Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Pegawai Negeri adalah aparatur Negara yang bertugas untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam

penyelenggaraan tugas Negara, pemerintahan, dan pembangunan. pegawai negeri

sebagai aparat birokrasi selain sebagai aparatur negara dan abdi negara, juga

merupakan abdi masyarakat. Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek

kehidupan yang sangat luas. Dalam kehidupan bernegara, pemerintah memiliki

fungsi memberikan berbagai pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat.

Suatu hal yang hingga saat ini seringkali masih menjadi masalah dalam hubungan

antara rakyat dan pemerintah di daerah adalah dalam bidang public service,

terutama dalam hal kualitas atau mutu pelayanan aparatur pemerintah kepada

masyarakat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang

pelayanan publik Pasal 1 Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian

kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,

dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan

publik. Pasal 1 ayat 5 Pelaksana pelayanan publik yang selanjutnya disebut

pelaksana adalah pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja di

dalam organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau

1
2

serangkaian tindakan pelayanan publik. Pasal 1 ayat 7 Standar pelayanan adalah

tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan

acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara

kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah,

terjangkau, dan terukur.

Efektivitas pegawai Kelurahan Klakublik Distrik Sorong Kota Sorong

suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan

pelayanan publik. Peran utama pemerintah terhadap rakyatnya adalah memberikan

pelayanan sebaik-baiknya dalam rangka memenuhi kebutuhan yang diinginkan

oleh masyarakat. Penerapan efektivitas kerja menjadi dasar bagi kinerja untuk

menjalankan setiap progam, agar setiap rencana dan pelaksanaannya berjalan

dengan tepat sasaran waktu baik dalam lingkup organisasi maupun dalam

meningkatkan kualitas pelayanan publik yang selama ini belum maksimal

dilaksanakan.

Penyelenggara/pemerintah sebagai pihak yang melayani, mengayomi, dan

memberdayakan lebih mendahulukan kepentingan masyarakatnya diatas

kepentingannya dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan, baik itu pelayanan

barang publik, Jasa publik dan pelayanan administratif. Dengan demikian

pelayanan merupakan implementasi dari pada hak dan kewajiban antara

negara/pemerintah dan masyarakat yang harus diwujudkan secara berimbang

dalam penyelenggaraan pemberian pelayanan oleh aparatur negara/pemerintahan.


3

Pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat diharapkan menjadi

lebih responsif terhadap kepentingan masyarakat itu sendiri, di mana paradigma

pelayanan masyarakat yang telah berjalan selama ini beralih dari pelayanan yang

sifatnya sentralistik kepelayanan yang lebih memberikan fokus pada pengelolaan

yang berorientasi kepuasan masyarakat. Perbaikan dalam pelayanan publik yang

diupayakan oleh pemerintah merupakan harapan masyarakat, namun dalam

perjalanannya ternyata tidak mengalami perubahan yang signifikan. Berbagai

tanggapan masyarakat justru cenderung menunjukkan bahwa berbagai bentuk

pelayanan publik mengalami kemunduran yang ditandai dengan banyaknya

penyimpangan.

Seiring dengan hal itu tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

yang berkualitas terus meningkat dari waktu kewaktu. Tuntutan tersebut semakin

berkembang seiring dengan tumbuhnya kesadaran bahwa warga negara memiliki

hak untuk dapat diberikan pelayanan. Untuk merealisasikan hak-hak masyarakat,

maka dituntut efektivitas kerja yang baik dari instansi pemerintah. Efektivitas

suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan

pelayanan publik. Peran utama pemerintah terhadap rakyatnya adalah memberikan

pelayanan sebaik-baiknya dalam rangka memenuhi kebutuhan yang diinginkan

oleh masyarakat.

Kelurahan Klakublik Distrik Sorong Kota Sorong sangat di perlukan

penerapan efektivitas kerja karena menjadi dasar bagi kinerja untuk menjalankan

setiap program, agar setiap rencana dan pelaksanaannya berjalan dengan lancar

dan tepat sasaran waktu, Efektivitas juga dimaknai bukan hanya ke arah
4

pencapaian tujuan tetapi juga pencapaian moral yang baik dari seorang pegawai

dan sebagai suatu kriteria untuk menseleksi berbagai alternatif untuk dijadikan

rekomendasi didasarkan pertimbangan apakah alternatif yang direkomendasikan

tersebut memberikan hasil/akibat yang maksimal , terlepas dari pertimbangan

efisiensi.

Era digital sekarang ini Keluraan Klakublik Distrik Sorong Kota Sorong

menciptakan masyarakat semakin kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang

diambil pemerintah. Sikap kritis ini juga banyak ditujukan kepada etos kerja

lembaga pemerintahan yang cenderung bersifat berbelit, korup, boros dan tidak

memihak publik. Salah satu wujud sikap kritis ini adalah adanya tuntutan

masyarakat akan perbaikan pelayanan dari pemerintah. Beberapa masalah yang

dapat diidentifikasikan sebagai aspek yang paling mendapat sorotan publik dalam

pelayanan adalah tingkat kedisiplinan, pungutan- pungutan liar dan prosedur yang

berbelit. Kondisi ini menjadi tantangan bagi lembaga pemerintahan untuk dapat

melakukan perubahan kearah yang lebih baik, sehingga publik menjadi terpuaskan

dalam tingkatan tertinggi. Namun sebenarnya dengan tanpa kondisi seperti ini

pun, tugas lembaga pemerintah sebagai abdi masyarakat publik servant tidak

dapat dilepaskan dari pelayanan terhadap kepuasan publik, bukan sebaliknya

publik yang harus memuaskan masyarakat.

Profesionalisme kepegawaian, pemerintah baik dalam kapasitas sebagai

individu maupun intitusional masih jauh untuk dikatakan sebagai lembaga

professional. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor 25/Kep.M.Pan/4/2002 Tanggal 25 April 2002 tentang Budaya Kerja juga


5

pada tahap implementasinya kurang dapat menyentuh lembaga pemerintah

terutama secara personal. Untuk itulah, menjadi kewajiban semua pihak dalam

lembaga pemerintah untuk melakukan perubahan dalam profesionalisme dan

pelayanan secara terus menerus dalam rangka peningkatan kepuasan masyarakat.

Pokok permasalahan selama ini yang dialami oleh sebagian besar masyarakat kita

adalah masalah pelayanan publik yang belum optimal, belum efektifnya

pelayanan tersebut mengakibatkan belum terwujudnya pelayanan prima yang

dicanangan oleh pemerintah sekarang ini.

Dengan menerapkan standar pelayanan publik dengan baik, diharapkan

penyelenggaraan pelayanan publik dapat menghasilkan kepuasaan masyarakat

sebagai pihak yang menerima pelayanan. Dalam penyelenggaraan pelayanan

publik, penyelenggara dituntut untuk menerapkan prisnsip yang efisien, Karena

orientasi dari pelayanan publik adalah kepuasan masyarakat, masyarakat

mendapatkan pelayanan sesuai dengan apa yang diharapkan atau bahkan melebihi

dari harapan masyarakat.

B. Rumusan Masalah.

1. Bagaimana efesiensi pelayanan publik terhadap efektivitas kerja pegawai

Kelurahan Klakublik Distrik Sorong Kota Sorong.?

2. Apa Faktor-faktor yang menghambat efesiensi pelayanan publik terhadap

efektivitas kerja pegawai Kelurahan Klakublik Distrik Sorong Kota

Sorong.?
6

3. Bagaimana upaya yang lakukan dalam efesiensi pelayanan publik

terhadap efektivitas kerja pegawai Kelurahan Klakublik Distrik Sorong

Kota Sorong.?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.

1. Tujuan Penelitian.

a. Untuk mengetahui efesiensi pelayanan publik terhadap efektivitas

kerja pegawai Kelurahan Klakublik Distrik Sorong Kota Sorong

b. Untuk megetahui Faktor-faktor yang menghambat efesiensi

pelayanan publik terhadap efektivitas kerja pegawai Kelurahan

Klakublik Distrik Sorong Kota Sorong.

c. Untuk mengetahui upaya yang lakukan dalam efesiensi pelayanan

publik terhadap efektivitas kerja pegawai Kelurahan Klakublik

Distrik Sorong Kota Sorong

2. Kegunaan Penelitian.

a. Sebagai bahan masukan masyarakat Sorong Kota kepada Kantor

efesiensi pelayanan publik terhadap efektivitas kerja pegawai

Kelurahan Klakublik Distrik Sorong Kota Sorong.

b. Sebagai bahan masukan masyarakat Distrik Sorong Kota dalam

efesiensi pelayanan publik terhadap efektivitas kerja pegawai.

c. Secara akademis kegunaan penelitian ini diharapkan agar menjadi

bahan kajian lebih lanjut kepada peneliti sekaligus sebagai referensi

di Universitas Muhammadiyah Sorong.


7

D. Sistematika Penulisan.

Untuk dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang pokok-pokok isi

dan maksud dari Proposal Skripsi, maka selanjutnya dibagi kedalam 3 bab

dengan komposisinya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN.

Bab pendahuluan terdiri dari beberapa sub yaitu latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan Kegunaan penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.

Dalam bab ini merupakan tijauan pustaka terdiri dari Teori,

Konsep, dan Kerangka Pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN.

Dalam bab ini merupakan metode penelitian terdiri dari lokasi

penelitian ,waktu penelitian, jenis penelitian, populasi, sampel,

teknik pengumpulan data, dan tehnik analisi data.

DAFTAR PUSTAKA
8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori.

1. Pelayanan Publik.

Pelayanan publik merupakan pelayanan dasar dalam

penyelenggaraan pemerintahan. Pelayanan publik sebagai indikator

penting dalam peneliaian kinerja pemerintah, baik ditingkat pusat

maupun daerah. Pelenggaraan pemerintahan dikatakan baik jika

pelayanan publik yang dilakukan berorentasi pada kepentingan

masyarakat. pelayanan yang baik dan berkaulitas memberikan implikasi

kepuasan kepada masyarakat, karena masyarakat secara langsung menilai

terhadap kinerja pelayanan yang diberikan. Indikator kepuasan

masyarakat itulah yang menjadi tolak ukur keberhasilan penyelenggaraan

pemerintahan.

Menurut Lewis dan Gilman 2005 dalam Hayat (2017:21) bahwa

pelayanan publik adalah kepercayaan publik. pelayanan publik

dilaksanakan secara bertanggung jawab dan sesuai dengan ketentuan dan

peraturan yang ada. Nilai akuntabilitas pelayanan yang diberikan dapat

memberikan kepercayaan kepada masyarakat tentang pelayanan yang

diberikan. Pertanggungjawaban terhadap aspek yang dilayani adalah

bagian dari pemenuhan terhadap pelayanan publik untuk menjujung

9
10

tinggi kepercayaannya kepada masyarakat. kepercayaan masyarakat

sebagai dasar untuk mewujudkan tercapainya pemerintahan yang baik.

Pelayanan publik seperti yang disebutkan dalam Keputusan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

Kep/KEP/M.PAN7/2003 adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum

yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan di

lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk (penyediaan atau pemberian)

barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan

masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang -undangan. Sedangkan Pelayanan Prima di sektor publik

masih terdapat tata laksana yang digunakan dalam pelayanan umum,

dengan sendi-sendi: kesederhanaan, kejelasan dan kepastian, keamanan,

keterbukaan, efisien, ekonomis, keadilan yang merata, ketepatan waktu.

Menurut Hayat (2017:22) pelayanan publik adalah melayani

kebutuhan yang berkaitan dengan kepentingan publik. pelayanan publik

adalah melayani secara keseluruhan aspek pelayanan dasar yang di

butuhkan oleh masyarakat untuk dipenuhi sesuai dengan ketentuannya.

Pelayanan publik menjadi suatu system yang di bangun dalam

pemerintahan untuk memenuhi unsur kepentingan rakyat. Pelayanan

publik merupakan pemberian layanan yang diberikan kepada warga

Negara secara baik dan professional baik jasa, barang atau administratif

sebagai bagian dari keperluan masyarakat.


11

Menurut Hayat (2017:22) pelayanan publik yang baik

memberikan kepuasan terhadap masyarakat atasa pelayanan tersebut.

Dalam pemberian pelayanan, menjadi tugas dan tenggung jawab

pemerintah untuk menyediakannya secara professional, akuntabel dan

optimal. Pelayanan yang optimal adalah harapan semua masyarakat agar

tercipta kualitas pelayanan yang lebih baik. keberadaan sumber daya

aparatur adalah unsur utama dalam pemberian pelayanan. aparatur yang

bersentuhan secara langsung dengan masyarakat sebagai penerima

layanan. oleh karena itu, kompetensi dan akuntabilitas yang

komprehensif menjadi keniscayaan, karena hal itu terkait dengan tugas

dan fungsi yang melekat dalam dirinya.

Pelayanan publik merupakan salah satu kebutuhan dalam rangka

pemenuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan. Pemenuhan

kebutuhan merupakan hak dasar bagi setiap warga Negara dan penduduk

untuk mendapatkan pelayanan atas barang, jasa dan administratif yang

disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik yang maksimal.

Menurut Hardiansyah (2011:12) Pelayanan Publik adalah melayani

keperluan orang atau masyarakat atau organisasi yang memiliki

kepentingan pada organisasi, sesuai dengan aturan pokok dan tata cara

yang ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada

penerima layanan.

Pelayanan publik merupakan segala bentuk pelayanan yang

diberikan oleh pemerintah baik yang diselenggarakan oleh lembaga


12

pemerintah itu sendiri ataupun oleh lembaga non-pemerintah untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat maupun pelaksanaan ketentuan yang

telah ditetapkan dengan segala sarana, dan perlengkapannya melalui

prosedur kerja tertentu guna memberikan jasa pelayanan

dalam bentuk barang dan jasa.

a. Konsep pelayanan publik.

Amanat undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 menjadi acuan

bagi penyelenggaraan Negara untuk memberikan pelayanan secara

optimal dan maksimal. Pelayanan yang maksimal dan optimal

menjadi rujukan bagi masyarakat dalam menerima pelayanan.

kesinambungan seperti itulah yang memberikan dampak

kepercayaan kepada masyarakat akan merasa puas dengan pelayanan

yang diiberikan jika pelayanan yang dilakukan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. kepuasaan masayarakat terhadap

pelayanan dasarnya adalah tergantung dari bagaimana ia dilyani,

seperti apa pelayanannya, dan bagaimana pelayanan diberikan.

b. Prinsip-prinsip pelayanan publik.

Prinsip-Prinsip pelayanan publik sendi-sendi pelayanan umum

pada hakekatnya merupakan penerapan prinsip-prinsip pokok

sebagai dasar yang menjadi pedoman dalam perumusan tatalaksana

dan penyelenggaraan kegiatan pelayanan umum. Sesuai dengan

Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum yang ditetapkan dengan


13

Keputusan Menpan Nomor 81 Tahun 1993, maka prinsip-prinsipnya

sebagai berikut :

a. Kesederhanaan

b. Kejelasan dan Kepastian.

c. Keamanan.

d. Keterbukaan.

e. Efisien.

f. Ekonomis.

g. Keadilan yang merata.

h. Ketepatan waktu

2. Efektifitas Pelayanan Publik.

Efektivitas mengandung makna ketepatan pencapaian tujuan yang

diharapkan atau sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan Efektivitas

juga dimaknai bukan hanya ke arah pencapaian tujuan tetapi juga

pencapaian moral yang baik dari seorang pegawai dan sebagai suatu

kriteria untuk menseleksi berbagai alternative untuk dijadikan

rekomendasi didasarkan pertimbangan apakah alternatif yang

direkomendasikan tersebut memberikan hasil akibat yang maksimal ,

terlepas dari pertimbangan efisiensi.

Menurut Siagian (2008:23) efektivitas adalah pemanfaatan

sumber daya , sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara

sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas

jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan


14

dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan, Jika hasil

kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

Menurut Effendy (2003:14) efektivitas adalah Komunikasi yang

prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang

dianggarkan, waktu yang ditetapkan danjumlah personil yang ditentukan.

Efektivitas kerja berhubungan dengan hasil yang telah ditentukan

sebelumnya. Satu hal yang perlu digaris-bawahi efektivitas kerja tidak

dapat dipisahkan dengan efisiensi kerja. Efisiensi kerja berhubungan

dengan biaya, tenaga, mutu, dan pemikiran. Jadi efektivitas kerja juga

dapat diartikan dengan hasil guna penekanan pada efeknya, atau hasil

tanpa kurang memperdulikan pengorbanan yang perlu diberikan oleh

hasil tersebut Efektivitas kerja adalah kemampuan untuk memilih tujuan

tertentu dan penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah

ditentukan, artinya pelaksanaan suatu tugas ditandai baik atau tidak,

sangat tergantung pada penyelesaian tugas yang telah ditentukan

sebelumnya. Efektivitas kerja dalam organisasi merupakan usaha untuk

mencapai prestasi yang maksimal dengan menggunakan sumber daya

yang tersedia dalam waktu yang relative singkat tanpa menunggu

keseimbangan tujuan alat dan tenaga serta waktu.

Menurut Siswanto (2007:55) bahwa efektivitas berarti

menjalankan pekerjaan yang benar. Efektivitas berarti kemampuan untuk

memilih sasaran yang tepat. Manajer yang efektif adalah manajer yang

memilih pekerjaan yang benar untuk dijalankan Menurut Kurniawan,


15

(2005:109) Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi

operasi kegiatan program atau misi dari pada suatu organisasi atau

sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara

pelaksanaannya.

Secara komprehensif efektivitas dapat diurutkan sebagai tingkat

kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan

semua tugas-tugas pokoknya atau untuk mencapai sasaran yang telah

ditetapkan sebelumnya. Efektivitas dalam dunia riset ilmu-ilmu sosial

dijabarkan dengan penemuan atau produktivitas dimana bagi sejumlah

sarjana social efektivitas sering kali ditinjau dari sudut kualitas pekerjaan

atau program kerja. Jadi efektivitas kerja merupakan kemampuan untuk

melaksanakan aktivitas-aktivitas suatu lembaga secara fisik dan non-fisik

untuk mencapai tujuan serta meraih keberhasilan maksimal dari suatu

pekerjaan tersebut

Menurut Siagian (1996:19) Efektivitas kerja yaitu penyelesaian

pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan, artinya apabila

pelaksanaan tugas dinilai baik atau tidak sangat tergantung pada

bilamana tugas tersebut diselesaikan, dan bukan terutama menjawab

tentang bagaimana cara melaksanakan serta berapa biaya yang

dikeluarkan untuk pekerjaan tersebut. Pendapat lain di kemukakan oleh

Handoko (1996:62) pegawai mampu mencapai efektivitas apabila

pegawai menunjukkan kemampuan mengakumulasi pemilihan tujuan

yang dilaksanakan dengan peralatan yang akan dipergunakan untuk


16

melaksanakan tujuan tersebut sehingga pekerjaan tersebut terselenggara

sebagaimana yang diharapkan. Dari definisi diatas maka Efektivitas kerja

adalah :

a. Mengandung arti tentang penekanan pada segi waktu yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dimana semakin

cepat pekerjaan itu terselesaikan dengan baik sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan, maka akan semakin baik pula

efektivitas kerja yang akan dicapai. Demikian sebaliknya semakin

lamanya pekerjaan tersebut terselesaikan, maka semakin jauh pula

pekerjaan tersebut dari kefektifannya.

b. Pemilihan alternative yang sangat tepat sangat menentukan tingkat

efektivitas kerja yang sangat tinggi dan tentunya akan sangat

berpengaruh besar terhadap kualitas hasil pekerjaan dan kualitas

pekerjaan itu sendiri.

Efektivitas kerja merupakan salah satu tujuan dari setiap

pelaksanaan pekerjaan. Efektivitas kerja dapat dicapai jika pelaksanaan

kerja sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan oleh pekerjaan

tersebut. Syarat-syarat pelaksanaan kerja sudah ditetapkan dalam setiap

perencanaan pekerjaan. Dengan adanya syarat-syarat tersebut, maka

pembagian kerja akan lebih mudah dilakukan. Pembagian kerja tentunya

terkait dengan kemampuan kerja setiap pegawai atau bagian. Untuk

memahami tentang efektivitas kerja, maka perlu memahami dulu tentang

pengertian efektivitas kerja. Efektivitas kerja adalah penyelesaian


17

pekerjaan dengan tepat waktu yang dilakukan oleh karyawan sesuai

dengan peraturan-peraturan dan praktik-praktik yang digunakan

perusahaan dengan menggunakan sumber daya dan sarana tertentu untuk

mencapai tujuan.

Menurut Schermerhorn yang diterjemahkan oleh Karta Wiguna

(2010:15), Efektivitas kerja merupakan suatu ukuran tentang pencapaian

suatu tugas atau tujuan. Menurut Siagian (2012:22) Efektivitas kerja

berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya seperti yang telah

ditetapkan sebelumnya. Menurut Denison yang diterjemahkan oleh

Khairul Saleh (2010:15) efektivitas kerja merupakan suatu ukuran dalam

mengukur keefektifan perusahaan melalui beberapa pendekatan yang

hasilnya dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan perusahaan

efektivitas kerja adalah suatu ukuran dalam penyelesaian pencapaian

kerja yang sudah ditentukan sesuai dengan prosedur dan tujuan

perusahaan maupun lembaga.

B. Konsep.

1. Iklim Kerja Organisasi.

Seiring dengan adanya otonomi daerah dan desentralisasi serta

globalisasi, maka pemerintah Kelurahan dituntut untuk dapat

melaksanakan otonomi daerah, selain itu pemerintah juga dihadapkan

pada globalisasi yang menuntut institusi bersiap menghadapi persaingan

secara global. Untuk mengantisipasi hal itu Kelurahan Klakublik Distri

Sorong Kota Sorong perlu meningkatkan kualitas sumber daya mausian


18

yang handal secara individu, kelompok maupun organisasi. Dalam hal ini

berbenah dalam berbagai hal terutama memantapkan dan memposisikan

diri untuk bertransformasi secara kelembagaan pada berbagai tingkatan

manajemen kelembagaan yaitu, pimpinan Kelurahan dengan staf dan unit

lembaga.

Transformasi kelembagaan manajemen dan prinsip kerja tersebut

selain dibangun oleh kualitas pegawai dan pimpinan pada berbagai

tingkatan juga dibangun oleh pegawainya. Para pegawai yang berkiprah

dalam suatu organisasi adalah sumber daya terpenting yang dapat

mendayagunakan potensi sumber daya organisasi lainnya secara

produktif dan pada gilirannya meningkatkan kinerja organisasi. Pada saat

yang sama para pegawai ini seyogyanya didayagunakan dalam iklim

kerja yang kondusif dan dikembangkan secara optimal dan berkelanjutan

yang memungkinkan mereka menyumbangkan potensi terbaik bagi

organisasi.

Tercipta dari kepribadian individu dan syarat-syarat pekerjaan

yang saling berinteraksi, sehingga menghasilkan suatu iklim yang

mempengaruhi baik terhadap individu maupun terhadap organisasi

tersebut. Sedangkan iklim kerja merupakan hasil persepsi pegawai

tentang berbagai aspek lingkungan kerjanya yang akan mempengaruhi

perilaku mereka didalam organisasi. Menurut Davis (2002:21)

mengatakan bahwa iklim kerja diartikan sebagai lingkungan manusia

yang didalamnya para pekerja atauorganisasi melakukan pekerjaan dan


19

keberadaannya merupakan hal yang tidak dapat disentuh atau dilihat

tetapi ada, Iklim kerja menurut Gannon dan Sumantri (2004:135)

merupakan internal atau budaya dari suatu organisasi seperti yang

dirasakan oleh anggota-anggotanya dalam suatu organisasi.

Menurut Stringer (2004:130) menggambarkan iklim kerja dalam

organisasi dengan konsep segala sesuatu yang terdapat pada lingkungan

kerja, yang dirasakan secara langsung maupun tidak oleh orang-orang

yang berbeda-beda dalam lingkungan tersebut Iklim kerja merupakan

lingkungan manusia yang didalamnya para pekerja suatu organisasi

melakukan pekerjaannya dan keberadaannya merupakan hal yang tidak

dapat disentuh atau dilihat, akan tetapi ada dan dapat dirasakan oleh

pegawai. Iklim kerja dapat diciptakan oleh pimpinan didalam

menjalankan organisasi dan keberadaannya sangat mempengaruhi

pegawai didalan bekerja, sehingga bisa direspon secara negative atau

positif oleh pegawai tergantung kepada pimpinan dalam melaksanakan

kebijakan-kebijakan dari organisasi untuk menumbuh kembangkan

kreatifitas pegawai didalam bekerja.

Dinamisasi manajemen didalam menerapkan atau menjalankan

peraturan akan memacu minat pegawai didalam mengembangkan dirinya

untuk berkreasi, berinovasi dan berusaha untuk meningkatkan

kemampuannya sehingga akan mendorong untuk bekerja lebih baik lagi.

Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Davis (2002:23) yang menyatakan

bahwa iklim dapat mempengaruhi motivasi, prestasi atau kinerja dan


20

kepuasan kerja. Iklim mempengaruhi hal itu dengan membentuk harapan

pegawai tentang konsekuensi yang akan timbul dari berbagai tindakan.

Para pegawai mengharapkan imbalan, kepuasan, frustasi atas dasar

persepsi mereka terhadap iklim kerja.

2. Disiplin kerja terhadap efektifitas pelayanan aparat Kelurahan.

Disiplin merupakan suatu keadaan tertentu dimana orang-orang

yang tergabung dalam organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang

ada dengan rasa senang hati. Sebagai suatu proses, maka kegiatan

disiplin ini meliputi membangun dan mengelola harapan tentang kinerja

yang baik dan jelas (terukur) serta pemahaman mengenai isi dari

pekerjaan dari cara bagaimana melaksanakan pekerjaan secara efektif

dan efisien. Selain itu, tingkat kedispilinan juga penting karena

Kedisiplinan adalah fungsi operatif keenam dari manajemen sumber daya

manusia.

Kedisiplinan ini merupakan fungsi operatif manajemen sumber

daya manusia yang terpenting, karena semakin baik disiplin pegawai,

maka akan semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa

disiplin pegawai yang baik, sulit bagi organisasi untuk mencapai hasi

yang optimal. Sampai saat ini, rendahnya disiplin Pegawai Negeri Sipil

masih mendapatkan sorotan dari berbagai pihak, baik internal

pemerintahan maupun dari masyarakat melalui berbagai lembaga

swadaya masyarakat. Hal ini karena, rendahnya disiplin PNS telah


21

berakibat langsung kepada kualitas pelayanan publik dari instansi

pemerintahan.

Dalam era globalisasi saat ini dimana ditandai dengan adanya

perubahan yang begitu cepat,suatu organisasi atau lembaga institusi

dituntut untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian dalam semua segi

yang ada pada organisasi tersebut. Dengan terbatasnya sumber manusia

yang ada, organisasi yang diharapkan dapat mengoptimalkan sehingga

tercapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sumber daya manusia

merupakan bagian dari dalam suatu pengajuan ilmu, pembangunan, dan

teknologi. Oleh karena itu dalam era sekarang ini dimana teknologi dan

peradaban sudah sangat maju, menurut sumber daya manusia yang

kompeten yang memilki semangat dan kedisiplinan yang tinggi dalam

menjalankan peran dan fungsinya baik untuk individual maupun tujuan

organisasional. Sehingga, maju tidaknya suatu negara tergantung dari

kemampuan sumber daya manusianya.

Disiplin kerja merupakan fungsi operatif mananjemen sumber

daya manusia yang terpenting,karena semakin baik disiplin kerja

karyawan maka semain tinggi prestasi kerja yang dapat

dicapainya,sedangkan apabila tidak adanya penerapan disiplin kerja yang

baik akan sulit bagi perusahaan untuk mencapai hasil yang optimal

menurut Hasibuan, (2009:193). Menurut Sinambela (2016:332) disiplin

juga bermanfaat untuk mendidik pegawai dalam mematuhi dan mentaati


22

peraturan,prosedur,serta kebijakan yang ada sehingga menghasilkan

kinerja yang baik.

Kinerja pada umunya dapat diartikan sebagai kesuksesan

seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan,kinerja yang baik adalah

kinerja yang mengikuti tata cara atau prosedur sesuai standar yang telah

ditetapkan. Menurut Sedarmayanti (2010:176), kinerja merupakan hasil

kerja seseorang,dimana keseluruhan hasil tersebut dapat dibuktikan

secara konkrit dan dapat diukur. Kinerja yang dapat dinilai dan diukur

secara objektif akan meningkatkan motivasi karyawan untuk dapat

bekerja lebih baik, tetapi apabila kinerja dinilai secara subjektif dan tidak

ada pengukuran yang jelas akan menyebabkan karyawanterdemotivasi

dan membuat ketidakpuasan dalam bekerja Sinambela, (2016:519).

Disiplin kerja sangat penting dalam usaha untuk menjamin

terpeliharanya tata tertib serta kelancaran pelaksanaan setiap tugas.Tanpa

adanya disiplin kerja yang tinggi sulit bagi pemerintah untuk berhasil,

Dalam menegakkan disiplin kerja setiap pelanggar disiplin kerja

dikenakan hukuman. Pelanggar disiplin adalah setiap ucapan dan

perbuatan karyawan yang melanggar ketentuan-ketentuan atau aturan-

aturan disiplin kerja karyawan baik yang dilakukan didalam maupun

diluar jam kerja, sedangkan hukuman disiplin adalah hukuman yang

dijatuhkan kepada karyawan karena melanggar aturan disiplin kerja

aparat.
23

C. Kerangka Pemikiran.

Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan

antara variabel yang akan diteliti, jadi secara teoritis perlu dijelaskan

hubungan antara variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian

ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa

variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antara variabel

tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh

karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan

pada kerangka perpikir.

Menurut Uma Sekarat 1992 dalam Sugiyono (2017:60) mengemukan

bahwa, kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting. Menurut Sapto Haryoko dalam Sugiyono (2017:60)

Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu di kemukakan apabila dalam

penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian

hanya membuat variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan

peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing

variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variasi yang diteliti.

Seorang peneliti harus menguasaia teori-teori ilmiah sebagai dasar

argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan

hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap

gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan. Kriteria utama agar suatu

kerangka pemikiran bisa menyakinkan sesama ilmuwan, adalah alur-alur


24

pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berpikir merupakan

sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang

telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan

tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga

menghasilkan sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya

digunakan untuk merumuskan hipotesis.

Gambar II.I
Gambar Kerangka Pemikiran

Efektivitas Pelayanan Publik Terhadap


Efektifitas Kerja Pegawai Kelurahan

1. Efesiensi pelayanan publik Teori


terhadap efektivitas kerja
pegawai Kelurahan Klakublik 1. Pelayanan publik
Distrik Sorong Kota Sorong 2. Efektifitas
pelayanan aparat
Undang-Undang Nomor 2. Faktor-faktor yang 3. Disiplin kerja
25 Tahun 2009 menghambat efesiensi aparat
pelayanan publik terhadap
Konsep
efektivitas kerja pegawai
Kelurahan Klakublik Distrik 1. Iklim kerja
Sorong Kota Sorong. organisasi
2. Disiplin kerja
3. Upaya yang lakukan dalam terhadap
efesiensi pelayanan publik efektifitas
terhadap efektivitas kerja pelayanan aparat
pegawai Kelurahan Klakublik
Distrik Sorong Kota Sorong

Tercapai efesiensi pelayanan publik


apabila keberadaan tenaga kerja pada
pegawai dapat diimbangi dengan disiplin
terhadap semua peraturan baik yang tertulis
maupun tidak tertulis.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.

Sugiyono (2017:25) mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang di gunakan untuk meneliti pada kondisi objek

yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrume kunci, teknik

pengumpulan data di lakukan secara triangulasi (gabungan), Analisis data

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

daripada generalisasi.

B. Waktu dan Tempat Penelitian.

Tempat penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana

penelitian akan dilakukan. Adapun tempat penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti di Kelurahan Klakublik Distrik Sorong Kota Sorong Waktu

Penelitian kurang lebih 3 bulan yaitu bulan Maret- Mei 2022.

C. Populasi dan Sampel Penelitian.

1. Populasi.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas

obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di

tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari.

Menurut Sugiyono (2017:80), populasi adalah wilayah generalisasi yang


terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

25
26

tertentu ya ng di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di


tarik kesimpulanya.

Populasi merupakan kumpulan individu sejenis yang berada pada

wilayah tertentu dan pada waktu yang tertentu pula. Untuk populasi

penelitian ini adalah seluruh pegawai Kelurahan Klakublik Distrik Sorong

Kota Sorong dan masyarakat yang dianggap mampu memberikan informasi

yang akurat dalam penelitian ini.

2. Sampel.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasa

dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang di

ambil dari populasi itu.

3. Informan.

Informan dalam penelitian ini adialah semua unsur yang di ada di

kantor Kelurahan Klakublik Distrik Sorong Kota Sorong dan masyarakat

yang di anggap mampu memberikan informasi tentang data yang di

butuhkan oleh peneliti.

Adapun informan yang di butuhkan oleh peniliti adalah sebagai berikut:

a. Kepala Kelurahan :1

b. Seketaris Kelurahan :1

c. Petugas pelayan/pegawai :1

d. Masyarakat :3
27

Jumlah yang di butuhkan yaitu 6 Orang.

D. Teknik Pengumpulan Data.

Menurut Sugiyono (2017:137) terdapat dua hal utama yang

mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen

penelitian, dan kualitas pengumpualan data. Kualitas instrumen penelitian

berkenaan dengan validitas dan releabilitas instrumen dan kualitas

pengumpulan data berkenaan ketetapan cara-cara yang di gunakan untuk

pengumpulan data.

1. Observasi.

Menurur Sugiyono (2017:45) Sebagai teknik pengumpulan data

mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan tehnik yang

lain, yaitu wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan

orang, observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek

alam yang lain. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan

langsung tentang objek yang akan di teliti, serta melakukan pencatatan

secara sistematis tentang hal tertentu yang di amati. Wawancara, yaitu

dengan menggali data secara lisan. Hal tersebut harus di lakukan dengan

mendalam agar mendapatkan data yang detail.

Menurut Sugiyono (2017:137) wawancara digunakan sebagai

tehnik pengumpulan data apabila ingi melakukan studi pendahuluan

untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila

penilti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam

dan jumlah respondenya sedikit kecil.


28

2. Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2015:72) wawancara adalah

pertemuan yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar informasi

mupun suatu ide dengan cara tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan

menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam topik tertentu.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu aktivitas untuk memperoleh sejumlah data

dari dokumen-dokumen yanng terdapat lokasi penelitian.

E. Teknik Analisis Data.

Menurut Sugiyono (2017:243) Dalam penelitian kualitatif, data di

peroleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan tehnik pengumpulan

data yang bermacam-macam dan di lakukan secara terus menerus sampai

datanya jenuh. Analisis data kualitatif di lakukan apabila data empiris yang

di peroleh adalah adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata

dan bukan rangkaian angka serta tidak dapat di susun dalam kategori

struktur klasifikasi.

Data peneliti di kumpulkan dengan aneka macam cara, observasi

wawancara, dan biasanya di proses terlebih dahulu sebelum siap di gunakan

melalui pencatatan, pengetikan, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan

kata-kata yang biasanya di susun kedalam teks yang di perluas dan tidak

menggunakan perhitungan matematis atau statistik sebagai alat bantu

analisis
29

Menurut Sugiyono (2015:244) analisis data adalah proses mencari dan

mengusun secara sistematis data yang di peroleh dari hasi wawancara,

catatan lapangan, dan dokemntasi, dengan cara mengorganisasikan data

kedalam kategori, dan menjabarkan kedalam unit-unit.

Menurut miles dan Huberman 1984 dalam Sugiyono (2017:247)

analisis data dalam penelitian kualitatif, di lakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dala periode tertenu.

Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban

yang di wawancarai. Bila jawaban yang di wawancarai setelah di analisis

terasa belum memuaskan, maka peniliti akan melanjutkan pertanyaan lagi,

samapai tahap tertentu, diperoleh data yang di anggap kredibel.

Untuk mengukur sebuah data maka di lakukan validitas, validitas

merupakan derajat ketetapan antara data yang terjadi pada obyek penelitian

dengan daya yang dapat di laporkan oleh peniliti. Dengan demikian data

yang valid adalah “yang tidak berbeda” anatara data yang di laporkan oleh

peniliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penilitian. Dalam

penelitian kualitatif, temuan atau data dapat di nyatakan valid apabila tidak

ada perbedaan antara yang di laporkan peneliti dengan apa yang

sesungguhya terjadi pada obyek di teliti.


30

DAFTAR PUSTAKA

A.W. Widjaja, 2006. Administrasi kepagawaian. Rajawali, Jakarta.

Badeni. 2013. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Alfabeta, Bandung.

Daryanto dan Ismanto Setyobudi. 2014. Konsumen dan Pelayanan Prima. Gava
Media, Yogyakarta.

Davis, Keith. (2002). Human Behavior At Work, Organizational Behavior,


Seventh Edition. Mc.Graw Hill, Inc, New York

Effendy, 2006. Ilmu Komunikasi (teori dan praktek, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung:

Effendy. 2003, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti. Bandung

Guno tri, Gering Supriyadi. 2006. Budaya Kerja Organisasi Pemerintahan.


Lembaga Administrasi Negara, Jakarta

Hayat, 2017, Manajemen Pelayanan Publik, PT, RajaGrafindo Persada, Depok.

Hidayat, Syarifudin dan Sedarmayanti. (2002). Metode Penelitian Administrasi.


Alfabeta, Bandung.

Hasibuan, 2001. Manajemen sumber daya manusia. Bumi Askara, Jakarta

Haryani, Sri. 2002. Hubungan Industrial di Indonesia. Grasindo, Jakarta

Hadari Nawawi, 2006, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Gadjah Mada


University Press. Yogyakarta.

Harbani, Pasolong, 2007, Teori Administrasi Publik, Alfabeta. Bandung


31

Hasibuan, Melayu S.P, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Dasar dan
Kunci Keberhasilan, Cetakan Keenam, Haji Masagung. Jakarta.

Mangkunegara, A.A Anwar Prabu, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia


Perusahaan, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

_______, 2005, Evalusi Kinerja Sumber Daya Manusia, PT. Refika Aditama.
Bandung.

T. Hani Handoko, 2011, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia,


BPFE. Yogyakarta.

Wahab, Abdul Aziz, 2006, Anatomi Organisasi Dan Kepemimpinan Pendidikan,


Telaah Terhadap Oraganisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan,
Alfabeta. Bandung:

Wirawan, 2007, Budaya dan Iklim Organisasi: Teori, Aplikasi dan Penelitian.
Empat Salemba, Yogyakarta:

Mangkunegara, A. P. 2014. Evaluasi kinerja Sumber Daya Manusia. PT Refika


Aditama. Bandung.

Guno tri, Gering Supriyadi. 2006. Budaya Kerja Organisasi Pemerintahan.


Lembaga Administrasi Negara, Jakarta

Istianto, Bambang. 2011. Managemen Pemerintahan Dalam Perspektif Pelayanan


Publik, edisi 2. Mitra Wacana Media, Jakarta.

N Dunn, William. 2003 Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Edisi kedua.


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Ndraha, Taliziduhu. 2005. Teori Budaya Organisasi. PT Cipta, Jakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta,


Bandung

Sugiyono. 2011. Mentode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif,
dan R&D. Alfabeta: Bandung.
. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Alfabeta,
Bandung.
. 2017. Metode penelitian kuantitatif , kualitatif dan R&D. Penerbit
Alfabeta Bandung
32

Sumantri. 2004. Perilaku Organisasi., Universitas Padjadjaran, Bandung.

Sumantri dan Gannon 2004. Kurikulumdan Pembelajaran Filosofis teori


dan Pembelajaran. Dikti, Jakarta.

Surya Dharma, 2005, Manajemen Kinerja, Teori dan Penerapannya, Pustaka


Pelajar. Yogyakarta.

Sedarmayanti, 2001. Sumber daya manusia dan produktivitas kerja. Mandar


Maju, Bandung:

Miles, M.B & Huberman. 1984. Analis Data Kualitatif. Salemba: Jakarta.

Winardi J. 2015. Manajemen Perilaku Organisasi. PrenadaMedia Group, Jakarta

Zaenal Mukarom. 2016. Membangun Kinerja Pelayanan Publik. CV Pustaka


Setia. Bandung.

Undang-Undang dan Peraturan

Undang - Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Keputusan Menpan No. 63 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Pelayanan

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor


25/Kep.M.Pan/4/2002 Tanggal 25 April 2002 tentang Budaya Kerja

Anda mungkin juga menyukai