community empowerment) melalui bottom up planning yang aspiratif dan
apresiatif dengan melibatkan mereka pada proses pembangunan secara menyeluruh.

Tujuan studi pembangunan cepat dan intensif

Tujuan studi cepat dan studi intensif adalah hampir sama,yaitu sebagai berikut :

1. Menganalisis keadaan kabupaten,kecamatan lokasi studi pada saat ini.


2. Mengeksplorasi masalah kelembagaan,sosial ekonomi,lingkungan dan infrastruktur
serta potensi pembangunan yang dimiliki.
3. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pembangunan.
4. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan,pendekatan,strategi,dan model
pembangunan pedesaan yang digunakan.
5. Mengidentifikasi pusat-pusat pelayanan pedesaan berikut wilayah layanan dan fungsi
yang dilaksanakan.
6. Menyusun rekomendasi mengenai garis besar kebijakan pembangunan pedesaan
dikabupaten/kecamatan.
7. Menyusun program pembangunan yang merefleksikan kebutuhan masyarakat
terhadap pembangunan berkelanjutan di kabupaten/kecamatan.

Data sekunder dikumpulkan dari kantor BPS kabupaten dan instansi pemda sementara.Data
primer dikumpulkan dengan menggunakan metode participatory rural apprasial (PRA)
terutama dengan menggunakan teknik wawancara semi structural interview (SSI) dan teknik
diskusi kelompok terarah focus group discission (FGD) pada tingkat desa dan
kecamatan.Sistem pemerintahan dan perencanaan pembangunan dalam rezim orde baru
bersifat sentralistik,dimana pemerintah pusat mempunyai kekuasaan dan kekuatan yang
sangat besar dan menentukan,sebaliknya kedudukan daerah-daerah tingkat I dan tingkat II
adalah relatif sangat lemah,ketergantungan daerah-daerah terhadap pemerintah pusat sangat
kuat.Dalam era reformasi dilakukan perombakan dari sistem sentralistik menjadi sistem
desentralistik.Untuk mencapai pemerintahan yang bersih dan baik (clean and good
governance) diterapkan tiga prinsip yang mendasar,yaitu : transparansi
(keterbukaan),akuntabilitas (bertanggung jawab),dan demokratisasi (persamaan
kedudukan).Dalam perencanaan pembangunan,penerapan pendekatan yang tadinya adalah
bersifat top down digantikan oleh pendekatan bottom up ,meskipun demikian penerapan
kedua pendekatan tersebut agar jangan dipertentangkan secara tegas (mutlak).Dalam
pendekatan bottom up masih dirasakan pengaru top down meskipun relatif kecil.Demikian
sebaliknya dalam perencanaan top down,harus tetap memperhatikan aspirasi masyarakat
bawah.Kelompok masyarakat pedesaan yang berhasil diidentifikasi meliputi:petani kecil dan
menengah,wanita dan remaja pedesaan,tokoh masyarakat (tokoh adat dan tokoh
agama),tenaga profesional pedesaan,pedagang perantara,pengusaha kecil dan
menengah,investor lokal,LSM,dan pemerintah lokal.Kelompok tersebut mempunyai
kepentingan (kebutuhan),masalah dan potensi yang berbeda-beda.

Konsep perencanaan pembangunan dari bawah (Bottom up Development Planning)

Disadari bahwa pembangunan pedesaan telah dilakukan secara luas,tetapi hasilnya


dianggap belum memuaskan dilihat dari pelibatan peran serta masyarakar dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat pedesaan.Pembangunan pesedaan bersifat multi dimensional dan
multi aspek,oleh karena itu perlu dilakukan analisis atau pembahasan yang lebih terarah dan
dalam konteks serba keterkaitan dengan bidang atau sektor dan aspek diluar pedesaan (fisik
dan non fisik,ekonomi dan non ekonomi,sosial-budaya,spasial,internal dan
eksternal).Rencana pembangunan daerah harus disusun berdasarkan pada potensi yang
dimiliki dan kondisi yang ada sekarang.Kondisi yang ada itu meliputi sumberdaya
alam,sumberdaya manusia,semberdaya modal,prasarana dan sarana
pembangunan,teknologi,kelembagaan,aspirasi masyarakat setempat,dan lainnya.Karena dana
anggaran pembangunan yang tersedia terbatas,sedangkan program pembangunan yang
dibutuhkan relatif banyak,maka perlu dilakukan : (1) penentuan prioritas program
pembangunan yang diusulkan,penentuan prioritas program pembangunan harus dilakukan
berdasarkan kriteria yang terukur,dan (2) didukung oleh partisipasi masyarakat untuk
menunjang implementasi program pembangunan tersebut.Penentuan program pembangunan
oleh masyarakat yang bersangkutan merupakan bentuk perencanaan dari bawah,dari akar
rumput atau sering disebut sebagai bottom up planning.Peningkatan partisipasi masyarakat
merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat (social empowering) secara nyata
dan terarah.

Pendekatan pembangunan pedesaan yang partisipatif


Konsep perencanaan pembangunan yang dilakukan sebelum repelita IV (1983/1984)
menerapkan top down planning.Filosofi pembangunan dalam beberapa dasawarsa yang lalu
adalah bertumpu pada paradigma trickling down effect atau dampak tetesan ke
bawah.Dampak tetesan kebawah merupakan mekanisme pembangunan yang instruktif dan
bersifat top down.Aplikasi konsep top down ini telah menimbulkan berbagai masalah yang
cukup serius,misalnya ketimpangan,kemiskinan,keterbelakangan dan kemalasan.Dampak-
dampak negatif tersebut secara tidak langsung mengakibatkan pemarginalisasi masyarakat
bawah (grass root).Masyarakat akar bawah menjadi sekedar sebagai obyek,sebagai
penonton,dan sebagai suplemen pembangunan yang tidak dilibatkan dalam penyusunan
rencana pembangunan masyarakat di daerahnya.Dengan demikian program pembangunan
daerah menjadi tidak apresiatif terhadap masalah,potensi dan kebutuhan masyarakat sebagai
penerima program dalam implementasi pembangunan pedesaan ini yakni dalam hal :

1. Preferensi (kepentingan) masyarakat,banyak program pembangunan disusun dengan


tidak memperhatikan kebutuhan dan kehendak masyarakat lokal secara luar.
2. Lingkungan sosial dan budaya,tanpa disadari program pembangunan yang
dilaksanakan ternyata tidak serasi dan bahkan bertentangan dengan nilai-nilai
kehidupan sosial dan budaya,semata-mata lebih menekankan pada aspek fisik dan
ekonomi.
3. Eklogi fisik,program pembangunan ternyata banyak diantaranya telah menimbulkan
dampak negatif sehingga merusak ekologi fisik.

Pengabaian terhadap aspek-aspek diatas telah mempengaruhi pada tingginya tingkat


kegagalan pada berbagai program yang dilaksanakan di berbagai daerah.Kegagalan
perencanaan top-down digantikan dengan kosep perencanaan pembangunan yang berasal dari
bawah (bottom-up planning).Dari dokumen-dokumen dan kepustakaan dalam pembangunan
pedesaan ternyata cukup luas,dapat diinventarisir berbagai pendekatan pembangunan
pedesaan sebagai berikut :

1. Pendekatan bina lingkungan,bina usaha,dan bina manusia.


2. Pendekatan sektoral dan pendekatan multi sektoral.
3. Pembangunan pedesaan dilakukan secara terpadu dan serasi serta diarahkan agar
pembangunan yang berlangsung di setiap daerah benar-benar sesuai dengan prioritas
dan potensi daerah pedesaan yang bersangkutan.
4. Pendekatan pemerataan pembangunan ke seluruh tanah air,perhatian khusus perlu
diberikan kepada desa yang relatif tertinggal,desa terpencil,dan desa di daerah
perbatasan.
5. Pendekatan kemitraan (antara pemerintah daerah,masyarakat dan swasta).
6. Pendekatan pembangunan pedesaan yang berkelanjutan.
7. Pendekatan KISS (terkordinasi,trintegrasi,tersinkronisasi dan tersimplikasi).
8. Pendekatan perencanaan strategis.
9. Pendekatan spasial yang mendorong penentuan desa pusat pertumbuhan yang
berfungsi sebagai lokomotif pembangunan suatu kawasan untuk menarik (menghela)
dan mendorong perkembangan desa-desa yang lebih kecil (desa hinterland).
10. Pendekatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang dilakukan untuk
menciptakan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya
masyarakat,kemampuan masyarakat untuk berproduksi,mampu menciptakan lapangan
kerja serta peningkatan pendapatan dan taraf hidupnya.
11. Pendekatan berwawasan lingkungan,yaitu perlu lebih meningkatkan kesadaran dan
kemampuan penduduknya untuk memanfaatkan serta memelihara kelestarian
lingkungannya.
12. Pendekatan bottom-up planning (dari bawah ke atas) dan pendekatan top down
planning (dari atas ke bawah).
13. Pendekatan people centered (berbasis pada sumberdaya manusia).
14. Pendekatan resource based, (berbasis pada sumberdaya perdesaan).
15. Dan lainnya.

Pendekatan pembangunan pedesaan cukup banyak,dengan pemberian penekanan yang


berbeda-beda.Dalam menerapkan pendekatan diharapkan jangan bersifat sempit atau
kaku,tetapi hendaknya secara lebih luas dan bersifat fleksibel untuk mewujudkan
pertumbuhan pedesaan yang cepat dan kokoh untuk mencapai tingkat kesejahteraan
masyarakat pedesaan yang semakin tinggi.Memperhatikan kekurangan dan kegagalan
perencanaan pembangunan pedesaan pada masa yang lalu,maka perlu dilakukan
penyempurnaan terhadap pendekatan pembangunan pedesaan yang sesuai dengan dinamika
perkembangan dan kompleksitas pembangunan serta aspirasi masyarakat.Konsep pendekatan
pembangunan yang laluyang bersifat sentralistik harus direformasi menjadi disentralistik
disesualkan dengan masalah, potensi, kondisi, dan kebutuham masyarakat setempat, secara
spasial dan terpadu, tetapi hams pula berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Setelah
memperhatikan berbagai pendekatan pembangunan pedesaan yang cukup banyak seperti
dikemukakan di atas, maka pendekatan peremanaan pembangunan pedesaan pada masa
depan sekurangkuangnya menggunakan pendekatan bottom-up, spasial, multisektoral/
terpadu/ holistik, partisipatif dan berkelaniutan; dan diantaranya adalah pendekatan
partisipasi yang perlu mendapat penekanan. Pembangunan pedesaan yang partisipatif
merupakan suatu konsep fundamental yang berlaku dan diterapkan sejak dahulu hingga
sekarang dan tetap relevan untuk masa depan. Partisipasi masyarakat itu mengikuti
perkembangan zaman dari sistem pemerintahan yang berlangsung dalam suatu kurun waktu.
Dalam sistem pemerintahan yang sentralistik, mekanisme peremanaan pembangunannya
adalah top-down, dan partisipasi masyarakatnya adalah bersifat mobilisasi atau pengerahan
massa. Sedangkan dalam sistem pemerintahan yang desentralistik (otonomi daerah),
mekam’sme perencanaan pembangunannya adalah botIom up dan partisipasi masyarakatnya
dilakukan dengan kesadaran dan kebersamaan yang tiinggi dalam pembangunan masa depan
(beberapa dekade setelah tahun 2000) dimana pemerintah dan bangsa Indonesia menghadapi
banyak tantangan (ekonomi, sosial dan politik) yang berat dan berkepanjangan, maka
partisipasi masyarakat sangat diperlukan sebagai kekuatan dinamis dan mempakan perekat
masyarakat akar bawah (pedesaan) untuk menunjang pembangunan pedesaan. Berkaitan
dengan pentingnya dan diperlukannya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, maka
berikut ini akan dikemukakan main(pembahasan) mengenai: pertanyaan fundamental apa,
mengapa, untuk siapa dan bagaimana partisipasi masyarakat dilakukan.

1. Tahapan tahapan perencanaan partisipatip di lalui.


2. Analisis analisis yang di gunakan

“apa “ partisipatip masyarakat itu

Partisipatip anggota masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarkat dalam


pembangunan meliputi kegiatan perencanaan dan pelaksanaan program atau proyrk
prmbsngunan yang di kerjakan masyarakat lokal.Partisipatp atau peran masyarakat dalam
pembanguna pedesaan merupakan aktualisasi dari ketersediaan dan kemauan anggota
masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program/proyek yang di
laksanakan.Dimaklumi bahwa dam anggaran pembangunan yang tersedia relatif terbatas
sedangkan program/ proyek pembangunan yang dubutuhkan (yang telah direncanakan)
jumlahnya relatif banyak, maka perlu dilakukan peningkatan partisipasi masyarakat untuk
menujang Implementasi pembangunan program/ proyek dalam mmm. Peningkatan partisipasi
m masyarakat merupakan salah satu benluk punberdayaan masyamkat (man! empomcmnem)
seam aktif yang hermenmi pad. pencapaian basil pembangunan yang dilakukan (Mam mania!
(pedesaan). Pemberdayaan masyarakat adalah upaya pemanfntan dan pengelolaan
sumberdaya masyarakat pedmnmnlebihefekufdanefisimbaikdarua) aspek masukan nun mpul
($0M, dam, peralatan/sarana, data, rencana, dan teknologi); (b) dari aspek proses
(pelaksanaan, monitoring, dan pengawmn); (c) dari aspek keluaran atau output (pencapaian
snsamn. doktivnm dan elmiensi). Efektivitas diartikan sebagai rasio antara realisasi dengan
target yang dimmkan. Ilka rasio hersebut lebih besar dari satu berarti dekni, dan sebaliknya
jika msio tersebut lebih kecil dari satu berarti h'dak deklif. Sedangkan efisiensi dimaksudkan
yaitu dapat dilakukan penghematan atau penekanan pemborosan dengan demikian biaya
produksi per unit dapat ditekan ke bawah. Efisiensi adalah suatu keadaan d1mana terdapat
penghematan dan sebaliknya jnka herdapat pemborosan berarti inefisiensi. Dengan partisipasi
masyarakat, perencanaan pembangunan diupayakan menjadi lebih terarah, artinya remana
atau program pembangunan yang disusun itu adalah sesuai dengan yang dlbutuhkan oleh
masyarakat, berarti dalam penyusunan rencana/program pembangunan dxlakukan penentuan
prioritas (urutan berdasarkan besar kecilnya tingkat kepentingannya), dengan demikian
pelaksanaan (implementasi) program pembangunan akan terlaksana pula secara efektif dan
efisien. Dengan penyusunan rencana/program pembangunan secara terarah dan serasi
terhadap kebutuhan masyarakat dan pelaksanaan (implementasi) program pembangumm
secara efektif dan efisien. beratti distribusi dan alokasi faktor-faktor produksi dapat
dilaksanakan secara optimal, demikian pula pencapaian sasaran peningkatan produlsi dan
pendapatan masyarakat, perluasan lapangan kerja atau penguxangan pengangguran,
berkembangnya kegxakan lokal baru, peningkatan pendidikan dan kesehatan masyatakat,
peningkatan keswadayaan dan partisipasi masyarakat akan terwujud secara optimal pula.

“Mengapa” Partlslpasl Masyarakat ltu Dlperlukan dalam Pembangunan Pedesaan

Anggota masyarakat bukan hanya merupakan obyek pembangunan semata, tempi


sebagai subyek pembangunan pula. Anggota masyarakat daerah pedesaan sebagian besar
terdiri dari petani, yang sebagian besar dari padanya mempakan petani kecil, dan bahkan
sebagian dari mereka mempakan bumh tani yang berarti, tidak memiliki lahan pertanian lagi,
sehingga mereka menjadi buruh tani. Petani umumnya lemah kedudukannya karena tingkat
pendidikan dan keterampilan mereka masih rendah, kemampuan modal dan pemasaran
mereka relatif terbatas, sehingga mereka mudah dijadikan sasaran pememsan seperti ijon oleh
tengkulak yang beroprasi ke plosok desa sudah sejak lama kedudukan petani yang lemah itu,
harus dirubah menjadi kuat, maju dan mandiri, sehingga peranya pembangunan sebagai
subjek pembangunan berarti anggota masyarakat emmiliki kemauan, kemampuan kesediaan,
kesadaran, motivasi, kerja sama, prakarsa, dan wawasan yang kuat melekat diri anggota
masyarkat terhadap pembangunan masyarakat pada masa depan.Bertambah pentingnya
kedudukan anggota masyarakat tersebut dapat diartikan pula bahwa anggota masyarakat
harus diajak untuk berperan secara lebih aktif, didorong untuk berpartisipasi dalam
mnbangun masyarakat, dalam menyusun perencanaan dan dalam implemmtasi program/
proyek. Mengapa anggota masyarakat diaiak untuk berperan sem dan didorong unmk
berpartisipasi. Alamn atau pertimbangannya adalah anggota masyarakat dianggap bahwa (a)
mereka mengetahui sepmuhnya tentang permasalahan dan kepentingannya / kebu tuhan
mereka, (b) mereka memahami sesungguhnya tentang keadaan lingkungan sosial dan
ekonomi masyarakamya, (c) mereka mampu menganalisis sebab dan akibat dari berbagai
kejadian di masyarakat, (d) mereka mampu merumuskan solusi untuk menga tasi
permasalahan dan kendala yang dihadapi, (e) mereka mampu memanfaatkan sumberdaya
pembangumn (SDA, SDM, dana, sarana dan teknologi) yang dimiliki untuk meningkatkan
produksi dan produktivxtas dalam rangka mencapai sasaran pembangunan masyarakat yaitu
peningkatan kesejatraan masyarakat (f) anggota masyarakat dengan upaya meningkatkan
kernauan dan kemampuan SDM-nya sehingga dengan berlandaskan pada kepercayaan diri
dan keswadayaan yang kuat mampu mengurangi dan bahkan mghdangkan sebagian bsar
ketergantungan herhadap pihak luar. Dengan alasan dan pertimbangan di atas, maka
diharapkan rencana (program) pembangunan masyarakat setempat akan dapat disusun dengan
sebaik baiknya meskipun dana anggaran pembangunan yang tersedia adalah terbatas. Oleh
karena itu perlu dilakukan penentuan prioritas program pembangunan di usulkan.

“untuk Siapa” Partisipasl Masyarakat Dilakukan

Tujuan akhir dari pembangunan pedesaan adalah untuk meningkatkan kesejatraan


penduduknya secara langsung dan secara tidak langsung adalah untuk meletakkan dasar-dasar
pembangunan yang kukuh untuk memperkuat pembangunan daerah dan pembangunan.
Sebagai tujuan antara (atau sasaran) dari pembangunan pedesaan adalah mengupayakan agar
desa-desa yang merupakan saluan administrasi pemerintahan terkecil (terbawah) dapat
mempercepat pertumbuhan tingkat keswadayaannya mencapai desa swasembada.Untuk
melaksanakan (implementasi) program/proyek pembangunan pedesaan diperlukan dukungan
partisipasi masyarakat sebagai pencerminan dari terkandungnya semangat bersama, rasa
kebersamaan, dan kesediaan berkorban untuk keberhasilan pembangunan yang bertujuan
untuk mensejahterakan masyarakat desa. Partiupasi masyarakat merupakan potensi kekuatan
dan peluang, tetapi sekaligus merupakan pula tantangan yaitu bagaimana
mengaktualiqasikannya dalam kegiatan pembangunan secara efektif, positif, produktif dan
dinamis.Partisipasi masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat, peran sertanya dalam
kegiatan penyusunan perencanaan dan implementasi program / proyek pembangunan, dan
merupakan aktualisasi dan kesediaan dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan
berkontribusi terhadap implementasi program pembangunan. Perencanaan dan implementasi
program pembangunan dalam masyarakat itu adalah untuk mencapai peningkatan produksi
dan pendapatan masyarakat, perluasan lapangan kerja, berkembangnya kegiatan lokal baru,
peningkatan kuantitas dan kualitas pendidikan serta berkembangnya kegiatan lokal baru,
derajat kesehatan. Peningkatan keswadayaan masyarakat. Kesemuanya itu berdampak
terhadap peningkatan kesetaraan ekonomi dan sosial masyarakan pedesaan secara lebih luas,
meliputi berbagai kelompo strategis , yaitu petani, pengrajin, nelayan, pedagang, tenaga
profesional pedesaan, aparat desa dan lainya.

“Bagaimana" Rmbangunan Partisipatif Dilakukan

Setelah diketahui jawaban terhadap pertanyaan mendasar di atas tentang:

1. Apa partisipasi unsymkat ?


2. Mengapa partisipasi masyarakat itu diperlukan dalam pedesaan?
3. Untuk siapa partisipatip masyarakat dilakukan?

maka selanjutnya masih ada pertanyaan mendasar yang ke-4 yang sangat penting yaitu,
bagaimana pembangunan partisipatip itu di lakukan? Pembangunan partisipatif dilakukan,
menyangkut : (l) tahapan-tahapan dari kegiatan yang harus ddakukan. (2) analisis-anah'sis
apa yang di kerjakan, sampai kepada (3) pmyusunan Program/ proyek pembangunan yang
dibutuhkan oleh masyarakat setempat, dan akhirnya adalah (4) implementasi dari
program,/proyek pembangunan yang telah ditetapkan Tahapan dari kegiatan yang harus
dilakukan adalah (a) sosialisasi, (b) pendampingan (c) pelatihan. (d) penguatan kelembagaan
dan (e) implemtasi program/proyek.Tahapan kegiatan dilakukan adalah (a) analisis SWOT
(kekuatan, kelemahan peluang dan ancaman/Iantangan), (b) analisis permasalahan (c) analisis
potensi, dan (d) analisis kepentingan/ kebutuhan kelompok strategis dalam masyarakat
pedesaan. Kemudian dalam penyusunan program/pmyek pembangunan yang dibutuhkan
oleh masyarakat dilakukan dengan menggunakan kriteria yang terukur terhadap berbagai
program/proyek yang diusulkan.Setelah ditentukan program/proyek pembangunan maka
semua adalah implementasi. Untuk implementasi dibutuhkan dana pembangunan yang
bersumber dari APBN dan APBD, namun kenyataan munjukkan kedua jeni sumber daya
pembangunan tersebut terbatas, maka kekurangannya akan dicukupkan dengan kontribusi
partisipasi masyarakat. Perencanaan partisipatif masih merupakan paradigma yang relevan.
Masyarakat sebagai sumberdaya pelaku pembangunan di suatu daerah (pedesaan) harus
diberdayakan dalam penyusunan rancangan /program pembangunan, karena mereka adalah
yang paling mengetahui berbagai persoalan yang dihadapi, potensi yang dimiliki, dan
kepentingan menurut kelompok-kelompok dalam masyarakat. Untuk menjaring dan
menyaring program-program pembangunan yang dibutuhkan masyarakat ditempuh melalui
FGD ( Focus Group Discussion atau Diskusi Kelompok Terfokus). Bukan suara terbanyak
yang menjadi kriteria, suara herbanyak tidak selalu menjamin prioritas peringkat pertama dari
suatu program Penentuan prioritas program pembangunan dilakukan dengan menggunakan
kriteria yang terukur (menggunakan bobot dan nilai dari masingmasing kriteria yang
digunakan terhadap program pembangunan yang diusulkan (misalnya jaringan irigasi, pasar,
jalan desa dan sebagainya). Dalam proses komunikasi dan diskusi dalam kelompok
masyarakat pada dasarnya adalah kesejajaran dari semua masyarakat diskusi. Diskusi
seharusnya mencerminkan masalah yang terkait dengan setiap orang dalam masyarakat.
Perencanaan secara partisipatif diperlukan karena memberi manfaat sekurang-kurangnya.
yakni :

1. Anggota masyarakat mampu secara kritis menilai lingkungan sosial ekonominya dan
mampu mengidentifikasi bidang-bidang/ sektor-sektor yang perlu dilakukan
perbaikan dengan demikian diketahui arah pembangunan masa depan mereka.
2. Anggota masyarakat dapat berperan serta untuk perencanaan masa depan
masyarakatnya tanpa memerlukan bantuan para pakar atau instansi perencanaan
pembangunan dari luar.
3. Masyarakat dapat menghimpun sumberdaya dan sumber dana dari kalangan anggota
masyarakat untuk mewujudkan tujuan yang di kehendaki masyarakat.

Jika pada masa yang lalu anggota masyarakat bersifat pasif, maka dalam pembangunan pada
waktu sekarang dan masa depan sifat tersebut perlu dimotivasi dan didinamisasi secara lebih
proaktif, kreatif dan mampu untuk memanfaatkan peluang, dengan demikian masyarakat
akan berpartisipasi aku! dalam pembangunan. Keberhasilan pembangunan dalam masyarakat
tidak selalu ditentukan oleh tersedianya sumberdana keuangan dan manajemen keuangan
yang memadai, tetapi banyak dipengaruhi oleh peran serta dan respons Imsyarakat terhadap
pembangunan atau dapat disebut sebagai partlsipasi masyarakat. Untuk mencapai
keberhasilan partisipasi masyarakat dalam pembangunan diperlukan kepemimpinan lokal
yang cakap, berwibawa dan diterima oleh masyarakat (capable and acceptable local
leadership) yang mampu mensinergikan tradisi sosial budaya dengan proses manajemen

Anda mungkin juga menyukai