Pertanyaan diatas saya terakan sebagai judul tulisan karena didalam struktur
pemerintahan kita setelah keluarnya UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
yang diganti dengan UU no.32 tahun 2004 tentang Pemeritahan Daerah mengalami suatu
perubahan tentang kedudukannya dalam struktur pemerintahan dari Undang-undang
sebelumnya. Pada Undang-undang yang terakhir sebelum UU No.22 tahun 1999 yaitu
Undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok Pemerintahan di Daerah pada pasal 72
bahwa Kecamatan adalah Wilayah adminisratif, pada pasal 76 disebut bahwa Kepala
Wilayah Kecamatan disebut dengan Camat yang kalau kita teruskan pada pasal 80
menyatakan bahwa Kepala Wilayah sebagai Wakil Pemerintah adalah Penguasa Tunggal
di bidang pemerintahan, mengkoordinir pembangunan dan membina kehidupan
masyarakat disegala bidang. Undang – undang No.22 Tahun 1999 pada pasal 66 ayat 1
menyebutkan bahwa Kecamatan merupakan perangkat Daerah Kabupaten/ Daerah Kota
yang dipimpin oleh Kepala Kecamatan, pada ayat 2 disbutkan bahwa Kepala Kecamatan
disebut Camat dan pada ayat 4 berbunyi Camat menerima pelimpahan sebagian
kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota. Undang-undang No.32 tahun 2004 pada
pasal 126 ayat 1 menyatakan bahwa Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota
dengan Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah, ayat 2 , Kecamatan sebagaimana
dimaksud ayat 1 dipimpin oleh Camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota untuk menangani sebagian urusan
otonomi daerah , disamping itu pada ayat 3 disebutkan selain tugas sebagaimana disebut
pada ayat 2 Camat juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan.Pada penjelasan
pasal 126 ayat 1 dikatakan bahwa Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai
perangkat daerah kabupaten dan daerah kota.
Dari Undang-undang yang dikemukakan diatas, betapa terdapat perbedaan baik status
Kecamatan maupun kedudukan Camat dari waktu yanglalu,yang tentunya mempengaruhi
terhadap apa yang menjadi kewenangan dan tanggung jawab Camat dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Kecamatan menurut UU No.5 /1974berstatus sebagai
Wilayah Administratif, yaitu merupakan tingkatan Wilayah sebagai perpanjangan dari
Pemerintah Pusat, Propinsi,Kabupaten/Kotamadya/Kota Adminstratif.Camat merupakan
Kepala Wilayah yang memiliki kewenangan pemerintahan khususnya penyelenggaraan
pemerintahan umum dan sebagai Penguasa Tunggal dibidang pemerintahan, koordinasi
pelaksanan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan. Dalam UU No. 22 tahun 1999
2
, Kecamatan merupakan perangkat daerah sama dengan perangkat daerah lainnya, yang
kepalanya adalah Camat, oleh karena itu pada hakekatnya Camat hanya berkedudukan
sebagai staf saja dilingkungan Pemerintah Daerah, kewenangannya sangat tergantung
pada pendelegasian kewenangan yang diberikan oleh Bupati/Walikota. Camat tidak
memiliki kewenangan atributif tetapi hanya memiliki kewenangan delegatif. Dapat
diartikan bahwa kewenangan Camat sangat tergantung pada seberapa besar dan seberapa
banyak kewenangan yang diberikan oleh Bupati/Walikota kepada Camat. Pada dasarnya
tidak ada kewenangan yang dapat ”memutuskan” dan ”mengomandoi”, hanya
”menyelenggarakan” dan ”melaksanakan” serta ”menyarankan”. Pada Undang –undang
No.32 tahun 2004 , prinsip yang dianut oleh Undang-undang No.22 tahun 1999 tetap
dilanjutkan dengan penambahan berupa menyelenggarakan tugas umum pemerintahan
berupa koordinasi pemberdayaan masyarakat, ketentraman dan ketertiban umum,
penerapan dan penegakan peraturan perundang undangan, pemeliharaan prasarana dan
fasilitas pelayanan umum; membina penyelenggaraan kegiatan pemerintahan desa atau
kelurahan; melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya
dan/atau yang belum dapat dilaksanakan oleh pemerintah desa atau kelurahan.Hal yang
sangat penting dikemukakan bahwa disebutkan pula Kecamatan adalah wilayah kerja
Camat sebagai perangkat daerah, artinya hanya menentukan lokasi tempat bekerja,
tidak merupakan wilayah pemerintahan, yaitu batas kekuasaan ataupun kewenangan
untuk mengatur dan memerintah. Dengan kata lain , bahwa Camat bukan lagi merupakan
Pimpinan/Kepala Pemerintahan, tetapi tidak lebih sebagai Pimpinan/Kepala Satuan Kerja
ataupun Kepala Kantor.
pertimbangannya dengan pengisian perangkat daerah lainnya. Sangat berbeda pada waktu
yang lalu, untuk menjadi Camat ada pertimbangan khusus dari segi latar belakang
ilmu/pendidikan/pelatihan serta pengalaman pekerjaannya. Hal ini dikarenakan pimpinan
Kecamatan /Camat tidak sekedar pimpinan unit kerja tetapi lansung menghadapi
persoalan masyarakat dan membina masyarakat. Kemungkinan cara pengisian jabatan
Camat ini terjadi akibat dari kedudukan Camat yang tidak lagi kepala pemerintahan
tetapi kepala unit perangkat daerah. Masyarakat sampai saat ini ,masih memandang
Camat tetap sebagai Kepala Pemerintahan . Pandangan masyarakat itu ada
benarnya ,karena dalam praktek di lapangan Camat melaksanakan kegiatan kegiatan
yang mencerminkan fungsi itu seperti dalam melakukan pembinaan terhadap unit
pemerintahan terendah (Desa/Nagari/Kelurahan) ataupun kegiatan kemasyarakatan,
apalagi Camat sehari-hari memakai tanda jabatan yang menjadi simbol sebagai Kepala
Pemerintahan.
Revitalisasi Kecamatan
Agar Kecamatan itu masih diperlukan dan dapat menjalankan peranannya
bahkan dapat dikatakan cukup strategis dalam rangka mewujudkan tujuan otonomi
Daerah serta pelaksanaan good government, perlu dilakukan revitalisasi Kecamatan
dengan langkah dan cara cara sebagai berikut :
1.Kecamatan hendaknya kedudukannya tidak hanya sebagai wilayah kerja , tetapi berupa
wilayah pemerintahan, dengan demikian organisasi kecamatan merupakan unsur lini
kewilayahan.
.2.Kecamatan dijadikan centre of public service yaitu pusat pelayanan pada masyarakat
yang bersifat operasional di wilayahnya.
3.Pendelegasian kewenangan yang lebih banyak dan besar dari Pemerintah
Kabupaten/Kota yang dituangkan dalam bentuk Peraturan Bupati/Walikota yang
berhubungan dengan pelayanan dasar seperti : pendidikan, kesehatan, kependudukan,
ketertiban dan ketentraman serta perlindungan masyarakat.
4.Pemberian dana /anggaran biaya dan fasilitas kerja yang proporsional sesuai dengan
kewenangan yang didelegasikan kepada Kecamatan.
5.Penempatan personil yang jumlahnya secara proporsional dengan beban kerja yang
dilakukan serta personil yang kwalifikasinya lebih ditingkatkan.
6.Pada akhirnya, pimpinan Kecamatan yang disebut dengan Camat ditempatkan personil
yang terseleksi dari segi pendidikan, pengalaman , kinerja dan track recordnya. Jabatan
Camat berbeda dengan jabatan pada SKPD dilingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota, ka
rena sifat dan kedudukannya tidak hanya sebagai ”Kepala Kantor” atau Kepala Unit
Kerja , tetapi juga ia adalah ”\Pemimpin Pemerintahan” bahkan harus bersikap sebagai
”Pemimpin Masyarakat”, sehingga Camat tidaklah semata berpengetahuan tehnis ,
tetapi harus berpengatahuan yang generalis.
Oleh karena itu , Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2008 tentang Kecamatan
perlu diingatkan dalam pengisian jabatan Camat yaitu pada Bab VI pasal 24 yang
menyatakan:
”Camat diangkat oleh bupati/walikota atas usul sekretaris daerah kabupaten/kota dari
pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan tehknis pemerintahan dan memenuhi
persyaratan sesuai denganperaturan perundang-undangan. Pada pasal 25 disebutkan pula:
”Pengetahuan teknis pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 meliputi :
a,menguasai bidang ilmu pemerintahan dan dibuktikan dengan ijazah diploma sarjana pe
merintahan, dan
b.pernah bertugas di desa, kelurahan, atau kecamatan paling singkat 2 (dua) tahun.
6