Fathurrahman Fadil
Program Magister Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRAK
material dan non-material yang penting than merly receive a share of project benefit.”
melalui redistribusi modal atau kepemilikan. Perencanaan partisipatif lebih ditekankan
Sedangkan Adisasmita (2006, 34) pada keterlibatan masyarakat dalam proses
mengungkapkan bahwa penentuan program perencanaan, pengambilan keputusan,
pembangunan oleh masyarakat yang implementasi hingga evaluasinya. Jadi tidak
bersangkutan merupakan bentuk hanya sekedar merasakan hasil dari suatu
perencanaan dari bawah, dari akar rumput proyek pembangunan yang dilaksanakan.
bawah atau sering disebut sebagai bottom –up Seiring dengan semangat reformasi
planning. Peningkatan partisipasi masyarakat maka pemerintah mengeluarkan kebijakan-
adalah salah satu bentuk pemberdyaan kebijakan perencanaan dan penganggaran
masyarakat. Peran masyarakat dalam yang diharapkan dapat melahirkan kebijakan
pembangunan sekarang ini bukan hanya yang partisipatif khususnya ditingkat lokal.
sebagai obyek saja, tetapi juga merupakan Kebijakan-kebijakan yang dijadikan landasan
sebagai subyek dari pembangunan tersebut. dalam perencanaan dan penganggaran
Prinsip pembangunan yang berpusat daerah antara lain Undang-undang Nomor
pada rakyat menegaskan masyarakat harus 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
menjadi pelaku utama dalam pembangunan. Pembangunan Nasional ( pasal 21-27),
Pemberdayaan masyarakat dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004
pembangunan diharapkan menumbuhkan (pasal 150-154 dan pasal 179-199) Undang-
pertisipasi masyarakat dalam melaksanakan undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
pembangunan. Adisasmita (2006:42) juga Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
mengatakan bahwa partisipasi masyarakat Pusat dan Pemerintah Daerah (pasal 66-68),
adalah pemberdayaan masyarakat, peran Undang-undang Nomor 17 tahun 2003
sertanya dalam kegiatan penyusunan tentang Keuangan (pasal 17-20), Peraturan
perencanaan dan implementasi Pemerintah Nomor 72 dan 73 tahun 2006
program/proyek pembangunan, dan tentang Desa dan Kelurahan.
merupakan aktualisasi kesedian dan kemauan Kebijakan tersebut mengatur sistem
masyarakat untuk berkorban dan perencanaan yang bersifat top down serta
berkontribusi terhadap implementasi perencanaan yang bersifat bottom up untuk
pembangunan. menciptakan ruang publik sebagai wadah
Upaya pemberdayaan masyarakat partisipasi. Dalam hal ini upaya penciptaan
sebagai suatu strategi pengelolaan wadah partisipasi oleh pemerintah salah
pembangunan, mempersyaratkan (a) adanya satunya adalah dengan pelaksanaan
keterlibatan langsung masyarakat dalam Musrenbang (Musyawarah Perencanaan
seluruh proses pengelolaan pembangunan, Pembangunan) yang merupakan
(b) pemerintah dan seluruh institusi perencanaan kegiatan RKPD (Rencana
pengelolaan pembangunan wajib Kerja Pemerintah Daerah) untuk
menciptakan akses yang seluas-luasnya bagi pelaksanaan tahun berikutnya. Dalam
masyarakat untuk berperan aktif dalam Musrenbang inilah pola bottom up digunakan,
proses pembangunan, (c) terciptanya yang dilaksanakan dari tingkat Kelurahan,
demokratisasi pengelolaan pembangunan Kecamatan, Kabupaten/Kota hingga
pada tingkat masyarakat, dalam Ditjen PMD Provinsi. Namun ruang partisipasi
(2005:3). masyarakat yang terbuka hanya ada di
Pemberdayaan masyarakat ini Musrenbang kelurahan. Hal ini disebabkan
ditekankan pada partisipasi masyarakat pemerintah kelurahan merupakan
dalam proses-proses pengambilan keputusan pemerintahan yang paling dekat dengan
pada perencanaan pembangunan sehingga masyarakat.
kebijakan yang dibuat sesuai dengan Dalam mencapai good governance,
kebutuhan masyarakat tersebut. Seperti yang peran para stakeholder dari masyarakat,
diungkapkan Samuel Paul dalam Prijono dan pemerintah maupun swasta sangatlah
Pranarka (1996:133) “....participation refers to an penting dalam perumusan perencanaan
active process whereby beneficiaries influence the pembangunan yang digunakan untuk
direction and execution of development projects rather kepentingan bersama. Bagaimana pun
254 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013
terhadap „penerima derma‟ atau „kaum berupa uang atau sarana masyarakat secara
tersisih‟ menuju ke suatu kepedulian dengan sukarela, tetapi lebih ditekankan pada
pelbagai bentuk keikutsertaan warga dalam pengembangan kapasitas masyarakat yang di
pembuatan kebijakan dan pengambilan dalamnya terdapat unsur pelibatan
keputusan di berbagai gelanggang kunci yang masyarakat dalam informasi, pengambilan
mempengaruhi kehidupan mereka”. keputusan serta kontrol dan pengawasan
Partisipasi masyarakat juga terhadap kebijakan yang mempengaruhi
terefleksikan dalam berbagai bentuk, Rusidi masa depan masyarakat itu sendiri.
dalam Siregar (2001:21) mengatakan ada
empat dimensi dalam berpartisipasi: 4. Metode Penelitian
1) sumbangan pikiran (ide atau gagasan) Penelitian ini menggunakan
2) sumbangan materi (dana, barang dan alat) pendekatan kualitatif. Pendekatan tersebut
3) sumbangan tenaga (bekerja atau memberi dipilih karena penelitian ini bermaksud
kerja) untuk mengungkap lebih dalam mengenai
4) memanfaatkan dan melaksanakan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
pelayanan pembangunan. Musrenbang kelurahan harus melihat pada
Sementara Cohen dan Uphoff dalam prosesnya bukan pada hasil. Khususnya
Ndraha (1990:104) menguraikan bentuk- untuk mengetahui bagaimana mekanisme
bentuk partisipasi yang terbagi dalam empat pelaksanaan Musrenbangkel Kotabaru
bentuk, yaitu: Tengah serta aktor masyarakat yang
1. Partisipasi dalam pembuatan keputusan berperan didalamnya, bentuk-bentuk
(participation in decision making) partisipasi masyarakat, dan peran pemerintah
2. Partisipasi dalam pelaksanaan dalam proses Musrenbang kelurahan.
(participation in implementation) Karena peneliti disini terjun langsung dalam
3. Partisipasi dalam menerima manfaat masyarakat kelurahan untuk mengetahui
(participation in benefits) lebih dalam mengenai partisipasi masyarakat
4. Partisipasi dalam evaluasi (participation in didalamnya melalui wawancara mendalam
evaluation). dengan masyarakat yang terlibat pada
Menurut Thubany dalam pelaksanaan Musrenbang kelurahan. Dalam
Purnamasari (2006:23) partisipasi penuh penelitian ini peneliti berada pada posisi
dapat terwujud jika struktur kelembagaan sebagai intrumen kunci (Lincoln dan Cuba,
memungkinkan warga untuk berpartisipasi 1985).
dan memutuskan persoalan mereka sendiri Adapun yang menjadi fokus pada
sehari-hari dan representasi masyarakat yang penelitian ini adalah : Gambaran pelaksanaan
terwakili secara proporsional di dalam setiap Musrenbang Kelurahan Kotabaru Tengah;
proses pengambilan kebijakan atas nama Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat pada
kepentingan bersama. Oleh karenanya, pelaksanaan Musrenbang Kelurahan
partisipasi masyarakat harus didasarkan pada Kotabaru Tengah; Peran pemerintah dalam
(1) pembuatan keputusan, (2) penerapan menciptakan ruang partisipasi pada proses
keputusan, (3) menikmati hasil, dan (4) pelaksanaan Musrenbang Kelurahan
evaluasi hasil. Sementara empat aspek yang Kotabaru Tengah Kecamatan Pulau Laut
menjadi indikasi terbangunnya partisipasi, Utara.
yakni : Lokasi penelitian adalah Kelurahan
1) informasi atau akses lainnya; Kotabaru Tengah terletak di pusat kota
2) inisiatif (voice/suara) dan Kabupaten Kotabaru yang mana didalamnya
apresiasi warga (masukan), terdapat masyarakat heterogen dari berbagai
3) mekanisme pengambilan macam suku-suku besar, yang antara lain
keputusan; yaitu suku Jawa, Banjar, Bugis dan Bajau.
4) kontrol pengawasan. Dari karakteristik perbedaan suku tersebut
Berdasarkan beberapa uraian dari menarik untuk dilihat partisipasi masyarakat
pengertian partisipasi tersebut, dilihat dari dalam merencanakan pembangunan.
perkembangannya partisipasi tidak lagi
diasumsikan sebagai pemberian kontribusi
257 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013
pembangunan terhadap permasalahan yang Kotabaru Tengah tahun 2013 telah sesuai
ada di lingkungan kelurahan Kotabaru dengan aturan dan pedoman yang sudah
Tengah. ditetapkan. Dimana dilaksanakannya tahap
persiapan dan tahap pelaksanaan. Pada
Pengambilan keputusan tahapan-tahapan tersebut sudah terbuka
Partisipasi masyarakat dalam ruang partisipasi masyarakat dalam
pengambilan keputusan terhadap rencana memberikan usulan perencanaan
pembangunan yang diusulkan oleh pembangunannya di Kelurahan Kotabaru
masyarakat tidak dilibatkan dalam Tengah. Partisipasi masyarakat pada
menentukan RKPD dalam Musrenbang pelaksanaan musrenbang kelurahan di
kota. Partisipasi masyarakat dalam Kelurahan Kotabaru Tengah dengan
pengambilan keputusan hanya sampai pada mengacu pada tangga partisipasi menurut
pelaksanaan Musrenbangcam saja. Oleh Arnstein termasuk derajat kekuasaan
karena itu tidak tertutup kemungkinan masyarakat dalam jenjang partisipasi
terdapat intervensi dari elit-elit politik yang Kemitraan.
ada di Kabupaten Kotabaru untuk Hal ini dilihat dari analisis bentuk-
menentukan prioritas pembangunan yang bentuk partisipasi masyarakat dalam
akan dilaksanakan dengan biaya APBD pelaksanaan Musrenbangkel Kotabaru
Kabupaten Kotabaru Tengah tahun 2013 sebagai berikut : Dari
Kontrol dan pengawasan segi representasi peserta yang hadir dalam
Secara keseluruhan Musrenbangkel Musrenbangkel Kotabaru Tengah tahun
Kotabaru Tengah telah dapat memenuhi 2013 sudah mewakili seluruh unsur
tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah dan masyarakat yang ada di Kelurahan Kotabaru
didalamnya terjadi proses pemberdayaan Tengah. Kehadiran pada pelaksanaan
dimana masyarakat dapat memberikan Musyawarah Kelurahan dinilai baik, karena
usulan perencanaan pembangunan di daerah jumlah ideal peserta dalam musrenbangkel
mereka sesuai dengan permasalahan yang Kotabaru Tengah tahun 2013 telah
mereka hadapai. Oleh karena itu dari analisis terpenuhi dari yang mewakili seluruh unsur
di atas dapat diambil sebuah kesimpulan masyarakat Kelurahan Kotabaru Tengah.
bahwa apabila partisipasi masyarakat berjalan Akses informasi yang dimiliki masyarakat
dengan baik dalam proses perencanaan pada Musrenbang Kelurahan dinilai baik.
pembangunan yang diwadahi oleh Hal ini didukung oleh peran LPMK dan
pemerintah maka pembangunan akan pihak Kelurahan yang memberikan
terlaksana sesuai dengan kebutuhan dan informasi jauh-jauh hari kepada masyarakat.
harapan oleh masyarakat setempat. Usulan yang diberikan masyarakat dalam
Peran Pemerintah dalam Peningkatan Musrenbangkel Kotabaru Tengah tahun
Partisipasi 2013 berasal dari kesepakatan masyarakat
Dalam pelaksnaan Musrenbangkel bawah dalam Musyawarah RW yang
Kotabaru Tengah pemerintah kelurahan kemudian disampaikan oleh ketua atau
telah bekerja secara maksimal sehingga perangkat RW yang mewakili mereka dalam
pemberdayaan masyarakat Kelurahan musrenbangkel sesuai mekanisme
Kotabaru Tengah dalam merencanakan pelaksanaanya, oleh karena itu dalam
pembangunan di Kelurahan Kotabaru pemberian usulan masyarakat pada
Tengah melalui Musrenbangkel dapat pelaksanaan Musrenbang Kelurahan, dinilai
terwujud. baik.
Partisipasi masyarakat dalam
6. Kesimpulan menentukan keputusan usulan kegiatan
Dari analisa dan pembahasan pada prioritas pembangunan di Kelurahan
hasil penelitian mengenai partisipasi Kotabaru Tengah memang sudah berjalan,
masyarakat pada pelaksanaan musrenbang akan tetapi keputusan tentang usulan
kelurahan di Kelurahan Kotabaru Tengah perencanaan pembangunan yang diberikan
tahun 2013, maka disimpulkan beberapa hal masyarakat yang dianggarkan pembiayaannya
berikut ini yaitu: Pelaksanaan Musrenbangkel dengan menggunakan dana APBD masih
259 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013
Soekanto, Soejono, 2003. Sosiologi Suatu Yunan, Muhammad, 2003 Tesisi partisipasi
Pengantar. PTRaja Grafindo Persada, masyarakat dalam pembangunan
Jakarta. desa, Universitas Brawijaya, Malang.
Suharto, Edi. 2005. Membangun masyarakat Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang
memberdayakan rakyat. Refika Pemerintahan Daerah
Aditama. Bandung.
Undang-undang Nomor 33 tahun 2004
Sumodiningrat, Gunawan. 1999. tentang Perimbangan Keuangan
Kemiskinan: Teori, Fakta dan Pusat dan Daerah.
Kebijakan. Impac, Jakarta.
Undang-undang No. 34 tahun 1999 tentang
Susanto, Hari & Asep S. 2000. Pembangunan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota
Berbasis Pemberdayaan (Kasus Negara Indonesia Jakarta.
Kalimantan Barat). PT. Sarbi
Moerhani Lestari, Bogor. Undang-undang No17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara
Syamsi, Ibnu. 1986. Pokok-pokok
Kebijaksanaan Perencanaan dan Undang-undang No.25 tahun 2004 tentang
Pemrograman dan Penganggaran Sistem Perencanaan Pembangunan
pembangunan Tingkat Nasonal dan Nasional
Daerah. CV. Rajawali, Jakarta.
Undang-undang No.54 tahun 2010 tentang
Thubany H.S., Amir I., Muhimmudin, 2004, Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Partisipasi Semu: Keterlibatan Warga Nomor 8 Tahun 2008 Tentang
dalam Pembangunan Desa, Bina Swagir- Tahapan, Tatacara Penyusunan,
CSSP, Tuban. Pengendalian, Dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1996. Perencanaan Daerah
Pembangunan. Jakarta: PT. Gunung
Agung. Jakarta. Peraturan Pemerintah No 73 Tahun 2005
tentang Kelurahan
-------------------------------- 2001, Pengantar
Administrasi Pembangunan, LP3ES, Surat Edaran Bersama Menteri Negara
Jakarta. Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas No.
-------------------------------- 2002, Reformasi 0259/M.PPN/I/2005 dan Menteri
Nasional Penyelenggaraan Good Dalam Negeri No.
Governance dan Perwujudan Masyarakat 050/166/SJ/2005 perihal Petunjuk
Madani, LAN Jakarta. Teknis Penyelenggaraan Musrenbang
Tahun 2005.
United Nation Centre for Regional
Development Planning (UNCRD). Surat Edaran bersama Menteri Negara
1988. Training Modules Local Social Perencanaan Pembangunan
Development Planning, Vol 2 : Nasional/Kepala Bappenas dan
Techniquess. Nagoya Japan. Menteri Dalam Negeri Nomor
1181/M.PPN/02/2006 dan
262 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013
(www.ids.ac.uk_logolink_resources) IDS
(http://www.worldbank.org/wbi/sourcebo
ok/sbhome.html), World Bank
(http://www.worldbank.org/poverty/capita
l), World Bank