Anda di halaman 1dari 12

251 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MUSYAWARAH PERENCANAAN


PEMBANGUNAN DI KELURAHAN KOTABARU TENGAH

Fathurrahman Fadil
Program Magister Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRAK

Partisipasi masyarakat Kelurahan Kotabaru Tengah dalam perencanaan pembangunan yang


menjadi fokus perhatian dalam peningkatan pembangunan dan menangani permasalahan di
Kelurahan Kotabaru Tengah. Namun yang menjadi pertanyaan apakah partisipasi masyarakat
tersebut telah sesuai dan dapat mencarikan solusi dalam menangani permasalahan yang ada serta
merencanakan pembangunan yang tepat sasaran sesuai dengan kebutuhkan Masyarakat di
Kelurahan Kotabaru Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan partisipasi
masyarakat pada pelaksanaan Musrenbangkel di Kelurahan Kotabaru Tengah Kecamatan Pulau
Laut Utara Kabupaten Kotabaru.
Hasil dari penelitian ini adalah, pertama, pelaksanaan musrenbangkel telah sesuai dengan
pedoman dan sasaran yang ditetapkan dimana dalam pelaksanaanya terbuka ruang partisipasi
masyarakat dalam memberikan usulan perencanaan pembangunan di kelurahan melalui aktor-
aktor masyarakat. Kedua, Bentuk partisipasi masyarakat dalam Musrenbangkel Kotabaru Tengah
pada tahun 2013 dari segi kehadiran peserta sudah representatif. Komunikasi antara pemerintah
dan masyarakat sudah berjalan dengan baik dan sudah bersifat dua arah, dalam pemberian
informasi sudah mulai diberikan jauh-jauh hari namun pemberitahuan secara formal masih
terbatas dengan waktu. Masyarakat terlibat dalam proses penyusunan/perumusan kegiatan
perancanaan pembangunan di Kelurahan Kotabaru Tengah, namun tidak ada sarana dalam
melakukan kontrol dan pengawasan bagi masyarakat dalam Musrenbangkel. Masyarakat telah
dapat memberikan usulan sesuai dengan permasalahan yang ada di lingkungan mereka, dalam
penentuan skala prioritas ditentukan oleh peserta rapat dengan tim pelaksana Musrenbangkel
dalam diskusi. Pengambilan keputusan realisasi kegiatan tetap ditangan pemerintah, akan tetapi
masih minimnya kontrol dan pengawasan dari masyarakat dan pemerintah. Ketiga, peran
pemerintah dalam dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Kotabaru dalam pelaksanan
Musrenbangkel memiliki peran sebagai regulator untuk melahirkan kebijakan-kebijakan dan
mekanisme-mekanisme perencanaan yang tepat untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat serta
untuk menciptakan ruang partisipasi. Sementara itu peran pemerintah kecamatan berfungsi
sebagai motifator, fasilitator, monitoring dan evaluasi. Pemerintah kelurahan dalam
musrenbangkel sendiri berperan sebagai sosialisasi dan pelaksana musrenbang kelurahan.

Kata Kunci: Partisipasi, Musyawarah, Perencanaan

1. Latar Belakang pernah menjadi kenyataan, yang terjadi


Pembangunan harus menerapkan adalah ketergantungan fiskal dan subsidi
prinsip-prinsip desentralisasi, bergerak dari serta bantuan pemerintah pusat sebagai
bawah (bottom up), mengikutsertakan wujud ketidakberdayaan pendapatan asli
masyarakat secara aktif (participatory), daerah (PAD) dalam membiayai belanja
dilaksanakan dari dan bersama masyarakat daerah. Hal ini disebabkan karena
(from and with people) Selama masa Orde Baru, pemerintah pusat terlalu dominan terhadap
harapan yang besar dari pemerintah daerah daerah. Pola pendekatan yang sentralistik
untuk dapat membangun daerah dan keseragaman yang selama ini
berdasarkan kemampuan dan kehendak dikembangkan pemerintah pusat telah
daerah sendiri dari tahun ke tahun tidak mematikan inisiatif dan kreativitas daerah
252 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

dalam melakukan pembangunan. Pemerintah desentralistik dalam sistem pemerintahan


daerah kurang diberi keleluasaan (local demikian pula dalam sistem pembangunan.
discreation) untuk menentukan kebijakan Desentralisasi yang berarti memberikan
daerahnya sendiri. Kewenangan yang selama pelimpahan wewenang kepada daerah
ini diberikan kepada daerah tidak disertai otonom atau diberlakukannya sistem
dengan pemberian infrastruktur yang otonomi daerah.
memadai, penyiapan sumber daya manusia Setelah dilaksanakannya otonomi
yang profesional, dan pembiayaan yang adil. daerah penyelenggaraan tugas-tugas umum
Akibatnya, yang terjadi bukannya tercipta pemerintahan dan pelaksanaan
kemandirian daerah, akan tetapi justru pembangunan dalam penyelenggaraan
ketergantungan daerah terhadap pemerintah pemerintahan berdasarkan asas desentralisasi
pusat. lebih diarahkan pada pelaksanaan otonomi
Pendekatan keseragaman dalam yang nyata dan bertanggung jawab, serasi
pembangunan desa dan kelurahan pada selaras dan seimbang supaya dapat menjamin
zaman orde baru mengakibatkan terlaksananya pembangunan daerah yang
keanekaragaman karakteristik dan kekayaan berdaya guna dan berhasil guna. Dalam
masyarakat lokal sangat diabaikan dalam Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004
proses perencanaan pelaksanaan hingga menjelaskan bahwa titik berat otonomi
evaluasi pembangunan. Padahal masyarakat diletakkan pada daerah kabupaten/kota,
lebih memahami kebutuhan dan dengan pertimbangan bahwa daerah
permasalahan yang harus diberdayakan agar kabupaten/kota lebih langsung berhubungan
mereka lebih mampu mengenali kebutuhan- dengan masyarakat sehingga diharapkan
kebutuhannya, merumuskan rencana- akan dapat lebih mengerti dalam memenuhi
rencana serta melaksanakan pembangunan aspirasi masyarakat dalam melaksnakan
secara mandiri dan swadaya. Pelaksanaan pembangunan. Dengan skema otonomi
pembangunan oleh pemerintah daerah untuk daerah yang baru, yang lebih menekankan
dapat membangun daerah berdasarkan hak bagi daerah dan urgensi prakarsa
kemampuan dan kehendak masyarakatnya masyarakat, menunjukkan kuatnya posisi
ternyata tidak diwujudkan. daerah dalam menentukan masalah rumah
Dampak dari pendekatan tangganya sendiri.
pembangunan yang bersifat top down yang Dengan terjadinya perubahan
yang selama ini dilaksanakan pemerintah paradigma pemerintahan terhadap
dimana kekuasaan sepenuhnya berada di penyelenggaraan pemerintahan, kekuasaan
pemerintah pusat menyebabkan pemerintah dan birokrasi dari sistem yang sentralistis ke
daerah tidak responsif dan kurang peka desentralistis, maka pemerintah daerah
terhadap aspirasi masyarakat daerah. dalam penerapan asas desentralisasi harus
Kewenangan perencanaan pembangunan membuat sendiri perencanaan
sepenuhnya berada pada pemerintah pusat, pembangunan, baik itu elemen fisik, sosial
sedangkan pemerintah daerah tidak ikut maupun fiskal. Perencanaan pembangunan
dilibatkan. Akibatnya pelaksanaan yang ada kemudian direfleksikan dengan
pembangunan berjalan lamban karena dokumen anggaran yang dibuat dan yang
kelemahan birokrasi yang terlalu panjang dan dituangkan dalam APBD (Anggaran
terjadinya tumpang tindih dalam Pendapatan dan Belanja Daerah).
melaksanakan suatu program pembangunan. Adimiharja (2003:1)
Akibat lainnya yang muncul adalah tidak mengungkapkan dalam paradigma
jarang rencana-rencana pembangunan yang pembangunan sekarang ini pemberdayaan
telah disusun dan dilaksanakan oleh masyarakat dan partisipasi merupakan
pemerintah ternyata tidak sesuai dengan strategi pembangunan yang bertumpu pada
yang dibutuhkan oleh masyarakat. rakyat (peopel centered development). Strategi ini
Sebagai reaksi terhadap sistem menyadari pentingnnya kapasitas masyarakat
pemerintahan yang sentralistik, pada tahun untuk meningkatkan kemandirian dan
1998 terjadi reformasi yang mengakibatkan kekuatan internal, melalui kesanggupan atas
pergantian sistem sentralistik dengan sistem kontrol internal terhadap sumber daya
253 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

material dan non-material yang penting than merly receive a share of project benefit.”
melalui redistribusi modal atau kepemilikan. Perencanaan partisipatif lebih ditekankan
Sedangkan Adisasmita (2006, 34) pada keterlibatan masyarakat dalam proses
mengungkapkan bahwa penentuan program perencanaan, pengambilan keputusan,
pembangunan oleh masyarakat yang implementasi hingga evaluasinya. Jadi tidak
bersangkutan merupakan bentuk hanya sekedar merasakan hasil dari suatu
perencanaan dari bawah, dari akar rumput proyek pembangunan yang dilaksanakan.
bawah atau sering disebut sebagai bottom –up Seiring dengan semangat reformasi
planning. Peningkatan partisipasi masyarakat maka pemerintah mengeluarkan kebijakan-
adalah salah satu bentuk pemberdyaan kebijakan perencanaan dan penganggaran
masyarakat. Peran masyarakat dalam yang diharapkan dapat melahirkan kebijakan
pembangunan sekarang ini bukan hanya yang partisipatif khususnya ditingkat lokal.
sebagai obyek saja, tetapi juga merupakan Kebijakan-kebijakan yang dijadikan landasan
sebagai subyek dari pembangunan tersebut. dalam perencanaan dan penganggaran
Prinsip pembangunan yang berpusat daerah antara lain Undang-undang Nomor
pada rakyat menegaskan masyarakat harus 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
menjadi pelaku utama dalam pembangunan. Pembangunan Nasional ( pasal 21-27),
Pemberdayaan masyarakat dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004
pembangunan diharapkan menumbuhkan (pasal 150-154 dan pasal 179-199) Undang-
pertisipasi masyarakat dalam melaksanakan undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
pembangunan. Adisasmita (2006:42) juga Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
mengatakan bahwa partisipasi masyarakat Pusat dan Pemerintah Daerah (pasal 66-68),
adalah pemberdayaan masyarakat, peran Undang-undang Nomor 17 tahun 2003
sertanya dalam kegiatan penyusunan tentang Keuangan (pasal 17-20), Peraturan
perencanaan dan implementasi Pemerintah Nomor 72 dan 73 tahun 2006
program/proyek pembangunan, dan tentang Desa dan Kelurahan.
merupakan aktualisasi kesedian dan kemauan Kebijakan tersebut mengatur sistem
masyarakat untuk berkorban dan perencanaan yang bersifat top down serta
berkontribusi terhadap implementasi perencanaan yang bersifat bottom up untuk
pembangunan. menciptakan ruang publik sebagai wadah
Upaya pemberdayaan masyarakat partisipasi. Dalam hal ini upaya penciptaan
sebagai suatu strategi pengelolaan wadah partisipasi oleh pemerintah salah
pembangunan, mempersyaratkan (a) adanya satunya adalah dengan pelaksanaan
keterlibatan langsung masyarakat dalam Musrenbang (Musyawarah Perencanaan
seluruh proses pengelolaan pembangunan, Pembangunan) yang merupakan
(b) pemerintah dan seluruh institusi perencanaan kegiatan RKPD (Rencana
pengelolaan pembangunan wajib Kerja Pemerintah Daerah) untuk
menciptakan akses yang seluas-luasnya bagi pelaksanaan tahun berikutnya. Dalam
masyarakat untuk berperan aktif dalam Musrenbang inilah pola bottom up digunakan,
proses pembangunan, (c) terciptanya yang dilaksanakan dari tingkat Kelurahan,
demokratisasi pengelolaan pembangunan Kecamatan, Kabupaten/Kota hingga
pada tingkat masyarakat, dalam Ditjen PMD Provinsi. Namun ruang partisipasi
(2005:3). masyarakat yang terbuka hanya ada di
Pemberdayaan masyarakat ini Musrenbang kelurahan. Hal ini disebabkan
ditekankan pada partisipasi masyarakat pemerintah kelurahan merupakan
dalam proses-proses pengambilan keputusan pemerintahan yang paling dekat dengan
pada perencanaan pembangunan sehingga masyarakat.
kebijakan yang dibuat sesuai dengan Dalam mencapai good governance,
kebutuhan masyarakat tersebut. Seperti yang peran para stakeholder dari masyarakat,
diungkapkan Samuel Paul dalam Prijono dan pemerintah maupun swasta sangatlah
Pranarka (1996:133) “....participation refers to an penting dalam perumusan perencanaan
active process whereby beneficiaries influence the pembangunan yang digunakan untuk
direction and execution of development projects rather kepentingan bersama. Bagaimana pun
254 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

keterlibatan aktif masyarakat dalam Beberapa pengertian tentang


perencanaan pembangunan sangat penting masyarakat tersebut dikemukakan dalam
dalam bentuk partisipasinya pada Soejono Soekanto (2003:24) dengan
pelaksanaan Musrenbang. Disinilah mengutip pendapat para ahli antara lain :
Musrenbang berperan sebagai ruang publik 1) Masyarakat adalah suatu sistem dari
karena dengan partisipasi masyarakat maka kebiasaan dan tatacara, dari wewenang
perencanaan pembangunan dapat lebih dan kerja sama antara berbagai kelompok
aspiratif dan berdaya guna sesuai dengan dan penggolongan, dan pengawasan
permasalahan dalam masyarakat dan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan
kebutuhan yang urgen harus dipenuhi. manusia. Keseluruhan yang selalu
Menurut Evans(1996) dalam Purnamasari berubah (Mac Iver dan Page).
(2006:8) Kombinasi antara institusi publik 2) Masyarakat merupakan setiap kelompok
yang kuat dan komunitas yang terorganisir manusia yang telah hidup dan bekerja
dapat menjadi alat yang kuat bagi bersama cukup lama sehingga mereka
pembangunan. dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai suatu
2. Perumusan Masalah kesatuan sosial dengan batas-batas yang
Berdasarkan latar belakang serta dirumuskan dengan jelas (Ralph Hinton).
fenomena di atas maka permasalahan dalam 3) Masyarakat adalah orang-orang yang
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai hidup bersama, yang menghasilkan
berikut : kebudayaan (Selo Soemardjan).
1. Bagaimana gambaran pelaksanaan Berdasarkan pengertian diatas dapat
Musrenbang Kelurahan Kotabaru ditarik kesimpulan tentang masyarakat
Tengah. merupakan kelompok manusia sebagai satu
2. Bagaimana bentuk-bentuk partisipasi kesatuan dan merupakan satu sistem yang
masyarakat dalam Musrenbang menimbulkan kebudayaan dan kebiasaan
Kelurahan Kotabaru Tengah? dimana setiap orang merasa terikat satu sama
3. Apa peran pemerintah untuk lain yang mencakup semua hubungannya
meningkatkan partisipasi masyarakat baik dalam kelompok maupun individu di
dalam pelaksanaan Musrenbang? dalam satu wilayah. Selain itu masyarakat
dapat juga disimpulkan sebagai kesatuan
3. Tinjauan Pustaka hidup manusia yang berinteraksi menurut
Dalam memahami konsep partisipasi sistem adat tertentu yang bersifat kontinyu
masyarakat, sebaiknya terlebih dahulu kita dan yang terkait oleh suatu rasa identitas
paham siapa yang berpartisipasi tersebut, bersama.
yaitu masyarakat. Definisi dan pengertian Konsep Partisipasi Masyarakat
mengenai masyarakat telah banyak Partisipasi adalah persoalan relasi
dikemukakan oleh para antropologi dan kekuasaan, atau relasi ekonomi politik yang
sosiologi. Menurut Robert Mac Iver dalam dianjurkan oleh demokrasi. Dalam negara
Budiardjo (2002:33), masyarakat adalah demokrasi, ada saatnya pemerintah harus
“suatu sistem hubungan-hubungan yang turun tangan langsung mengintervensi
ditertibkan (Society means a system of ordered warganya, dan ada saatnya untuk
relations)”. Menurut perumusan Harold J. menyerahkan kembali pengelolaannya
Laski dari London School Of Economics kepada komunitas setempat, tergantung dari
and Political Science dalam Budiardjo konteksnya.
(2002:34) maka masyarakat adalah Menurut Sumarto dalam Sembodo
“sekelompok manusia yang hidup bersama (2006:21) bahwa partisipasi merupakan suatu
dan bekerjasama untuk mencapai proses yang memungkinkan adanya interaksi
terkabulnya keinginan-keinginan mereka yang lebih baik antar stakeholders sehingga
bersama (A Society is a group of human beings kesepakatan-kesepakatan dan tindakan yang
living together and working together for a satisfaction bersifat inovatif lebih mungkin tercipta
of their mutual wants)”. dalam proses deliberatif, dimana ruang untuk
255 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

mendengarkan, belajar, refleksi dan memulai mengapa partisipasi masyarakat mempunyai


suatu aksi bersama terjadi” arti yang sangat penting, yaitu :
Dalam Undang-undang Nomor 25 1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu
tahun 2004 (penjelasan pasal 2 ayat 4 huruf alat guna memperoleh informasi
d) partisipasi masyarakat diterjemahkan mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap
sebagai keikutsertaan masyarakat untuk masyarakat setempat yang tanpa
mengakomodasikan kepentingan mereka kehadirannya proyek pembangunan serta
dalam proses penyusunan rencana proyek-proyek akan gagal.
pembangunan. 2. Bahwa masyarakat akan lebih
Dalam konteks pembangunan mempercayai program atau proyek
Adisasmita (2006:38) mengatakan partisipasi pembangunan jika merasa dilibatkan
masyarakat adalah keterlibatan dan pelibatan dalam proses persiapan dan perencanaan,
anggota masyarakat dalam pembangunan, karena mereka akan lebih mengetahui
meliputi kegiatan dalam perencanaan dan seluk beluk proyek tersebut dan akan
pelaksanaan (implementasi) program/proyek mempunyai rasa memiliki terhadap
pembangunan yang dikerjakan di masyarakat proyek tertentu.
lokal. Partisipasi atau peran serta masyarakat 3. Adanya suatu anggapan bahwa
dalam pembangunan merupakan aktualisasi merupakan hak demokrasi bila
dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat dilibatkan dalam
masyarakat untuk berkorban dan pembangunan masyarakat mereka sendiri.
berkontribusi dalam implementasi Dapat dirasakan bahwa mereka pun
program/proyek. mempunyai hak turut „urun rembug‟
Adisasmita (2006:42) juga (memberikan saran) dalam menentukan
mengatakan bahwa partisipasi masyarakat jenis pembangunan yang akan
adalah pemberdayaan masyarakat, peran dilaksanakan didaerah mereka.
sertanya dalam kegiatan penyusunan Bentuk Partisipasi
perencanaan dan implementasi Cohen dan Uphoff dalam Siregar
program/proyek pembangunan, dan (2001:19) menyatakan bahwa partisipasi
merupakan aktualisasi kesedia dan kemauan dapat dilihat dalam berbagai pandangan.
masyarakat untuk berkorban dan Pertama, kontribusi secara sukarela dari
berkontribusi terhadap implementasi komunitas terhadap suatu program untuk
pembangunan. masyarakat, keterlibatan masyarakat dalam
Prinsip partisipasi menuntut proses pembuatan keputusan dan dalam
masyarakat harus diberdayakan, diberikan implementasi program serta menikmati
kesempatan dan diikutsertakan untuk bersama keuntungan-keuntungan dari
berperan dalam proses-proses birokrasi program pembangunan. Keterlibatan
mulai dari tahap perencanaan pelaksanaan masyarakat dalam mengevaluasi program,
dan pengawasan atau kebijakan publik. suatu proses aktif, dimana rakyat dari suatu
Partisipasi masyarakat merupakan kontrol komunitas mengambil inisiatif dan
adanya kekuasaan yang berlebih agar lebih menyatakan dengan tegas otonomi mereka.
efektif ditujukan sebesar-besarnya untuk Kedua, meningkatkan kontrol terhadap
masyarakat dalam konsep good governance. sumber daya dan mengatur lembaga-lembaga
Adanya ruang keterlibatan warga dan dalam situasi sosial yang ada. Untuk
kerangka kelembagaan yang sesuai dalam meningkatkan partisipasi masyarakat, maka
partisipasi turut mendorong pembangunan keterlibatan masyarakat dalam berbagai
dan pemerataan. program dalam pembangunan terutama
Dengan partisipasi masyarakat, menyangkut pengambilan keputusan
perencanaan pembangunan diupayakan pembangunan dalam tingkat komunitas
menjadi lebih terarah, artinya rencana dan sangat penting.
program pembangunan yang disusun itu Gaevanta dan Valderama dalam
adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh Nierras (2000:17) menegaskan bahwa bahwa
masyarakat. Conyers (1992:154) partisipasi warga telah mengalihkan konsep
menyebutkan terdapat tiga alasan utama partisipasi “….dari sekedar kepedulian
256 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

terhadap „penerima derma‟ atau „kaum berupa uang atau sarana masyarakat secara
tersisih‟ menuju ke suatu kepedulian dengan sukarela, tetapi lebih ditekankan pada
pelbagai bentuk keikutsertaan warga dalam pengembangan kapasitas masyarakat yang di
pembuatan kebijakan dan pengambilan dalamnya terdapat unsur pelibatan
keputusan di berbagai gelanggang kunci yang masyarakat dalam informasi, pengambilan
mempengaruhi kehidupan mereka”. keputusan serta kontrol dan pengawasan
Partisipasi masyarakat juga terhadap kebijakan yang mempengaruhi
terefleksikan dalam berbagai bentuk, Rusidi masa depan masyarakat itu sendiri.
dalam Siregar (2001:21) mengatakan ada
empat dimensi dalam berpartisipasi: 4. Metode Penelitian
1) sumbangan pikiran (ide atau gagasan) Penelitian ini menggunakan
2) sumbangan materi (dana, barang dan alat) pendekatan kualitatif. Pendekatan tersebut
3) sumbangan tenaga (bekerja atau memberi dipilih karena penelitian ini bermaksud
kerja) untuk mengungkap lebih dalam mengenai
4) memanfaatkan dan melaksanakan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
pelayanan pembangunan. Musrenbang kelurahan harus melihat pada
Sementara Cohen dan Uphoff dalam prosesnya bukan pada hasil. Khususnya
Ndraha (1990:104) menguraikan bentuk- untuk mengetahui bagaimana mekanisme
bentuk partisipasi yang terbagi dalam empat pelaksanaan Musrenbangkel Kotabaru
bentuk, yaitu: Tengah serta aktor masyarakat yang
1. Partisipasi dalam pembuatan keputusan berperan didalamnya, bentuk-bentuk
(participation in decision making) partisipasi masyarakat, dan peran pemerintah
2. Partisipasi dalam pelaksanaan dalam proses Musrenbang kelurahan.
(participation in implementation) Karena peneliti disini terjun langsung dalam
3. Partisipasi dalam menerima manfaat masyarakat kelurahan untuk mengetahui
(participation in benefits) lebih dalam mengenai partisipasi masyarakat
4. Partisipasi dalam evaluasi (participation in didalamnya melalui wawancara mendalam
evaluation). dengan masyarakat yang terlibat pada
Menurut Thubany dalam pelaksanaan Musrenbang kelurahan. Dalam
Purnamasari (2006:23) partisipasi penuh penelitian ini peneliti berada pada posisi
dapat terwujud jika struktur kelembagaan sebagai intrumen kunci (Lincoln dan Cuba,
memungkinkan warga untuk berpartisipasi 1985).
dan memutuskan persoalan mereka sendiri Adapun yang menjadi fokus pada
sehari-hari dan representasi masyarakat yang penelitian ini adalah : Gambaran pelaksanaan
terwakili secara proporsional di dalam setiap Musrenbang Kelurahan Kotabaru Tengah;
proses pengambilan kebijakan atas nama Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat pada
kepentingan bersama. Oleh karenanya, pelaksanaan Musrenbang Kelurahan
partisipasi masyarakat harus didasarkan pada Kotabaru Tengah; Peran pemerintah dalam
(1) pembuatan keputusan, (2) penerapan menciptakan ruang partisipasi pada proses
keputusan, (3) menikmati hasil, dan (4) pelaksanaan Musrenbang Kelurahan
evaluasi hasil. Sementara empat aspek yang Kotabaru Tengah Kecamatan Pulau Laut
menjadi indikasi terbangunnya partisipasi, Utara.
yakni : Lokasi penelitian adalah Kelurahan
1) informasi atau akses lainnya; Kotabaru Tengah terletak di pusat kota
2) inisiatif (voice/suara) dan Kabupaten Kotabaru yang mana didalamnya
apresiasi warga (masukan), terdapat masyarakat heterogen dari berbagai
3) mekanisme pengambilan macam suku-suku besar, yang antara lain
keputusan; yaitu suku Jawa, Banjar, Bugis dan Bajau.
4) kontrol pengawasan. Dari karakteristik perbedaan suku tersebut
Berdasarkan beberapa uraian dari menarik untuk dilihat partisipasi masyarakat
pengertian partisipasi tersebut, dilihat dari dalam merencanakan pembangunan.
perkembangannya partisipasi tidak lagi
diasumsikan sebagai pemberian kontribusi
257 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

1. Musrenbangkel Kotabaru Tengah Tahap Pelaksanaan


yang karena letaknya terdapat di Dilihat dari proses keselurahan
Pusat Kota akan menjadi sorotan dalam pelaksanaan Musrenbangkel Kotabaru
bagi daerah Kelurahan lain atau desa Tengah memang sudah berjalan sesuai
yang juga melaksanakan kegiatan dengan ketentuan yang di tetapkan oleh
serupa, sehingga perhatian Pemerintah Kabupaten Kotabaru walaupun
pemerintah akan lebih serius dalam masih terdapat kekurangan, semua tahapan
menangani permasalahan- dapat dilaksanakan dan dapat mencapai hasil
permasalahan yang ada. yang di harapkan.
2. Lokasi penelitian tersebut mudah Bentuk Partisipasi pada Masyarakat
dijangkau baik dari segi geografi, Kelurahan Dalam Musrenbangkel
sesuai dengan kemampuan tenaga Kotabaru Tengah.
yang dimiliki, dan sesuai pula dengan Dalam menganalisis bentuk
waktu dan biaya yang direncanakan. partisipasi masyarakat pada pelaksanaan
Dalam penelitian kualitatif, proses Musrenbangkel di Kelurahan Kotabaru
pengumpulan data meliputi 3 (tiga) kegiatan Tengah dilihat dari segi representasi
sebagai berikut : Getting in yaitu proses kehadiran, akses informasi, pemberian
memasuki lokasi penelitian; Getting Along usulan, pengambilan keputusan, dan kontrol
yaitu ketika berada di lokasi penelitian; pengawasan seperti yang disebutkan oleh
Logging Data yaitu saat pengumpulan data. Susanto (2000:21), Rusidi (2001:21) Thubany
Data yang digunakan seperti yang dalam Purnamasari (2006:23), dan Burns
disampaikan menurut Miles dan Huberman dalam IDS (2002:23). Kemudian dari
(Moleong, 2005), yakni : Reduksi Data bentuk-bentuk partisipasi masyarakat
(pengurangan data); Display data (penyajian tersebut secara keseluruhan akan dilihat
data) termasuk dalam tingkat partisipasi
Dalam setiap penelitian kualitatif masyarakat sesuai dengan tangga partisipasi
senantiasa diperlukan standar untuk melihat Arnstein.
tingkat kepercayaan atau kebenaran hasil Akses informasi
penelitian sehingga data yang dikumpulkan Akses informasi pelaksanaan
dapat dipertanggungjawabkan, yaitu dengan informasi dinilai baik karena walupun
meningkatkan Derajat kepercayaan informasi mengenai jadual agenda,
(credibility); Keteralihan (transferability); mekanisme dan aturan pelaksanaanya sangat
Kebergantungan (dependability); Kepastian mepet sekali dengan waktu pelaksanaanya
(comfirmability). masyarakat sudah mengetahui terlebih
dahulu karena informasi jauh-jauh hari
5. Hasil Penelitian sudah diberikan oleh pihak LPM dan
Pelaksanaan Musrenbang Kelurahan di Kelurahan Kotabaru Tengah serta
Kelurahan Kotabaru Tengah pelaksanaannya sudah untuk kedua kalinya.
Dalam pengaturan jadual, agenda Karena megetahui sedikit banyaknya
dan waktu pelaksanaan Musrenbangkel informasi dalam Musrenbangkel Kotabaru
Kotabaru Tengah tim pelaksanan Tengah masyarakat dapat menyiapkan
Musrenbang hanya melakukan koordinasi usulan prioritas pembangunan dan
dengan pemerintah kelurahan. Tim permasalahan yang ada di daerah mereka
pelaksana Musrenbangkel tidak melibatkan untuk dibahas dalam Musrenbangkel
masyarakat, masyarakat diberitahu setelah Kotabaru Tengah Pemberian Usulan
jadual, agenda dan tempat Musrenbangkel Dalam pelaksanaan Musrenbangkel
Kotabaru Tengah ditetapkan. Sedangkan Kotabaru Tengah jumlah usulan prioritas
dalam pelaksanaan Musrenbangkel Kotabaru yang masuk dinilai cukup banyak dan berasal
Tengah tim pelaksana Musrenbangkel hanya dari berbagai golongan yang ada di
mengacu kepada ketentuan yang telah diatur Kelurahan Kotabaru Tengah. Sementara
oleh pemerintah. organisasi masyarakat yang ada di Kelurahan
Kotabaru Tengah juga memberikan usulan
permasalahan dan perencanaan
258 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

pembangunan terhadap permasalahan yang Kotabaru Tengah tahun 2013 telah sesuai
ada di lingkungan kelurahan Kotabaru dengan aturan dan pedoman yang sudah
Tengah. ditetapkan. Dimana dilaksanakannya tahap
persiapan dan tahap pelaksanaan. Pada
Pengambilan keputusan tahapan-tahapan tersebut sudah terbuka
Partisipasi masyarakat dalam ruang partisipasi masyarakat dalam
pengambilan keputusan terhadap rencana memberikan usulan perencanaan
pembangunan yang diusulkan oleh pembangunannya di Kelurahan Kotabaru
masyarakat tidak dilibatkan dalam Tengah. Partisipasi masyarakat pada
menentukan RKPD dalam Musrenbang pelaksanaan musrenbang kelurahan di
kota. Partisipasi masyarakat dalam Kelurahan Kotabaru Tengah dengan
pengambilan keputusan hanya sampai pada mengacu pada tangga partisipasi menurut
pelaksanaan Musrenbangcam saja. Oleh Arnstein termasuk derajat kekuasaan
karena itu tidak tertutup kemungkinan masyarakat dalam jenjang partisipasi
terdapat intervensi dari elit-elit politik yang Kemitraan.
ada di Kabupaten Kotabaru untuk Hal ini dilihat dari analisis bentuk-
menentukan prioritas pembangunan yang bentuk partisipasi masyarakat dalam
akan dilaksanakan dengan biaya APBD pelaksanaan Musrenbangkel Kotabaru
Kabupaten Kotabaru Tengah tahun 2013 sebagai berikut : Dari
Kontrol dan pengawasan segi representasi peserta yang hadir dalam
Secara keseluruhan Musrenbangkel Musrenbangkel Kotabaru Tengah tahun
Kotabaru Tengah telah dapat memenuhi 2013 sudah mewakili seluruh unsur
tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah dan masyarakat yang ada di Kelurahan Kotabaru
didalamnya terjadi proses pemberdayaan Tengah. Kehadiran pada pelaksanaan
dimana masyarakat dapat memberikan Musyawarah Kelurahan dinilai baik, karena
usulan perencanaan pembangunan di daerah jumlah ideal peserta dalam musrenbangkel
mereka sesuai dengan permasalahan yang Kotabaru Tengah tahun 2013 telah
mereka hadapai. Oleh karena itu dari analisis terpenuhi dari yang mewakili seluruh unsur
di atas dapat diambil sebuah kesimpulan masyarakat Kelurahan Kotabaru Tengah.
bahwa apabila partisipasi masyarakat berjalan Akses informasi yang dimiliki masyarakat
dengan baik dalam proses perencanaan pada Musrenbang Kelurahan dinilai baik.
pembangunan yang diwadahi oleh Hal ini didukung oleh peran LPMK dan
pemerintah maka pembangunan akan pihak Kelurahan yang memberikan
terlaksana sesuai dengan kebutuhan dan informasi jauh-jauh hari kepada masyarakat.
harapan oleh masyarakat setempat. Usulan yang diberikan masyarakat dalam
Peran Pemerintah dalam Peningkatan Musrenbangkel Kotabaru Tengah tahun
Partisipasi 2013 berasal dari kesepakatan masyarakat
Dalam pelaksnaan Musrenbangkel bawah dalam Musyawarah RW yang
Kotabaru Tengah pemerintah kelurahan kemudian disampaikan oleh ketua atau
telah bekerja secara maksimal sehingga perangkat RW yang mewakili mereka dalam
pemberdayaan masyarakat Kelurahan musrenbangkel sesuai mekanisme
Kotabaru Tengah dalam merencanakan pelaksanaanya, oleh karena itu dalam
pembangunan di Kelurahan Kotabaru pemberian usulan masyarakat pada
Tengah melalui Musrenbangkel dapat pelaksanaan Musrenbang Kelurahan, dinilai
terwujud. baik.
Partisipasi masyarakat dalam
6. Kesimpulan menentukan keputusan usulan kegiatan
Dari analisa dan pembahasan pada prioritas pembangunan di Kelurahan
hasil penelitian mengenai partisipasi Kotabaru Tengah memang sudah berjalan,
masyarakat pada pelaksanaan musrenbang akan tetapi keputusan tentang usulan
kelurahan di Kelurahan Kotabaru Tengah perencanaan pembangunan yang diberikan
tahun 2013, maka disimpulkan beberapa hal masyarakat yang dianggarkan pembiayaannya
berikut ini yaitu: Pelaksanaan Musrenbangkel dengan menggunakan dana APBD masih
259 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

ditentukan oleh pemerintah dan DPRD Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan


Kabupaten Kotabaru walaupun sudah ada Perdesaan dan Perkotaan. Graha Ilmu,
kepastian telaksananya beberapa kegiatan Yogyakarta.
sesuai dengan pagu yang dipatok oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten kotabaru, hal Ahmad, RivalG. 2003. Dari Parlemen ke
ini tidak tertutup kemungkinan terdapat Ruang Publik Menggagas Proses
intervensi dari elit-elit politik di Kabupaten Pembentukan Peraturan Partisipatif
Kotabaru. Pengambilan Keputusan pada dalam JENTERA Journal Hukum.
musrenbang kelurahan partisipasi dalam Edisi ke 2, Jakarta.
pengambilan keputusan dinilai kurang baik.
Kontrol dan pengawasan yang dilakukan Budiarjo, Miriam. 2002. Dasar-Dasar Ilmu
oleh pemerintah dan masyarakat dinilai tidak Politik, PT Gramedia Pustaka Utama,
baik. Tidak adanya wadah yang diberikan Jakarta.
kepada masyarakat dalam melaksanakan
kontrol dan pengawasan terhadap usulan Commonwealth Foundation. 1999. Citizen
kegiatan pembangunan yang mereka berikan and Governance:Civil Society in the New
sampai menjadi RKPD, karena kontrol itu Millenium, The Commonwealth
sebenarnya dilaksanakan oleh pihak Foundation, London.
Pemerintah Daerah sendiri yaitu pihak
Kelurahan yang kewenangannya Conyers, Diana. 1992. Perencanaan Sosial di
bersentuhan langsung dengan masyarakat Dunia Ketiga. Gadjah Mada
bawah. Peran pemerintah dalam dalam hal University Press, Yogyakarta.
ini pemerintah Kabupaten Kotabaru dalam
pelaksanan Musrenbangkel Kotabaru Creswell, John W. 1994. Research Design;
Tengah memiliki peran sebagai regulator Qualitative & Quantitative Approach,
untuk melahirkan kebijakan-kebijakan dan Sage Publication Inc, California.
mekanisme-mekanisme perencanaan yang
tepat untuk menumbuhkan partisipasi Dendi, Astia dan Roesman, Arief. Diagnosa
masyarakat serta untuk menciptakan ruang dampak Undang- Undang Nomor 17
partisipasi. Sementara itu peran pemerintah tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor
kecamatan berfungsi sebagai motivator, 25 tahun 2004 Terhadap Perencanaan
fasilitator, monitoring dan evaluasi. dan Penganggaran Daerah dan Beberapa
Pemerintah kelurahan dalam musrenbangkel Rekomendasi, Makalah yang
sendiri berperan sebagai sosialisasi dan disampaikan pada Perform‟s
pelaksana musrenbang kelurahan. National Conference di Bali, 6-8
Desember 2004

Daftar Pustaka Eko, Sutoro. 2005. Orde Partisipasi; Bunga


Abe, Alexander. 2001. Perencanaan Daerah Rampai Partisipasi dan Politik
Memperkuat Prakarsa Rakyat dalam Anggaran, Perkumpulan Prakarsa,
Otonomi Daerah. Lapera Pustaka Jakarta.
Utama, Yogyakarta.
Evans, Peter. 1996. Government Action, Social
---------------------. 2002 Perencanaan Daerah Capital and Development: Reviewing the
partisipatif. Amanah, Solo. Evidence on Synergy, World
Development 24:6
Adimiharja, Kusnaka dan Hikmat, Harry.
2003. Participatory reseach appraisal Frederickson, H. George. The Spirit Of of
(pengabdian dan pemberdayaan Public Administration, Jossey-Bass Inc.
masyarakat). Humaniora, Jakarta Publisher, San Fransisco, California.

Gaventa Jhon dan Valderama C. 2001.


Mewujudkan Partisipasi-21: Teknik
260 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

Mewujudkan Partisipasi Masyarakat Prasetyo, Ridho. 2006. Tesis Pemberdayaan


Untuk Abad 21, The British Council. Masyarakat Miskin Melalui Program
Gerakan Terpadu Pengentasan
Giddens Anthony, 1999, The Third Way: Jalan Kemiskinan, Universitas Brawijaya.
Ketiga Pembaharuan Demokrasi Social, Malang.
(terjemahan), Gramedia. Jakarta.
Prasojo, Eko, 2004. People and Society
------------------------, 1986, Kapitalisme dan Empowerment: Perspektif Membangun
Teori Sosial Modern: Suatu Karya Tulis Partisipasi Publik, Jurnal Ilmiah
Marx, Durkheim dan Weber, UI Press, Administrasi Publik. 4 (2).
Jakarta.
Prijono, Onny S dan Pranarka A.M.W. 1996.
Goetz, A.M dan J. Gaventa, 2001, From Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan, dan
Consultation to Influence:Bringing Citizen Implementasi. CSIS. Jakarta.
Voice and Client Focus into Service
Delivery, IDS Working Paper 138. Putra, Fadillah. 2005. Kebijakan Tidak Untuk
Publik, Resist Book. Yogyakarta.
Hikmat, Harry, 2004. Strategi Pemberdayaan
Masyarakat, Humaniora Utama Press, Purnamasari, Dewi. 2006. Partisipasi
Bandung. Masyarakat Dalam Perencanaan
Pembangunan, Universtas Indonesia.
Huntington P. Samuel dan Nelson M. Jhon, Jakarta.
1984, Partipasi Politik: Di Negara
Berkembang, Sangkala Pulsar. Jakarta. Purnomo, Albertus Nurtaji. 2005. Partisipasi
Masyarakat Perdesaan Dalam
Islamy, M. Irfan, 2004. Membangun Perencanaan Pembangunan Daerah,
Masyarakat Partisipatif, Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya. Malang.
Administrasi Publik. 4 (2). Malang.
Riyadi, dan Supriyadi B, Deddy, 2005.
Ida, Laode. 2002. Otonomi Daerah dalam Perencanaan Pembangunan Daerah;
Interaksi Kritis Stakeholder. Pusat Studi Strategi Menggali Potensi Dalam
Kawasan (PSPK), Jakarta. Mewujudkan Otonomi Daerah, PT.
Gramedia, Jakarta.
Moleong, Lexy J. 2003. Metode Penelitian
Kualitatif. : PT. Remaja Rosdakarya. Sadu Wasistiono. 2006. Pasang Surut Otonomi
Bandung. Daerah- Sketsa Perjalanan 100 Tahun,
Yayasan Tifa. Jakarta.
Muluk, Khairul. 2006. Desentralisasi
Pemerintahan & Daerah. PT. Bayu Sadu Wasistiono dan Fernandes
Media. Malang. Simangunsong. 2009, Metodologi
Ilmu Pemerintahan, Penerbit
Ndraha, Taliziduhu. 1990. Pembangunan Universitas Terbuka, Jakarta.
Masyarakat. PT. Rineka Cipt. Jakarta
Saiful, Arif. 2000. Menolak Pembangunanisme,
Nierras, R, Bishop, E, Abao, C and Rose Pustaka Pelajar Yogyakarta.
Millianos, K. 2002, Making
Participatory Planning in Local Sembodo, Heru. 2006. Partisipasi Masyarakat
Governance Happen, uppublished Dalam Pembangunan Desa. Universitas
mimeograph, Logolinl, IDS, UK. Barawijaya. Malang.

Patilima, Hamid, 2005, Metode Penelitian Siagian, Sondang P, 2003, Administrasi


Kualitatif, Alfabeta, Bandung. Pembangunan : Konsep, Dimensi dan
Strateginya, PT Bumi Aksara, Jakarta.
261 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

Woolcock, Michael dan Deepa Narayan,


Siregar. I. 2001, Tesis Penanggulanagn 2000, Social Capital; Implication for
kemiskinan melalui pemberdayaan Development Theory, Research and Policy.
masyarakat nelayan, Universitas The World Bank Research
Indonesia, Depok. Observer. Cary: Aug 2000.Vol.15.

Soekanto, Soejono, 2003. Sosiologi Suatu Yunan, Muhammad, 2003 Tesisi partisipasi
Pengantar. PTRaja Grafindo Persada, masyarakat dalam pembangunan
Jakarta. desa, Universitas Brawijaya, Malang.

Suharto, Edi. 2005. Membangun masyarakat Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang
memberdayakan rakyat. Refika Pemerintahan Daerah
Aditama. Bandung.
Undang-undang Nomor 33 tahun 2004
Sumodiningrat, Gunawan. 1999. tentang Perimbangan Keuangan
Kemiskinan: Teori, Fakta dan Pusat dan Daerah.
Kebijakan. Impac, Jakarta.
Undang-undang No. 34 tahun 1999 tentang
Susanto, Hari & Asep S. 2000. Pembangunan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota
Berbasis Pemberdayaan (Kasus Negara Indonesia Jakarta.
Kalimantan Barat). PT. Sarbi
Moerhani Lestari, Bogor. Undang-undang No17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara
Syamsi, Ibnu. 1986. Pokok-pokok
Kebijaksanaan Perencanaan dan Undang-undang No.25 tahun 2004 tentang
Pemrograman dan Penganggaran Sistem Perencanaan Pembangunan
pembangunan Tingkat Nasonal dan Nasional
Daerah. CV. Rajawali, Jakarta.
Undang-undang No.54 tahun 2010 tentang
Thubany H.S., Amir I., Muhimmudin, 2004, Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Partisipasi Semu: Keterlibatan Warga Nomor 8 Tahun 2008 Tentang
dalam Pembangunan Desa, Bina Swagir- Tahapan, Tatacara Penyusunan,
CSSP, Tuban. Pengendalian, Dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1996. Perencanaan Daerah
Pembangunan. Jakarta: PT. Gunung
Agung. Jakarta. Peraturan Pemerintah No 73 Tahun 2005
tentang Kelurahan
-------------------------------- 2001, Pengantar
Administrasi Pembangunan, LP3ES, Surat Edaran Bersama Menteri Negara
Jakarta. Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas No.
-------------------------------- 2002, Reformasi 0259/M.PPN/I/2005 dan Menteri
Nasional Penyelenggaraan Good Dalam Negeri No.
Governance dan Perwujudan Masyarakat 050/166/SJ/2005 perihal Petunjuk
Madani, LAN Jakarta. Teknis Penyelenggaraan Musrenbang
Tahun 2005.
United Nation Centre for Regional
Development Planning (UNCRD). Surat Edaran bersama Menteri Negara
1988. Training Modules Local Social Perencanaan Pembangunan
Development Planning, Vol 2 : Nasional/Kepala Bappenas dan
Techniquess. Nagoya Japan. Menteri Dalam Negeri Nomor
1181/M.PPN/02/2006 dan
262 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

050/244/SJ tanggal 14 Februari


2006 perihal Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Musrenbang tahun
2006.

(www.ids.ac.uk_logolink_resources) IDS

(http://www.worldbank.org/wbi/sourcebo
ok/sbhome.html), World Bank

(http://www.worldbank.org/poverty/capita
l), World Bank

Anda mungkin juga menyukai