Anda di halaman 1dari 6

.

APAKAH CAMAT MASIH DIPERLUKAN ?

Oleh ; Drs.H.Rusdi Lubis, MSi


( mantan Sekdaprov. Sumbar/Ketua Komisi
Hukum dan Pemerintahan Dewan Riset
Daerah Propinsi Sumatera Barat )

Tinjauan Kecamatan/Camat dari perundang undangan

Pertanyaan diatas saya terakan sebagai judul tulisan karena didalam struktur
pemerintahan kita setelah keluarnya UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
yang diganti dengan UU no.32 tahun 2004 tentang Pemeritahan Daerah mengalami suatu
perubahan tentang kedudukannya dalam struktur pemerintahan dari Undang-undang
sebelumnya. Pada Undang-undang yang terakhir sebelum UU No.22 tahun 1999 yaitu
Undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok Pemerintahan di Daerah pada pasal 72
bahwa Kecamatan adalah Wilayah adminisratif, pada pasal 76 disebut bahwa Kepala
Wilayah Kecamatan disebut dengan Camat yang kalau kita teruskan pada pasal 80
menyatakan bahwa Kepala Wilayah sebagai Wakil Pemerintah adalah Penguasa Tunggal
di bidang pemerintahan, mengkoordinir pembangunan dan membina kehidupan
masyarakat disegala bidang. Undang – undang No.22 Tahun 1999 pada pasal 66 ayat 1
menyebutkan bahwa Kecamatan merupakan perangkat Daerah Kabupaten/ Daerah Kota
yang dipimpin oleh Kepala Kecamatan, pada ayat 2 disbutkan bahwa Kepala Kecamatan
disebut Camat dan pada ayat 4 berbunyi Camat menerima pelimpahan sebagian
kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota. Undang-undang No.32 tahun 2004 pada
pasal 126 ayat 1 menyatakan bahwa Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota
dengan Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah, ayat 2 , Kecamatan sebagaimana
dimaksud ayat 1 dipimpin oleh Camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota untuk menangani sebagian urusan
otonomi daerah , disamping itu pada ayat 3 disebutkan selain tugas sebagaimana disebut
pada ayat 2 Camat juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan.Pada penjelasan
pasal 126 ayat 1 dikatakan bahwa Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai
perangkat daerah kabupaten dan daerah kota.
Dari Undang-undang yang dikemukakan diatas, betapa terdapat perbedaan baik status
Kecamatan maupun kedudukan Camat dari waktu yanglalu,yang tentunya mempengaruhi
terhadap apa yang menjadi kewenangan dan tanggung jawab Camat dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Kecamatan menurut UU No.5 /1974berstatus sebagai
Wilayah Administratif, yaitu merupakan tingkatan Wilayah sebagai perpanjangan dari
Pemerintah Pusat, Propinsi,Kabupaten/Kotamadya/Kota Adminstratif.Camat merupakan
Kepala Wilayah yang memiliki kewenangan pemerintahan khususnya penyelenggaraan
pemerintahan umum dan sebagai Penguasa Tunggal dibidang pemerintahan, koordinasi
pelaksanan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan. Dalam UU No. 22 tahun 1999
2
, Kecamatan merupakan perangkat daerah sama dengan perangkat daerah lainnya, yang
kepalanya adalah Camat, oleh karena itu pada hakekatnya Camat hanya berkedudukan
sebagai staf saja dilingkungan Pemerintah Daerah, kewenangannya sangat tergantung
pada pendelegasian kewenangan yang diberikan oleh Bupati/Walikota. Camat tidak
memiliki kewenangan atributif tetapi hanya memiliki kewenangan delegatif. Dapat
diartikan bahwa kewenangan Camat sangat tergantung pada seberapa besar dan seberapa
banyak kewenangan yang diberikan oleh Bupati/Walikota kepada Camat. Pada dasarnya
tidak ada kewenangan yang dapat ”memutuskan” dan ”mengomandoi”, hanya
”menyelenggarakan” dan ”melaksanakan” serta ”menyarankan”. Pada Undang –undang
No.32 tahun 2004 , prinsip yang dianut oleh Undang-undang No.22 tahun 1999 tetap
dilanjutkan dengan penambahan berupa menyelenggarakan tugas umum pemerintahan
berupa koordinasi pemberdayaan masyarakat, ketentraman dan ketertiban umum,
penerapan dan penegakan peraturan perundang undangan, pemeliharaan prasarana dan
fasilitas pelayanan umum; membina penyelenggaraan kegiatan pemerintahan desa atau
kelurahan; melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya
dan/atau yang belum dapat dilaksanakan oleh pemerintah desa atau kelurahan.Hal yang
sangat penting dikemukakan bahwa disebutkan pula Kecamatan adalah wilayah kerja
Camat sebagai perangkat daerah, artinya hanya menentukan lokasi tempat bekerja,
tidak merupakan wilayah pemerintahan, yaitu batas kekuasaan ataupun kewenangan
untuk mengatur dan memerintah. Dengan kata lain , bahwa Camat bukan lagi merupakan
Pimpinan/Kepala Pemerintahan, tetapi tidak lebih sebagai Pimpinan/Kepala Satuan Kerja
ataupun Kepala Kantor.

Kondisi Kecamatan saat ini.


Perubahan perundang undangan yang di kemukakan diatas membawa pengaruh
yang kurang baik terhadap eksistensi Kecamatan, dimana kewenangan yang dimilikinya
tidak kuat dan bahkan ada yang tidak mempunyai kewenangan yang lebih terinci,
sehingga Camat beserta perangkatnya menjalankan tugas apa adanya dan sangat
menggantungkan kepada apa yang diperintahkan oleh Bupati /Walikota. Sementara itu ,
hubungan Pemerintah Desa (Sumbar : Nagari) hanya bersifat koordinatif dan terkesan
hanya basa basi, Camat kurang berkompeten dalam melakukan pengawasan terhadap
Pemerintah Nagari, bahkan tidak jarang terjadi Wali Nagari tidak mematuhi /
mengindahkan apa yang disarankan oleh Camat ( Wali Nagari menyampaikan
laporan/pertanggung jawaban kepada Bupati melalui Camat ).Apalagi ada disuatu
Daerah , satu Nagari satu Kecamatannya, sehingga Wilayah kerja Camat berdempetan
dengan Wilayah pemerintahan Wali Nagari. Dari segi pelayanan yang akan dilaksanakan
oleh Kecamatan terbatas, baik dari segi jenisnya maupun kwalitas penyelesaiannya,
masih banyak jenis pelayanan yang dilakukan di Kabupaten/kota dan tetap menjadi
kewenangan kabupaten/kota, Kecamatan belum banyak yang dapat memberikan
pelayanan yang tuntas, hanya baru bersifat antara.
Dalam pada itu pengisian pimpinan Kecamatan tidak lagi mendasarkan kepada
pertimbangan kompetensi atau profesional, banyak pimpinan Kecamatan diisi dari tenaga
tenaga yang kurang mengetahui tentang tehnis penyelenggaraan pemerintahan, ataupun
pengalaman kerja dibidang tersebut, pengisian jabatan Camat disamakan saja
3

pertimbangannya dengan pengisian perangkat daerah lainnya. Sangat berbeda pada waktu
yang lalu, untuk menjadi Camat ada pertimbangan khusus dari segi latar belakang
ilmu/pendidikan/pelatihan serta pengalaman pekerjaannya. Hal ini dikarenakan pimpinan
Kecamatan /Camat tidak sekedar pimpinan unit kerja tetapi lansung menghadapi
persoalan masyarakat dan membina masyarakat. Kemungkinan cara pengisian jabatan
Camat ini terjadi akibat dari kedudukan Camat yang tidak lagi kepala pemerintahan
tetapi kepala unit perangkat daerah. Masyarakat sampai saat ini ,masih memandang
Camat tetap sebagai Kepala Pemerintahan . Pandangan masyarakat itu ada
benarnya ,karena dalam praktek di lapangan Camat melaksanakan kegiatan kegiatan
yang mencerminkan fungsi itu seperti dalam melakukan pembinaan terhadap unit
pemerintahan terendah (Desa/Nagari/Kelurahan) ataupun kegiatan kemasyarakatan,
apalagi Camat sehari-hari memakai tanda jabatan yang menjadi simbol sebagai Kepala
Pemerintahan.

Peranan Camat sekarang

Perubahan penyelenggaraan pemerintahan yang sentralistis kepada yang


desentralistis seperti sekarang ini sudah barang tentu membawa perobahan terhadap peran
yang dimainkan oleh aparatur pemerintahan di Daerah. Pada waktu yang lalu cenderung
aparatur bekerja hanya melaksanakan dan menyelenggarakan apa yang diarahkan dari
Pemerintah Pusat atau Pemerintah pada tingkat atasnya, sedikit sekali yang merupakan
inisiatif dari Pemerintah Daerah, dan kalau pun ada masih menunggu petunjuk dari
tingkat yang lebih atas. Dengan diterapkannya prinsip otonomi daerah, maka Pemerintah
Daerah diberikan keleluasaan untuk mengatur dan mengurus daerah dan kepentingan
masyarakatnya sesuai dengan peraturan perundangan. Kewenangan Daerah bertambah
banyak jenisnya dan juga kwalitasnya, yang mengharuskan agar aparatur Daerah dapat
mengurus kewenangan itu untuk tercapainya tujuan dari otonomi Daerah yaitu
meningkatkan kesejahteraan rakyat, pelayanan yang lebih prima serta memberdayakan
masyarakat.
Konsekwensinya adalah aparatur Daerah harus diperkuat baik dari segi manusianya
maupun dari segi kelembagaan dan tata kerjanya. Dari segi manusianya, memerlukan
perubahan tehadap mind set, wawasan , mental dan perilaku serta semangat kerjanya,
sedangkan dari segi kelembagaan dan tata kerja harus diarahkan kepada pencapaian
efektifitas dan efisiensi dalam menberikan pelayanan maupun menyelesaikan program
yang telah digariskan. Tujuan Otonomi akan dapat berhasil tidak hanya oleh aparatur
ditingkat Kabupaten/Kota , karena pada dasarnya kegiatan kegiatan, potensi potensi serta
masyarakat berada di Desa (Nagari)/Kelurahan.Urusan pemerintahan yang harus
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota semakin bertambah dan bersifat
operasional, dengan demikian pelaksana urusan sudah barang tentu akan bertambah
jumlahnya. Sasaran ataupun objek dari urusan tersebut terletak di Desa
(Nagari)/Kelurahan, karena masyarakat yang mau disejahterakan ataupun yang dilayani
tersebut berada disitu. Pada saat ini, Pemerintahan Desa (Nagari)/Kelurahan masih
rendah kwalitasnya dibanding dengan apa yang harus diselenggarakannya, begitu juga
masyarakatnya belum banyak yang bisa mengurus kebutuhannya apalagi yang
4
menyangkut dengan urusan urusan pemerintahan, mereka memerlukan
pelayanan ,bimbingan dan arahan. Pertanyaannya, apakah aparatur Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dapat secara lansung menangani persoalan ditingkat Desa
(Nagari)/Kelurahan? Jawabannya jelas tidak, karena begitu banyak persoalan yang
timbul di tingkat terbawah itu yang tidak dapat diketahui aparatur Kabupaten/kota secara
lansung yang sudah barang tentu akan menyulitkan dalam penyelesaiannya. Disamping
itu, keterbatasan waktu dan tenaga aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
mempengaruhi pula terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di tingkat
Desa/Nagari/Kelurahan. Dalam hal mengawasi apakah kebijakan ataupun program yang
ditetapkan baik dari Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota akan kurang efektif
kalau lansung oleh aparatur Pemerintah Kabupaten/Kota,hal ini terkait juga dengan
prinsip ”Span of control” dimana ada keterbatasan jumlah yang bisa diawasi lansung
oleh seorang pimpinan.
Selanjutnya, sampai saat ini, Pemerintah Desa/Nagari/Kelurahan masih lemah, baik dari
segi kepemimpinannya, perangkatnya serta fasilitasnya,sedangkan sebaliknya yang
berhadapan langsung dengan masyarakat adalah unit pemerintahan tersebut. Kebutuhan
masyarakat yang dilayani tersebut meningkat seiring dengan adanya kemajuan dibidang
kehidupan maupun informasi , tehnologi dan komunikasi. Tingkat kecerdasan masyarakat
pun meningkat termasuk daya kritisnya terhadap pemerintahan. Kebijakan kebijakan
Pemerintah , Pemerintah Propinsi, Kabupaten/ Kota pada akhirnya yang
menyelenggarakan adalah unit pemerintahan terendah tersebut. Perlu dicatat bahwa
kebijakan kebijakan itu memerlukan cara penyelenggaraan yang tidak tradisional lagi,
tetapi dengan cara yang modern, karenanya memerlukan sistem yang jelas dan terarah.
Dari apa yang digambarkan diatas, maka dibutuhkan suatu unit pemerinthan
yang berada antara pemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah desa/nagari/kelurahan,
yang disebut dengan” kecamatan” yang dipimpin oleh” Camat”. Kecamatan ini
bukanlah hanya sekedar” wilayah kerja”, tetapi adalah ”wilayah pemerintahan” ,
mempunyai kewenangan pemerintahan ( walaupun dalam pengertian administratif )
dalam hal membina, mengawasi, memfasilitasi dan mengomandoi penyelenggaraan
kebijakan pemerintah, pemerintah propinsi, kabupaten/kota ditingkat
Desa/Nagari/Kelurahan. Kecamatan juga memerankan sebagai komunikator antara
Pemerintah Kabupaten/Kota dengan Desa/Nagari/Kelurahan, yang lazim disebut dengan
istilah ”verlengstuuk” atau perpanjangan tangan Pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam
menjalankan fungsi ini, maka sebagian besar kewenangan Kabupaten/Kota terutama yang
menyangkut kewenangan dibidang pemerintahan umum dan pelayanan lansung
masyarakat dilimpahkan kepada Kecamatan. Kordinasi perencanaan pembangunan
Desa/Nagari/Kelurahan menjadi hal yang penting diperankan oleh Kecamatan, termasuk
mengharmonisasikan antara kebutuhan Desa/Nagari/Kelurahan dengan program
Kabupaten/Kota.
Berdasarakan apa yang dikemukakan diatas, bahwa Kecamatan yang dipimpin oleh
Camat masih diperlukan, yang berperan sebagai :
1.Sambungan tangan Pemerintah Kabupaten /Kota dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan baik yang berasal dari desentralisasi (kewenangan otonomi daerah)
maupun yang berasal dari dekonsentrasi (kewenangan Pemerintah) yang ada di Daerah.
5
2.Koordinasi baik bersifat horizontal yaitu menyangkut pelaksanaan kegiatan SKPD
diwilayah Kecamatan dab bersifat Vertikal yaitu penyelengaraan pemerintahan dan
pembangan Desa/Nagari/Kelurahan.
3.Komunikator dan fasilitaor antara Pemerintah Kabupaten/Kota dengan Pemerintah
Desa/Nagari/Kelurahan.
4.Pengawas dari penyelenggaraan Pemerintahan Desa/Nagari/Kelurahan.
5.Pembina dan pemberdayaan Pemerintahan Desa/Nagari/Kelurahan serta masyarakat di
Desa/Nagari/Kelurahan.

Revitalisasi Kecamatan
Agar Kecamatan itu masih diperlukan dan dapat menjalankan peranannya
bahkan dapat dikatakan cukup strategis dalam rangka mewujudkan tujuan otonomi
Daerah serta pelaksanaan good government, perlu dilakukan revitalisasi Kecamatan
dengan langkah dan cara cara sebagai berikut :

1.Kecamatan hendaknya kedudukannya tidak hanya sebagai wilayah kerja , tetapi berupa
wilayah pemerintahan, dengan demikian organisasi kecamatan merupakan unsur lini
kewilayahan.
.2.Kecamatan dijadikan centre of public service yaitu pusat pelayanan pada masyarakat
yang bersifat operasional di wilayahnya.
3.Pendelegasian kewenangan yang lebih banyak dan besar dari Pemerintah
Kabupaten/Kota yang dituangkan dalam bentuk Peraturan Bupati/Walikota yang
berhubungan dengan pelayanan dasar seperti : pendidikan, kesehatan, kependudukan,
ketertiban dan ketentraman serta perlindungan masyarakat.
4.Pemberian dana /anggaran biaya dan fasilitas kerja yang proporsional sesuai dengan
kewenangan yang didelegasikan kepada Kecamatan.
5.Penempatan personil yang jumlahnya secara proporsional dengan beban kerja yang
dilakukan serta personil yang kwalifikasinya lebih ditingkatkan.
6.Pada akhirnya, pimpinan Kecamatan yang disebut dengan Camat ditempatkan personil
yang terseleksi dari segi pendidikan, pengalaman , kinerja dan track recordnya. Jabatan
Camat berbeda dengan jabatan pada SKPD dilingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota, ka
rena sifat dan kedudukannya tidak hanya sebagai ”Kepala Kantor” atau Kepala Unit
Kerja , tetapi juga ia adalah ”\Pemimpin Pemerintahan” bahkan harus bersikap sebagai
”Pemimpin Masyarakat”, sehingga Camat tidaklah semata berpengetahuan tehnis ,
tetapi harus berpengatahuan yang generalis.
Oleh karena itu , Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2008 tentang Kecamatan
perlu diingatkan dalam pengisian jabatan Camat yaitu pada Bab VI pasal 24 yang
menyatakan:
”Camat diangkat oleh bupati/walikota atas usul sekretaris daerah kabupaten/kota dari
pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan tehknis pemerintahan dan memenuhi
persyaratan sesuai denganperaturan perundang-undangan. Pada pasal 25 disebutkan pula:
”Pengetahuan teknis pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 meliputi :
a,menguasai bidang ilmu pemerintahan dan dibuktikan dengan ijazah diploma sarjana pe
merintahan, dan
b.pernah bertugas di desa, kelurahan, atau kecamatan paling singkat 2 (dua) tahun.
6

Akhirnya, dengan kuatnya lembaga pemerintahan kecamatan ini, diharapkan


bahwa masyarakat semakin merasakan bahwa Pemerintah itu sungguh dibutuhkan dan
diperlukan bagi masyarakat. Semuanya itu tentunya akan tergantung pada kemauan dari
Pemimpin dan Penyelenggara pemerintahan yang berwenang .

Padang, April 2011

Anda mungkin juga menyukai