Anda di halaman 1dari 13

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN DANA KELURAHAN DALAM RANGKA

PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


DI KELURAHAN BAHU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

JORDAN SAPUTRA SEMPO


ALDEN LALOMA
VERY Y. LONDA

Abstrak
sumber daya manusia yang kurang memadai menjadi salah satu faktor penghambat maksimalnya
program pembangunan berdasarkan masalah tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana Pengelolaan Dana Kelurahan Dalam Rangka Peningkatan Sarana dan Prasarana dan
Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado
Penelitian ini di desain sebagai suatu penelitian kualitatif dengan maksud menggali atau membangun
suatu prosesi atau menjelaskan makna dibalik realita. Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data
(informan), adalah Pegawai yang bekerja di Pemerintah Kelurahan Bahu mulai dari Lurah, Sekretaris
Kelurahan, Bagian Pemerintahan Lurah, Kepala – Kepala Lingkungan serta Tokoh Adat, Tokoh
Masyarakat, Tokoh Agama serta semua yang terlibat dalam pengelolaan dana kelurahan. Data yang
dikumpul dalam penelitian ini diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan model
analisis interaktif
Hasil penelitian menunjukkan Dalam tahap Perencanaan, belum adanya ketentuan pembagian tentang
berapa persen dari penggunaan AAK untuk berbagai program pemberdayaan masyarakat yang ada.
Tahap Pengorganisasian ini dinilai sudah berjalan baik, karena Sudah adanya Pembagian Tanggung
Jawab kepada setiap kelembagaan yang telah dibentuk di Kelurahan Bahu, dan kelembagaan tersebut
telah berjalan sesuai tupoksinya. Tahap Pelaksanaan, Pihak Kelurahan Bahu memiliki permasalahan
utama, yakni Keterbatasan Dana yang cair. Keterbatasan dana yang cair membuat program dan
kegiatan khususnya fisik, tidak dapat terealisasi dengan baik. selain itu Keadaan masyarakat yang
demotivasi dan kurang berminat untuk melanjutkan keahlian yang dimiliki membuat program tidak
berjalan efektif. Tahap terakhir adalah Pengawasan. Dalam dimensi pengawasan ini, mencakup
pelaporan dan evaluasi yang dilakukan. Namun dalam aspek Evaluasi, tidak berjalan baik, hal ini
dikarenakan tidak adanya evaluasi yang dilakukan usai kegiatan dilaksanakan. Padahal, evaluasi
berperan penting guna kegiatan mendatang agar berjalan lebih baik dari sebelumnya.

Kata Kunci : Efektivitas, Pengelolaan Dana, Pemberdayaan Masyarakat

Abstract
Inadequate human resources are one of the factors inhibiting the maximum development program based
on these problems. This study aims to determine how Village Fund Management in the Context of Improving
Facilities and Infrastructure and Community Empowerment in Shoulder Village, Malalayang District,
Manado City
This research is designed as a qualitative study with the intention of exploring or building a procession or
explaining the meaning behind reality. In this study, the data sources (informants) are employees who work
in the Shoulder Village Government, starting from the Head of the Village, the Secretary of the Village, the
Government Division of the Head of the Village, Heads of the Environment and Customary Figures,
Community Figures, Religious Figures and all those involved in managing funds. sub-district. The data
collected in this study were processed and analyzed qualitatively using an interactive analysis model
The results showed that in the planning stage, there was no provision for the distribution of what percentage
of AAK was used for various existing community empowerment programs. This organizing stage is
considered to have run well, because there has been a division of responsibilities to every institution that
has been formed in the Shoulder Village, and the institution has been running according to its main
function. Implementation Stage, Shoulder Village has a main problem, namely limited liquid funds. Limited
disbursement of funds has made programs and activities, especially physical, not well realized. In addition,
the demotivation of the community and a lack of interest in continuing their existing skills made the program
ineffective. The last stage is Supervision. In this dimension of supervision, includes reporting and

61
evaluation. However, in the evaluation aspect, it did not go well, this is because there was no evaluation that
was carried out after the activity was carried out. In fact, evaluation plays an important role in making
future activities run better than before.

Keywords: Effectiveness, Fund Management, Community Empowerment

PENDAHULUAN globalisasi. Daerah diharapkan mampu


Pembukaan UUD 1945 telah meningkatkan daya saing dengan
mengamanatkan bahwa tujuan pembangunan memperhatikan prinsip demokrasi,
adalah untuk mewujudkan kesejahteraan pemerataan, keadilan, keistimewaan dan
masyarakat yang adil dan makmur, baik kekhususan serta potensi dan
material dan spiritual berdasarkan Pancasila keanekaragaman Daerah dalam sistem Negara
UUD 1945. Otonomi daerah adalah hak, Kesatuan Republik Indonesia.
wewenang dan kewajiban daerah otonom Pada hakikatnya Otonomi Daerah
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan diberikan kepada rakyat sebagai satu kesatuan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat masyarakat hukum yang diberi kewenangan
setempat sesuai dengan peraturan perundang - untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan
undangan. Pemerintahan yang diberikan oleh Pemerintah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pusat kepada Daerah dan dalam
Republik Indonesia nomor 18 Tahun 2016 pelaksanaannya dilakukan oleh kepada daerah
tentang perangkat daerah menyebutkan bahwa dan DPRD dengan dibantu oleh Perangkat
Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan Daerah.
urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah Urusan Pemerintahan yang diserah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kan ke Daerah berasal dari kekuasaan
menurut asas otonomi dan Tugas Pembantuan pemerintahan yang ada ditangan Presiden,
dengan prinsip otonomi seluas – luasnya konsekuensi dari negara kesatuan adalah
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan tanggung jawab akhir pemerintahan ada
Republik Indonesia tahun 1945. Selain itu, ditangan Presiden. Agar pelaksanaan Urusan
Pemerintah Daerah adalah kepala Daerah Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah
sebagai unsur penyelenggara Daerah yang berjalan sesuai dengan kebijakan nasional
memimpin pelaksanaan urusan pemerintah maka Presiden berkewajiban untuk
yang menjadi kewenangan daerah otonom. melakukan pembinaan dan pengawasan
Diawali dengan Undang – Undang terhadap penyelenggaraan Pemerintah
No. 22 Tahun 1999 dan selanjutnya dilakukan Daerah.
revisi menjadi Undang – Undang No. 32 Pemerintah Daerah diberikan
Tahun 2004 dan kini direvisi lagi menjadi kewenangan melalui asas desentralisasi untuk
Undang – Undang No. 23 Tahun 2014 tentang mengatur rumah tangganya sendiri menurut
Pemerintah Daerah yang telah dijadikan potensi dan kearifan lokal masing – masing
landasan yuridis untuk menggeser fokus daerah, juga Desa / Kelurahan sebagai unit
politik ketatanegaraan. Pemberian otonomi pemerintahan terendah. Seiring dengan
yang seluas – luasnya kepada Daerah bertambah luasnya kewenangan ini, maka
diarahkan untuk mempercepat terwujudnya aparat birokrasi pemerintahan didaerah dapat
kesejahteraan masyarakat melalui mengelola dan penyelenggaraan pelayanan
peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan publik dengan lebih baik sesuai dengan tujuan
peran serta masyarakat. Disamping itu melalui desentralisasi yaitu sebagai perwujudan
otonomi luas, dalam lingkungan strategis

62
demokrasi sesuai dengan kewenangan yang meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
diatur oleh pemerintah pusat. dalam upaya memenuhi kewajiban daerah.
Pelayanan, pembangunan, Hal ini tentu sangat berkaitan dengan APBD
pemberdayaan dan partisipasi masyarakat yang merupakan salah satu sumber keuangan
semakin mengemuka dan sentralisasi semakin kelurahan.
berkurang dengan demikian proses Kelurahan juga merupakan satuan
pertumbuhan demokrasi tingkat lokal kurang kecil pemerintah yang langsung berhadapan
begitu baik. hal ini telah membuka ruang dengan masyarakat karena berada di wilayah
untuk pemberdayaan pemerintah daerah agar masyarakat itu tinggal. Oleh karena itu,
dapat mengembangkan daerah yang kelurahan mempunyai hak sendiri untuk
dimpimpinnya. Didalam berbagai bidang mengelola dan mengatur berbagai anggaran
kehidupan manusia, pemerintah memainkan keuangan kelurahan guna meningkatkan
peran yang sangat penting. Salah satunya kualitas kehidupan masyarakat, wujud dari
yakni mengelola anggaran mereka sendiri. program otonomi pengelolaan anggaran
Kelurahan merupakan dasar dari terdapat dalam bentuk penguatan manajemen
satuan pemerintahan yang terkecil dari suatu kelurahan. Masing – masing kelurahan ini
komunitas pemerintahan negara. Sehingga diberi wewenang / otonomi pengelolaan
boleh dikatakan bahwa keberhasilan dalam anggaran sendiri, ini merupakan implementasi
melakukan pembangunan juga tergantung dari dari konsep otonomi daerah.
sejauh mana partisipasi masyarakat setempat Proses otonomoi pengelolaan
beserta aparatur pemerintahan kelurahan anggaran Kelurahan dimulai dari Rencana
dalam perencanaan pembangunan tersebut. Kerja yang dibuat oleh Kasi (Kepala Seksi)
Dalam arti masyarakat harus ikut yang ada di Kelurahan dan isinya mencakup
berpartisipasi dan diberi kepercayaan dan Musrembang atau Musyawarah Rencana
kewenangan yang cukup dalam mengurusi Pembangunan yang merupakan wadah bagi
rumah tangga kelurahannya, sehingga bisa aspirasi dari lapisan elemen masyarakat
mandiri dan sesuai dengan potensi dan sumber seperti RT, RW dan Tokoh Masyarakat serta
daya yang dimiliki daerah tersebut. mitra kerja yang berada dalam kawasan
Keberadaan kelurahan secara yuridis kelurahan.
formal diakui didalam Undang – Undang Rencana kerja kelurahan ini
Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerinrtahan dikemudian dilanjutkan ke tingkat kecamatan
daerah dan peraturan pemerintah Nomor 73 dari tingkat kecamatan ini kemudian
Tahun 2005 tentang Kelurahan. Berdasarkan digunakan sebagai bahan untuk menyusun S
ketentuan ini di Kelurahan diberi pengertian RKA-SKPD (Rencana Kegiatan Anggaran
sebagai wilayah kerja Lurah sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah ). Penyusunan
perangkat desa Kabupaten/Kota dalam RKA-SKPD ini dilakukan di BAPEDA
Wilayah kerja kecamatan. Pemahaman (Badan Perencanaan Daerah) Kota Manado
kelurahan diatas menempatkan Kelurahan dan dalam Penyusunan RKA-SKPD ini
sebagai suatu organisasi pemerintahan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
secara politis memiliki kewenangan tertentu masing – masing kelurahan tersebut. Setelah
untuk mengurus dan mengatur sendiri warga disetujui dan ketok palu, maka disebut DPA
atau kepentingannya. atau Dana Pengguna Anggaran yang dapat
Undang – undang Nomor 33 Tahun diambil di Badan Keuangan Daerah atau
2004 tentang Perimbangan Keuangan antar DPPKD Kota.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah juga Alokasi dana kelurahan menurut UU
menegaskan bahwa keseluruhan belanja No, 23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa 5%
daerah di prioritaskan untuk melindungi dan dana yang bersumber dari APBD

63
Kabupaten/Kota ini diberikan untuk kelurahan, namun dalam peraturan perundang
Kelurahan yang diperuntukkan dalam rangka – undangan, maupun peraturan Walikota
peningkatan sarana dan prasarana serta Manado belum tercantum ketentuan jelas
pemberdayaan masyarakat. berapa pembagian yang diharuskan untuk
Rencana pembangunan sarana dan pembangunan infrastruktur dan
prasarana dibuat berdasarkan permintaan pemberdayaan masyarakat. Akan tetapi
dalam musyawarah saat musrembangkel terhitung pada tahun anggaran 2018
dengan warga yang kebanyakan Kelurahan Bahu menetapkan yakni 40%
menginginkan pembangunan fisik agar lebih untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur
ditingkatkan. Sehingga, pada akhirnya dan 40% untuk pemberdayaan masyarakat dan
pembangunan fisik agar lebih diprioritaskan sisanya untuk biaya operasional termasuk
dari pada kegiatan non fisik yang sebenarnya honorer dalam rangka pelaksanaan anggaran
jika berjalan baik akan memberikan manfaat alokasi anggaran kelurahan, lurah
yang besar bagi warga karena dapat membuat berkedudukan sebagai kuasa anggaran hal ini
masyarakat mandiri dan mampu sesuai dengan Pasal 30 ayat 3 peraturan
meningkatkan ekonomi keluarga. pemerintah No. 17 Tahun 2018 bagian kedua
tentang pedoman kelurahan. Alokasi anggaran
Pemberdayaan sebagai proses
kelurahan untuk urusan pembangunan
mengembangkan, memandirikan,
infrastruktur kemudian di distribusikan
menswadayakan, memperkuat posisi tawar
keseluruh lingkungan kelurahan bahu sesuai
menawar masyarakat lapisan bawah terhadap
dengan skala prioritas pembangunan yang
kekuatan penekan di segala bidang dan sektor
telah disepakati pada musrembang kelurahan
kehidupan. Masyarakat yang mandiri sebagai
bahu kemudian menjadi tugas kepala – kepala
partisipan berarti terbukanya ruang dan
lingkungan merealisasikan rencana
kapasitas mengembangkan potensi – kreasi,
pembangunan menggunakan dana yang telah
mengontrol lingkungan menentukan proses
dikucurkan.
politik diranah negara. Masyarakat ikut
berpartisipasi dalam proses pembangunan dan Berpatokan dari hasil – hasil
pemerintahan (Sunyoto, 2004 : 154). observasi awal yang telah peneliti lakukan di
Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang
Pemberdayaan adalah sebuah proses
didapati permasalahan yang muncul mengenai
dan tujuan, sebagai proses, pemberdayaan
pengelolaan anggaran kelurahan khususnya
adalah serangkaian kegiatan untuk
anggaran untuk pembangunan infrastruktur
memperkuat kekuasaan dan keberdayaan
yang didistribusikan ke tiap lingkungan
kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
setempat.
individu – individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Sebagai tujuan, maka Pertama sesuai dengan yang telah
pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau penulis uraikan sebelumnya dana alokasi
hasil yang ingin dicapai oleh sebuah kelurahan tidak tersebar secara merata untuk
perubahan sosial, yaitu masyarakat yang masing – masing lingkungan di Kelurahan
berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai Bahu. Terlebih aparatur kelurahan tidak
pengetahuan dan kemampuan dalam mengakui adanya lingkungan yang tidak
memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang mendapatkan kucuran dana, mengisyaratkan
bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial transportasi dan akuntabilitas pengelolaan
(Suharto, 2014:58). alokasi anggaran di kelurahan belum Nampak
dilaksanakan oleh aparatur Kelurahan Bahu
Pengelolaan anggaran kelurahan
Kecamatan Malalayang Manado.
Bahu sangat penting kaitannya dengan
jalannya berbagai program kegiatan kelurahan Kedua pengelolaan anggaran
yang telah diwadahi melalui musrembang kelurahan yang meliputi perencanaan,

64
pelaksanaan, penata usahaan, pelaporan dan Bila di telusuri efektivitas berasal dari
pertanggung jawaban tidak dilakukan secara kata dasar efektif yang artinya: (l) ada efeknya
optimal baik ditingkat Kelurahan Bahu (pengaruhnya, akibatnya kesannya) seperti :
maupun ditingkat eksekutor program kegiatan manjur, mujarab; mempan; dan (2)
yakni disetiap lingkungan setempat. Penggunaan metode / cara, sarana /alat dalam
Ketiga menurut hemat penulis sumber melaksanakan aktivitas sehingga berhasil
daya manusia yang kurang memadai menjadi guna (mencapai hasil yang optimal).
salah satu faktor penghambat maksimalnya Menurut Gibson dkk (1996) konsep
program pembangunan di Kelurahan Bahu efektivitas dalam organisasi dapat dilihat dari
yang bersumber dari dana alokasi anggaran tiga sundut pandang, yaitu : efektivitas
kelurahan terutama pada tingkat eksekutor individu, efektivitas kelompok, dan efektivitas
yakni kepala – kepala lingkungan. wawasan organisasi. (l) pandangan dari segi efektivitas
pejabat lingkungan mengenai tahapan dan individu menekankan pada hasil kerja anggota
tata cara pengelolaan keuangan daerah yang tertentu dari organisasi. Tugas yang harus
tidak dimengerti dengan baik ditenggarai dilaksanakan biasanya ditetapkan sebagai
menjadi penyebab ketidak optimalan bagian dari pekerjaan atau posisi dalam
pemanfaatan alokasi anggaran Kelurahan organisasi. Efektivitas individu di nilai secara
Bahu. rutin lewat proses evaluasi hasil kerja yang
Berdasarkan uraian latar belakang merupakan dasar bagi promosi, kenaikan gaji,
masalah diatas maka fokus penelitian ini dan irnbalan lainnya. (2) pandangan dari segi
adalah untuk mendiskripsikan mengenai efektivitas kelompok melihat efektivitas
aspek – aspek dalam pengelolaan alokasi kelompok adalah jumlah kontribusi dari
anggaran kelurahan untuk pembangunan semua anggota kelompok. (3) Pandangan dari
sarana dan prasarana yang dilimpahkan pada segi efektivitas organisasi melihat efektivitas
Kelurahan setempat sebagai ujung tombak organisasi terdiri dari efektivitas individu dan
perwakilan pemerintah untuk mengelola dana efektivitas kelompok. Dari pendapat ini jelas
ditingkat kelurahan. Sehingga seluruh lapisan bahwa ada tiga tingkatan analisis tentang
masyarakat ikut merasakan peningkatan efektivitas yaitu individu, kelompok, dan
kualitas kehidupan mereka. Maka berlatar dari organisasi.
permasalahan tersebut peneliti tertarik Konsep Pengelolaan
memilih judul “Efektivitas Pengelolaan Dana
Pengelolaan dapat pula berarti
Kelurahan Dalam Rangka Peningkatan Sarana
Manajemen, karena pengelolaan merupakan
dan Prasarana dan Pemberdayaan Masyarakat
terjemahan dari kata “management”, yang
di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang
merupakan penambahan kata pungut ke
Kota Manado.”
Bahasa Indonesia, istilah inggris tersebut lalu
TINJAUAN PUSTAKA diartikan menjadi manajemen. Manajemen
Handayaningrat, 1992) diartikan berasal dari kata to manage yang artinya
sebagai pengukuran dalam arti tercapainya mengatur, pengaturan dilakukan melalui
tujuan yang telah di tentukam sebelumnya. proses dan diatur berdasarkan urutan dari
Ensiklopedia Administrasi (The Liang Cie fungsi – fungsi manajemen. Jadi manajemen
Dkk, 1990) mengartikan efektivitas sebagai itu merupakan suatu proses untuk
sesuatu yang ada efeknya (akibatnya, mewujudkan tujuan yang diinginkan melalui
pengaruhnya), dan dapat membawa hasil, aspek – aspek antar lain planning, organizing,
berhasil guna (tindakan) serta dapat pula actuating dan controlling.
berarti mulai berlaku (tentang undang- Secara etimologis kata manajemen
undang/peraturan). berasala dari Bahasa Prancis kuno
management, yang berarti seni melaksanakan

65
dan mengatur. Sedangkan secara kekuasaan berkaitan denga pengaruh dan
terminologys para pakar mendefinisikan control. Pengertian ini mengasumsikan bahwa
manajemen secara beragam, diantaranya : kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak berubah
Follet oleh Wijayanti (2008 : 1) mengartikan atau tidak dapat dirubah. Kekuasaan
manajemen adalah proses perencanaan, sesungguhnya tidak terbatasa pada pengertian
pengorganisasian, pengarahan dan diatas. Kekuasaan tidak vakum dan terisolasi.
pengawasan usaha – usaha para anggota Secara konseptual, pemberdayaan
organisasi dan penggunaan sumber daya – berasal dari kata power (kekuasaan atau
sumber daya manusia organisasi lainnya agar keberdayaan). Karenanya, ide utama
mencapai tujuan organisasi yang telah pemberdayaan menunjuk pada kemampuan
ditetapkan Stoner oleh Wijayanti (2008:1). orang, khususnya kelompok rentah dan lemah
Pemberdayaan Masyarakat sehingga mereka memiliki kekuatan atau
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
Secara umum pemberdayaan dalam
dasarnya, menjangkau sumber – sumber
pembangunan meliputi proses pemberian
produktif yang memungkinkan mereka dapat
kekuasaan untuk meningkatkan posisi sosial,
meningkatkan pendapatannya dan
ekonomi, budaya dan politik dari masyarakat
memperoleh barang – barang dan jasa yang
yang bersifat lokal, sehingga masyarakat
mereka perlukan, berpartisipasi dalam proses
mampu memainkan peranan yang signifikan
pembangunan dan keputusan yang
dalam pembangunan. Pemberdayaan berasal
mempengaruhi mereka (Suharto, 2010 : 58).
dari kata “daya” yang mendapat awalan ber-
yang menjadi kata “berdaya” artinya memiliki
atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, METODE PENELITIAN
berdaya artinya memiliki kekuatan. Jenis Penelitian
Pemberdayaan artinya membuat sesuatu
Penelitian ini di desain sebagai suatu
menjadi berdaya atau mempunyai daya atau
penelitian kualitatif. Bogman dan Taylor
mempunyai kekuatan.
(dalam Moleong, 2006) mengatakan bahwa
Pemberdayaan dalam Bahasa metode penelitian kulitatif adalah prosedur
Indonesia merupakan terjemahan dari penelitian yang menghasilkan data deskriptif
empowerment dalam Bahasa inggris. berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
Pemberdayaan sebagai terjemahan dari orang dan perilaku yang di amati. Denzin dan
empowerment menurut Merriam Webster Lincoln (dalam Moleong, 2006) menyatakan
dalam Oxford English Dictionary bahwa penelitian kuatitatif adalah penelitian
mengandung dua pengertian yakni “To give yang menggunakan latar alamiah, dengan
ability or enable to”. Artinya memberi maksud menafsirkan fenomena yang teriadi
kecakapan / kemampuan atau memungkinkan. dan dilakukan dengan jalan melibatkan
Dan “To give power ofauthority to”, artinya berbagai metode yang ada.
“memberi kekuasaan”. Hakikat dan
Moleong (2006) dengan mendasari
konseptualisasi empowerment berpusat pada
pada definisi atau pandangan para ahli
manusia dan kemanusiaan, dengan kata lain
menyimpulkan bahwa penelitian kwalitatif
manusia dan kemanusiaan sebagai tolak ukur
adalah penelitian yang bermaksud untuk
normative, struktral dan substansial.
memahami fenomena yang di alami oleh
Pemberdayaan sering merujuk pada subyek penelitian (misalnya perilaku,
kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan persepsi, tindakan dan lain - lain) secara
dengan kemampuan kita untuk membuat holistic, dan dengan cara deskriptif dalam
orang lain melakukan apa yang kita inginkan, bentuk kata-kata dan Bahasa, pada suatu
terlepas dari keinginan dan minat mereka. konteks khusus yang alamiah dan dengan
Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa memanfaatkan berbagai metode alamiah.
66
Bungin (2010) mengatakan, Kedalaman dan keterincian data atau
penelitian kwalitatif bertujuan menggali atau informasi dapat di peroleh secara maksimal.
membangun suatu prosesi atau menjelaskan Pencarian data/informasi di hentikan pada saat
makna dibalik realita. Dalam penelitian pencapaian kejenuhan (redumdancy) karena
kwalitatif penelitian berpijak dari realita atau data/informasi yang diberikan sudah sama
peristiwa yang berlangsung di lapangan. atau tidak berubah.
Menurut Nasution (2001), penelitian Tennik Pengumpulan Data
kualitatif termasuk kategori penelitian non - Sumber data utama dalam penelitian
Jenis dan Sumber Data kulalitatif ialah kata-kata dan tindakan,
selebihnya ialah data tambahan seperti
Jenis data yang diganakan
dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian
dikumpulkan dalam penetitian ini adalah data
kualitatif peneliti merupakan 67mpiric67er
primer dan data skunder. Data primer
utama. Atas pertimbangan inilah maka dalam
merupakan data yang diperoleh langsung dari
pengumpulan data pada penelitian ini
para informan yang ditetapkan sedangkan data
digunakan teknik sebagai beriku (Egon G.
sekunder merupakan data yang telah
Guba, 1985 dalam Nasuition. 2001).
dikumpulkan oleh pihak lain (Collin
Finn.l997) 1. Wawancara (interview). Wawancara
dilakukan terhadap para informan yang
Dalam penelitian ini yang dijadikan
telah di tentukan untuk mendapatkan data
sumber data (informan), adalah Pegawai yang
dan informasi yang jelas dan akurat
bekerja di Pemerintah Kelurahan Bahu mulai
tentang berbagai hal yang berhubungan
dari Lurah, Sekretaris Kelurahan, Bagian
dengan masalah yang di teliti. Dalam
Pemerintahan Lurah, Kepala – Kepala
wawancara ini digunakan pedoman
Lingkungan serta Tokoh Adat, Tokoh
wawancara sebagai panduan wawancara
Masyarakat, Tokoh Agama serta semua yang
agar dapat lebih terfokus dan
terlibat dalam pengelolaan dana kelurahan.
konsistensinya hasil pendataan.
Rincian responden dalam penelitian ini
sebagai berikut : 2. Studi Empiric. Studi Empiric ini
digunakan untuk mengumpulkan data
1. Lurah Bahu 1 orang
sekunder pendukung dan data primer
2. Sekretaris dan Perangkat Kelurahan hasil wawancara.
lainnya 3 orang
3. Observasi. Observasi dilakukan dengan
3. Tokoh adat, tokoh agama, tokoh
melakukan pengamatan secara langsung
masyarakat 3 orang terhadap objek penelitian, dengan
Salah satu sifat dari penellitian maksud memperoleh gambaran empiric
kualitatif atau naturalistic ialah tidak terlalu tentang objek penelitian. Teknik
meningkatkan jumlah atau bannyaknya observasi ini dapat mempermudah dalam
informan atau stempel responden, tetapi yang menielaskan keterkaitan dari fenomena
lebih penting ialah content, relevansi, sumber yang diamati
yang benar – benar dapat memberikan Metode Analisis Data
informasi. Oleh karena itu, teknik vang
Data yang dikumpul dalam penelitian
digunakan untuk menentukan sumber data
ini diolah dan dianalisis secara kualitatif
informan ialah teknik proporsional sampling
dengan menggunakan model analisis
atau pengambilan sampel dengan tujuan
interaktif. Menurut Miles dan Huberman
tertentu (Arikunto. 2002), kegiatan penggalian
(dalam Rohidi dan Mulyarto. 1992). Analisis
informasi bergulir menggelinding atau
model interaktif memungkinkan seorang
berkembang mengikuti prinsip bola salju
(snowball sampling) sehingga fariasi.

67
peneliti melakukan kegiatan analisis secara Kecamatan Malalayang Kota Manado dengan
longgar tanpa menggunakan teori Manajemen yang
harus melalui proses yang kukuh dari diperkenalkan Terry (2010:9) dengan dimensi
pengumpulan data dilanjutkan kereduksi data, yang disingkat POAC yakni, Planning
penyajian data, dan berakhir pada penarikan (Perencanaan) , Organizing
kesimpulan/verifikasi. Adapun (Pengorganisasian), Actuating (Penggerakan/
Pelaksanaan), dan Controlling (Pengawasan).
langkah-langkah analisis data yang
dimaksudkan yaitu terdiri dari: reduksi data, Namun, dalam pelaksanaannya
penyajian data dan penarikan banyak masalah yang ditemukan peneliti yang
kesimpulan/verifikasi. kaitannya dengan Bagaimana Pengelolaan
Alokasi Anggaran Kelurahan (AAK) untuk
1. Reduksi Data. Reduksi data ialah proses
pemberdayaan masyarakat dan peningkatan
pemilihan, pemusatan perhatian pada
sarana dan prasarana di Kelurahan Bahu serta
penyederhanaaan, pengabstaksian, dan
Bagaimana bentuk keterlibatan masyarakat
transformasi data kasar yang muncul dari
dalam Pengelolaan Alokasi Anggaran
catatan-catatan tertulis dilapangan
Kelurahan (AAK) untuk pemberdayaan
Kegiatan reduksi data ini berlangsung
masyarakat Kelurahan Bahu yang diperoleh
secara terus menerus selama penelitian
berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil
berlangsung, dan dilanjutkan setelah data
wawancara langsung peneliti dengan
terkumpul dengan membuat ringkasan,
informan penelitian di lapangan.
menelusuri tema dan menggolongkannya
kedalam suatu pola yang lebih jelas 1. Planning (Perencanaan)
(Trompenaar Fons, 1993, dalam Rohidi Perencanaan adalah sejumlah
2002). keputusan mengenai keinginan dan berisi
2. Penyajian Data. Data yang telah pedoman pelaksanaan untuk mencapai tujuan
direduksi kemudian disajikan dalam yang diinginkan (Hasibuan, 2007:93).
bentuk teks naratif. Pertama, dalam dimensi perencanaan ini,
pihak Kelurahan Bahu khususnya kasi
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi.
Pemberdayaan Masyarakat dalam menyusun
dan membuat rencana kerjanya sebenarnya
HASIL DAN PEMBAHASAN sudah cukup baik. hal ini terlihat dari rencana
Langkah selanjutnya dalam proses kerja yang telah dibuat dengan baik oleh kasi
analisis data adalah melakukan kegiatan pm Kelurahan Bahu dengan meneruskan
interprestasi hasil penelitian. Interprestasi program yang sebelummnya telah berjalan
hasil penelitian merupakan penafsiran dengan baik lalu dilanjutkan di tahun
terhadap hasil akhir dalam melakukan berikutnya, selain itu, dalam membuat
pengujian data dengan teori dan konsep para rencana kegiatan, tidak lupa kasi PM
ahli sehingga bisa mengembangkan teori atau memasukan kegiatan yang merupakan
bahkan menemukan teori baru serta keinginan atau usulan warga mengenai
mendeskripsikan dari hasil data dan fakta di pemberdayaan masyarakat.
lapanngan. Namun, dikarenakan belum adanya
Dalam hal ini, peneliti akan pembagian yang jelas dari Peraturan Walikota
menghubungkan temuan hasil penelitian tahun 2018 tentang pembagian berapa persen
dilapangan dengan dasar yang telah utnuk pemberdayaan masyarakat bagian fisik
ditetapkan sejak awal mengenai Pengelolaan dan non-fisik, maka dalam membuat rencana
Alokasi Anggaran Kelurahan (AAK) untuk kerja ini, Pembuatan rencana Penggunaan
Peningkatan Sarana dan Prasarana dan Alokasi Anggaran Kelurahan (AAK) untuk
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Bahu Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat masih

68
tergantung dari seberapa kreatif dan inovatif mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan
individunya, dalam hal ini adalah pegawai- dan usaha-usaha pengorganisasian . Actuating
nya. Selain itu, mengingat perencanaan yang merupakan bagian yang sangat penting dalam
dibuat oleh Kasi PM ini merupakan usulan proses manajemen, karena mencakup
dan keinginan dari masyarakat baik saat directing (pengarahan), dan coordinating
musyawarah formal maupun usulan langsung (bekerjasama).
yang diajukan, meskipun kebanyakan usulan Dalam dimensi Actuating, pihak
adalah pembangunan fisik yaitu perbaikan Pemerintah Kelurahan Bahu dalam
sarana dan prasarana maka, usulan untuk pelaksanaan kegiatan pengelolaan alokasi
kegiatan pelatihan keterampilan dan anggaran Kelurahan untuk pemberdayaan
pembinaan, yang pada akhirnya keterampilan masyarakat Kelurahan masih tersandung
yang telah didapat ini tidak diterapkan dan dengan masalah keterlibatan masyarakat yang
diteruskan oleh masyarakat, sehingga banyak tergolong sangat minim partisipasinya dalam
program tidak berjalan secara berkelanjutan. hal keterlibatan mereka dalam kegiatan fisik
2. Organizing (Pengorganisasian) maupun non fisik. Contohnya seperti awalnya
Pengorganisasian adalah suatu proses masyarakat semangat bahkan terkadang
penentuan, pengelompokan dan persatuan meminta untuk diadakannya sosialisasi atau
berbagai macam aktivitas yang diperlukan pelatihan keterampilan, tapi giliran sudah
untuk mencapai tujuan, menyediakan alat dilaksanakan, masyarakat malah tidak
yang diperlukan, menetapkan wewenang memperhatikan keterampilan dan ilmu yang
secara relative didelegasikan kepada setiap mereka dapat itu dengan melakukan pekerjaan
individu yang akan melakukan aktivitas atau terlibat dalam program pemberdayaan
tersebut. (Hasibuan, 2007:118). masyarakat.
Pihak Pemerintah Kelurahan Bahu Lebih lanjut, beberapa program
khususnya kasi pemberdayaan masyarakat pelatihan keterampilan dan pembinaan yang
dalam pengorganisasian sudah cukup baik. hal rutin dilaksanakan tiap tahun yang
ini dapat terlihat dari pembagian tanggung diperuntukkan untuk masyarakat yang
jawab kepada setiap kelembagaan yang telah memang menjadi kelompok sasaran
dibentuk di Kelurahan Bahu. Kelembagaan itu sayangnya memang berjalan kurang baik, hal
ada LPM (Lembaga Pemberdayaan ini dapat terlihat dari sikap demotivasi
Masyarakat) yang lebih condong hanya ke masyarakat yang tidak berminat untuk
Pembedayaan Masyarakat kegiatan Fisik, melanjutkan keterampilan yang dimilki
seperti pembuatan Drainase, pengaspalan dan menjadi salah satu masalah yang
Pembuatan jalan setepak. Selain itu untuk mengakibatkan program peningkatan taraf
pemberdayaan masyarakat non-Fisik, ada hidup masyarakat tidak berjalan baik.
PKK Kelurahan yang mencakup beberapa Hal tersebut disebabkan karena
kelompok yang diberdayakan, seperti Pokja masyarakat yang juga menginginkan tidak
(kelompok kerja) dan Kelompok Wanita Tani, hanya pelatihan keterampilan, namun
lalu selain PKK juga ada Karang Taruna yang masyarakat juga menginginkan penyokongan
berjumlah 35 orang. Masing-masing dari berupa dana dan distribusi produk dari Pihak
kelembagaan tersebut bertanggung jawab dan Kelurahan. Namun, penyokongan dan
berjalan sesuai dengan tupoksi yang ada. distribusi ini tidak semua Kelurahan Bahu
3. Actuating (Pelaksanaan) dapat bantu, karena kurangnya dana dan
adanya skala prioritas lain, salah satu
Actuating menurut Purwanto (2006:
contohnya seperti Pembuatan Talud dan Jalan
58) Penggerakan adalah membuat semua
Setapak yang menghubungkan setiap
anggota organisasi mau bekerja sama dan
lingkungan yang ada di Kelurahan Bahu.
bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk

69
Selain itu, dalam pelaksanaan Bentuk keterlibatan masyarakat dalam
Pengelolaan Alokasi anggaran untuk Pengelolaan Alokasi Anggaran Kelurahan
pemberdayaan masyarakat Kelurahan ini juga (AAK) untuk pemberdayaan masyarakat
Kelurahan.
didapat dalam temuan lain peneliti di
lapangan, yakni keterbatasan dana yang cair. Perencanaan
Berdasarkan wawancara dengan informan, Dalam dimensi perencanaan, kasi PM
peneliti dapat menyimpulkan bahwa Kelurahan Bahu meneruskan program yang
keterbatasan dana menjadi penyebab utama sebelummnya telah berjalan dengan baik lalu
rencana-rencana kerja yang telah dibuat kasi dilanjutkan tahun berikutnya, selain itu, dalam
PM dan di rencanakan oleh masyarakat tidak membuat rencana kegiatan, tidak lupa kasi
dapat terealisasi dengan baik. hal ini PM memasukan kegiatan yang merupakan
dikarenakan dana yang cair tidak sesuai keinginan atau usulan warga mengenai
dengan permohonan anggaran. pemberdayaan masyarakat. Hal ini dilakuakan
Namun, selebihnya kegiatan mengingat karena belum adanya ketentuan
Pemberdayaan Masyarakat yang didanai oleh aturan yang membahas pembagian fisik dan
AAK ini berjalan baik, seperti Program nonfisik. Selain itu, mengingat perencanaan
Raskin, program LPM yang lebih kearah yang dibuat oleh Kasi PM ini merupakan
pembangunan fisik tersebut seperti kue kering usulan dan keinginan dari masyarakat baik
dan snack dapat dijual di beberapa koperasi saat musyawarah formal maupun usulan
perusahaan yang bermitra dengan Kelurahan langsung yang diajukan, meskipun
Bahu karena berada di kawasannya. kebanyakan usulan adalah pembangunan fisik
daripada non fisik. Adapun usulan untuk
kegiatan pelatihan keterampilan dan
4. Controlling (Pengawasan)
pembinaan, yang pada akhirnya keterampilan
Controlling atau pengawasan adalah yang telah didapat ini tidak diterapkan dan
penemuan dan penerapan cara dan alat diteruskan oleh masyarakat, sehingga banyak
untuk menjamin bahwa rencana telah program tidak berjalan secara berkelanjutan
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang atau tidak efektif.
telah ditetapkan. Controlling sendiri terdiri
Pengorganisasian
dari Pengawasan itu sendiri, Pelaporan,
dan Evaluasi yang dilakukan setelah Dalam dimensi pengorganisasian, di
selesai kegiatan. Dalam dimensi ini, pihak Kelurahan Bahu sudah adanya pembagian
Kelurahan Bahu dalam kegiatan tanggung jawab kepada setiap kelembagaan
pengawasan pengelolaan alokasi anggaran yang telah dibentuk di Kelurahan Bahu. Dan
Kelurahan (AAK) untuk pemberdayaan kelembagaan tersebut berjalan sesuai
masyarakat dinilai cukup baik, begitu pula tupoksinya. Kelembagaan pemberdayaan
dengan Pelaporan kegiatan atau LPJ Masyarakat ini adalah LPM (Lembaga
kegiatan Pemberdayaan Masyarakat yang Pemberdayaan Masyarakat) yang mana kedua
dibuat oleh kasi PM yang sudah berjalan lembaga ini lebih kearah pembangunan Fisik.
cukup baik, lain halnya dengan Evaluasi Lalu ada PKK Kelurahan yang menaungi
yang seharusnya dilakukan, di Kelurahan POKJA (Kelompok Kerja), dan KWT
Bahu Tidak adanya Evaluasi yang (kelompok wanita tani). serta terakhir ada
dilakukan setelah selesainya kegiatan Karang taruna, yang lebih memberdayakan
berlangsung. Sedangkan Evaluasi Pemuda Kelurahan Bahu dalam segala bidang.
merupakan aspek yang cukup penting guna Baik social, ekonomi, agama dan industry.
perbaikan dan Improvement dalam Pelaksanaan/Penggerajan
kegiatan mendatang. Demotivasi dan minat masyarakat yang
kurang terhadap program yang dibuat oleh

70
Kasi PM Kelurahan Bahu serta adanya 1. Dalam tahap Perencanaan, belum adanya
keterbatasan dana yang membuat beberapa ketentuan pembagian tentang berapa
program dan kegiatan yang telah diusulkan persen dari penggunaan AAK untuk
warga menjadi tidak teralisasi. Namun berbagai program pemberdayaan
selebihnya, pengelolaan AAK untuk masyarakat yang ada. Mengingat, di Kota
Pemberdayaan masyarakat kelurahn Bahu Manado tahun 2018 belum diterapkan
sudah sesuai dengan kegiatan yang ada Perda atau Perwal yang membahas
dilapangan. Terutama pada Kegiatan dan pembagian dana tersebut membuat tugas
program yang bersifat pembangunan fisik, – tugas perencanaan berjalan kurang
seperti pembangunan jembatan, pembuatan efektif, sehingga Kasi PM yang membuat
jalan konblok, dan pembuatan WC warga. sendiri program dan kegiatan yang akan
Program-program lain seperti Pembagian dilakukan.
benih tanaman seperti cabe 123 dan tomat 2. Dari semua tahap Fungsi manajemen
pada KWT (Kelompok wanita Tani) pun yang ada, hasil penelitian dalam Tahap
berjalan baik karena berkelanjutan hingga saat Pengorganisasian ini dinilai sudah
ini. berjalan baik, karena Sudah adanya
Pengawasan Pembagian Tanggung Jawab kepada
Dalam dimensi pengawasan ini, peneliti dapat setiap kelembagaan yang telah dibentuk
menyimpulkan bahwa Kelurahan Bahu dalam di Kelurahan Bahu, dan kelembagaan
aspek pelaporan telah berjalan baik, namun tersebut telah berjalan sesuai tupoksinya.
tidak dengan aspek Evaluasi, karena tidak 3. Tahap Pelaksanaan, Pihak Kelurahan
adanya evaluasi yang dilakukan usai kegiatan Bahu memiliki permasalahan utama,
dilaksanakan. Padahal, evaluasi berperan yakni Keterbatasan Dana yang cair.
penting guna kegiatan mendatang agar Keterbatasan dana yang cair membuat
berjalan lebih baik dari sebelumnya. program dan kegiatan khususnya fisik,
tidak dapat terealisasi dengan baik. selain
itu Keadaan masyarakat yang demotivasi
PENUTUP
dan kurang berminat untuk melanjutkan
Kesimpulan
keahlian yang dimiliki membuat program
Berdasarkan hasil Penelitian, Pengelolaan tidak berjalan efektif.
Alokasi Anggaran Kelurahan (AAK) untuk
4. Tahap terakhir adalah Pengawasan.
pemberdayaan masyarakat dan peningkatan
Dalam dimensi pengawasan ini,
sarana dan prasarana Kelurahan Malalayang mencakup pelaporan dan evaluasi yang
Kecamatan Malalayang Kota Manado dinilai dilakukan. Namun dalam aspek Evaluasi,
Belum Maksimal, hal ini dikarenakan masih tidak berjalan baik, hal ini dikarenakan
ditemukannya masalah-masalah dalam proses
tidak adanya evaluasi yang dilakukan
Perencanaan, pengorganisasian, Pelaksanaan usai kegiatan dilaksanakan. Padahal,
dan Pengawasan. Peneliti juga akan evaluasi berperan penting guna kegiatan
mengungkapkan bagaimana bentuk mendatang agar berjalan lebih baik dari
Keterlibatan masyarakat dalam Pengelolaan sebelumnya.
Alokasi Anggaran Kelurahan (AAK) untuk
pemberdayaan masyarakat dan peningkatan
sarana dan prasarana Kelurahan Malalayang Saran
Kecamatan Malalayang Kota Manado. Maka Pengelolaan atau Manajemen Alokasi
peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai Anggaran Kelurahan (AAK) untuk
berikut: pemberdayaan masyarakat dengan teori fungsi
manajemen POAC menjadi rujukan peneliti
dalam memberikan sumbangsih pemikiran
71
dalam bentuk saran yang dapat bagaimana respon masyarakat, minat
dipertimbangkan oleh pihak Kelurahan Bahu, masyarakat serta manfaat untuk
khususnya Kasi Pemberdayaan Masyaarakat masyarakat tersebut. Diharapkan juga
pada masa-masa mendatang. Adapun saran- adanya sosialisasi dari Kepala Kelurahan
saran tersebut antara lain : atau dalam hal ini adalah Lurah Bahu
1. Perencanaan (planning) Terdapat guna memberikan dukungan dan
beberapa hal yang dapat dilakukan pemahaman yang baik kepada
oleh pihak Pemerintah Kelurahan masyarakat terkait berbagai kegiatan dan
Bahu guna menyepurnakan program pemberdayaan fisik dan non-
perencanaan yang telah ada saat ini, fisik yang berjalan.
yakni : 4. Pengawasan (Controlling) Diharapkan
Dalam rangka membuat Perencanaan, adanya Evaluasi yang dilakukan Kasi PM
Hendaknya dibarengi dengan beserta Pihak terkait seperti
penjelasan dan rincian yang jelas Kelembagaan Pemerdayaan Masyarakat
tentang seperti apa program yang usai berakhirnya Kegiatan, agar ke
akan diadakan dan manfaat langsung depannya, kegiatan dapat berjalan sesuai
apa saja yang nantinya akan harapan.
masyarakat peroleh.
Dalam pembuatan perencanaan, DAFTAR PUSTAKA
sebaiknya juga dilihat terlebih dahulu
ketersediaan Dana tahun sebelumnya,
Anwas, M . (2013). Pemberdayaan
agar keinginan masyarakat sesuai
Masyarakat di Era Global. Bandung :
dengan dana yang ada nantinya.
Alfabeta
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur
2. Pengorganisasian (Organizing) Menjaga Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
dan meningkatkan komunikasi antara Jakarta: PT Rineka Cipta
pihak Pemerintah Kelurahan Bahu
Djohani, R. (2003). Partisipasi,
khususnya Kasi PM dengan kelembagaan
Pemberdayaan, dan Demokrasi
pemberdayaan masyarakat yang ada,
Komunitas. Bandung: Studio Driya
misalnya dengan diadakannya
Media
silaturahmi sekaligus forum sharing
Gibson, L. J. 2002. Organization,
antara pihak Kelurahan dengan
kelembagaan Pemberdayaan Terjemahan. Jakarta Erlangga
Masyarakat. Selain itu, bisa juga dengan Handoko, T. Hani. (1995). Manajemen
adanya wisata bersama guna mempererat personalia dan sumber daya manusia.
dan menjaga komunikasi yang baik. Yogyakarta : BPFE
3. Pelaksanaan/Penggerakan (Actuating) Hasibuan, M. S.P. (2003). Manajemen Dasar,
Diharapkan kepada pihak Kelurahan Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi
untuk selalu melakukan forecasting atau Aksara.
perkiraan pada saat Perencanaan, Hikmat, Harry. (2001). Strategi Pembrdayaan
sehingga dalam pelaksanaan, keinginan, Masyarakat. Bandung : Humaniora
keikutsertaan dan manfaat sesuai dengan Utama Press
kebutuhan masyarakat. Contohnya Moleong, L. J. (2009) Metodologi Penelitian
seperti pada saat pembuatan rencana Kualitatif Edisi Revisi. Bandung :
tentang program yang akan dibuat dalam Remaja Rosdakarya.
Pemberdayaan masyarakat, hendaknya
membuat perkiraan juga tentang
72
Siagian, Sondang P. (2005). Manajemen Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta :
Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Citra Utama
Aksara Sumodinigrat, Gunawan (2007).
Siagian, Sondang P. (2005). Fungsi-Fungsi Pemberdayaan Sosial. Jakarta :
Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara Kompas Media Nusantara
Soetrisno. (2001). Pemberdayaan dan Upaya Terry, George dan Leslie W. Rue. (2010).
Pembebasan Kemiskinan. Yogyakarta : Dasar-dasar manajemen. Jakarta :
Philosophy Press Bumi Aksara
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Terry, George. (2010). Prinsip-prinsip
Administrasi dilengkapi dengan Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara
Metode R&D. Bandung : CV. Alfabeta Wijayanti, Irine Diana Sari. (2008).
Steers, Richard. 1984. Efektivitas Organisasi. Manajemen, Yogyakarta : Mitra
Erlangga Jakarta. Cendekia Press
Suharto, E. (2009). Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat. Bandung: Peraturan Perundang-undangan :
Refika Aditama.
Undang-undang Nomor 25 tahun 2009
_________. (2010). Membangun Masyarakat tentang pelayanan publik
Memberdayakan Rakyat. Bandung:
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Refika Aditama.
Tentang Pemerintahan Daerah
Sumaryadi, I Nyoman. (2005). Perencanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005
pembangunan daerah otonomi dan
Tentang Kelurahan

73

Anda mungkin juga menyukai