Latar Belakang
Pelayanan publik menjadi suatu tolak ukur kinerja pemerintah yang kasat mata.
Masyarakat dapat langsung menilai kinerja pemerintah berdasarkan kualiatas layanan publik
yang diterima karena kualitas layanan publik menjadi kepentingan banyak orang dan
dampaknya langsung dirasakan masyarakat dari semua kalangan. Keberhasilan dalam
membangun kinerja pelayanan publik secara profesional, efektif, dan akuntabel akan
mengangkat citra positif pemerintah di mata warga masyarakatnya. Masyarakat sebagai
pelanggan dari pelayanan oublik, memiliki kebutuhan dan harapan pada kinerja
penyelenggara pelayanan publik yang profesional. Adapun pemerintah mempunyai tanggung
jawab dan kewenangan dalam menentukan standar pelayanan minimal. Untuk itu, diperlukan
perhatian semua pihak, mulai dari pemerintah sebagai pembuat regulasi, aparatur negara
sebagai pelaksana, dan masyarakat sebagai pengawas jalannya pelayanan publik sesuai
dengan yang diamanatkan oleh undang-undang, agar berbagai keluhan masyarakat yang
disampaikan melalui media massa tentang buruknya pelayanan publik, dapat segera diatasi
dan berganti menjadi kepuasan masyarakat.
Dalam sebuah pemerintahan diperlukan manajemen atau pengelolaan yang baik terutama
dalam bentuk pelayanan publik. Hal ini dikarenakan semakin kompleks masyarakat,
kebutuhan akan barang dan jasa publik semakin tidak terbatas. Sehingga diperlukan
manajemen pelayanan publik sebagai bentuk evaluasi kualitas organisasi pelayanan baik
pemerintah pusat maupun daerah.
Dapat dikatakan bahwa pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
terus mengalami pembaruan yang dikarenakan ketidakpuasan masyarakat dalam meneirima
layanan yang disediakan setiap harinya. Baik dari segi paradigma maupun format pelayanan
seiring dengan meningkatnnya tuntutan masyarakat dan perubahan di dalam pemerintah itu
sendiri. Meskipun demikian, pembaruan dilihat dari kedua sisi tersebut belumlah
memuaskan, bahkan masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang tidak berdaya dan
termarginalisasikan dalam kerangka pelayanan.
Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat
dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Sebagi
contoh, dapat kita saksikan sehari-hari pada proses bayi yang baru lahir, dia akan menangis
karena menghadapi situasi yang sangat berbeda ketika ia masih berada dalam kandungan.
Tangisan bayi tersebut membutuhkan pelayanan dari ibunya. Ketika memperoleh pelayanan
atau kasih sayang dari ibunya tersebut akan berhenti menangis dan merasa nyaman. Proses
kelahiran ini menunjukan betapa pelayanan seorang ibu yang menyenangkan sengatlah
dibutuhkan.
Masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat.
Hal ini dijelaskan oeh Lijan,dkk (2008:2) bahwa tuntutan tersebut tidak sesuai dengan
harapan karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini masih bercirikan
berbelit-belit, lamban, mahal dan melelahkan. Kecendrungan seperti itu terjadi karena
masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang melayani bukan yang dilayani. Demikian
juga dengan responsivitas, representativitas dan responsibilitas aparatur pemerintah saat ini
hanya mampu menampakkan dirinya sebagai mesin birokrasi yang tidak mampu
menghadaptasikan sikap dan perilakunya pada kondidi dan tuntutan masyarakat yang terus
berubah (Ahmad,dkk : 2010-35). Oleh karena itu diperlukan sekali manajemen pelayan
publik dengan mengembalikan dan mendudukan pelayan dan yang dilayani ke pengertian
yang sesungguhnya.
Pemerintahan atau birokrat yang diharapkan adalah pemerintahan milik masyarakat yang
mengalihkan kontrol yang dimilikinya kepada masyarakat. Masyarakat diberdayakan
sehingga mampu mengontrol pelayanan yang diberikan oleh birokrasi. Dengan adanya
kontrol tersebut pelayanan publik akan lebih baik karena mereka memiliki komitmenyang
lebih baik, lebih peduli dan lebih kreatif dalam memecahkan masalah. Pelayanan yang
diberikan oleh birokrat merupakan suatu kewajiban bukan hak, karena mereka diangkat oleh
pemerintah untuk melayani kebutuhan masyarakat yang lebih responsif dengan pelayanan
yang lebih kreatif dan lebih efesien.
Menurut pendapat Moenir (2008:40-41) menjelaskan bahwa banyak kemungkinan tidak
adanya layanan yang memadai antara lain :
1. Tidak / kurangnya kesadaran terhadap tugas/kewajiban yang menjadi tanggung
jawabnya. Akibatnya mereka berkerja dan melayani seenaknya (santai), padahal orang yang
menunggu hasil kerjanya sudah gelisah. Ini diakibatkan tidak adanya disiplin kerja.
2. Sistem, prosedur dan metode kerja yang tidak memadai, sehingga mekanisme kerja
tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan tidak berjalan dengan semetinya.
3. Pengorganisasian tugas pelayanan yang belum serasi, sehingga terjadi simpang-siur
penaganan tugas, tumpang tindih (overlapping) atau tercecernya suatu tugas tidak ada yang
menanganinya.
4. Pendapatan pegawai yang tidak mencukupi memenuhi kebutuhan hidup meskipun
secara minimal. Akibatnya pegawai tidak tenang bekerja, berusaha mencari tambahan
pendapatan dalan jam kerja dengan cara antara lai menjual jasa pelayanan.
5. Kemampuan pegawai yang tidak memadai untuk tugas yang dibebankan kepadanya.
Akibatanya hasil pekerjaan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan.
6. Tidak tersedianya sarana pelayanan yang memadai. Akibatnya pekerjaan menjadi
lamban, waktu banyak hilang sia-sia dan penyelesaian masalah terlambat.
Ada bebearapa hal yang mengakibatkan manajemn pelayanan menjadi suatu hal yang
sangat penting sehingga kita perlu mempelajarinya, menurut pendapat Ratminto dan Atik
(2006: 13-14) diantaranya sebagai berikut:
a) Dengan berlakunya Undang-Undang No, 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah
dan Pemerintah Pusat, akan semakin banyak aktivitas pelayanan yang harus diberikan oleh
Daerah. Dengan demikian Aparat di Daerah dituntut untuk dapat memahami dan
mempraktikkan ilmu manajemen pelayanan. Meskipun kedua undang-undang kemudian
direvisi menjadi UU No. 32/2004 dan UU No. 33/2004, akan tetapi tanggung jawab
pelayanan yang diemban Daerah masih sangat besar.
b) Berlakunya UndangUndang tersebut mengakibatkan interaksi antara aparat Daerah dan
masyarakat menjadi lebih intens. Hal ini ditambah dengan semakin kuatnya tuntutan
demokratisasi dan pengakuan akan hak-hak asasi manusia akan melahirkan kuatnya tuntutan
terhadap manejmen pelayanan yang berkualitas.
c) Globalisasi dan berlakunya era perdagangan bebas, menyebabkan batas-batas antar
negara menjadi kabur dan kompetisi menjadi sangat ketat. Hal ini menuntut kemampuan
menajemen pelayan yang sangat tinggi untuk dapat tetap eksis dam mampu bersing.
D. Kesimpulan
E. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, agar terciptanya manajemen palayanan publik itu secara
baik, maka pemerintah selaku penyelenggara pelayanan publik perlu menjalankan saran-
saran sebagai berikut :
1. Setiap pimpinan kantor layanan memberikan pengarahan pada bawahan yang berfungsi
sebagai penyelenggara langsung pelayanan publik agar meningkatkan kesadaran atas tugas
yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Pemerintah harus memperbaiki kembali sistem dan prosedur yang masih berbelit-belit
ke arah yang dapat memberikan layanan yang efektif dan lebih efisien.
3. Meningkatkan kembali kemampuan pegawai sesuai dengan tugas yang diembannya.
4. Pemerintah harus konsisten dalam memberikan reward bagi pegawai yang berprestasi
dalam menjalankan tugas dan memberikan sanksi yang tegas bagi yang pegawai yang tidak
memenuhi aturan.
Daftar Pustaka
Ahmad Ainur Rohman, dkk. 2010. Reformasi Pelayanan Publik. Malang: Program Sekolah
Demokrasi.
Lijan Poltak Sinambela,dkk. 2008. Reformasi Pelayanan Publik, Teori, Kebijakan dan
Implementasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2006. Manajemen Pelayanan, Pengembangan Model
Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan Minimal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.