BAB I
PENDAHULUAN
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya tujuan penelitian diatas, diharapkan penelitian ini
bermanfaat bagi semua kalangan. Manfaat ini dibagi menjadi dua hal yaitu
manfaat teoritis dan manfaat praktis :
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini, diharapkan bermanfaat sebagai informasi dalam rangka
memperkaya khasana referensi mengenai penerapan fungsi manajemen dalam
pelayanan publik di kantor kecamatan telutih kabupaten maluku tengah pada
perpustakaan Fisip Unpatti.
b. Manfaat Praktis
Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pimpinan yang
berkompeten dalam upaya penerapan fungsi manajemen dalam pelayanan
publik serta pengembangan faktor pendukung dan perbaikan faktor penghambat
pada Kantor Kecamatan Telutih Kabupaten Maluku Tengah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan suatu rencana tenaga kerja yang dikerjakan
secara efektif serta efisien dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu
terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program
kepegawaian. Program kepegawaian meliputi pengorganisasian, pengarahan,
pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan. Program
kepegawaian yang baik dan sesuai akan membantu tercapainya tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan suatu kegiatan untuk mengorganisasi
semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja,
delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi.
Organisasi tersebut merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi
yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.
3. Pengarahan (Directing)
Pengarahan merupakan suatu kegiatan mengarahkan semua karyawan,
agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu
tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan
dilakukan pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua
tugasnya dengan baik.
4. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian merupakan suatu kegiatan untuk mengendalikan karyawan
agar mentaati peraturan yang ada perusahaan dan bekerja sesuai dengan
rencana. Apabila terdapat penyimpangan, maka akan dilakukan tindakan
perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan meliputi
kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerjasama, pelaksanaan pekerjaan, dan
menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
sangatlah dibutuhkan. Hal senada juga dikemukakan oleh Budiman Rusli yang
berpendapat bahwa selama hidupnya, manusia selalu membutuhkan pelayanan.
Pelayanan menurutnya sesuai dengan life cycle theory of leadership (LCTL)
bahwa pada awal kehidupan manusia (bayi) pelayanan secara fisik sangat tinggi,
tetapi seiring dengan usia manusia pelayanan yang dibutuhkan akan semakin
menurun (Rusli, 2004).
Berbagai literatur dan referensi lainnya tentang pelayanan publik
memberikan definisi yang berbeda-beda, namun bila dilihat benang merahnya,
terdapat kesamaan dalam definisi tersebut. Pertama, pelayanan publik selalu
mengaitkan interaksi antara pemberi layanan yakni pemerintah dan penerima
layanan yakni masyarakat. Kedua, penyelenggara pelayanan publik adalah
pemerintah dalam hal ini menjadi tugas birokrasi atau aparatur sipil negara.
Ketiga, pembiayaan pelayanan publik berasal dari alokasi pendapatan pajak.
Keempat, proses penentuan tarif pelayanan publik biasanya melalui mekanisme
politik, yang dilakukan pemerintah (eksekutif) dan DPR (legislatif) sebagai wakil
rakyat. Jadi asas politik tersebut berfungsi untuk mengakomodasi kepentingan
rakyat sehingga pelayanan publik tidak dilakukan dengan sewenang-wenang,
namun memenuhi aspek keadilan dan pemerataan bagi masyarakat. Kelima,
wujud pelayanan publik dapat berupa barang, jasa, atau gabungan dari
keduanya.
Pada pembahasan sebelumnya, teiah disampaikan bahwa filosofi
pelayanan publik itu berasal dari pemerintah dan rakyat. Pemerintah yang
berorientasi pada kesejahteraan rakyatnya pasti akan berbuat yang terbaik untuk
rakyat, termasuk pelayanan publik. Sebaliknya rakyat yang memiliki kesadaran
bahwa dirinya adalah bagian penting dari suatu negara, akan memberikan input
yang dibutuhkan pemerintah dalam menyusun kebijakan pelayanan publik secara
adil dan merata, serta membantu terselenggaranya pelayanan publik tersebut
dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain, hakikat suatu pelayanan berfokus
pada bagaimana mempertemukan kapabilitas organisasi pemerintah (public
organization's capabilities) dengan kebutuhan masyarakat (the needs of
customer). Kebutuhan dalam hal ini merupakan suatu keadaan di mana
seseorang membutuhkan dan menginginkan sesuatu untuk memenuhi hidupnya.
Pola kebutuhan manusia dibentuk oleh kebudayaan dan individualitas
seseorang, misalnya, orang Jawa yang lapar menginginkan nasi, sedang orang
Amerika membutuhkan roti. Selain itu kebutuhan dan keinginan juga didukung
19
oleh daya beli yang menjadi suatu permintaan, seperti banyak orang yang
menginginkan mobil mewah, namun hanya sedikit yang mampu dan bersedia
untuk membeli, oleh karenanya perusahaan harus mengukur tidak hanya berapa
banyak orang yang menginginkan produk mereka tetapi yang lebih penting
berapa banyak orang yang benar-benar bersedia dan mampu membelinya.
Dengan demikian, penyediaan pelayanan publik dapat saja berbeda dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka
mari kita lihat berbagai definisi yang diketengahkan baik dalam bentuk konsep
atau teori, maupun dalam bentuk peraturan-peraturan pemerintah.
Secara garis besar, Chapman dan Cowdell (1998) menyatakan bahwa
pelayanan publik merupakan pelayanan yang dijalankan oleh institusi- institusi
publik, yang didirikan dan didanai oleh negara, untuk kepentingan negara dan
melalui cara kenegaraan, serta tujuannya ditentukan secara politis oleh negara.
Anggaran pelayanan publik ini bersumber dari pajak, baik itu di tingkat nasional
maupun regional. Pendanaan tersebut ditetapkan oleh suatu pengalokasian,
bukan oleh penggunaan, dan itu diatur dan dikontrol melalui peraturan negara.
Dengan demikian, negara bertanggung jawab atas kewajiban hukum yang
diberikan kepada setiap institusi pelayanan publik tersebut, dan oleh karenanya
negara memiliki fungsi sebagai pengendali hukum atas apa yang mereka
lakukan. Sebagaimana kutipan berikut ini :
"These institutions are founded and funded by state, in the interest of state
and, through the state, in the interest of its citizenz. The aims are politically
determined by the state. Their budgets are sourced from taxation, both
nationally and locally. Funding is determined by allocation, rather than
by use, and they are controlled, or at least regulated, by state. The state is
responsible fur the legal obligation given to such insticutions and for the lega!
controls over what they do."
Definisi berikutnya berasal dari Farnham dan Horton (1993) yang
menjelaskan bahwa pelayanan publik didefinisikan secara luas sebagai
organisasi scktor publik yang pengeluaran dan belanja modalnya didanai oleh
perpajakan, dibandingkan dengan meningkatkan pendapatan melalui penjualan
layanan kepada pelanggan individual maupun korporasi. Organisasi sektor publik
ini memiliki pengertian yang beragam, di antaranya yaitu organisasi pemerintah
itu sendiri maupun organisasi swasta yang menjadi partner pemerintah dalam
penyediaan barang-jasa publik. Demikian pelayanan publik didefinisikan,
20
Masyarakat juga semakin kritis dan semakin berani untuk melakukan kontrol
terhadap setiap tindakan yang dilakukan oleh pemerintah. Ditunjang dengan
tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik, hal tersebut menjadi indikasi
dari empowering (pemberdayaan) yang dialami oleh masyarakat (Thoha dalam
Widodo, 2001). Kondisi masyarakat yang semakin berkembang ini juga
membawa dampak pada semakin kritisnya masyarakat terhadap suatu
pelayanan. Hal ini berimplikasi pada perubahan birokrasi publik itu sendiri, yang
juga dituntut harus dapat memperbaiki posisi dan perannya dalam memberikan
pelayanan publik. Dari yang semula lebih senang mengatur dan memerintah, kini
berubah menjadi senang melayani; dari yang semula lebih senang menggunakan
pendekatan kekuasaan, kini berubah menjadi senang mer:bantu menuju ke arah
yang fleksibel, kolaboratif dan dialogis; dan dari cara-cara yang sloganis menuju
cara-cara kerja yang lebih baik dan profesional dalam rangka menjalankan tugas
dan kewenangan yang diberikan kepadanya sehingga tujuan bersama yang
besar dapat terwujud.
Dengan melihat perkembangan masyarakat yang semakin dewasa
tersebut, birokrasi publik justru harus dapat memberikan pelayanannya
yang lebih profesional, efektif, sederhana, transparan, terbuka, tepat waktu,
responsif, adaptif, dan sekaligus dapat membangun kualitas manusia
dalam arti meningkatkan kapasitas individu dan masyarakat untuk secara
aktif menentukan masa depanya sendiri (Efendi dalam Widodo, 2001).
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa penyelenggaraan pelayanan publik
harus dilakukan secara profesional, yang antara lain dicirikan dengan
adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan yakni
birokrasi (aparatur pemerintah). Adapun ciri-ciri dari pelayanan publik yang
profesional ini adalah sebagai berikut :
1. Efektif, yaitu lebih mengutamakan pada pencapaian tujuan kesejahteraan
rakyat.
2. Sederhana, yaitu menggunakan prosedur atau tata cara pelayanan secara
mudah, cepat, tepat, tidak berbelit belit, mudah dipahami, dan mudah
dilaksanakan oleh masyarakat yang membutuhkan pelayanan.
3. Biaya dan kepastian (transparan), meliputi: a. prosedur pelayanan; b.
persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan
administratif; c. unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung
23
jawab dalam memberikan pelayanan; d. rincian biaya pelayanan dan tata cara
pembayarannya secara terbuka; e. jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
4. Keterbukaan, yaitu bahwa masyarakat harus secara mudah dapat mengetahui
prosedur atau tata cara persyaratan, satuan kerja atau pejabat penanggung
jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian waktu dan tarif serta
hal-hal lain lain yang berkaitan dengan proses pelayanan secara jelas dan
terbuka. Oleh karena itu, pemberi layanan wajib memberikan informasi secara
terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta
maupun tidak diminta.
5. Efisiensi mengandung arti sebagai berikut.
a. Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung
dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan
keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang berkaitan.
b. Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan dalam hal proses
pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya
kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang
terkait.
6. Ketepatan waktu, yaitu bahwa penyelenggaraan pelayanan masyarakat dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan sebelumnya, apabila
ada perubahan waktu maka masyarakat harus diberitahukan lebih awal.
7. Responsif, yaitu mengarah pada daya tanggap dan cepat dalam menanggapi
hal yang menjadi masalah, kebutuhan, dan aspirasi masyarakat yang dilayani.
8. Adaptif, yaitu usaha yang cepat dalam menyesuaikan terhadap hal yang
menjadi tuntutan, keinginan dan aspirasi masyarakat yang begitu dinamis.
yang diberikan tidak boleh bersifat diskriminatif, atau dengan kata lain pelayanan
diberikan tanpa memandang status, pangkat, golongan dari masyarakat dan
masyarakat mempunyai hak yang sama atas pelayanan-pelayanan tersebut
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dalam konsep pelayanan publik yang baik, Zheithaml, Berry, dan
Parasuraman (1990) menyatakan bahwa ada empat kesenjangan (gap) yang
menjadi kendala dalam pelayanan publik, kendala-kendala tersebut di antaranya
adalah :
1. tidak memahami apa yang sebenarnya diharapkan masyarakat;
2. penggunaan ukuran pelayanan yang salah terhadap masyarakat;
3. keliru dalam menampilkan diri di saat melakukan pelayanan publik;
4. berlebihan dalam membuat janji.
Lalu pertanyaan pentingnya adalah bagaimana cara mengatasi empat
gap yang menjadi kendala tersebut? Pertama, yaitu pemberi layanan dalam hal
ini pemerintah, harus menjalin komunikasi dan mendapatkan informasi tentang
apa yang diharapkan masyarakat. Berbagai alternatif solusi dapat dilakukan,
seperti melakukan research pelanggan, komunikasi dengan masyarakat melalui
cara pertemuan dengan masyarakat yang dibuat oleh instansi unit layanan,
membuka unit komplain (complaint handling), dan lain sebagainva. Cara-cara
pendekatan demikian akan membuat pihak pemberi layanan memahami apa
yang menjadi kebutuhan masyarakat saat ini, apa yang masih kurang dalam
pelayanan, bagaimana persepsi masyarakat terhadap pelayanan yang sudah
diberikan saat ini. Terlebih di era modern saat ini, cara-cara untuk mengetahui
kebutuhan dan keinginan masyarakat bahkan bisa dilakukan dan mudah
disampaikan dengan memanfaatkan teknologi internet. Kedua, akibat
kesenjangan pemahaman tentang pelayanan yang seperti apa yang diharapkan
masyarakat, pemerintah secara otomatis tidak akan paham layanan seperti apa
yang tepat untuk masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat menginginkan
pelayanan kesehatan yang murah, tetapi berkualitas baik misalnya saja BPJS.
Namun, hal ini sering diterjemahkan oleh pemerintah bahwa pelayanan BPJS itu
murah sehingga kualitasnya pun tidak dibuat sama dengan pelayanan kesehatan
berbayar, bahkan bukan hanya obat-obatannya, tetapi pelayanan, empati dan
tanggung jawabnya pun berbeda. Padahal BPJS juga dibiayai oleh masyarakat
melalui iuran cross-subsidy. Tentu untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah
25
3. Kualitas proses dan hasil pelayanan publik harus diupayakan dengan sebaik-
baiknya agar dapat memberi keamanan, kenyamanan, dan kepuasan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
a. Pelayanan Administratif
Pelayanan administratif adalah pelayanan berupa penyediaan berbagai
bentuk dokumen yang diperlukan oleh publik, misalnya : pembuatan kartu
tanda penduduk (KTP), sertifikat tanah, akta kelahiran, akta kematian, buku
kepemilikan kendaraan bermotor (BPKB), surat tanda nomor kendaraan
(STNK), izin mendirikan bangunan (IMB), paspor, dan sebagainya.
b. Pelayanan Barang
Pelayanan barang adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk/jenis barang yang menjadi kebutuhan publik, misalnya : jaringan
telepon, penyediaan tenaga listrik, penyediaan air bersih.
c. Pelayanan Jasa
Pelayanan jasa adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa
yang dibutuhkan publik, misalnya : Pendidikan tinggi dan menengah,
pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, jasa pos, sanitasi
lingkungan, persampahan, penggulangan bencana, pelayanan sosial.
28
1. Prosedur pelayanan
2. Waktu penyelesaian
3. Biaya pelayanan
4. Produk pelayanan
5. Sarana dan prasarana
Kompetensi petugas pelayanan Selanjutnya untuk melengkapi standar
pelayanan diatas, ditambahkan materi muatan yang dikutip dari rancangan
Undang-Undang tentang pelayanan publik yang dianggap cukup realistis untuk
menjadi materi muatan standar pelayanan publik, sehingga susunannya menjadi
sebagai berikut: a. Dasar hukum b. Persyaratan c. Prosedur pelayanan d. Waktu
penyelesaian e. Biaya penyelesaian f. Produk pelayanan g. Sarana dan
prasarana h. Kompetensi petugas pelayanan i. Pengawasan intern j.
Pengawasan ekstern k. Penanganan pengaduan, saran, dan masukan l.
Jaminan pelayanan.
a. Penyedia layanan, yaitu pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu
kepada konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan dan
penyerahan barang (goods) atau jasa-jasa (services).
b. Penerima layanan, yaitu mereka yang disebut sebagai konsumen (customer)
atau customer yang menerima berbagai layanan dari penyedia layanan.
c. Jenis layanan, yaitu layanan yang dapat diberikan oleh penyedia layanan
kepada pihak yang membutuhkan layanan.
d. Kepuasan Pelanggan, dalam memberikan layanan penyedia layanan harus
mengacu pada tujuan utama pelayanan, yaitu kepuasan pelanggan. Hal ini
sangat penting dilakukan karena tingkat kepuasan yang diperoleh para
pelanggan itu biasanya sangat berkaitan erat dengan standar kualitas barang
atau jasa yang mereka nikmati.
baik, disiplin kerja, dan memberikan pelayanan yang optimal pula. Petugas yang
professional sangat dibutuhkan agar bias memberikan pelayanan dengan baik
kepada pelanggan, selain professional juga petugas harus ramah, tanggap,
terbuka dengan kritik dan cekatan dalam menghadapi pelanggan yang memiliki
berbagai macam karakter.
Unsur lainnya yaitu sarana prasarana, unsur ini sebagai unsur pendukung
dalam penyelenggaraan pelayanan. Tersedianya sarana dan prasarana yang
mendukung dan memadai akan memberikan rasa aman dan nyaman kepada
masyarakat sebagai pengguna, selain itu bagi pemberi pelayanan juga akan
lebih mudah dalam memberikan pelayanan yang baik. Unsur yang terakhir
adalah masyarakat sebagai pengguna layanan. Masyarakat mempunyai hak
untuk mendapatkan pelayanan yang baik dan optimal. Selain itu juga yang tidak
boleh dilupakan masyarakat juga mempunyai kewajiban sebagai pengguna
layanan yaitu menaati segala prosedur pelayanan yang telah ditetapkan agar
terjadi hubungan yang seimbang antara pemberi pelayanan dan penerima
layanan.
Selanjutnya, Kasmir (2006: 34) mengemukakan pelayanan publik yang
baik adalah memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 1) Tersedianya karyawan yang
baik. 2) Terseduabta sarana dan prasarana yang baik. 3) Bertanggung jawab
kepada setiap nasabah (pelanggan) sejak awal hingga akhir. 4) Mampu melayani
secara cepat dan tepat. 5) Mampu berkomunikasi. 6) Memberikan jaminan
kerahasiaan setiap transaksi. 7) Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang
baik. 8) Berusaha memahami kebutuhan nasabah (pelanggan). 9) Mampu
memberikan kepercayaan kepada nasabah (pelanggan). Berdasarkan beberapa
pendapat yang disampaikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur
pelayanan publik diperlukan agar dapat mendukung pelayanan yang diinginkan.
Unsur tersebut terdiri dari penyedia layanan, penerima layanan, jenis pelayanan,
kepuasan pelanggan. Adanya unsur pelayanan yang baik yaitu, dengan
tersedianya karyawan yang professional dan sarana prasarana yang mendukung
agar mampu memberikan kepuasan bagi masyarakat sebagai pengguna
layanan.
kualitas pelayanan yaitu respected service dan perceived service. Apabila jasa
yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang
diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas ideal. Sebaliknya
jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas
jasa yang dipersepsikan buruk. Baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada
kemempuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara
konsisten.
2. Prosedur pelayanan adalah rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan
satu sama lain, sehingga menunjukkan adanya tahapan secara jelas dan
pasti serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian
sesuatu pelayanan.
4. Rincian Biaya pelayanan adalah segala biaya dan rinciannya dengan nama
atau sebutan apapun sebagai imbalan atas pemberian pelayanan umum
yang besaran dan tata cara pembayarannya ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Kepastian dan
rincian biaya pelayanan publik harus diinformasikan secara jelas dan
diletakkan di dekat loket pelayanan, ditulis dengan huruf cetak dan dapat
dibaca dalam jarak pandang minimum 3 (tiga) meter atau disesuaikan
dengan kondisi ruangan. Transparansi mengenai biaya dilakukan dengan
mengurangi semaksimal mungkin pertemuan secara personal antara
pemohon/penerima pelayanan dengan pemberi pelayanan. Unit pemberi
pelayanan seyogyanya tidak menerima pembayaran secara langsung dari
penerima pelayanan. Pembayaran hendaknya diterima oleh unit yang
bertugas mengenola keuangan/Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah/unit
pelayanan.
7. Lokasi Pelayanan Tempat dan lokasi pelayanan diusahakan harus tetap dan
tidak berpindah-pindah, mudah dijangkau oleh pemohon pelayanan,
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai termasuk
penyediaan sarana telekomunikasi dan informatika (telematika). Untuk
memudahkan masyarakat dalam memperoleh pelayanan, dapat membentuk
Unit Pelayanan Terpadu atau pos-pos pelayanan di Kantor Kelurahan/ Desa/
Kecamatan serta di tempat tempat strategis lainnya.
8. Janji Pelayanan Akta atau janji pelayanan merupakan komitmen tertulis unit
kerja pelayanan instansi pemerintah dalam menyediakan pelayanan kepada
masyarakat. Janji pelayanan tertulis secara jelas, singkat dan mudah
dimengerti, menyangkut hanya hal-hal yang esensial dan informasi yang
akurat, termasuk di dalamnya mengenai standar kualitas pelayanan. Dapat
pula dibuat “Motto Pelayanan”, dengan penyusunan kata-kata yang dapat
memberikan semangat, baik kepada pemberi maupun penerima pelayanan.
Akta/janji, motto pelayanan tersebut harus diinformasikan dan ditulis dengan
huruf cetak dan dapat dibaca dalam jarak pandang minimum 3 (tiga) meter
atau disesuaikan dengan kondisi ruangan.
Gambar. 2.1
41
Kerangka Berpikir
BAB III
METODE PENELITIAN
Tabel 3.1
Informan penelitian
No Informan Jumlah
1. Kepala camat 1
2. Pegawai kantor kecamatan 6
3. Masyarakat 10
Jumlah total 17
Dengan demikian, jumlah informan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 17 orang.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian,
dalam hal ini peneliti memperoleh data atau informasi langsung dengan
menggunakan instrumen-instrumen yang telah ditetapkan. Data primer
dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui
media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti
yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak
dipublikasikan secara umum.
b. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara adalah daftar pertanyaan yang digunakan sebagai
acuan untuk menggali informasi dengan melakukan wawancara terkait pokok
persoalan yang diteliti pada obyek penelitian dan dapat memberikan hasil yang
diharapkan peneliti dalam proses penelitian. Pedoman wawancara berisi item-
item pertanyaan wawancara kepada pegawai-pegawai yang digunakan untuk
mengetahui pendapat mereka terhadap penerapan fungsi manajemen dalam
pelayanan publik.
c. Dokumentasi
Alat bantu yang akan digunakan adalah alat perekam suara, dan
dokumentasi melaui foto.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
b. Misi :
1. Mendorong terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih.
2. Meningkatkan profesionalisme aparat pemerintahan Kecamatan Telutih.
3. Meningkatkan Kwalitas Pelayanan Masyarakat dibidang pendidikan dan
kesehatan.
4. Mengoptimalkan Pembinaan dan Fasilitasi Pemerintah Negeri.
5. Melaksanakan pembinaan terhadap penegakkan dan penerapan
peraturan perundang-undangan
6. Melaksanakan pembinaan ketentraman dan ketertiban umum
46
Diagram. 4.1
Persentase Luas Desa di Kecamatan Telutih
47
2. Keadaan Geografi
Letak Geografi Kecamatan Telutih Kecamatan Telutih Terletak diantara :
3 10'15"LS 3 20'45"LS 0 0 Lintang Selatan 129 42'25"BT 129 59'15BT 0 0
Bujur Timur.
Tabel. 4.1
Luas dan Persentase Kecamatan Telutih Dirinci Per Desa
No Desa/Kelurahan Luas (Km2) Persentase
Tabel. 4.2
Jarak Antar Kota
Antar Kota Jarak (Km)
48
Laimu Wolu 12
Lafa 10
Tehua 6
Maneoratu 5
Hunisi 2
Yamalatu 2,5
Laha 3,5
Lahakaba 5
Ulahahan 5,5
Sumber data: Kantor Kecamatan Telutih Kab.Malteng 2022
Diagram. 4.2
Persentase Pengembangan Desa Menurut Status Dirinci per Desa
49
Tabel. 4.3
Nama-nama Kepala Wilayah/Camat Kecamatan Telutih
Tahun 2011 - Sekarang
Tahun Nama Kepala Wilayah/Camat Ket
Tabel. 4.4
Nama-nama Kepala Desa/Raja Negeri di Kecamatan Telutih
Desa Nama Kepala Desa Ket
Tabel. 4.5
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Telutih per 2020 –
2021
Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Kedudukan
Kecamatan merupakan Perangkat Daerah Kabupaten yang mempunyai
wilayah kerja tertentu. Kecamatan dibentuk dalam rangka meningkatkan
koordinasi penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik dan pemberdayaan
masyarakat negeri dan kelurahan. Kecamatan dipimpin oleh Camat yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah.
2. Tugas
Camat melaksanakan tugas yang dilimpahkan oleh Bupati untuk
melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan
Daerah Kabupaten.
3. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Kecamatan
mempunyai fungsi :
f. Pengkoordinasian dan penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan, Ekonomi,
Pembangunan, Pendidikan, Kesehatan, Sosial, Kesejahteraan Rakyat,
Keamanan dan Ketertiban;
g. Pembinaan kehidupan masyarakat di segala bidang;
52
1. Camat
Camat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan
pemerintahan yang diilimpahkan oleh bupati yang menjadi kewenangan daerah
kabupaten.
Tugas Camat dalam pengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat
meliputi :
1. Mendorong partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam perecanaan
pembangunan lingkup kecamatan dalam forum musyawarah Perencanaan
Pembangunan di Negeri/desa/kelurahan dan kecamatan;
2. Melakukan pembinaaan dan pengawasaan terhadap keseluruhan unit kerja
pemerintah maupun swasta yang mempunyai program kerja dan kegiatan
pemberdayaan masyarakat diwilayah kerja kecamatan;
53
Fungsi camat:
a. Menyelenggarakan urusan pemerintahan umum;
b. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
c. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban
umum ;
d. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan daerah dan
peraturan bupati;
e. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan sarana pelayanan umum;
f. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang dilakukan
oleh perangkat daerah di tingkat kecamatan;
g. Membina dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan negeri dan/ atau
kelurahan;
h. Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten
yang tidak dilaksanakan oleh unit kerja pemerintahan daerah kabupaten yang
ada di kecamatan; dan
i. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh perundang-undangan.
2. Sekretaris Kecamatan
Sekretaris kecamatan mempunyai tugas pokok memimpin pelaksanaan
tugas sekretaris kecamatan agar pelaksanaan tugas berjalan dengan optimal.
Fungsi sekretaris kecamatan:
a. Menghimpun dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan bidang tugas;
b. Mengkoordinasikan penghimpunan bahan dan data untuk perumusan
perencanaan;
c. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas seksi/sub bagian untuk mewujudkan
keterpaduan dan keserasian kerja;
56
5. Seksi Pemerintahan
Seksi pemerintahan mempunyai tugas pokok membantu sekretaris
kecamatan dalam mengkoordinasikan, membina dan mengendalikan
pelaksanaan tugas di bidang pemerintahan.
Fungsi seksi pemerintahan :
a. Menghimpun dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan bidang tugas;
b. Menghimpun bahan dan data sebagai bahan perencanaan;
c. Menyiapkan rencana kerja seksi pemerintahan;
d. Melaksanakan tugas pemerintahan umum di lingkungan kecamatan;
e. Melaksanakan tugas pembinaan dan fasilitas pemerintahan dan negeri;
f. Melaksanakan tugas pembinaan administrasi kependudukan dan keagrariaan
serta administrasi pemerintahan negeri;
g. Menyiapkan bahan untuk pembinaan urusan pemilu, ideologi, kesatuan
bangsa dan organisasipolitik;
h. Membagi tugas kedinasan kepada bawahan;
i. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan
j. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan;
k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Gambar. 4.2
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kantor kecamatan Telutih Kabupaten
Maluku Tengah
CAMAT
SEKCAM
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SEKSI SEKSI
61
SEKSI
PELAYANAN
UMUM
Tabel. 4.6
Keadaan Pegawai Di Kantor Kecamatan Telutih
No NAMA / NIP Jenis JABATAN
Kelamin
1 IRVAN RACHMAT, ST CAMAT
19740529 200604 1 005 L
2 SYARIFUDIN APONNO, S.Sos SEKRETARIS
19711009 200604 1 006 L CAMAT
3 SULEMAN HAUPEA KASIE
19680220 198303 1 009 L KESEJAHTERAAN
63
SOSIAL
4 ABDULLAH WASAHUA, S.Pi PELAKSANAAN
19760312 200604 1 002 L
5 M. SAWIR PAWAE KASIE PELAYANAN
19691210 199303 1 011 L UMUM
6 NASARUDIN WATTIMENA, S.Pd PELAKSANAAN
19830502 200701 1 004 L
7 MALIK KELIHU PELAKSANAAN
19650218 200701 1 016 L
8 HUSEN ALAKATIRI PELAKSANAAN
19760215 200501 0 007 L
9 MARTHINUS TAMALA L PELAKSANAAN
19680930 200701 1 015
10 SYAHRUL KUMKELO, SH L
11 ROSNAWATI WATTIMENA, SE P
13 KURAISIN WATTIMENA P
14 HASIM TEHUAYO L
15 RIZAL MAHU L
16 JUHAIR WELEMULY L
17 M. FARHAM WAILISSA L
Tabel. 4.8
Keadaan Jenis Kelamin Pegawai Di Kantor Kecamatan Telutih
No Jenis Kelamin F P
65
1. Laki – Laki 15 83
2. Perempuan 3 17
3. Total 18 100
Sumber data: Kantor Kecamatan Telutih Kab.Malteng 2022 (diolah)
Tabel. 4.9
Keadaan Tingkat Pendidikan Pegawai Di Kantor Kecamatan Telutih
No Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin Distribusi
L P F P
1. SLTA (SMA/SMK) 8 - 8 44
2. Strata Satu (S1) 7 3 10 56
Total 15 3 18 100
Sumber data: Kantor Kecamatan Telutih Kab.Malteng 2022 (diolah)
orang yang berjenis kelamin laki-laki dan yang berjenis kelamin perempuan
sebanyak 3 orang.
Tabel. 4.10
Keadaan Agama Yang Dianut Pegawai Di Kantor Kecamatan Telutih
No Agama Yang Dianut Jenis Kelamin Distribusi
L P F P
1. Islam 14 3 17 94
2. Kristen 1 - 1 6
Total 15 3 18 100
Sumber data: Kantor Kecamatan Telutih Kab.Malteng 2022 (diolah)
Tabel. 4.11
Keadaan Jenis Kelamin Informan
No Jenis Kelamin F P
1 Laki – laki 12 71
2 Perempuan 5 29
67
3 Total 17 100
Sumber data: Diolah Data Hasil Penelitian Lapangan 2022
Data yang tersaji pada tabel diatas memberikan gambaran bahwa jumlah
informan dalam penelitian yang berjenis kelamin laki – laki sebanyak 12 orang
atau 71 persen, sementara informan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah
5 orang atau 21 persen.
Tabel. 4.14
Keadaan Agama Yang Dianut Informan
No Agama Yang Dianut Jenis Kelamin Distribusi
L P F P
1 Islam 11 5 16 94
2 Kristen 1 - 1 6
69
3 Total 12 5 17 100
Sumber data: Diolah Data Hasil Penelitian Lapangan 2022
Tabel 4.15
Kondisi Sarana Prasarana pada Kantor Kecamatan Telutih Kabupaten
Maluku Tengah per bulan juni 2020
JUMLA KONDISI
NO SARANA/ H
RUSA KETERANGAN
. PRASARANA
K
BAIK
1 Gedung Kantor 1 √ - Sewa Pakai
2 Gedung Pertemuan - - -
3 Rumah Dinas camat 1 - Sewa Pakai
4 Rumah Pegawai - - -
70
5 Ruang Kerja 2 - √
6 Meja Kerja 4 √ -
7 Kursi Kerja 4 √ -
8 Kursi Rapat 50 √ -
9 Kursi Tunggu 1 √ -
10 Komputer 1 √ -
11 Laptop 1 √ -
12 Printer 3 √ -
13 Mesin Ketik 1 √ -
14 Genset 1 - √
15 Lemari Arsip - - -
16 Kenderaan Roda 2 2 √ -
17 Kenderaan Roda 4 - - -
18 Lonceng Dinding 1 √ -
19 Bendera Merah Putih 2 √ -
Gambar 1 √ -
20
Presiden/Wapres
21 Cap Camat 2 √ -
22 Bendera 2 √ -
Pamahanunusa
Sumber data: Kantor Kecamatan Telutih Kab.Malteng 2022
1. Fungsi Manajemen
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan suatu rencana tenaga kerja yang dikerjakan
secara efektif serta efisien dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu
terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program
kepegawaian. Program kepegawaian meliputi pengorganisasian, pengarahan,
pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan. Program
kepegawaian yang baik dan sesuai akan membantu tercapainya tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Untuk mengetahui tanggapan informan mengenai perencanaan di lokasi
penelitian ini, diadakan wawancara dengan kepala camat Kecamatan Telutih
Kabupaten Maluku Tengah (Bapak I.R) beliau mengatakan bahwa:
“ cara membuat perencanaan kegiatan itu nanti kami dan bapak camat
melihat kegiatan apa yang perlu kami laksanakan terkait dengan
perkembangan kemajuan dari kantor kecamatan telutih ini. Misalnya kami
merencanakan kegiatan-kegiatan apa saja yang diperlukan dalam
pembangunan desa dan kegiatan-kegiatan sosial yang lain lagi misalnya
kegiatan administrasi perkantoran kami buat dalam suatu perencanaan
yang nanti masuk pada RKA (Rencana kegiatan anggaran) kemudian
diusulkan lalu nanti ketika diterima akan masuk pada DPA kalau sudah
masuk di DPA berarti sudah final untuk siap jalan.”
“ faktor penghambat dalam perencanaan itu ada misalnya dalam
perencanaan yang kami buat kegiatan a,b,c,-z ketika kami mengusulkan
ke kabupaten belum tentu rencana yang kami buat disetujui semua, ada
yang disetujui dan ada yang tidak.” (Hasil wawancara pada tanggal 2
maret 2022)
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan suatu kegiatan untuk mengorganisasi
semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja,
delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi.
Organisasi tersebut merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi
yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif. Untuk mengetahui
tanggapan informan mengenai pengorganisasian di lokasi penelitian ini,
diadakan wawancara dengan kepala camat Kecamatan Telutih Kabupaten
Maluku Tengah (Bapak I.R) beliau mengatakan bahwa:
sehingga disini kami bekerja dengan istilah pukul borong dalam artian dari
beberapa program yang ada kami bekerja secara bersama untuk
menyelesaikan satu persatu dari program yang ada sehingga kami
bekerja sudah lintas fungsi.”
“ oh iya kalau pegawai memang sudah melaksanakan pekerjaan
dengan baik, karena memang kami bekerja secara bersama-sama jadi
pekerjaan berat terasa ringan.”
“ biasanya saya menunjuk koordinator, koordinator ini adalah ASN,
karena kami dibatasi oleh sumber daya aparatur maka biasanya
pekerjaan yang menyangkut di internal kantor itu saya serahkan kepada
bapak sekcam sedangkan pekerjaan-pekerjaan yang berhgubungan
dengan eksternal kantor saya lebih banyak memberikan tanggung jawab
kepada kasie pelayanan umum.”
“ koordinasi disini biasa saja tetap secara struktural sekalipun kami
kekurangan pegawai secara struktural, hal-hal yang berkaitan dengan
perintah dari saya, saya sampaikan kepada bapak sekcam kemudian
disampaikan kepada staff kalaupun ada hal-hal kendala disampaikan
kepada pejabat pembina diatasnya yaitu kepala seksi kemudia
dikoordinasikan kepada sekcam kemudian sekcam menyampaikan
kepada saya selaku camat untuk memutuskan.”
“ yang tadi saya sudah jelaskan karena kita bekerja secara pukul
borong saya melihat beberapa kelebihan-kelebihan pegawai, jadi saya
memberikan tanggung jawab itu tidak hanya berbasis kepada fungsi dan
struktur tapi karena yang sudah saya katakan dari awal bahwa kami
kekurangan tenaga sumber daya aparatur.”
“ ini yang masih jauh karena kami kekurangan pegawai jadi saya
melihat passion tiap-tiap pegawai itu dimana jadi saya mengarahkan
mereka kesitu.” (Hasil wawancara pada tanggal 7 maret 2022)
c. Pengarahan (Directing)
Pengarahan merupakan suatu kegiatan mengarahkan semua karyawan,
agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu
tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan
dilakukan pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua
tugasnya dengan baik. Untuk mengetahui tanggapan informan mengenai
pengarahan di lokasi penelitian ini, diadakan wawancara dengan kepala camat
76
d. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian merupakan suatu kegiatan untuk mengendalikan karyawan
agar mentaati peraturan yang ada perusahaan dan bekerja sesuai dengan
rencana. Apabila terdapat penyimpangan, maka akan dilakukan tindakan
perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan meliputi
kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerjasama, pelaksanaan pekerjaan, dan
menjaga situasi lingkungan pekerjaan. Untuk mengetahui tanggapan informan
77
1. Faktor penghambat
2. Faktor Pendukung
Faktor penghambat, Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa yang menjadi
faktor penghambat dalam penerapan fungsi manajemen yaitu kurangnya sumber
daya aparatur kecamatan, sarana prasarana yang kurang memadai dan
kedisiplinan pegawai yang belum begitu baik dalam penerapannya sehingga
perlu lebih ditingkatkan lagi.
BAB V
PENUTUP
82
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap Penerapan fungsi
manajemen dalam pelayanan publik pada Kantor Kecamatan Telutih Kabupaten
Maluku Tengah belum maksimal dan belum dapat dikatakan berhasil. Hal
tersebut dapat dilihat dari tingkat penerapan fungsi manajemen itu sendiri yang
terdiri dari perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pengarahan
(Directing), dan pengendalian (controlling) itu sesuai dengan apa yang terjadi
pada Kantor Kecamaatan Telutih.
Dari penelitian tersebut peneliti dapat membuat beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Penerapan fungsi manajemen belum berjalan dengan sesuai fungsi
manajemen yang ada pada Kantor Kecamatan Telutih.
2. Secara garis besar terdapat faktor penghambat dan faktor pendukung, faktor
penghambat meliputi kurangnya sumber aparatur kecamatan, sarana
prasarana yang kurang memadai, tingkat kedisiplinan pegawai masih kurang.
Sedangkan faktor pendukung yaitu pegawai mampu bekerja secara kompak
atau tim dan saling membantu satu sama lain.
3. Kualitas pelayanan sudah cukup baik dan menjanjikan.
5.2 Saran