Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PAPER

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAYANAN


PEMBUATAN KARTU KELUARGA
( Studi di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Halmahera Utara )

MATA KULIAH : Kebijakan Publik

PENULIS :
NAMA MAHASISWA : Fajar Dwi Rahayu 2201125725
NAMA DOSEN : Dr. Febri Yuliani, S.Sos, M.Si

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU NOVEMBER 2023

1
ABSTRAK
Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya bernegara
untukmemenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga masyarakat
dan bernegara atas barang, jasa dan pelayanan administrasi yang disediakan
penyelenggaran pelayanan publik. Hakikat pelayanan publik adalah pemberian
pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban
aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Karena itu pengembangan
pelayanan publik, yakni: unsur kelembagaan pelayanan, proses pelyanan serta
sumber daya manusia pemberi layanan. Dalam hubungan ini maka Upaya
peningkatan kinerja pelayanan publik senantiasa berkenan dengan
pengembangan ketiga unsur pokok tersebut.Peningkatan kualitas pelayanan
publik merupakan salah satu agenda reformasi birokrasi, yang bertitik tolak
pada kenyataan buruk kondisi faktual kualitas pelayanan publik yang sebagian
besar ditentukan oleh kualitas sikap dan karakter aparatur pemerintah yang
tidak terpuji, korup dan tidak bertanggungjawab.Dewasa ini banyak fenomena
yang terjadi pada Masyarakat yang menunjukkan bahwa pelayanan yang
diberikan oleh aparatur pemerintahan belum menyentuh langsung kepada
kepentingan masyarakat karena sistemyang tidak efektif dan efisien sehingga
memperlambat pelayanan publik dan tidak mempunyai kepastian. Seperti
apabila kita mengurus suatu berkas dalam hal ini tentang pembuatan kartu
keluarga serta urusan lainnya sering didapati perlakuan tidak baik dan ditandai
dengan acuh tak acuhnya aparatur pemerintah sehingga terkesan lamban
dalam memberikan pelayanan, tentu saja dalam masyarakat di Kabupaten
Halmahera Utara, hal tersebut tidak dapat dibiarkan berlangsung terus, karena
dinamika kehidupan masyarakat yang terus terjadi membutuhkan pula sosok
pemerintah yang ideal untuk memenuhi harapan masyarakat.
Kata kunci : Penyelenggaraan,Pelayanan,Public,Masyarakat.
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

2
Otonomi daerah di Indonesia adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam rangka otonomi daerah, banyak daerah terutama daerah tingkat II telah
memulai walaupun dalam kenyataannya masih berupa langkah awal yang masih
memerlukan tindak lanjut dan kerja keras untuk mewujudkannya secara nyata.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Utara Nomor 4 Tahun
2011 tentang Retribusi Jasa Umum bahwa dalam rangka melaksanakan Otonomi
Daerah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan mewujudkan
kemandirian daerah maka diperlukan sumber pembiayaan daerah yang sesuai
dengan potensi daerah. Bahwa retribusi merupakan pungutan daerah sebagai
pembayaran atas pelayanan pemberian izin tertentu yang disediakan dan
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan-kebijakan yang mendasar dalam
pelayanan publik yang merupakan paradigma, yaitu bagaimana para pelaku
kebijakan melihat tantangan dan bagaimana menyelesaikan persoalan. Cara
pandang terhadap persoalan dan pemecahannya akan memposisikan
pemerintahan secara berbeda, sehingga peranannya dan jenis kebijakan yang
dihasilkan juga berbeda.
Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah, bahwa dalam rangka penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945,
penyelenggaraan pemerintah daerah diarahkan agar mampu melahirkan
kepemimpinan daerah yang efektif dengan memperhatikan prinsip yang
demokratis, persamaan keadilan dan persamaan hukum dalam sistem Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Wilayah Negara Republik Indonesia dibagi atas
daerah Provinsi dan daerah provinsi dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan Kota,
yang masing-masing memiliki daerah yang melaksanakan fungsi-fungsi
pemerintahan daerah, yakni Pemerintahan Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD). Kepala Daerah adalah kepala Pemerintahan Daerah

3
baik di daerah provinsi maupun Kabupaten/Kota merupakan lembaga Exeskutif
daerah. Setiap daerah dipimpin oleh kepala daerah untuk Provinsi yang disebut
dengan Gubernur, Kabupaten yang disebut Bupati dan untuk Kota yang disebut
Walikota dan masing-masing memiliki tugas-tugas, wewenang dan kewajiban
serta larangan untuk dipertanggung jawabkan baik kepada masyarakat maupun
kepada Negara.
Dewasa ini, pelayanan kepada masyarakat menjadi perhatian yang serius.
Salah satu bagian yang perlu dilaksanakan dalam rangka mewujudkan pelayanan
publik adalah penyelenggaraan tugas-tugas ditingkat kabupaten dimana tingkat
keberhasilan sangat ditentukan oleh pemerintah dalam hal ini Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebagai pemerintah yang langsung
berhadapan dengan masyarakat luas yang beraneka ragam coraknya, maka
dalam menjalankan tugasnya dari pemerintah atasan dia juga harus mampu
melihat keinginan- keinginan dari masyarakat sehingga sangat penting yang
berhubungan dengan peranannya sebagai penyelenggara serta penanggungjawab
utama di bidang pemerintah, pembangunan dan masyarakat mempunyai
keterpaduan.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang dikemukakan,diatas maka
dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam
Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Halmahera Utara?
2. Faktor-faktor yang mendukung Implementasi Kebijakan Pemerintah
Daerah Dalam Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga?
C.Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Kebijakan Pemerintah
Daerah Dalam Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Halmahera Utara.

4
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung Implementasi
Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan Pembuatan Kartu
Keluarga
2.Manfaat Penelitian
a).Manfaat Teoritis
Dari penelitian ini diharapakan memberi masukan dalam rangka
Peningkatan Pelayanan Publik dalam hal Pembuatan Kartu Keluarga
dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik serta memberikan
masukan dalam pengembangan Ilmu Pemerintahan.
b).Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan
pemikiran dalam pengembangan Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga
di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Halmahera
utara.

Kerangka Pemikiran Teoritis


A. Implementasi Kebijakan Publik
implementasi kebijakan merupakan aspek penting dari keseluruhan
proses kebijakan. Udoji (1981,32) dengan tegas mengatakan bahwa the
execution of policies is as important if not more important than policy-making.
Policies will remain dreams or blue prints file jackets unlessthey are
implemented (Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh
lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan sekedar
berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak
diimplementasikan. Dengan kata lain pembuatan kebijakan tidak berakhir
setelah kebijakan ditentukan atau disetujui.
Implementasi Kebijakan merupakan langkah lanjutan berdasarkan suatu
kebijakan formulasi. Definisi yang umum dipakai menyangkut kebijakan
implementasi adalah: (Wahab, 1997: 63) “Implementasi adalah tindakan-
tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu, pejabat-pejabat, atau

5
kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya
tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.”
Dunn (1981: 56) menyatakan bahwa akan halnya implementasi kebijakan,
lebih bersifat kegiatan praktis, termasuk di dalamnya mengeksekusi dan
mengarahkan. Lebih lanjut dikemukakan sebagai berikut:“Policyimplementation
involves the execution and steering of a laws of action overtime. Policy
implementation is essentially a practical activity, as distinguished from policy
formulation, which is essentially theoretical.”
Sehubungan dengan sifat praktis yang ada dalam proses implementasi
kebijakan di atas, maka hal yang wajar bahwa implementasi ini berkaitan dengan
proses politik dan administrasi. Hal tersebut disebabkan karena ia menyangkut
tujuan dari diadakannya kebijakan tersebut (policy goals).Dan jika dilihat dari
konteks implementasi kebijakan, maka hal tersebut berkaitan dengan kekuasaan
(power), kepentingan dan strategi para pelaku kebijakan, disamping karakteristik
lembaga dan rezim serta ijin pelaksanaan dan respon terhadap kebijakan.
Konteks implementasi demikian baru akan terlihat pengaruhnya setelah
kebijakan tersebut dilaksanakan. Hal itulah yang menunjukkan bahwa proses
pelaksanaan kebijakan merupakan salah satu tahapan penting dan momentum
dalam proses perumusan/pembuatan kebijakan selanjutnya, sebab berhasil atau
tidaknya suatu kebijakan dalam mencapai tujuannya ditentukan dalam
pelaksanaannya. Oleh karena itu, rumusan kebijakan yang telah dibuat tidak
akan mempunyai arti apa-apa atau hanya akan merupakan rangkaian kata-kata
indah dan baku yang tersimpan rapi dalam sebuah dokumen kalau tidak
diimplementasikan. Berkaitan dengan hal itu,dapat dikatakan bahwa salah satu
tolok ukur keberhasilan suatu strategi atau kebijakan terletak pada proses
implementasinya.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan


Kebijakan apapun bentuknya sebenarnya mengandung resiko untuk gagal.
Hoogwood dan Gunn (1984) membagi pengertian kegagalan kebijakan (policy

6
failure) ke dalam dua kategori yaitu non implementation (tidak
terimplementasikan) dan unsuccesful implementation (implementasi yang tidak
berhasil). Tidak terimplementasikan mengandung arti bahwa suatu kebijakan
tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin karena pihak-pihak yang
terlibat didalam pelaksanaannya tidak mau bekerjasama, atau mereka telah
bekerja secara tidak efisien, bekerja setengah hati atau mereka tidak sepenuhnya
menguasai permasalahan, atau permasalahan yang dibuat di luar jangkauan
kekuasaannya,sehingga betapapun gigih usaha mereka, hambatan hambatan
yang ada tidak sanggup mereka tanggulangi. Akibatnya implementasi yang
efektif sukar dipenuhi.
Implementasi yang tidak berhasil terjadi mana kala suatu kebijakan
tertentu telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun mengingat kondisi
eksternal ternyata tidak menguntungkan (misalnya tiba-tiba terjadi peristiwa
penggantian kekuasaan, bencana alam, dan sebagainya), kebijakan tersebut tidak
berhasil dalam mewujudkan dampak atau hasil akhir yang dikehendaki
(Wahab,1997,62)
Dari uraian tersebut diatas diketahui bahwa dengan adanya kebijakan
implementasi, yang merupakan bentuk konkret dari konseptualisasi dalam
kebijakan formulasi, tidak secara otomatis merupakan garansi berjalannya suatu
program dengan baik. Oleh karena itu suatu kebijakan implementasi pada
umumnya satu paket dengan kebijakan pemantauan atau monitoring. Mengingat
kebijakan implementasi adalah sama peliknya dengan kebijakan formulasi, maka
perlu diperhatikan berbagai faktor yang akan mempengaruhinya. Merilee
Grindle mengatakan dalam kebijakan implementasi akan terkait didalamnya
sekaligus proses politik dan administrasi.
Mazmanian dan Sabatier memandang bahwa suatu kebijakan
implementasi selalu berkaitan dengan tiga variabel, yakni:
(1) variabel karakteristik masalah, yang terdiri atas ketersediaan teknologi dan
teori teknis,keragaman prilaku kelompok sasaran, sifat populasi,derajat
perubahan perilaku yang diharapkan,

7
(2) variabel daya dukung peraturan, yang terdiri atas kejelasan dan konsistensi
tujuan, ketepatan alokasi sumber dana, keterpaduan hirarki dalam dan diantara
lembaga pelaksana, aturan-aturan keputusan dari lembaga pelaksana, rekrutmen
pejabat pelaksana dan akses formal pihak luar,
(3) variabel non peraturan, yang terdiri atas kondisi sosial ekonomi dan
teknologi, dukungan publik, sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok-
kelompok, dukungan dari pejabat atasan, komitmen dan kemampuan
kepemimpinan pejabat-pejabat pelaksana. Kebijakan implementasi merupakan
bagian tugas administrasi negara yang identik dengan proses politik. Untuk
berhasilnya pelaksanaan suatu kebijakan masing-masing tingkatan perlu
memahami keadaan yang dapat mendukung keberhasilan proses kebijakan
dilaksanakan.
Selain itu, sebagaimana didalam kebijakan formulasi, didalam kebijakan
implementasi juga terdapat 2 (dua) variabel yang sangat mempengaruhi
terselenggaranya suatu implementasi, yaitu variabel Sumber Daya Manusia dan
Sumber Daya Modal.

a. Sumber Daya Manusia


1. Motivasi
Mengandung makna sebagai suatu ungkapan kebutuhan seseorang yang bersifat
pribadi dan internal.
2.Kepemimpinan
Mengandung makna sebagai suatu aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang
agar diarahkan mencapai tujuan organisasi.
3. Kinerja Mengandung makna sebagai hasil yang dicapai oleh seseorang
menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan tertentu.

b. Sumber Daya Modal


1. Biaya dan Manfaat
Mengandung makna membandingkan suatu

8
kebijakan dengan cara menghitung total biaya dan total keuntungan yang diukur
dalam bentuk uang.
2. Biaya dan Efektivitas
Mengandung makna membandingkan suatu kebijakan dengan cara
mengkuantifikasi total biaya dan akibat yang diukur dalam bentuk pelayanan.

C. Definisi Pelayanan Publik


Pelayanan public (public servive) merupakan salah satu perwujudan dari
fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat disamping sebagai abdi negara.
Pelayanan umum oleh Lembaga Administrasi Negara (2000)1 , diartikan sebagai
segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi
Pemerintahan di pusat, didaerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik
Negara /Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalamrangka upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-
undangan. Pelayanan dalam ensiklopedia administrasi (Westra, 1981 :81)
diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi atau
perseorangan untuk mengamalkan dan mengabdikan diri kepada masyarakat.
Sedangkan Moenir (1998:26) menyatakan bahwa hakekat pelayanan adalah
serangkaian kegiatan, karena itu ia merupakan proses yang berlangsung secara
rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan orang dalam
masyarakat. Kamus Besar Bahasa Indonesia2
, pengertian pelayanan adalah usaha melayani, sedangkan melayani adalah
membantu menyiapkan (mengurus) apa yang di perlukan seseorang.
Dalam KEPMENPAN 81/93, pelayanan adalah suatu bentuk kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah baik di pusat, di daerah,
BUMN, dan BUMD dalam bentuk barang maupun jasa dalam rangka
pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sedangkan pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan

9
kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuanperaturan
perundang-undangan (KEPMENPAN NO. 63/KEP/M.PAN/7/2003).
Dari beberapa pengertian tersebut pada prinsipnya pelayanan adalah
serangkaian kegiatan atau aktivitas yang berlangsung berurutan, yang
dilaksanakan oleh seseorang, kelompok orang, atau suatu organisasi melalui
system, prosedur dan metode tertentu dalam rangka membantu menyiapkan atau
memenuhi kepentingan orang lain atau masyarakat luas. Pelayanan publik
dengan demikian dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani)
keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi
itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.
Penyelenggaraan pelayanan publik, menurut LAN (1998) dapat
dilakukan dengan berbagai macam pola antara lain sebagai berikut :
1. Pola pelayanan fungsional ; yaitu pola pelayanan umum yang diberikan oleh
suatu instansi pemerintah sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya.
2. Pola pelayanan satu pintu ; yaitu pola pelayanan umum yang diberikan secara
tunggal oleh satu instansi pemerintah berdasarkan pelimpahan wewenang dari
instansi pemerintah terkait lainnya yang bersangkutan.
3. Pola pelayanan satu atap ; yaitu pola pelayanan umum yang dilakukan secara
terpadu pada satu tempat / tinggal oleh beberapa instansi pemerintah yang
bersangkutan sesuai kewenangannya masing-masing.
4. Pola pelayanan secara terpusat ; yaitu pola pelayanan umum yang dilakukan
oleh satu instansi pemerintah yang bertindak selaku coordinator terhadap
pelayanan instansi pemerintah.

Jenis-jenis pelayanan antara lain meliputi:


1. Pelayanan administrasi:KTP, SIM, STNK, ASKES, dll
2. Pelayanan Barang: Air Bersih, Telepon, Listrik, dll
3. Pelayanan Jasa: pendidikan, kesehatan, transportasi, dll

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

10
A.Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Halmahera Utara.
1.Tugas Pokok Umum
Menyusun Rencana Kerja, membagi tugas, melaksanakan Register
Kependudukan, Penerbitan dan Pencatatan Akta, Koordinasi tugas dengan
Instansi terkait, membuat Laporan Evaluasi hasil pelaksanaan tugas keatasan
serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.
B.Hasil Penelitian
Dalam hasil penelitian ini karakteristik informan yang dikemukakan adalah
jumlah menurut bagian, jumlah menurut pendidikaan formal, dan menurut
golongan ruang. Berdasarkan hasil penelitian tentang tanggapan informan
terhadap Implementasi Kebijakan Daerah Dalam Pelayanan Pembuatan Kartu
Keluarga, memiliki tanggapan yang berbeda hal ini dapat dibuktikan sebagai
berikut:
1. Bagaimana Implementasi (Penerapan/pelaksanaan) Kebijakan Pemerintah
Daerah Dalam Pelayananan Pembuatan Kartu Keluarga,menurut kepala
dinas “sudah berjalan dengan baik”. Wawancara penulis kepada staf yang
ada di dinas mengenai Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam
Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga,jawabannya rata-rata sama dimana
semuanya mengatakan sudah berjalan dengan baik.
2. Faktor-faktor yang mendukung Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah
Dalam Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga?
- Menurut FL salah satu staf mengatakan: Adanya kesadaran Masyarakat
akan pentingnya mengurus/membuat kartu keluarga.
- Menurut LM salah satu staf mengatakan: salah satu factor yang
mendukung Implementasi Kebijakan dalam pelayanan pembuatan kartu
keluarga adanya sarana dan prasarana memadai karena dengan adanya
sarana dan prasarana memadai semua impelementasi bias terlaksana dengan
baik.

11
- Menurut AW salah satu staf mengatakan: Surat Keterangan yang atau surat
pengantar dari Kepala Desa agar proses pembuatan KK maupun KTP bisa
berjalan dengan baik dan cepat selesai sesuai dengan waktu yang sudah
ditentukan.
- Menurut TR mengatakan: Faktor yang mendukung dalam pembuatan kartu
keluarga yaitu pelayanan sesuai dengan Peraturan Daerah dan peraturan –
peraturan yang menyangkut pembuatan KK dan KTP.
3. Faktor-faktor apa yang menghambat Implementasi Kebijakan Pemerintah
Daerah Dalam Pelayanan Pembuatan Kartu keluarga?
- Menurut HS salah satu staf mengatakan: Faktor yang menghambat dalam
pelayanan pembuatan kartu keluarga yaitu pada saat pekerjaan menumpuk
dimana pembuatan kartu keluarga yang biasanya hanya satu minggu selesai
bisa sampai dua minggu bahkan ada yang sampai tiga minggu baru selesai.
- Menurut RK salah satu pegawai mengatakan: Masyarakat belum begitu
memahami akan pentingnya mengurus kartu keluarga sehingga menghambat
pemerintah dalam mendata penduduknya.
C.Pembahasan
Dalam bagian ini, akan dianalisis semua data yang telah diperoleh dari
hasil penelitian seperti yang sudah disajikan dalam bagian terdahulu. Adapun
analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif kualitatif, dengan tetap
mengacu pada hasil interpretasi data dan informasi yang telah dikumpulkan,baik
melalui studi sewaktu melakukan penelitian selama dilapangan, maka dapat
diberikan suatu analisis tentang Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah
Dalam Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga Di Kabupaten Halmahera Utara.
Koordinasi antara atasan dan bawahan memberikan pengaruh yang besar
terhadap keberhasilan program atau kebijakan. Implementasi Kebijakan
Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga, sudah berjalan
dengan baik, menurut kepala dinas. Sesuai dengan observasi yang penulis lihat
di lapangan,bahwa sudah berjalan dengan baik, karena di dalam pelaksanaan
Pembuatan kartu keluarga sudah berjalan sesui penelitian amati.

12
Faktor-faktor yang mendukung Implementasi Kebijakan Pemerintah
Daerah Dalam Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga. Adanya kesadaran
masyarakat akan pentingnya mengurus/membuat kartu keluarga. Adapun salah
satu factor yang mendukung Implementasi Kebijakan dalam pelayanan
pembuatan kartu kelurga, yang adanya sarana dan prasarana memadai karena
dengan adanya sarana dan prasarana memadai semua impelementasi bias
terlaksana denga baik. Koordinasi di dalam Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten sudah berjalan dengan baik menurut kepala dinas.
Sesuai dengan observasi yang penulis lihat dilapangan bahwa memang benar
koordinasi yang terjadi baik antara atasan dengan bawahan maupun bawahan
dengan bawahan sudah berjalan dengan baik. Koordinasi telah berjalan sesuai
dengan apa yang diharapkan, koordinasi telah dilaksanakan secara rutin melalui
rapat dan pengecekan langsung di lapangan lewat pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan maka
penulis dapat menggambarkan bahwa semangat kerjasama dalam Dinas baik
antara pimpinan dengan staf maupun staf dengan staf sudah dikatakan baik
karena mereka menjunjung rasa kekeluargaan tanpa harus menimbulkan sifat
yang monoton terhadap para pegawainya namun tidak menutup kemungkinan
rasa loyalitas kerja yang ditanamkan dan diapresiasikan maupun yang diberikan
kepada masyarakat akan searah dengan semangat kerja tersebut. Hal ini
dibuktikan dimana dalam pelayanan pembuatan kartu keluarga para pegawai
dinas sering mendapat kendala dari masyarakat itu sendiri yaitu berkas tidak
lengkap berupa surat pengantar dari kelurahan dan masyarakat kurang
menyadari akan pentingnya pembuatan kartu keluarga sehingga mempersulit
pemerintah dalam mendata penduduknya.
KESIMPULAN DAN SARAN
a.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Implementasi Kebijakan Pemerintah
Daerah Dalam Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga yang telah diuraikan maka
dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

13
1. Melalui jawaban dan pengamatan langsung oleh penulis implementasi
kebijakan dalam pelayanan pembuatan kartu keluarga sudah berjalan dengan
baik dan pelayanan yang diberikan telah mengalami peningkatan dalam hal
pemberian layanan pembuatan kartu keluarga.
2. Kurangnya sosialisasi pejabat dinas kepada masyarakat di tingkat
kecamatan/desa-desa tentang kelengkapan berkas dalam hal pembuatan
kartu keluarga.
3. Kurangya pengawasan dari pihak pemerintah Kabupaten Halmahera Utara
terlebih khusus pimpinan dinas kependudukan dan pencatatan sipil dalam
hal pembuatan kartu keluarga.
b.Saran
Berdasarkan hasil penilitian yang telah diuraikan dan kesimpulan yang dibuat
maka penulis mencoba memberikan saran atau rekomendasiyang dapat diajukan
agar Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pelyanan Pembuatan
Kartu Keluarga dapat di jalankan lebih maksimal di Kabupaten Halmahera Utara
sebagai berikut :
1. Lebih meningkatkan lagi kualitas pelayanan pembuatan kartu keluarga agar
implementasi kebijakan dalam hal pembuatan kartu keluarga bisa berjalan
secara maksimal
2. Pemerintah Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil harus mengadakan
sosialiasi kepada masyarakat di tingkat kecamatan/desa desa tentang
kelengkapan berkas dalam hal pembuatan kartu keluarga.
3. Perlunya peningkatan pengawasan dari pihak pemerintah Kabupaten
Halmahera Utara lebih khususnya dari pimpinan dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Halmahera Utara dalam hal pembuatan kartu
keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

14
Abdul Wahab. 2001. Globalisasi dan Pelayanan Publik Dalam Perspektif Teori
Governance:Good Governance.Universitas Brawijaya Malang: Jurnal
Administrasi Negara Volume II.
Adisubrata Surya Winarna H. 2002. Etika Pemerintahan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Mustari, N., & IP, S. (2015). KEBIJAKAN PUBLIK. Yogyakarta: Leutikaprio.
Setijaningrum, E. (2009). lnovasi Pelayanan Publik.
Dwiyanto, Agus, 2009. Reformasi Birokrasi , Kepemimpinan dan Pelayanan Publik;
Kajian Tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia. Gaya Media:
Jogjakarta.
Ibrahim Amin.2008.Teori dan Konsep Pelayanan Publik Serta
Implementasinya.Bandung:cv.Mandar Maju.
Nawawi Ismail.2009. Public PolicyAnalisis, Strategis Advokasi Teori dan Praktek.
Surabaya:CV. Putra Media Nusantara .
Sinambela Poltak Lijan dkk,2006. Reformasi Pelayanan PublikTeori, Kebijakan, dan
Impelmentasinya.Jakarta: PT Bumi Aksara.
Surjadi H.2009.Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung: PT Refika
Aditama.
Sugiono, 2008.Metode Penelitian Administrasi, Rineka Cipta: Jakarta.
Syafi’ie Kencana Inu. 2003. Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia. Bandung: PT
Refika Aditama
Sumber-Sumber Lain
-Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Utara No.4 Tahun 2011 Tentang
Retribusi Jasa Umum.
-Undang-undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

15

Anda mungkin juga menyukai