Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS PENATAAN KECAMATAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh: H. Deding Ishak


STAI YAPATA Aljawami Cileunyi Bandung

ABSTRACT

T his research has the objective to analyze and provide policy recommendations
with regard to the arrangement of sub-districts in West Sumba.
This study used tailor made method which directs a comprehensive study
results become a major consideration for policy makers in the formulation of
policy. In addition, to make the analysis more relevant to the needs of West
Sumba district in settlement and regional development, the methods of tailor
made method combined with the method of FGD (expert meetings) with the
bureaucracy involved, and Techniques Delphi, which is one of the techniques
stakeholder involvement in decision decision/policy by collecting opinions
through questionnaires/checklists. The data were then analyzed using a
qualitative approach to obtain in-depth and comprehensive understanding.
The results showed that of the six sub districts that were analyzed,
sub tanarighu a district that most deserves to bloomed. in addition to the
recommendation of the researchers was Arrangement border enclave,
Improved system of planning, the use of ICT in governance systems, and
organizational management districts.
Keywords: sub-districts, structuring the sub-district.

ABSTRAK

P enelitian yang dilakukan ini memiliki tujuan untuk menganalisis


dan memberikan rekomendasi kebijakan berkaitan dengan penataan
kecamatan di Kabupaten Sumba Barat.

Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah tailor made method,
yaitu suatu metode yang mengarahkan hasil studi komprehensif menjadi
pertimbangan utama bagi perumus kebijakan dalam formulasi kebijakan.
Di samping itu, untuk menjadikan analisis lebih relevan dengan kebutuhan
Kabupaten Sumba Barat dalam penataan dan pembangunan daerah, maka
tailor made method dikombinasikan dengan metode FGD (expert meeting)
dengan aparat birokrasi terkait, serta Teknik Delphi, yaitu salah satu teknik
pelibatan stakeholder dalam pengambilan keputusan/kebijakan dengan
pengumpulan pendapat melalui kuesioner/daftar isian.Data yang diperoleh
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk
memperoleh pengertian yang mendalam dan komprehensif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keenam kecamatan yang dianalisis,


kecamatan tanarighu merupakan kecamatan yang paling layak untuk
dimekarkan.selain itu rekomendasi dari peneliti adalah Penataan batas
wilayah enklave, Perbaikan sistem perencanaan, penggunaan sistem ICT
dalam penyelenggaraan pemerintahan, danpenataan organisasi Kecamatan.
Kata kunci: kecamatan, penataan.

183
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 9 NO. 2 \ OKTOBER 2017: 183 – 198

PENDAHULUAN besar untuk mempercepat laju pembangunan


daerah. Sejalan dengan hal tersebut, maka
Negara Kesatuan Republik Indonesia
implementasi kebijakan otonomi daerah telah
dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
mendorong terjadinya perubahan, baik secara
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
struktural, fungsional maupun kultural dalam
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota
tatanan penyelenggaraan pemerintahan
itu mempunyai pemerintahan daerah yang
daerah.
diatur dengan undang-undang. Hubungan
wewenang antara pemerintah pusat dan Salah satu perubahan yang sangat
pemerintah daerah provinsi, kabupaten/ esensial, yaitu menyangkut kedudukan, tugas
kota atau antara pemerintah provinsi dan pokok dan fungsi kecamatan yang sebelumnya
kabupaten/kota, diatur dengan undang- merupakan perangkat wilayah dalam kerangka
undang dengan memerhatikan kekhususan asas dekonsentrasi, berubah statusnya menjadi
dan keragaman daerah (Wasistiono:2004). perangkat daerah dalam kerangka asas
Selain itu, Negara mengakui dan menghormati desentralisasi (Suryaningrat:1989). sebagai
satuan satuan pemerintahan daerah yang perangkat daerah, Camat dalam menjalankan
bersifat istimewa dan menghormati kesatuan- tugasnya mendapat pelimpahan kewenangan
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak- dari dan bertanggung jawab kepada Bupati/
hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan Walikota.
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
Pengaturan penyelenggaraan kecamatan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
baik dari sisi pembentukan, kedudukan, tugas
(Wasistono:2004).
dan fungsinya secara legalistik diatur dengan
Sistem penyelenggaraan pemerintahannya Peraturan Pemerintah. sebagai perangkat
menganut asas desentralisasi, dekonsentrasi
daerah, Camat mendapatkan pelimpahan
dan tugas pembantuan. Prinsip
kewenangan yang bermakna urusan
penyelenggaraan desentralisasi adalah
pelayanan masyarakat. Selain itu kecamatan
otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah
juga akan mengemban penyelenggaraan
diberikan kewenangan mengatur dan mengurus
tugas-tugas umum pemerintahan. Camat
semua urusan pemerintahan di luar yang
dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh
menjadi urusan pemerintah. Daerah memiliki
perangkat kecamatan dan bertanggung jawab
kewenangan membuat kebijakan daerah
untuk memberikan pelayanan, peningkatan kepada Bupati/Walikota melalui sekretaris
peran serta, prakarsa dan pemberdayaan daerah kabupaten/kota (Thoha:1992).
masyarakat yang bertujuan pada peningkatan Pertanggungjawaban Camat kepada Bupati/
kesejahteraan rakyat (Riwokaho:2003). Walikota melalui Sekretaris Daerah adalah
pertanggungjawaban administratif. Pengertian
Kebijakan otonomi daerah dalam
melalui bukan berarti Camat merupakan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
bawahan langsung Sekretaris Daerah, karena
tentang Pemerintahan Daerah, secara
secara struktural Camat berada langsung di
eksplisit memberikan otonomi yang luas
bawah Bupati/Walikota.
kepada pemerintah daerah untuk mengurus
dan mengelola berbagai kepentingan dan Camat juga berperan sebagai kepala
kesejahteraan masyarakat daerah. Pemerintah wilayah (wilayah kerja, namun tidak memiliki
Daerah harus mengoptimalkan pembangunan daerah dalam arti daerah kewenangan), karena
daerah yang berorientasi kepada kepentingan melaksanakan tugas umum pemerintahan di
masyarakat. Melalui Undang-Undang Nomor wilayah kecamatan, khususnya tugas-tugas
23 Tahun 2014, pemerintah daerah dan atributif dalam bidang koordinasi pemerintahan
masyarakat di daerah lebih diberdayakan terhadap seluruh instansi pemerintah di
sekaligus diberi tanggung jawab yang lebih wilayah kecamatan, penyelenggaraan

184
H. Deding Ishak: Analisis Penataan Kecamatan di Kabupaten Sumba Barat ...

ketenteraman dan ketertiban, penegakan Dalam rangka meningkatkan pelayanan


peraturan perundang-undangan, pembinaan publik di wilayah kecamatan, dimungkinkan
penyelenggaraan pemerintahan desa dan/ adanya kebijakan pemekaran wilayah/daerah
atau kelurahan, serta pelaksanaan tugas di setiap kecamatan. Pemekaran suatu daerah
pemerintahan lainnya yang belum dilaksanakan atau wilayah sejatinya ditujukkan dalam rangka
oleh pemerintahan desa/kelurahan dan/ menyelesaikan ketertinggalan, pamekaran
atau instansi pemerintah lainnya di wilayah dilaksanakan dalam rangka menyelesaikan
kecamatan. Oleh karena itu, kedudukan camat ketertinggalan dan keterjangkauan pelayanan
berbeda dengan kepala instansi pemerintahan publik. Terdapat beberapa syarat dalam
lainnya di kecamatan, karena penyelenggaraan pemekaran sebuah daerah di antaranya
tugas instansi pemerintahan lainnya di kewilayahan; jumlah penduduk; pendapatan
kecamatan harus berada dalam koordinasi dan lain sebagainya sebagaimana di atur
Camat. dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah.
Camat sebagai perangkat daerah juga
mempunyai kekhususan dibandingkan dengan Semua itu diatur sedemikian rupa dalam
perangkat daerah lainnya dalam pelaksanaan sebuah itikad bahwa dilaksanakannya
tugas pokok dan fungsinya untuk mendukung pamekaran agar daerah dapat maju dan
pelaksanaan asas desentralisasi. Kekhususan dapat lebih menyejahterakan rakyatnya.
tersebut, yaitu adanya suatu kewajiban Begitupula dengan pemekaran yang dilakukan
mengintegrasikan nilai-nilai sosio kultural, di level kecamatan seperti yang akan dilakukan
menciptakan stabilitas dalam dinamika diKabupaten Sumba Barat, yang tentunya
politik, ekonomi dan budaya, mengupayakan harus berdasarkan pada Peraturan Pemerintah
terwujudnya ketenteraman dan ketertiban Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan.
wilayah sebagai perwujudan kesejahteraan
rakyat serta masyarakat dalam kerangka Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
membangun integritas kesatuan wilayah Tahun 2008 tentang Kecamatan dinyatakan
(Sutoro:2007). dalam hal ini, fungsi utama secara tegas bahwa pembentukan kecamatan
camat selain mernberikan pelayanan kepada dapat berupa pemekaran satu kecamatan
masyarakat, juga melakukan tugas-tugas menjadi dua kecamatan atau lebih; dan/atau
pembinaan wilayah. penyatuan wilayah desa dan/atau kelurahan
dari beberapa kecamatan. dalam Pasal 3
Secara filosofis, kecamatan yang dipimpin
juga dinyatakan bahwa untuk melaksanakan
oleh Camat perlu diperkuat dari aspek sarana
pamekaran kecamatan harus memenuhi
prasarana, sistem administrasi, keuangan dan
beberapa persyaratan, yakni: administratif;
kewenangan bidang pemerintahan dalam upaya
teknis, dan; fisik kewilayahan.
penyelenggaraan pemerintahan di kecamatan
sebagai ciri pemerintahan kewilayahan yang Pemekaran wilayah atau pembentukan
memegang posisi strategis dalam hubungan kecamatan baru semakin marak sejak disahkan
dengan pelaksanaan kegiatan pemerintahan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
kabupaten/kota yang dipimpin oleh Bupati/ Daerah yang diganti dengan UU No. 32 Tahun
Walikota. Sehubungan dengan itu, Camat 2004 yang kemudian direvisi lagi dengan
melaksanakan kewenangan pemerintahan Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang
dari 2 (dua) sumber yakni: pertama, bidang Pemerintahan Daerah. Pemekaran wilayah
kewenangan dalam lingkup tugas umum ini jelas mempunyai dampak pada pelayanan
pemerintahan; dan kedua, kewenangan bidang publik, peningkatan ketenteraman dan
pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati/ ketertiban, serta mempercepat pengembangan
Walikota dalam rangka pelaksanaan otonomi potensi wilayah guna mencapai kesejahteraan
daerah (Sujito:2008). masyarakat.

185
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 9 NO. 2 \ OKTOBER 2017: 183 – 198

Tabel 1
Perbandingan Jumlah Kecamatan dari Tahun 2004 Sampai Tahun 2013
Provinsi 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Aceh 241 243 243 266 276 276 280 287 289 289
Sumatera Utara 326 343 357 378 407 417 419 421 422 440
Sumatera Barat 158 157 157 160 166 176 176 176 176 179
Riau 124 144 144 149 152 151 153 157 163 163
Jambi 87 94 94 114 128 128 131 131 138 138
Sumatera Selatan 153 169 182 202 216 217 220 223 230 231
Bengkulu 73 99 99 109 110 121 123 124 127 127
Lampung 164 180 180 198 204 206 214 214 225 225
Bangka Belitung 36 36 36 36 40 43 44 46 47 47
Kepulauan Riau 41 42 42 52 59 59 59 59 63 66
DKI Jakarta 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44
Jawa Barat 560 592 592 602 620 625 625 626 626 626
Jawa Tengah 564 565 565 568 573 573 573 573 573 573
DI Yogyakarta 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78
Jawa Timur 654 657 657 657 661 662 662 662 664 664
Banten 132 135 135 152 154 154 154 154 155 155
Bali 56 55 55 56 57 57 57 57 57 57
Nusa Tenggara Barat 100 100 100 113 116 116 116 116 116 116
Nusa Tenggara Timur 194 203 203 242 285 287 289 293 306 306
Kalimantan Barat 149 154 154 164 175 175 175 176 176 176
Kalimantan Tengah 91 105 107 117 119 125 125 130 136 136
Kalimantan Selatan 123 127 127 146 149 151 151 151 152 152
Kalimantan Timur 122 124 124 136 136 136 136 146 150 103
Kalimantan Utara -- -- -- -- -- -- -- -- -- 50
Sulawesi Utara 109 122 122 133 150 156 159 159 164 167
Sulawesi Tengah 99 102 102 132 147 154 155 161 170 172
Sulawesi Selatan 244 279 279 299 304 304 304 304 306 306
Sulawesi Tenggara 117 133 133 173 184 201 201 204 209 209
Gorontalo 40 47 47 47 65 66 66 70 77 77
Sulawesi Barat 44 51 51 58 66 69 69 69 69 69
Maluku 57 62 62 64 70 73 77 86 95 113
Maluku Utara 45 45 51 78 110 112 112 112 112 113
Papua Barat 173 101 101 106 131 154 167 175 175 175
Papua 79 233 233 302 368 385 385 389 389 440

Sumber: BPS Tahun 2015


Berdasarkan data yang diperoleh peneliti Pemekaran kecamatan berkaitan
dari BPS bahwa dari tahun 2004 sampai tahun erat dengan penataan wilayah (teritorrial
2013 terjadi penambahan jumlah kecamatan reform) yang pada dasarnya merupakan
yang cukup besar. Jumlah kecamatan di bagian dari manajemen pemerintahan
Indonesia pada tahun 2004 yang mencapai daerah, dimaksudkan untuk menata wilayah
5277 menjadi 6982 pada tahun 2013. Ini administratif suatu daerah agar rentang kendali
menunjukkan terjadi kenaikan yang signifikan menjadi lebih efektif dan efisien. Idealnya,
dari tahun ke tahun. “Bahkan data Kementerian penataan wilayah ini dilakukan seiring dengan
Dalam Negeri pada tahun 2008 diketahui bahwa perkembangan suatu daerah, sehingga
rata-rata setiap bulan terbentuk 18 kecamatan, pertumbuhan dan kemajuan tersebut tidak
30 kelurahan dan 60 desa.” (Seknas Fitra, hanya terpusat tetapi dapat dinikmati secara
2014). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada merata di seluruh wilayah. Pertumbuhan
tabel di atas. pusat-pusat kegiatan ekonomi yang baru

186
H. Deding Ishak: Analisis Penataan Kecamatan di Kabupaten Sumba Barat ...

biasanya menjadi awal bagi perkembangan sekarang menjadi menjadi UU Nomor 23 Tahun
suatu daerah. Pertumbuhan ini sejalan dengan 2014 memberi warna baru dan perubahan
potensi yang dimiliki daerah tersebut, baik yang paradigma secara signifikan mengubah pula
bersumber dari kekayaan alam, maupun yang kedudukan kecamatan dengan berbagai
berupa sumber-sumber daya lainnya, seperti implikasinya.
kemajuan industri, dan sebagainya.
Kecamatan berdasarkan UU Nomor 5
Kabupaten Sumba Barat adalah se- Tahun 1974, merupakan “wilayah administrasi
buah kabupaten  yang terletak di provinsi Nusa pemerintahan” sebagai konsekuensi
Tenggara Timur, beribu kota di Waikabubak. penggunaan “Fused Model” (Smith dalam
Mempunyai 12 kecamatan denga nluas da- Wasistiono: 2009). Kedudukan organisasi
ratannya 4.051,9 kilometer persegi. Jika dilihat kecamatan adalah sebagai perangkat pusat
persebaran desa di kecamatan perlu disikapi di daerah yang langsung berhadapan dengan
dengan kebijakan pemekaran mengingat ke­ masyarakat luas sebagai ujung tombak dalam
terjangkauan pelayanan dari pusat kecamatan menjalankan asas dekonsentrasi. Sedangkan
sangat rentan. Rentang kendali antara pusat menurut UU Nomor 22 Tahun 1999 kecamatan
kecamatan dan desa-desa yang ada di dalam- merupakan “wilayah kerja camat sebagai
nya yang sangat jauh secara geografis tentu- perangkat daerah Kabupaten dan Daerah
nya harus dilakukan langkah pemecahannya, Kota”. camat menerima pelimpahan sebagian
antara lain, dengan melakukan pemekaran wewenang Bupati/Walikota dalam bidang
kecamatan desentralisasi bukan lagi dekonsentrasi.
Kewenangan yang dijalankan camat hanya
bersifat delegasi dari Bupati/Walikota.

KAJIAN PUSTAKA Menurut UU 32 Tahun 2004, Kecamatan


bukan lagi wilayah administrasi pemerintahan/
Kecamatan wilayah kekuasaan camat. Dengan paradigma
baru Kecamatan merupakan suatu wilayah
Salah satu entitas pemerintahan yang
kerja tempat Camat bekerja. Camat adalah
memberikan pelayanan langsung maupun
perangkat daerah kabupaten dan kota, bukan
tidak langsung kepada masyarakat adalah
lagi kepala wilayah administrasi pemerintahan,
Kecamatan. sebagai sub-sistem pemerintahan
bukan lagi penguasa tunggal yang berfungsi
di Indonesia, kecamatan mempunyai
sebagai administrator pemerintahan,
kedudukan cukup strategis dan memainkan
pembangunan dan kemasyarakatan, akan
peranan fungsional dalam pelayanan dan
tetapi sebagai pelaksana sebagian wewenang
administrasi pemerintahan, pembangunan dan
yang dilimpahkan Bupati/Walikota.
kemasyarakatan (Wasistiono, 2009:1).
Kemudian dalam UU Nomor 23 Tahun
Sebagai suatu organisasi yang melayani
2014 tentang Pemerintahan Daerah pada
kehidupan masyarakat yang penuh dinamika,
Pasal 209 dijelaskan bahwa kecamatan adalah
kecamatan menghadapi banyak masalah.
perangkat daerah kabupaten/kota. Kecamatan
Kompleksitas masalah yang dihadapi terkait
dibentuk dalam rangka meningkatkan
erat dengan banyaknya penduduk yang dilayani,
koordinasi penyelenggaraan pemerintahan
heterogenitas (latar belakang,pendidikan,umur,
artinya dengan adanya kecamatan, camat
kemampuan ekonomi), karakteristik wilayah
sebagai pimpinan tertinggi di kecamatan
serta banyaknya kelurahan/desa yang ada di
harus dapat mengoordinasikan semua urusan
lingkungan kerja kecamatan.
pemerintahan di kecamatan, kemudian
Perubahan kebijakan penyelenggaraan camat juga harus memberikan pelayanan
dan sistem pemerintahan daerah di Indonesia publik di kecamatan dan juga pemberdayaan
mulai dari UU Nomor 5 Tahun 1974, UU Nomor masyarakat desa/kelurahan. Selanjutnya
22 Tahun 1999, UU Nomor 32 Tahun 2004 dan kecamatan dibentuk cukup dengan Peraturan

187
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 9 NO. 2 \ OKTOBER 2017: 183 – 198

daerah, dengan berpedoman pada peraturan b. kesepakatan musyawarah Desa dan/


pemerintah. Namun rancangan perda tentang atau keputusan forum komunikasi
pembentukan kecamatan tersebut sebelumnya kelurahan atau nama lain di wilayah
harus mendapat persetujuan bersama antara Kecamatan yang akan dibentuk.
Bupati/Walikota disampaikan kepadamenteri
melalui gubernur untuk mendapat persetujuan.
Selanjutnya pembentukan kecamatan
berdasarkan konsep Peraturan Pemerintah
Dasar Hukum Pembentukan Kecamatan Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan atas
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 payung hukum Undang-undang Pemerintahan
kecamatan baru dibentuk dengan peraturan Daerah harus memenuhi syarat administratif,
daerah berpedoman pada peraturan teknis, dan fisik kewilayahan. Pemerintah
pemerintah. rancangan perda kabupaten/kota kabupaten/kota dapat membentuk kecamatan
tentang pembentukan kecamatan yang telah di wilayah yang mencakup satu atau lebih
mendapatkan persetujuan bersama Bupati/ pulau yang menjadi persyaratannya
wali kota dan DPRD kabupaten/kota, sebelum Pembentukan kecamatan berdasarkan
ditetapkan oleh Bupati/wali kota disampaikan pasal (3) harus memenuhi syarat administratif,
kepada menteri melalui gubernur sebagai wakil teknis, dan fisik kewilayahan. Syarat
pemerintah pusat untuk mendapat persetujuan. sebagaimana dimaksud, meliputi:
Pembentukan kecamatan berdasarkan UU 1. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan
Nomor 23 Tahun 2014, yaitu: minimal 5 (lima) tahun;
(1) Pembentukan Kecamatan sebagaimana
2. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan
dimaksud Pasal 221 ayat (1)
desa dan/atau kelurahan yang akan
harusmemenuhi persyaratan dasar,
dibentuk menjadi kecamatan minimal 5
persyaratan teknis, dan persyaratan
(lima) tahun;
administratif.
(2) Persyaratan dasar sebagaimana dimaksud 3. Keputusan Badan Permusyawaratan Desa
pada ayat (1) meliputi: (BPD) atau nama lain untuk Desa dan
Forum Komunikasi Kelurahan atau nama
a. jumlah penduduk minimal;
lain untuk kelurahan di seluruh wilayah
b. luas wilayah minimal; kecamatan baik yang menjadi calon
c. jumlah minimal Desa/kelurahan yang cakupan wilayah kecamatan baru maupun
menjadi cakupan; dan kecamatan induk tentang persetujuan
d. usia minimal Kecamatan. pembentukan kecamatan;
(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud 4. Keputusan Kepala Desa atau nama lain
pada ayat (1) meliputi: untuk desa dan Keputusan Lurah atau
a. kemampuan keuangan Daerah; nama lain untuk kelurahan di seluruh
b. sarana dan prasarana pemerintahan; wilayah kecamatan baik yang akan menjadi
dan cakupan wilayah kecamatan baru maupun
c. persyaratan teknis lainnya yang kecamatan induk tentang persetujuan
diatur dalam ketentuan peraturan pembentukan kecamatan;
perundangundangan. e. Rekomendasi Gubernur.
(4) Persyaratan administratif sebagaimana Pemerintah dalam hal ini dapat
dimaksud pada ayat (1) meliputi: menugaskan kepada pemerintah
a. kesepakatan musyawarah Desa dan/ kabupaten/kota tertentu melalui gubernur
atau keputusan forum komunikasi selaku wakil pemerintah untuk membentuk
kelurahan atau nama lain di kecamatan dengan mengecualikan
Kecamatan induk; persyaratan. pembentukan kecamatan

188
H. Deding Ishak: Analisis Penataan Kecamatan di Kabupaten Sumba Barat ...

haruslah didasari atas pertimbangan c. rentang kendali penyelenggaraan pela­


kepentingan nasional danpenyelenggaraan yanan pemerintahan;
tugas umum pemerintahan. d. aktivitas perekonomian;
e. ketersediaan sarana dan prasarana.
Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2008 tentang Kecamatanmenyaratkan Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud
bahwa, pembentukan kecamatan dinilai berdasarkan hasil kajian yang dilakukan
haruslahmelalui peraturan daerah. Peraturan pemerintah kabupaten/kota sesuai indikator
daerah kabupaten/kota tentang Pembentukan sebagaimana tercantum dalam lampiran yang
Kecamatanpaling sedikit memuat: a.Nama merupakan bagian tidak terpisahkan dari
kecamatan;b.Nama ibu kota kecamatan;c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008
Batas wilayah kecamatan; dand.Nama tentang Kecamatan.
desa dan/atau kelurahan.Peraturan
daerah tersebut dilampiri peta kecamatan METODE PENELITIAN
dengan bataswilayahnya sesuai kaidah
teknis dan memuat titik koordinat. Konsep Metode yang digunakan dalam kajian ini
pemekaranbukan hanya pembentukan adalah tailor made method, yaitu suatu metode
baru tetapi juga akibat adanya perluasan, yang mengarahkan hasil studi komprehensif
penyempitandaerah kecamatan yag menjadi pertimbangan utama bagi perumus
mengakibatkan perubahan nama kecamatan. kebijakan dalam formulasi kebijakan. Di
Perubahannama dan/atau pemindahan ibu samping itu, untuk menjadikan analisis lebih
kota kecamatan harus pula ditetapkan dengan relevan dengan kebutuhan Kabupaten Sumba
peraturan daerah kabupaten/kota Barat dalam penataan dan pembangunan
daerah, maka metode tailor made method
Syarat fisik kewilayahan sebagaimana dikombinasikan dengan metode FGD (expert
dimaksud dalam Pasal 3 meliputi cakupan meeting) dengan aparat birokrasi terkait, serta
wilayah lokasi calon ibukota, sarana dan Teknik Delphi, yaitu salah satu teknik pelibatan
prasarana, yaitu sebagai berikut: stakeholder dalam pengambilan keputusan/
1. Cakupan wilayah sebagaimana dimaksud kebijakan dengan pengumpulan pendapat
dalam Pasal 5 untuk daerah kabupaten melalui kuesioner/daftar isian.
paling sedikit terdiri atas 10 desa/kelurahan Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis
dan untuk daerah kota paling sedikit terdiri dengan menggunakan pendekatan kualitatif
atas 5 desa/kelurahan. untuk memperoleh pengertian yang mendalam
2. Lokasi calon ibukota sebagaimana dan komprehensif mengenai penataan
dimaksud dalam Pasal 5 memerhatikan kecamatan. Metode kualitatif adalah metode
aspek tata ruang, ketersediaan fasilitas, yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
aksesibilitas, kondisi dan letak geografis, objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
kependudukan, sosial ekonomi, sosial eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai
politik, dan sosial budaya. instrumen kunci dan hasil penelitian lebih
3. Sarana dan prasarana pemerintahan menekankan makna dari pada generalisasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal (Sugiono, 2005:1).
5 meliputi bangunan dan lahan untuk
kantor camat yang dapat digunakan PEMBAHASAN
untuk memberikan pelayanan kepada Secara administrasi, sejak tanggal 22 Mei
masyarakat. 2007, Kabupaten Sumba Barat mengalami
pemekaran wilayah menjadi Kabupaten
Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud
Sumba Barat, Sumba Barat Daya dan Sumba
dalam Pasal 3 meliputi:
Tengah. Kabupaten Sumba Barat terdiri dari 6
a. jumlah penduduk; kecamatan, 63 desa, dan 11 kelurahan. Dapat
b. luas wilayah; dilihat pada tabel di bawah ini.

189
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 9 NO. 2 \ OKTOBER 2017: 183 – 198

Tabel 2 cakupan wilayah kecamatan baru maupun


Wilayah Administrasi Kabupaten Sumba Barat kecamatan induk tentang persetujuan
pembentukan kecamatan;
No. Kecamatan Ibu Kota Desa Kel.
1 Lamboya Kabukarudi 11 - Tabel 3
2 Wanokaka Pogo Kotada 14 - Usia penyelenggaraan pemerintahan desa
di Kabupaten Sumba Barat
3 Laboya Barat Hodi 4 -
4 Loli Dokakaka 9 5 Usia
NO Nama Desa
5 Kota Waikabubak 7 6 (Dalam Tahun)
Waikabubak 1 Loko Ry >15 tahun
6 Tana Righu Malata 18 - 2 Lolo Wano >15 tahun
Sumber: Sumba Barat dalam angka 2016 3 Ngadu Pada >15 tahun
4 Malata >15 tahun
Dari enam kecamatan yang dikaji,
5 Lingu Lango >15 tahun
kecamatan yang paling berpotensi untuk 6 Manu Kuku >15 tahun
dimekarkan adalah Kecamatan Tana Righu, 7 Wee Patola >15 tahun
dengan pertimbangan jumlah desa pada 8 Kareka Nduku >15 tahun
tiap-tiap kecamatan. Dijelaskan sebagai 9 Wanokaza >15 tahun
berikut: Kecamatan Kota Waikabubak 7 10 Bondo Tera >15 tahun
desa; Kecamatan Laboya Barat 4 desa; 11 Zala Kadu >15 tahun
Kecamatan Lamboya 11 desa; Kecamatan 12 Lolo Tana >15 tahun
Loli 9 desa; Kecamatan Wanokaka 14 desa; 13 Kareka Nduku Utara >15 tahun
Kecamatan Tana Righu 18 desa. Sehingga 14 Kareka Nduku Selatan >15 tahun
untuk pembahasan pemekaran kecamatan 15 Manu Mada >15 tahun
difokuskan kepada Kecamatan Tana Righu. 16 Elu Loda >15 tahun
17 Kalebu Ana Kaka >15 tahun
• Analisis Kelayakan Administratif 18 Tarona >15 tahun
Kecamatan Tana Righu
Dalam Pasal 4 PP No. 19 Tahun 2008 Sumber: Bagian Tata Pemerintahan Sumba Barat

tentang Kecamatan dinyatakan secara tegas


bahwa syarat administratif pembentukan Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat
kecamatan meliputi: dikatakan bahwa Kecamatan Tana Righu
1. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan telah memenuhi syarat administratif untuk
minimal 5 (lima) tahun; dimekarkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan,
2. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan antara lain:
desa dan/atau kelurahan yang akan 1. Usia penyelenggaraan pemerintahan
dibentuk menjadi kecamatan minimal 5 Kecamatan Tana Righu yang telah berjalan
(lima) tahun; selama puluhan tahun, padahal syarat
3. Keputusan Badan Permusyawaratan usia penyelenggaraan pemerintahan atas
Desa (BPD) atau nama lain untuk Desa kecamatan yang akan dimekarkan adalah
dan Forum Komunikasi Kelurahan atau minimal 5 tahun.
nama lain untuk kelurahan di seluruh 2. Usia penyelenggaraan pemerintahan
wilayah kecamata baik yang menjadi calon desa yang ada di Kecamatan Tana Righu
cakupan wilayah kecamatan baru maupun telah berjalan selama puluhan tahun. 18
kecamatan induk tentang persetujuan kecamatan yang ada di wilayah Kecamatan
pembentukan kecamatan; Tana Righu semuanya telah berada
4. Keputusan Kepala Desa atau nama lain di atas 5 tahun usia penyelenggaraan
untuk desa dan Keputusan Lurah atau pemerintahan. Berikut ini adalah daftar
nama lain untuk kelurahan di seluruh usia penyelenggaraan desa di wilayah
wilayah kecamatan baik yang akan menjadi Kecamatan Tana Righu.

190
H. Deding Ishak: Analisis Penataan Kecamatan di Kabupaten Sumba Barat ...

3. Berdasarkan hasil wawancara dengan Berdasarkan hasil wawancara dengan


anggota BPD dan Kepala Desa di jajaran Kecamatan Tana Righu dan jajaran
seluruh wilayah Kecamatan Tana Righu, desa di seluruh desa di wilayah Kecamatan
menunjukkan bahwa semuanya telah Tana Righu, dapat disimpulkan bahwa sebagian
menyetujui adanya rencana pemekaran besar menyatakan bahwa lokasi ibu kota
Kecamatan Tana Righu, dengan harapan kecamatan yang dimekarkan (kecamatan baru)
pemekaran Kecamatan Tana Righu adalah di Desa Kareka Nduku, dinilai memiliki
akan dapat meningkatkan pelayanan aksesibilitas, keterjangkauan, posisi geografis,
masyarakat, peningkatan kesejahteraan dan infrastruktur yang relatif memadai. Namun
masyarakat, dan memperbaiki kebutuhan demikian, tentunya diperlukan kajian lebih
hidup masyarakat. lanjut apabila memang Kecamatan Tana Righu
sudah memenuhi syarat untuk dimekarkan.
• Analisis Kelayakan Fisik Kewilayahan
Kecamatan Tana Righu Berkaitan dengan sarana prasarana
pemerintahan, ada komitmen yang kuat dari
Dalam Pasal 5 PP No. 19 Tahun 2008 berbagai pihak terkait, mulai dari pemerintah
tentang Kecamatan dinyatakan secara tegas kabupaten Sumba Barat, jajaran Kecamatan
bahwa syarat fisik kewilayahan terbentuknya Tana Righu, dan para kepala desa untuk
kecamatan adalah meliputi cakupan membangun sarana prasarana pemerintahan
wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan kecamatan yang akan dimekarkan secara
prasarana pemerintahan. Pasal 6 PP tersebut gotong royong demi kepentingan masyarakat
menegaskan bahwa: dan pelayanan masyarakat.
1. Cakupan wilayah untuk daerah kabupaten
• Analisis Kelayakan Teknis Kecamatan
paling sedikit terdiri atas 10 desa/kelurahan
Tana Righu
dan untuk daerah kota paling sedikit terdiri
atas 5 desa/kelurahan. Dalam Pasal 7 PP No. 19 Tahun 2008
2. Lokasi calon ibukota memerhatikan tentang Kecamatan dinyatakan secara tegas
aspek tata ruang, ketersediaan fasilitas, bahwa persyaratan pembentukan kecamatan
aksesibilitas, kondisi dan letak geografis, harus memenuhi persyaratan teknis yang
kependudukan, sosial ekonomi, sosial meliputi:
politik, dan sosial budaya. 1. Jumlah Penduduk;
3. Sarana dan prasarana pemerintahan 2. Luas Wilayah;
meliputi bangunan dan lahan untuk 3. Rentang Kendali Penyelenggaraan
kantor camat yang dapat digunakan untuk Pelayanan Pemerintahan;
memberikan pelayanan kepada masyarakat. 4. Aktivitas Perekonomian;
5. Ketersediaan Sarana dan Prasarana.
Berdasarkan cakupan wilayah sesuai
dengan ketentuan di atas, dapat dinyatakan Untuk menentukan kelayakan pemekaran
bahwa Kecamatan Tana Righu belum Kecamatan Tana Righu dilihat dari aspek
memenuhi syarat untuk dimekarkan karena persyaratan teknis tersebut, maka diperlukan
jumlah desa yang ada di wilayah Kecamatan kajian sebagaimana diamanatkan dalam PP No.
Tana Righu baru berjumlah 18 desa, sehingga 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan. PP tersebut
apabila dimekarkan tentunya tidak akan telah mengatur secara detail faktor, indikator,
memenuhi ketentuan cakupan wilayah 10 proses perhitungan kuantitatif, dan metode
desa. 18 desa di Kecamatan Tana Righu penilaian terhadap suatu wilayah kecamatan
apabila dibagi dua, komposisinya adalah: 10 yang akan dimekarkan. Berdasarkan proses
desa untuk kecamatan induk, dan 8 desa untuk perhitungan kuantitatif dan pengolahan data
kecamatan baru (yang dimekarkan). Masih secara kuantitatif terhadap potensi wilayah
kurang paling tidak 2 desa lagi agar Kecamatan yang ada di Kecamatan Tana Righu, diperoleh
Tana Righu dapat dimekarkan. hasil data kuantitatif, sebagai berikut.

191
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 9 NO. 2 \ OKTOBER 2017: 183 – 198

Tabel 4
Potensi wilayah yang ada di Kecamatan Tana Righu

No. FAKTOR dan INDIKATOR JUMLAH SKOR BOBOT NILAI


1. Penduduk
1. Jumlah penduduk 22.721 jiwa 5 20 100
2. Luas daerah
Luas wilayah keseluruhan 139,79 km2 5 5 25
Luas wilayah efektif yang dapat 125,811 km2 5 5 25
dimanfaatkan
3. Rentang Kendali
Rata-rata jarak desa ke pusat 10 km 4 10 40
pemerintahan kecamatan (ibukota
kecamatan)
Rata-rata waktu perjalanan dari desa ke 30 Menit 4 10 40
pusat pemerintahan (ibukota kecamatan)
4. Aktivitas perekonomian
Jumlah bank 1 5 2 10
Jumlah lembaga keuangan bukan bank 1 5 2 10
Jumlah kelompok pertokoan - 5 2 10
4. Jumlah pasar 2 5 4 20
5. Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Sekolah Dasar 19 5 4 20
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 8 5 4 20
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 2 5 4 20
fasilitas kesehatan 5 5 4 20
tenaga medis 36 5 4 20
kendaraan bermotor 4.150 4 3 12
pelanggan listrik 185 5 3 15
panjang jalan 84,70 km 5 3 15
sarana peribadatan Masjid: 1 5 4 20
Gereja: 29
fasilitas lapangan olahraga 5 3 3 9
Jumlah balai pertemuan 3 3 4 12
Jumlah 463

Tabel 5
Berdasarkan hasil pengolahan data Ketentuan total nilai seluruh indikator pemekaran
kuantitatif terhadap potensi yang ada di kecamatan
wilayah Kecamatan Tana Righu di atas, dapat Total Nilai
dijelaskan bahwa total nilai seluruh indikator Kategori Seluruh Keterangan
adalah sebesar: 463. Dengan demikian, Indikator
Sangat Mampu 420 s.d. 500 Rekomendasi
dapat ditegaskan bahwa Kecamatan Tana
Mampu 340 s.d. 419 Rekomendasi
Righu dikategorikan SANGAT MAMPU, untuk Kurang Mampu 260 s.d. 339 Ditolak
dimekarkan. Hal ini sesuai dengan PP No. Tidak mampu 180 s.d. 259 Ditolak
19 Tahun 2008 tentang Kecamatan yang Sangat Tidak 100 s.d. 179 Ditolak
menyatakan bahwa kelulusan suatu kecamatan Mampu

dimekarkan ditentukan oleh total nilai seluruh Suatu calon kecamatan direkomendasikan
indikator dengan kategori: menjadi kecamatan baru apabila calon

192
H. Deding Ishak: Analisis Penataan Kecamatan di Kabupaten Sumba Barat ...

kecamatan dan kecamatan induknya (setelah 8 Manu Mada Kareka Nduku Utara
pemekaran) mempunyai total nilai seluruh 9 Elu Loda Kareka Nduku
indikator dengan kategori sangat mampu Selatan
(420-500) atau mampu (340-419). Usulan 10. Desa Pemekaran Desa Pemekaran
pembentukan kecamatan ditolak apabila calon
kecamatan atau kecamatan induknya (setelah • Skenario Kedua
pemekaran) mempunyai total nilai seluruh
Skenario kedua adalah memekarkan
indikator dengan kategori kurang mampu (260-
Kecamatan Tana Righu dengan
339), tidak mampu (180-259) dan sangat tidak
menimbulkan konsekuensi terhadap
mampu (100-179).
kecamatan yang menjadi tetangganya.
Untuk lebih jelasnya kelayakan Pemekaran Artinya mencoba mengambil sejumlah
Kecamatan Tana Righu dapat dilihat pada tabel desa dari kecamatan lain.
di bawah ini:
Tabel 6
Kelayakan Pemekaran Kecamatan Tana Righu Mekanisme Pemekaran Kecamatan Tana
Righu
No. Persyaratan Kriteria Ket.
1. Syarat Memenuhi Pasal 4 PP Pembentukan maupun pemekaran
Adminis- Syarat 19/2008 & suatu kecamatan memperoleh legalitas
tratif Lampiran setelah terbentuknya peraturan daerah
PP tentang pembentukan kecamatan. Setelah
2. Syarat Fisik Belum Pasal 5
tim observasi menyatakan layak dibentuk
dan Kewila- Memenuhi dan 6 PP
yahan Syarat (perlu 19/2008 & kecamatan baru di Tana Righu, Bupati Sumba
dimekarkan Lampiran Barat menyiapkan rancangan peraturan daerah
2 desa) PP tentang pembentukan kecamatan. dalam
3. Syarat Memenuhi Pasal 7 PP mekanisme pembentukan peraturan daerah
Teknis Syarat 19/2008 & tersebut, usul atau rancangan pembentukan
Lampiran peraturan daerah dapat berasal dari kepala
PP
daerah dalam hal ini bupati, DPRD juga dari
aspirasi masyarakat. dalam hal ini Rancangan
Konfigurasi (Model) Pemekaran Kecamatan
Peraturan Daerah (Raperda) merupakan
• Skenario Pertama manifestasi pembentukan Peraturan Daerah
Skenario pertama adalah memekarkan yang nantinya diwujudkan dalam pelaksanaan
Kecamatan Tana Righu tanpa menimbulkan pemekaran atau pembentukan wilayah
konsekuensi terhadap kecamatan kecamatan baru.
tetangganya. Dapat diihat pada tabel di Penyiapan rancangan peraturan daerah
bawah ini: tentang pembentukan wilayah kecamatan
Tabel 7 sebagaimana dimaksud, harus melibatkan
Tabel Kecamatan Induk dan Kecamatan pemerintah kecamatan dan unsur masyarakat,
Pemekaran agar dapat ditetapkan secara tepat batas-batas
wilayah kecamatan yang akan dibentuk. Bupati
No. Kecamatan Kecamatan
Induk Pemekaran mengajukan rancangan peraturan daerah
1 Loko Ry Bondo Tera tentang pembentukan kecamatan kepada
2 Lolo Wano Kalebu Ana Kaka DPRD dalam forum rapat paripurna DPRD.
3 Ngadu Pada Zala Kadu Hal ini merupakan mekanisme pembentukan
4 Malata Tarona peraturan daerah di mana ada pembahasan
5 Lingu Lango Wee Patola antar unsur pemerintahan daerah, yaitu Kepala
6 Manu Kuku Wanokaza Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat
7 Lolo Tana Kareka Nduku Daerah.

193
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 9 NO. 2 \ OKTOBER 2017: 183 – 198

Dalam rangka pembahasan peraturan perintah perbaikan Perda sebagaimana


daerah tersebut, dibentuk tim asistensi yang dimaksud pada ayat (4), Perda tersebut harus
diketuai oleh sekretaris daerah atau pejabat disempurnakan oleh kepala Daerah bersama
yang ditunjuk oleh kepala daerah. Selain itu DPRD sebelum diundangkan. Namun jika tidak
dibentuk pula tim asistensi dengan sekretariat segera disempurnakan maka Menteri atau
berada pada Biro Hukum atau Bagian Gubernur membatalkan Perda tersebut.
Hukum. Rancangan peraturan daerah dapat
Berkaitan dengan sahnya Rancangan
disampaikan oleh anggota, komisi, gabungan
Peraturan Daerah tentang Pembentukan
komisi, atau alat kelengkapan Dewan
Kecamatan yang telah ditetapkan oleh Bupati,
Perwakilan Rakyat Daerah yang khusus
Sekretaris Daerah mengundangkan Peraturan
menangani bidang legislasi.
Daerah tersebut di dalam Lembaran Daerah.
Selanjutya DPRD bersama Bupati Peraturan Daerah ditetapkan oleh Kepala
melakukan pembahasan atas rancangan Daerah, setelah mendapatkan persetujuan
peraturan daerah tentang pembentukan bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
kecamatan. dalam hal ini apabila ada Daerah (DPRD).
kendala atau hambatan dalam pembentukan
Peraturan Daerah memiliki hak yurisdiksi
peraturan daerah tersebut, maka unsur-unsur
setelah diundangkan dalam Lembaran Daerah
pemerintahan kecamatan dan masyarakat yang
sesuai dengan pembentukan Peraturan Daerah
mewakilinya dapat dilibatkan karena kembali
berdasarkan azas pembentukan peraturan
kepada merekalah kepentingan pembentukan
perundangan. Berdasarkan hal tersebut
kecamatan atau pemekaran kecamatan
setelah Peraturan Daerah diundangkan dalam
tersebut berasal dan merekalah yang tahu apa
Lembaran Daerah maka Peraturan Daerah
saja kelebihan atau potensi yang ada berikut
tersebut telah sah dan berlaku menyangkut
kekurangan-kekurangannya.
materi dan isi muatannya. dalam hal ini maka
Rancangan Peraturan Daerah tentang pemekaran atau pembentukan desa baru
Pembentukan Kecamatan yang telah disetujui sesuai dengan Peraturan Daerah tersebut
bersama oleh DPRD dan Bupati disampaikan dapat segera dilaksanakan.
kepada Menteri Dalam Negeri melalui
Ketentuan Pasal 10 Peraturan Pemerintah
Gubernur NTT. Menteri atau Gubernur sebagai
No.19 Tahun 2008 disebutkan bahwa Peraturan
wakilPemerintah Pusat menyampaikan
Daerah Kabupaten/Kota tentang Pembentukan
jawaban menyetujui seluruhnya atau
Kecamatan paling sedikit memuat:
menyetujui dengan perintah perbaikan Perda
• Nama Kecamatan;
kepada gubernur atau bupati/wali kota paling
lambat 15 (lima belas) Hari sejak diterimanya • Nama Ibukota Kecamatan;
Perda (PP 18 Tahun 2016 Pasal 3 ayat (4)). • Batas Wilayah Kecamatan; Dan
Dalam hal Menteri atau gubernur sebagai • Nama Desa dan/atau Kelurahan.
wakil Pemerintah Pusat menyetujui seluruhnya Peraturan Daerah harus dilampiri peta
atas Perda sebagaimana dimaksud pada kecamatan dengan batas wilayahnya sesuai
ayat (4), Kepala Daerah mengundangkan kaidah teknis dan memuat titik koordinat.
Perda dalam lembaran Daerah sesuai dengan Pemerintah Kabupaten Sumba Barat
ketentuan peraturan perundang-undangan. mempunyai peran yang penting dalam rangka
Apabila dalam waktu 15 (lima belas) Hari, menampung aspirasi masyarakat terkait
Menteri atau Gubernur sebagai wakil dengan wacana pemekaran kecamatan.
Pemerintah Pusat tidak memberikan jawaban, Setiap usulan yang masuk akan dinilai serta
Perda sebagaimana dimaksud dianggap telah akan dilakukan peninjauan ke lapangan, untuk
mendapat persetujuan. mengetahui layak atau tidaknya pemekaran
Apabila Menteri atau Gubernur sebagai wilayah kecamatan. Pentingnya menggelar
wakil Pemerintah Pusat menyetujui dengan peninjauan, karena pemekaran kecamatan

194
H. Deding Ishak: Analisis Penataan Kecamatan di Kabupaten Sumba Barat ...

sangat berkaitan luas wilayah, jumlah penduduk masyarakat terhadap pembangunan dan
serta fasilitas yang yang sudah miliki. Apabila dapat memutus mata rantai pelayanan yang
persyaratan itu terpenuhi, maka tidak mustahil sebelumnya terpusat di satu tempat/Ibukota
usulan pemekaran kecamatan dikabulkan. kecamatan, memicu motivasi masyarakat untuk
Sebab tujuan pemekaran kecamatan ikut secara aktif dalam proses pembangunan
dinilai cukup baik, untuk mendekatkan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya,
pelayanan kepada masyarakat serta memacu dan lain sebagainya.
pertumbuhan pembangunan, dan diharapkan
bias dengan peningkatan ekonomi masyarakat. Penataan Batas Wilayah Enklave

Salah satu hal yang penting dan Terdapat banyak wilayah enklave (wilayah
patut diperhatikan adalah dalam rencana kantong) di Kabupaten Sumba Barat. Desa di
pemekaran adalah tapal batas. Tapal batas wilayah A namun secara administratif masuk
merupakan hal yang sensitif di tengah ke dalam bagian kecamatan B. kondisi ini
masyarakat. Jangan sampai pemekaran itu tentunya membuat pelayanan semakin jauh
malah membawa perpecahan antara warga kepada masyarakat.
yang satu dengan warga yang lain sehingga Berdasarkan wawancara dengan
hubungan antar daerah dapat berjalan dengan masyarakat dan tokoh masyarakat di Kabuaten
baik. Berdasarkan hal tersebut di atas, suatu Sumba Barat, digambarkan bahwa masyarakat
konflik atau sengketa menyangkut batas-batas di wilayah enklave banyak yang mengeluh,
wilayah suatu daerah harus diantisipasi dengan untuk pengurusan dokumen kependudukan
baik dengan memetakan atau membuat peta harus menempuh berkilo-kilo agar sampai ke
serta batas-batas daerah tersebut khususnya kantor kecamatan, bahkan untuk sewa ojek
dalam Peraturan Daerah pemekaran kami harus membayar puluhan ribu.
kecamatan tersebut. Sengketa atau konflik
Kami merekomendasikan agar di
yang terjadi antar daerah wajib dihindari dan
Kabupaten Sumba Barat dilaksanakan
seharusnya hubungan baik dan kerja sama
penataan wilayah kembali khususnya pada
wajib ditingkatkan karena kita tetap satu, yaitu
desa-desa enklave, desa-desa terkunci
hidup dalam wadah Negara kesatuan Republik
tersebut masuk ke dalam wilayah administrasi
Indonesia.
kecamatan terdekat. Dimaksudkan agar
Pemekaran daerah dalam Undang- rentang kendali menjadi lebih efektif dan efisien,
Undang Nomor 23 Tahun 2014, Pasal 32 pelayanan lebih dekat dengan masyarakat
ayat 1 maupun pemekaran daerah dalam arti sehingga pemerintah benar-benar hadir di
memecah kecamatan/kelurahan/desa menjadi tengah masyarakat. Untuk lebih jelasnya kami
dua atau lebih wilayah geografis dengan gambarkan dalam tabel di bawah ini.
pertimbangan karena luasnya wilayah, kondisi
geografis, jumlah penduduk yang terlalu padat Tabel 8
serta kondisi sosial politik, tentu menjadi alasan
Penataan Batas Wilayah Enklave di Sumba Barat
yang perlu dipertimbangkan secara serius.
Salah satu tujuan Pemekaran daerah adalah Wilayah
No. Kecamatan Keterangan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik Enklave
guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan 1. Desa Loli Masuk ke
Dedekadu Kec. Kota
masyarakat. Dengan pemekaran wilayah
Waikabubak
diharapkan dapat memunculkan pusat- 2. Kel. Wee Loli Masuk ke
pusat pertumbuhan ekonomi baru, mampu Karau Kec. Kota
meningkatkan berbagai potensi yang selama Waikabubak
ini belum tergarap secara optimal baik potensi 3. Kel. Loli Masuk ke
sumberdaya alam maupun sumberdaya Sobawawi Kec. Kota
manusia, membuka “keterkungkungan” Waikabubak

195
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 9 NO. 2 \ OKTOBER 2017: 183 – 198

4. Kel. Loda Loli Masuk ke 4. Merancang peraturan daerah di bidang TIK


Pare Kec. Kota yang mengacu aturan pusat;
Waikabubak 5. Menyediakan komputer, perangkat lunak
5. Kel. Loli Masuk ke dan jaringan untuk pelayanan yang cepat,
Weedabbo Kec. Kota
tepat dan terpadu, serta ketersediaan
Waikabubak
6. Kel. Loli Masuk ke informasi yang akurat dan informatif pada
Dira Tana Kec. Kota setiap Kantor Kecamatan bahkan sampai
Waikabubak pada kantor kelurahan/desa;
7. Desa Kota Masuk ke 6. Mewajibkan SDM melalui peraturan Bupati
Soborade Waikabubak Kec. Loli
agar SDM mengikuti perkembangan
8. Desa Puu Kota Masuk ke
teknologi informasi terbaru untuk lebih
Mawo Waikabubak Kec. Loli
meningkatkan kualitas diri dan kualitas
pelayanan publik;
Penggunaan ICT dalam Penyelenggaraan 7. Menyosialisasikan keunggulan produk/
Pemerintahan Kecamatan aplikasi yang akan digunakan;
Kerangka dan prinsip-prinsip yang 8. Merancang kerja sama antara Pemerintah
dipergunakan dalam penerapan Teknologi Daerah dengan sektor swasta untuk
Informasi dalam lingkup pemerintahan membangun listrik meningkatkan
populer dikenal luas dengan nama electronic- pelayanan secara efektif dan efisien;
Government (e-Government). Beberapa hal 9. Menyusun rencana umum pengembangan
yang perlu diperhatikan dalam penggunaan E-Government di Kabupaten Sumba Barat.
TI (Teknologi Informasi) di Kabupaten Sumba
barat, di antaranya:
Sistem Perencanaan Berbasis Kewilayahan
1. Kabupaten Sumba Barat mempunyai
wilayah yang sangat luas dengan Kecamatan merupakan bagian Perangkat
karakteristik wilayah pegunungan dan bukit Daerah. Satuan Kerja Perangkat Daerah
kapur. Memaksimalkan pemanfaatkan (SKPD) adalah unsur penyelenggara
TI (Teknologi Informasi) tentunya akan pemerintahan daerah yang dalam upaya
menghemat biaya birokrasi dan membuat mencapai keberhasilannya perlu didukung
kinerja kecamatan lebih efektif. Untuk dengan perencanaan yang baik sesuai
kordinasi dengan kabupaten tidak perlu dengan visi dan misi organisasi. Pendekatan
harus datang ke kantor Bupati, cukup yang dilakukan adalah melalui perencanaan
melalui email atau video konfrens, strategis yang merupakan serangkaian
pengurusan dokumen-dokumen rencana tindakan dan kegiatan mendasar yang
masyarakat dapat melalui internet. Dengan dibuat untuk diimplementasikan oleh organisasi
demikian masalah-masalah di kecamatan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
segera ditangani secara cepat. yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Sektor Pariwisata menyumbang PAD Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
yang tinggi bagi Kabupaten Sumba Barat. mengamanatkan bahwa setiap Satuan
Penggunaan TI merupakan salah satu Kerja Perangkat daerah (SKPD) diwajibkan
strategi pengembangan pariwisata. Selain menyusun rencana strategis yang selanjutnya
untuk promosi, keberadaann internet akan disebut Renstra SKPD. Renstra SKPD
membuat wisatawan lebih nyaman di memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
Sumba Barat. program dan kegiatan pembangunan sesuai
3. Peneliti merekomendasikan beberapa dengan tugas dan fungsinya, berpedoman
langkah terkait penggunaan ICT dalam pada RPJMD dan bersifat indikatif. Sementara
mendukung pelaksanaan E-Government di itu, Sementara itu, Undang-Undang Nomor
Kabupaten Sumba Barat: 25 Tahun 2005 menyebutkan bahwa Renstra

196
H. Deding Ishak: Analisis Penataan Kecamatan di Kabupaten Sumba Barat ...

SKPD merupakan dokumen perencanaan anggaran daerah tidak habis untuk belanja
SKPD untuk periode 5 (lima) tahun. birokrasi namun dapat dimaksimalkan untuk
sebesar-besar kesejahteraan masyarakat.
Kami merekomendasikan beberapa
kebijakan untuk Kecamatan di Kabupaten
Sumba Barat, di antaranya:
1. mulai merintis model perencanaan SIMPULAN
pembangunan berbasis kewilayahan, Berdasarkan kajian di atas didapat
sehingga rencana pembangunan tidak beberapa simpulan, sebagai berikut:
hanya didasarkan pada fungsi atau urusan
1. Dilihat dari syarat administrasi, syarat fisik,
pemerintahan, tetapi juga berdasarkan
dan syarat kewilayahan, kecamatan yang
wilayah kerja.
paling berpotensi untuk dimekarkan adalah
2. adanya dukungan politik dari bupati/ Kecamatan Tana Righu jika dibandingkan
walikota untuk memperkuat peranan 5 (lima) kecamatan yang lain, dengan
kecamatan yang didukung pula oleh DPRD syarat dimekarkan lagi dua desa di wilayah
dalam bentuk alokasi anggaran yang Kecamatan Tana Righu.
sesuai dengan visi dan misi kecamatan
2. Penataan Kecamatan dalam penelitian ini
sebagai sebuah SKPD.
bukan hanya berkaitan dengan pemekaran
3. mengharuskan camat sebagai kepala saja, namun meliputi aspek lainnya, di
SKPD untuk menyusun renstra SKPD antaranya:
secara sungguh-sungguh agar memperoleh
a. Penataan batas wilayah enklave
alokasi anggaran sesuai visi dan misinya.
b. Perbaikan sistem Perencanaan
Penataan Organisasi Kecamatan c. Penggunaan sistem ICT dalam
Melihat karakteristik wilayah di Kabupaten penyelenggaraan pemerintahan
Sumba Barat, sebagian besar Kecamatan d. Penataan organisasi Kecamatan
mempunyai tipe A. Di dalam PP 18 Tahun 2016
Pasal 91 dijelaskan:
(1) Kecamatan tipe A terdiri atas 1 (satu) DAFTAR PUSTAKA
sekretariat dan paling banyak 5 (lima) Anderson J.E., 1978, Public Policy Making, Halt
seksi. Renehart and Winston, USA.
(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada Bogdan, Robert C. and Sari Knopp, Bliken, 1986,
ayat (1) paling banyak terdiri atas 2 (dua) Qualitative Research for Education-And
subbagian. Introductory to Theory and Methods,
Allyn and Bacon Inc, Boston-USA.
Ayat di atas berbunyi paling banyak,
Eko, Sutoro, 2007, Posisi Kecamatan dalam
artinya jumlah tersebut adalah batas maksimal, Perspektif Otonomi Daerah, Jurnal
boleh megambil di bawah jumlah maksimal Analisis, Vol. I, No. 4.
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
Sugiyono, 1994, Metode Penelitian Administrasi,
dan anggaran Kabupaten Sumba Barat. Alfabeta, Bandung.
Misalnya 3 seksi pada sekretariat kecamatan.
Sujito, Ari, 2008, Dinamika Kecamatan Di Era
Nawa cita Presiden Joko Widodo yang Desentralisasi, Jurnal Wacana, Edisi 16
kedua, di mana pemerintah harus mampu Tahun XIV.
melakukan tata kelolah pemerintah yang Suryaningrat, 1989, Perumusan Kebijakan dan
bersih, efektif, demokrats dan terpercaya. Koordinasi Pembangunan di Indonesia,
Artinya pemerintah daerah harus mampu PT. Gunung Agung, Jakarta.
menjabarakan nawa cita tersebut melalui Wasistiono, Sadu, 2002, Esensi UU Nomor 22
penataan organisasi yang efektif dan efisien, Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
ramping struktur kaya fungsi, sehingga (Bunga Rampai) Alqaprint, Jatinangor.

197
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 9 NO. 2 \ OKTOBER 2017: 183 – 198

---------------, 2004, Manajemen Pemerintahan Widodo, Joko, 2001, Good Governance, Telaah
Daerah, Fokus Media, Bandung. dan Dimensi: Akuntabilitas dan Kontrol
---------------, 2004, Kapita Selekta Pemerintahan, Birokrasi, Penerbit Insan Cendekia,
Fokus Media, Bandung. Surabaya.

198

Anda mungkin juga menyukai