Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Birokrasi Administrasi Publik

Rika Dwi Anggreani


Manajemen Pelayanan Umum

Tahun 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. Latar belakang..............................................................................................................3
B. Ruang Lingkup Pembahasan.......................................................................................5
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Pengertian Birokrasi Pelayanan Publik......................................................................5
B. Tantangan Birokrasi Pelayanan Publik......................................................................6
C. Kompetensi dan Pendekatan yang Harus Dimiliki Sebagai Pemimpin Birokrasi..8
BAB III PENUTUP................................................................................................................10
A. Kesimpulan..................................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pelayanan kepada masyarakat sudah menjadi tujuan utama dalam


penyelenggaraan administrasi publik. Di Indonesia penyelenggaraan pelayanan publik
menjadi isu kebijakan yang semakin strategis karena perbaikan pelayanan publik di
negara ini cenderung berjalan di tempat, sedangkan implikasinya sebagaimana
diketahui sangat luas karena menyentuh seluruh ruang-ruang kepublikan baik dalam
kehidupan ekonomi, sosial, politik, budaya dan lain-lain. Reformasi birokrasi saat ini
sangat diperlukan dalam rangka perbaikan kualitas pelayanan publik. Pemerintah
menghendaki adanya peningkatan pencitraan birokrasi dimata masyarakat, sehingga
pemerintah sendiri juga menginginkan segera dilakukan perbaikan citra dari para
pemberi pelayanan publik melalui program reformasi birokrasi.
Masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan publik yang berkualitas
dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai dengan harapan karena
secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini masih bercirikan hal-hal
seperti berbelit-belit, lamban, mahal, melelahkan, ketidakpastian. Keadaan demikian
terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang “melayani” bukan
yang dilayani. Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan yang
sangat luas. Dalam kehidupan bernegara, maka pemerintah memiliki fungsi
memberikan berbagai pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari
pelayanan dalam bentuk pengaturan ataupun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan, utilitas, dan
lainnya (Mohammad, 2003).
Pandangan dari paradigma ini sebenarnya menekankan bahwa pemerintah atau
birokrat sesungguhnya haruslah memberikan pelayanan terbaiknya kepada
masyarakat. Mereka menilai bahwa pemerintahan harus mengalihkan wewenang
kontrol yang dimilikinya kepada masyarakat. Masyarakat diberdayakan sehingga
mampu mengontrol pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. New Public
Management dipandang sebagai pendekatan dalam administrasi publik yang
menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam dunia manajemen
bisnis dan disiplin yang lain untuk memperbaiki efisiensi, efektivitas, dan kinerja
pelayanan publik pada birokrasi moderen (Vigoda, dalam Keban, 2008).
Sistem birokrasi sangat diharapkan dapat menjalankan perannya secara
optimal. Namun, dalam kenyataannya, keberadaan birokrasi dalam pemerintah sering
kali dipandang secara dikotomis, selain dibutuhkan untuk melaksanakan urusan
pemerintah sehari-hari, birokrasi juga sering kali dianggap sebagai sistem yang
menyebabkan jalannya pemerintahan dan layanan publik tersendat dan bertele-tele.
Gejala penyakit birokrasi seperti ini, tampak pula dalam sistem birokrasi
pemerintahan di Indonesia. Sistem pencaloan yang merajalela, nepotisme serta
terjadinya berbagai patologi birokrasi menyiratkan bahwa reformasi birokrasi
pemerintah harus dilakukan.
Reformasi birokrasi pemerintah menjadi bagian dari upaya untuk memperkuat
negara karena melalui reformasi birokrasi, peran dan lingkup intervensi negara dalam
hal hal ini yaitu pemerintah didefinisikan ulang untuk menjawab tantangan zaman.
Karena itu, reformasi birokrasi juga tidak sekedar menyederhanakan struktur
birokrasi, tapi mengubah pola pikir (mind set) dan pola budaya (cultural set) birokrasi
untuk berbagi peran dalam tata kelola pemerintahan. Birokrasi pemerintah merupakan
unsur yang sangat vital dalam menentukan arah untuk mencapai keberhasilan suatu
penyelenggaraan negara. Dengan kemajuan teknologi terutama teknologi informasi
dan komunikasi yang demikian pesat serta persaingan global yang semakin ketat,
masyarakat sangat peka terhadap kinerja birokrasi pemerintahan dan sangat peduli
dengan peningkatan kualitas hidupnya. Baik atau buruk kinerja birokrasi pemerintah
akan sangat menentukan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahnya.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Identifikasi terhadap tantangan yang dihadapi birokrasi pelayanan publik, kompetensi


yang harus dimiliki serta pendekatan dalam pelaksanaan tugas pimpinan birokrasi
sebagai manajer pelayanan publik

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini :
• Untuk mengetahui tantangan birokrasi pelayanan publik di Indonesia
• Untuk mengetahui kompetensi dan pendekatan yang harus dimiliki sebagai
pemimpin birokrasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Birokrasi Pelayanan Publik

Definisi Pelayanan Publik dalam Pasal 1 ayat 1 UU No. 25 tahun 2009 adalah;
“Segala upaya untuk memenuhi kebutuhan warga dalam bentuk barang, jasa dan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara layanan”. Sedangkan menurut
Permenpan no.36 tahun 2012 pengertian pelayanan publik sebagai “kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.”. Ada 3 Aktor utama dalam UU No.25 tahun 2009:
1. Korporasi/swasta, penyelenggara negara, lembaga independen,
2. Pelaksana adalah orang yang berinteraksi langsung dengan masyarakat
3. Masyarakat sebagai penerima manfaat.
Peran birokrasi dengan fungsi administrasi negara dilakukan oleh birokrasi.
Jadi birokrasi diartikan sebagai keseluruhan lembaga pemerintahan negara, yang
meliputi aparatur kenegaraan, aparatur pemerintahan, serta sumber daya manusia
birokrasi yang terdiri atas pejabat negara dan pegawai negeri.
Birokrasi secara leksikal berarti alat kelengkapan negara, terutama meliputi
bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian, yang mempunyai tanggung
jawab melaksanakan roda pemerintahan seharihari. Secara umum, pembangunan
birokrasi mencakup berbagai aktivitas terencana yang berkelanjutan yang ditujukan
untuk meningkatkan efektivitas pemerintahan dalam menjalankan fungsi-fungsinya.

B. Tantangan Birokrasi Pelayanan Publik


Salah satu aspek penilaian adalah birokrasi pemerintah (kelembagaan
pemerintah) yang mengindikasikan sejauh mana lembaga pemerintah memberikan
kemampuan pelayanan yang baik berorientasi pada pelanggan atau publik, minimnya
korupsi, atau berorientasi pada kerangka hukum yang jelas. Mengapa sampai hari ini
masih ada yang menggambarkan pelayanan publik dengan gambaran yang bertolak
belakang dengan sifat responsif, transparan dan akuntabel? Yang muncul adalah
gambaran gelap, berliku, lama dan sulit? Sementara dari pihak penyelenggara layanan
telah ada upaya-upaya perbaikan, dimana gapnya dan apa yang tantangannya?
Ada beberapa tantangan yang mempengaruhi persepsi masyarakat yang miring
tentang pelayanan publik, sebagai berikut:
a. Kurangnya pemahaman mengenai UU No.25 tahun 2009 tentang pelayanan publik
dan Permenpan No.36 tahun 2012 tentang petunjuk teknis penyusunan, penetapan
dan penerapan standar pelayanan.
b. Komitmen pimpinan
c. Standar Pelayanan Publik belum ada
d. Sumber daya Manusia
e. Kemauan dan itikad pelaksana
f. Koordinasi internal
g. Sarana dan prasarana
Memang solusi permasalahan ini tidak semudah dalam teori dan tidak
semudah membalikan telapak tangan akan. Tak dapat dipungkiri selama ini sudah
banyak waktu, tenaga, pikiran dan upaya yang dilakukan oleh penyedia layanan.
Kenyataannya masih tetap diperlukan upaya keras dan gerakan yang masif untuk
mengatasi tantangan-tantangan diatas.

Gencarnya diseminasi informasi di kalangan penyelenggara pelayanan publik


menjadi harapan untuk dapat mengatasi kendala kurangnya pemahaman dan
koordinasi internal penyelenggara layanan. Sebagai bentuk solusi dari beberapa
tantangan permasalahan pelayanan publik sebagai berikut:

a) Untuk kurangnya pemahaman mengenai UU No.25 tahun 2009 tentang pelayanan


publik dan Permenpan No.36 tahun 2012 tentang petunjuk teknis penyusunan,
penetapan dan penerapan standar pelayanan agar lebih disosialisasikan kepada
pemberi pelayanan publik.
b) Untuk tantangan komitmen pimpinan, kapasitas SDM (rotasi, promosi,
pemecatan), kemauan dan itikad pelaksana dapat diupayakan melalui rekrutmen
awal, lingkungan kerja yang penuh nilai-nilai moral dan kekuatan komitmen serta
teladan dari pimpinan tertinggi.
c) Untuk pengunaan dari standar pelayanan publik harus dijadikan tolok ukur
pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian pelayanan publik,
karena pelayanan yang mudah, terjangkau, cepat dan terukur adalah yang
diperlukan. Mengenai tantangan tentang belum adanya standar pelayanan publik,
perlu dibuat standar pelayanan publik yang mencakup, sistem, mekanisme dan
prosedur, dalam UU sudah diatur tentang itu. Yang cukup penting, penyusunan
standar amanatnya harus melibatkan masyarakat. Peran lembaga pengawasan
yang telah dibentuk juga harus dimaksimalkan dengan segenap kekuatan.
d) Sarana dan prasarana merupakan kendala yang paling mudah diatasi di antara
semua tantangan. Kuncinya hanya menyediakan kebutuhan pendukung berupa
sarana dan prasarana yang berfungsi, layak dan terawat.

Dari pandangan ini, dapat disimpulkan bahwa organisasi birokrasi yang


mampu memberikan pelayanan publik secara efektif dan efesien kepada masyarakat,
salah satunya jika strukturnya lebih terdesentralisasi daripada tersentralisasi. Sebab,
dengan struktur yang terdesentralisasi diharapkan akan lebih mudah mengantisipasi
kebutuhan dan kepentingan yang diperlukan oleh masyarakat, sehingga dengan cepat
birokrasi dapat menyediakan pelayanannya sesuai yang diharapkan masyarakat
pelanggannya. Oleh karena itu, untuk merealisasikan kriteria ini Pemerintah sudah
seharusnya segera menyediakan dan mempersiapkan tenaga kerja birokrasi
professional yang mampu menguasai teknik-teknik manajemen pemerintahan yang
tidak hanya berorientasi pada peraturan (rule oriented) tetapi juga pada pencapaian
tujuan (goal oriented).

C. Kompetensi dan Pendekatan yang Harus Dimiliki Sebagai Pemimpin Birokrasi


Pimpinan dalam suatu organisasi tidaklah cukup untuk mengantarkan sebuah
organisasi dalam mencapai tujuannya. Faktor yang lebih penting adalah kompetensi
pimpinannya, terlebih organisasi sektor publik. Kompetensi memanage berarti
kemampuan pimpinan dalam mengelola, mengatur dari merencanakan,
mengkoordinasi, meaktualisasikan dan mengawasi organisasi publik. Adapun
kompetensi yang harus dimiliki pimpinan publik adalah minimal tujuh kompetensi,
yaitu:
1) kompetensi memanage diri sendiri,
Kepemimpinan berkenaan mengatasi perubahan lebih menekankan pada visi
kepemimpinannya. Dengan demikian, pemimpin harus memberikan inovasi dari
sekedar melakukan tugas administrasi yang notabene dilakukan oleh seorang
manajer. Pimpinan publik yang memiliki kompetensi diri sendiri adalah pimpinan
yang memiliki pengetahuan luas, inkuisitif, kemampuan analisis yang mendalam,
daya kognitif dan penalaran di atas rata-rata.
2) kompetensi memanage komunikasi,
Peran kompetensi komunikasi tidak boleh dianggap kecil karena paling tidak
memiliki makna yakni :
 Sebagai motivasi para pegawai untuk bekerja secara tekun dan giat, (2)
sebagai ekspresi emosi pimpinan,
 Sebagai penyampaian informasi, dan
 Sebagai pengendalian perilaku pegawai.
3) kompetensi memanage kemajemukan,
Kemajemukan dalam sebuah organisasi publik adalah merupakan hal yang wajar.
Yang tidak wajar adalah mereka tidak diperlakukan sama oleh pimpinan publik.
4) kompetensi memanage etika,
Kemampuan seorang pimpinan publik dalam memanage etika adalah suatu yang
sangat dibutuhkan karena dengan etika keadilan yang merupakan salah satu tujuan
organisasi mungkin dapat diperlihatkan kepada publik.
5) kompetensi memanage tim,
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pimpinan publik minimal dua hal
yaitu: pertama, menjaga kohesi antara anggota yang satu dengan yang lain. Atau
mungkin menjaga kohesi antara masyarakat yang satu dengan kelompok
masyarakat yang lain, ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya konflik baik
pada pejabat bawahan juga masyarakat yang sangat paternalistik.
Kedua, sebagai mediator. sebagai mediator pemimpin publik harus memiliki
keyakinan berbagai kepentingan dalam organisasi meskipun sukar pasti bisa
dipertemukan. Ini mutlak diperlukan demi kekompakan tim, karena kalau
dibiarkan berlarut-larut tujuan organisasi akan terhambat.
6) kompetensi memanage keragaman budaya, dan
Strategi yang harus dilakukan pemimpin organisasi publik adalah sebagai berikut:
Pertama, perbedaan budaya harus dilihat sebagai sebuah kekayaan yang harus
dikembangkan bukan sebagai suatu ancaman. Karena setiap budaya pasti memiliki
nilai-nilai positif. Nilai-nilai positif inilah yang akan dijadikan input dalam
memajukan organisasi.
Kedua, sebagai integrator. Sikap mementingkan kelompok dan satuan kerja sering
kali mudah timbul dalam organisasi. Ini mungkin disebabkan karena dalam 86
organisasi tersebut menuntut adanya spesialisasi yang berlebihan, sistem alokasi
dana dan daya yang kurang atau tidak rasional dan kurangnya pendekatan pada
kesisteman
7) kompetensi memanage perubahan.
Pimpinan publik dituntut untuk mencari pengetahuan yang luas yakni
pemahaman berbagai disiplin ilmu yang ada sangkut pautnya dengan tujuan, strategi,
rencana dan kegiatan organisasi publik yang dipimpinnya.
Sedangkan pendekatan yang digunakan ialah pendekatan holistik dan
integralistik karena pimpinan publik mau tidak mau harus menyusun organisasi
sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan
kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan organisasi. Pendekatan
holistik ini, pimpinan publik dituntut untuk mencari pengetahuan yang luas yakni
pemahaman berbagai disiplin ilmu yang ada sangkut pautnya dengan tujuan, strategi,
rencana dan kegiatan organisasi publik yang dipimpinnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Birokrasi bertujuan memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada


masyarakat, dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga bisa
memberikan kesejahteraan dan rasa keadilan pada masyarakat banyak. Di sisi
lain birokrasi sangat sarat dengan banyak tugas dan fungsi, karena tidak saja
hanya terfokus kepada pelayanan publik, tetapi juga bertugas dan berfungsi
sebagai motor pembangunan dan aktivitas pemberdayaan. Birokrasi pelayanan
publik dan Tata Kelola Pemerintahan yang baik, dapat terwujud apabila semua
lapisan masyarakat turut berperan serta dalam upaya menerima pelayanan dan
pemberi pelayanan khususnya dalam bidang pelayanan (birokrasi) pemerintah,
karena birokrasi pemerintah merupakan proses interaksi / hubungan antara
pemerintah dan masyarakat serta langkah awal dalam mencapai kemajuan suatu
negara dalam berbagai bidang. Dan yang terakhir, untuk mendorong perwujudan
pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN dapat pula diupayakan kepada
peningkatan pengawasan terhadap aparatur negara. Pengawasan ini dapat
dilakukan melalui audit internal maupun audit eksternal.

B. Saran

Reformasi kelembagaan dilakukan melalui perampingan struktur


organisasi birokrasi pemerintah di pusat dan daerah untuk menghindari tumpang
tindih pelaksanaan tugas dan fungsinya. Yang pertama harus dilakukan adalah
reformasi birokrasi yang meliputi kelembagaan dan ketatalaksanaan, sumber
daya manusia, dan pengawasan dalam melaksanakan tugas umum pemerintahan
dan pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA

Syafi, Inu Kencana, 2006, Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, PT Refika Aditama,


Bandung Tangkilisan, Hessel Nogi S, 2005, Manajemen Publik, PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta. Tim Pembina Mata Kuliah Teori Organisasi, 2000,
Teori Organisasi, Pustitabnas, Universitas Wijaya Putra, Surabaya.
Modul 1 Konsep Dasar dan Perkembangan Teori Manajemen

Anda mungkin juga menyukai