2/Feb/2016
IMPLEMENTASI PERAN DAN FUNGSI DPRD bertindak, serta tidak melupakan posisinya
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN DALAM sebagai wakil rakyat yang telah memilihnya.
RANGKA “GOOD GOVERNANCE”1 Kata kunci: Peran dan fungsi DPRD, good
Oleh : Meiske Mandey2 governance.
ABSTRAK A. PENDAHULUAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Kepemerintahan daerah yang baik (goog
mengetahui bagaimana mewujudkan good local governance) merupakan issue yang paling
governance dalam penyelenggaraan mengemukan dalam pengelolaan administrasi
pemerintahan dan bagaimana mewujudkan public dewasa ini. Tuntunan gagasan yang
good governance dalam penyelenggaraan dilakukan masyarakat kepada pemerintah
pemerintahan daerah. Dengan menggunakan untuk pelaksanaan penyelenggaraan
metode penelitian yuridis normative pemerintahan daerah yang baik adalah sejalan
disimpulkan: 1. Optimalisasi peran DPRD dengan meningkatnya pengetahuan
merupakan kebutuhan yang harus segera masyarakat di samping adanya globalisasi
diupayakan jalan keluarnya, agar dapat pergerasan paradigma pemerintahan dari
melaksanakan tugas, wewenang, dan hak- rulling government yang terus bergerak
haknya secara efektif sebagai lembaga legislasi menuju good governance dipahami sebagai
daerah. Optimalisasi peran ini oleh karena suatu fenomena berdemokrasi secara adil.
sangat tergantung dari tingkat kemampuan Untuk itu perlu memperkuat peran dan fungsi
anggota DPRD, maka salah satu upaya yang DPRD agar eksekuti dapat menjalankan
dilakukan dapat diidentikkan dengan upaya tugasnya dengan baik. DPRD yang seharusnya
peningkatan kualitas anggota DPRD. 2. Buah mengontrol jalannya pemerintahan agar selalu
dari peningkatan kualitas dapat diukur dari sesuai dengan aspirasi masyarakat, bukan
seberapa besar peran DPRD dari sisi kemitra sebaliknya merusak dan mengkondisikan
sejajaran dengan lembaga eksekutif dalam Eksekutif untuk melakukan penyimpangan-
menysun anggaran, menyusun dan penyimpangan terhadap aturan-aturan yang
menetapkan berbagai peraturan daerah, serta berlaku, melakukan kolusi dalam pembuatan
dari sisi kontrol adalah sejauhmana DPRD telah anggaran agar menguntungkan dirinya, serta
melakukan pengawasan secara efektif terhadap setiap kegiatan digunakan sebagai kesempatan
kepala daerah dalam pelaksanaan APBD atau untuk “memeras” Eksekutif sehingga Eksekutif
kebijakan publik yang telah ditetapkan. Namun perhatiannya menjadi lebih terfokus untuk
yang juga tidak kalah pentingnya, optimalisasi memanjakan anggota DPRD dibandingkan
peran DPRD ini alangkah lebih baik jika dengan masyarakat keseluruhan. Dengan
dibarengi dengan peningkatan pemahaman demikian tidak aneh, apabila dalam beberapa
mengenai “etika politik” bagi anggota DPRD, waktu yang lalu beberapa anggota DPRD dari
agar pelaksanaan fungsi-fungsi anggaran, berbagai kota/Kabupaten ataupun provinsi
legislasi dan pengawasan dapat berlangsung banyak yang menjadi tersangka atau terdakwa
secara etis dan proporsional. Dengan dalam berbagai kasus yang diindikasikan
pemahaman yang mendalam mengenai etika korupsi. Hal ini sangat disesalkan oleh semua
politik, setiap anggota DPRD tentu akan mampu pihak, perilaku kolektif anggota dewan yang
menempatkan dirinya secara proposional, baik menyimpang dan cenderung melanggar aturan-
dalam berbicara maupun bersikap atau aturan hukum yang berlaku.
Walalupun korupsi di DPRD ini secara kasat
1 mata banyak diketahui masyarakat namun
Artikel
2
Dosen pada Fakultas Hukum Unsrat, Manado diadili dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak
178
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
hukum, sangatlah sedikit. Factor ini dapat pribadi dan membebani anggaran rakyat untuk
memicu ketidakpuasan masyarakat terhadap kepentingannya.
supremasi hukum di negara kita. Elite politik Dengan memahami etika pemerintahan
yang seharusnya memberikan contoh dan diharapakan dapat mengurangi tindakan-
teladan kepada masyarakat justruk melakukan tindakan yang tercela, tidak terpuji dan
tindakan-tindakan yang tidak terpuji, merugikan masyarakat. Untuk itu perlu kiranya
memperkaya diri sendiri, dan bahkan dibuatkan “kode etik” untuk para anggota
melakukan pelanggaran hukum secara kolektif. DPRD yang dapat dijadikan pedoman dalam
Lemahnya penegakkan hukum ini memicu pelaksanaan peran dan fungsinya, sehingga
terjadinya korupsi secara kolektif oleh elite kewenangan yang besar juga disertai dengan
politik terutama anggota DPRD ini. tanggungjawab yang besar pula. Sosok ideal
Untuk menghindari adanya kooptasi politik DPRD yang bermoral, aspiratif dengan
antara kepala daerah dengan DPRD maupun kepentingan rakyat, da selalu
sebaliknya perlu dijalankan melalui prinsip memperjuangkan kesejahteraan masyarakat
Check and Balances artinya adanya dapat terwujud. Kuncinya baik eksekutif
keseimbangan serta merta adanya pengawasan maupun legislative harus terjalin komunikasi
terus menerus terhadap kewenangan yang timbal balik dan adanya keterbukaan diantara
diberikannya. Dengan demikian anggota DPRD para pihak dalam penyelesaian segala
dapat dikatakan memiliki akuntabilitas, permasalahan dalam mewujudkan
manakala memiliki rasa tanggungjawab dan kesejahteraan rakyatnya.
kemampuan yang professional dalam Harapan-harapan tersebut dengan adanya
menjalankan peran dan fungsinya tersebut. pemilihan kepala daerah secara langsung, yang
Mekanisme check and balances memberikan akan memperkuat posisi kepala daerah
peluang eksekutif untuk mengontrol legislative. sehingga dapat menjadi mitra yang baik bagi
Walaupun harus diakui oleh DPRD (legislatif) DPRD dalam mengatasi berbagai persoalan
memiliki posisi politik yang sangat kokoh dan yang dihadapi. Peran dan fungsi DPRD akan
seringkali tidak memiliki akuntabilitas politik terjadi perubahan yang cukup signifikan sering
karena berkaitan erat dengan system pemilihan dengan pengurangan kewenagan yang
umum yang dijalankan. Untuk itu kedepan dimilikinya tersebut. Dengan adanya
perlu kiranya kepada daerah mempunyai keseimbangan hak dan kewenangan tersebut
keberanian untuk menolak suatu usulan dari antara eksekutif dan legislatif diharapkan
DPRD terhadap kebijakan yang menyangkut korupsi yang marak terjadi di DPRD (legislative)
kepentingannya, misalnya kenaikan gaji yang dapat berkurang seiring dengan pematangan
tidak masuk akal, permintaan tunjangan yang demokrasi dalam kehidupan masyrakat.
berlebihan, dan membebani anggaran daerah Terwujudnya clean and good governance
untuk kegiatan yang kurang penting. merupakan harapan semua masyarakat.
Mekanisme check and balances ini dapat Optimalisasi peran DPRD merupakan
meningkatkan hubungan eksekutif dan kebutuhan yang harus segera diupayakan jalan
legislative dalam mewujudkan kedudukannya keluarnya, agar dapat melaksanakan tugas,
sebagai wakil rakyat tidak mungking wewenang, dan hak-haknya secara efektif
melepaskan dirinya dari kehidupan rakyat yang sebagai lembaga legislasi daerah. Optimalisasi
diwakilinya. DPRD sebagai wakil rakyat dalam peran ini oleh karena sangat tergantung dari
tindakan dan perbuatan harus menyesuaikan tingkat kemampuan angota DPRD, maka salah
dengan norma-norma yang dianut dan berlaku satu upaya yang dilakukan dapat diidentikkan
dalam kebudayaan rakyat yang diwakilinya. dengan upaya peningkatan kualitas anggota
Dengan demikian DPRD tidak akan melakukan DPRD. Buah dari peningkatan kualitas dapat
perbuatan yang tidak terpuji, menguntungkan diukur dari seberapa besar peran DPRD dari sisi
kemitra sejajaran dengan lembaga eksekutif
179
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
dalam menysun anggaran, menyusun dan menunjukkan dinamika politik karena DPRD
menetapkan berbagai peraturan daerah, serta dapat memainkan perannya secara baik.
dari sisi kontraol adalah sejauhmana DPRD Penyelenggaraa pemerintahan dalam suatu
telah melakukan pengawasan secara efektif negara tidak hanya terdapat di pusat
terhadap kepala daerah dalam pelaksanaan pemerintahan saja. Pemerintahan pusat
APBD atau kebijakan public yang telah memberikan wewenangnya kepada pemerintah
ditetapkan. Namun yang juga tidak kalah daerah untuk menyelenggarakan
pentingnya, optimalisasi peran DPRD ini pemerintahannya sendiri dan di Indonesia yang
alangkah lebih baik jika dibarengi dengan dimaksud dengan pemerintahan daerah adalah
peningkatan pemahaman mengenai “etika penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
politik” bagi anggota DPRD, agar pelaksanaan pemerintah daerah dan DPRD menurut asas
fungsi-fungsi anggaran, legislasi dan otonnomi dan tugas pembantuan dengan
pengawasan dapat berlangsung secara etis dan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam
proporsional. Dengan pemahaman yang system dan prinsip negara Kesatuan Republik
mendalam mengenai etika politik, setiap Indonesia tahun 1945. Sedangkan dalam
anggota DPRD tentu akan mampu penyelenggaraan pemerintahan di daerah,
menempatkan dirinya secara proposional, baik dilaksanakan dengan asas desentralisasi, yaitu
dalam berbicara maupun bersikap atau penyerahan wewenang pemerintahan oleh
bertindak, serta tidak melupakan posisinya pemerintah kepada daerah otonomi untuk
sebagai wakil rakyat yang telah memilihnya. mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
Sebagai salah satu contoh dalah tidak etis jika dalam siistem Negara Kesatuan Republik
dalam situasi krisi yang mulitidimensional ini, Indonesia. Di samping itu juga melaksanakan
anggota DPRD lebih mementingkan diri sendiri dekosentrasi, yaitu pelimpahan wewenang
dan golongannya, ketimbang memperjuangkan pemerintahan oleh Pemerintah kepada
nasib rakyat yang diwakilinya. Issue “money Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau
politics” dalam pemilihan kepada daerah di penugasan dari pemerintahan kepada daeerah
beberapa daerah dan derasnya arus demontrasi dan/atau desa dari pemerintahan propinsi
yang menyoroti perjuangan anggota DPRD kepada kabupaten/kota kepada desa untuk
dalam menaikkan gaji dan kesejahteraannya melaksanakan tugas tertentu.
harus ditangkap sebagai pengalaman berharga Dalam menyelenggarakan pemerintahan di
untuk perbaikan di masa-masa datang. daerah, diperlukan perangkat-perangkat dan
Adanya kemungkinan implikasi, baik yang lembaga-lembaga untuk menyelenggarakan
bersifat politik maupun yang bersifat negative jalannya pemerintahan di daerah sehari-hari.
seperti yang diuraikan diatas adalah didasarkan Sebagaimana hanya di pusat negara, perangkat-
pada asumsi bhe pimpinan dan anggota- perangkat dan lembaga-lembaga daeraha
anggota DPRD berada dalam kualifikasi ideal biasanya merupakan reflex dari system yang
dalam arti memahami hak, tugas, dan ada di pusat negara. Untuk memenuhi fungsi
wewenang serta mampu mengaplikasikannya perwakilan dalam menjalankan kekuasaan
secara baik, didukung dengan tingkat legislative daerah sebagaimana di pusat negara
pendidikan dan pengalaman (kematangan) di di daerah dibentuk pula Lembaga Perwakilan
bidang politik dan pemerintahan yang Rakyat, dan lembaga ini biasa dikenal atau
memadai. Dengan asumsi ini, adanya suasana dinamakan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
kondusif yang memungkinkan terlaksananya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah
kemitraan dan pengawasan, atau bahkan lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai
terjadi konflik antara kedua lembata tersebut, unsur penyelenggaraann pemerintahan daerah.
180
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
Secara uum peran ini diwujudkan dalam bukan wewenang kami”, seperti yang kerap
tiga fungsi yaitu : terjadi dalam praktek. Dalam kasus seperti ini,
1. Regulator. Mengatur seluruh DPRD dapat memanggil dan meminta
kepentingan daerah, baik yang keterangan, melakukan angket dan interpelasi,
termasuk urusan-urusan rumah tangga bahkan pada akhirnya dapat meminta
daerah (otonomi) maupun urusan- pertanggungjawaban kepada daerah.
urusann pemerintah pusat yang Lebih khusus berdasarkan peraturan
diserahkan pelaksanaannya ke daerah perundang-undangan yang berlaku (UU Susduk
(tugas pembantuan); dan UU Pemerintahan Daerah), implementasi
2. Policy Making. Merumuskan kebijakan kedua peran DPRD tersebut lebih
pembangunan dan perencanaan disederhanakan perwujudannya ke dalam tiga
program-program pembangunan di fungsi yaitu :
daerahnya; - Fungsi legislasi
3. Budgeting. Perencanaan anggaran - Fungsi anggaran; dan
daerah (APBD) - Fungsi pengawasan.
Dalam perannya sebagai badan perwakilan, Pelaksanaan ketiga fungssi tersebut secara
DPRD menempatkan diri selaku kekuasaan ideal dapat melahirkan output sebagai berikut :
penyeimbangg (balanced power) yang 1. Perda-perda yang aspiratif dan
mengimbangi dan melakukan control efektif responsive. Dalam arti Perda-Perda
terhadap kepada daerah dan seluruh jajaran yang dibuat mengakomodir tuntutan,
pemerintah daerah. Peran ini diwujudkan kebutuhan dan harapan rakyat. Hal itu
dalam fungsi-fungsi berikut: tidak mungkin terwujud apabila
1. Representation. Mengartikulasikan mekanisme penyusunan Peraturan
keprihatinan, tuntutan, harapan dan Daerah bersifat eksklusif dan tertutup.
melindungi kepentingan rakyat ketika Untuk itu mekanisme penyusunan
kebijakan dibuat, sehingga DPRD Perda yang dituangkan dalam
senantiasa berbicara “atas nama Peraturan Tata Tertib DPRD harus
rakyat”; dibuat sedemikian rupa agar
2. Advokasi. Anggregasi aspirasi yang menampung aspirasi rakyat secara
komprehensif dan memperjuangkannya optimal.
melalui negosiasi kompleks dan sering 2. Anggaran Belanja Daerah (APBD) yang
alott, serta tawar-menawar politik yang efektif dan efisian, serta terdapat
sangat kuat. Hal ini wajar mengingat kesesuaian yang logis antara kondisi
aspirasi masyrakat mengandung banyak kemampuan keuangan daerah dengan
kepentingan atau tuntutan yang keluaran (output) kinerja pelayanan
terkadang berbenturan satu sama lain. masyarakat.
Tawar menawar politik dimaksudnya 3. Terdapat suasana pemerintahan
untuk mencapat titik temu berbagai daerah yang transparan dan
kepentingan tersebut; akuntabilitas, baik dalam proses
3. Administrative oversight. Menilai atau pemerintahan maupun dalam
menguji dan bila perlu berusaha penganggaran.
mengubah tindakan-tindakan dari Untuk melaksanakan ketigak fungsi yang
badan eksekutif. ideal tersebut DPRD dilengkapi dengan modal
Berdasarkan fungsi ini adalah tidak dasar yang cukup besar dan kuat, yaitu tugas
dibenrakan apabila DPRD bersikap “lepas dan wewenang, alat-alat kelengkapan DPRD,
tangan” terhadap kebijakan pemerintah daerah hak-hak DPRD/anggota dan anggaran DPRD
yang bermasalah atau dipersoalkan oleh yang mandiri.
masyarakat. Apalagi dengan kalimat naif “itu
181
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
182
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
prinsip good governance pada dasarnya 7. Asas Akuntabilitas adalah asas yang
mengandung nilai yang bersifat obyektig dan menentukan bahwa setiap kegiatan
universal yang menjadi acuan dalam dan hasil akhir dari kegiatan
menentukan tolok ukut atau indicator dan ciri- penyelenggaraan begara harus dapat
ciri/karakteristik penyelenggaraan dipertanggungjawabakan kepada
pemerintahan negara yang baik. Prinsip-prinsip masyarakat atau rakyat sebagai
good governance dalam praktek pemegang kedaulatan tertinggi negara
penyelenggaraan negara dituangkan dalam 7 sesuai dengan ketentuan peraturan
(tujuh) asas-asas umum penyelenggaraan perundang-undnagan yang berlaku.
negara sebagaimana dimaksud dalam UU Good governance pada sector public di
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Indonesia diamanatkan kepada tiga bagian
Penyelenggaraan Negara Yang Bersing dan yaitu :
Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Adapun - Eksekutif;
prinsi atau asas umum dlam penyelenggaraan - Yudikatif; dan
negara meliputi: - Legislatif
1. Asas Kepastian Hukum adalah asas Tulisan ini difokuskan pada pembahasan
dalam negara hukum yang good governance yang diamanatkan kepada
mengutamakan landaran peraturan legislative yang diemban oleh Dewan
perundang-undangan, kepatutan dan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dalam
keadilan dalam setiap kebijakan menjalankan perannya sebagai wakil rakyat,
penyelenggaraan negara. DPRD melakukan tiga fungsi utama yaitu :
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara - Fungsi legislasi;
adalah asas yang menjadi landasan - Fungsi penganggaran; dan
keteraturan, keserasian dan - Fungsi pengawasan.
keseimbangan dalam pengendalian Ketiga fungsi tersebut harus dijalakan
penyelenggaraan negara. dengan baik/tepat/pantas, sebagaimana
3. Asas Kepentingan Umum adalah asas diinsipirasikan dari analogi seaworthy pada
yang mendahulukan kesejahteraann kapal Titanic sebelumnya. Penerapan dan
umum dengan cara yang aspiratf, penegakkan tersebut bertumpu pada asas
akomodatif dan selektif. fiduciary duty; yaitu bahwa pengangkatan
4. Asas Keterbukaan adalah asas yang setiap anggota DPR/DPRD didasarkan pada asas
membuka diri terhadap hak masyarakat kepercayaan (dari rakyat) bahwa setiap anggota
untuk memperoleh informasi yang yang diangkat akan menjalankan fungsi dan
benar, jujur dan tidak diskriminatif, perannya dengan menjunjun tinggi duties
tentang penyelenggaraan negara sebagai berikut :
dengan tetap memperhatikan - Duty of skill and care;
perlindungan atas hak asasi pribadi, - Duty to act in bona fide;
golongan dan rahasia negara. - Duty of good faith;
5. Asas Proporsionalitas adalah asas yang - Duty of loyalty;
mengutamakan keseimbangan antara - Duty of honesty.
hak dan kewajiban penyelenggaraan Singkatnya, bahwa para wakil rakyat
negara. tersebut diyakini oleh rakyat yang memilihnya
6. Asas Profesionalitas adalah asas yang memiliki kemampuan yang baik untuk perform
mengutamakan keahlian yang peran, tugas dan kewenangan yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan diamanatkan. Dalam mengemban amanah
peraturan perundang-undangan yang tersebut, diyakini rakyat bahwa para wakil
berlaku. tersebut memiliki kemampuan/kompetensi dan
integritas tinggi, akan menjalankan tugasnya
183
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
184
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
185
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
186
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
187
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
188