Anda di halaman 1dari 11

Lex Administratum, Vol. IV/No.

2/Feb/2016

IMPLEMENTASI PERAN DAN FUNGSI DPRD bertindak, serta tidak melupakan posisinya
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN DALAM sebagai wakil rakyat yang telah memilihnya.
RANGKA “GOOD GOVERNANCE”1 Kata kunci: Peran dan fungsi DPRD, good
Oleh : Meiske Mandey2 governance.

ABSTRAK A. PENDAHULUAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Kepemerintahan daerah yang baik (goog
mengetahui bagaimana mewujudkan good local governance) merupakan issue yang paling
governance dalam penyelenggaraan mengemukan dalam pengelolaan administrasi
pemerintahan dan bagaimana mewujudkan public dewasa ini. Tuntunan gagasan yang
good governance dalam penyelenggaraan dilakukan masyarakat kepada pemerintah
pemerintahan daerah. Dengan menggunakan untuk pelaksanaan penyelenggaraan
metode penelitian yuridis normative pemerintahan daerah yang baik adalah sejalan
disimpulkan: 1. Optimalisasi peran DPRD dengan meningkatnya pengetahuan
merupakan kebutuhan yang harus segera masyarakat di samping adanya globalisasi
diupayakan jalan keluarnya, agar dapat pergerasan paradigma pemerintahan dari
melaksanakan tugas, wewenang, dan hak- rulling government yang terus bergerak
haknya secara efektif sebagai lembaga legislasi menuju good governance dipahami sebagai
daerah. Optimalisasi peran ini oleh karena suatu fenomena berdemokrasi secara adil.
sangat tergantung dari tingkat kemampuan Untuk itu perlu memperkuat peran dan fungsi
anggota DPRD, maka salah satu upaya yang DPRD agar eksekuti dapat menjalankan
dilakukan dapat diidentikkan dengan upaya tugasnya dengan baik. DPRD yang seharusnya
peningkatan kualitas anggota DPRD. 2. Buah mengontrol jalannya pemerintahan agar selalu
dari peningkatan kualitas dapat diukur dari sesuai dengan aspirasi masyarakat, bukan
seberapa besar peran DPRD dari sisi kemitra sebaliknya merusak dan mengkondisikan
sejajaran dengan lembaga eksekutif dalam Eksekutif untuk melakukan penyimpangan-
menysun anggaran, menyusun dan penyimpangan terhadap aturan-aturan yang
menetapkan berbagai peraturan daerah, serta berlaku, melakukan kolusi dalam pembuatan
dari sisi kontrol adalah sejauhmana DPRD telah anggaran agar menguntungkan dirinya, serta
melakukan pengawasan secara efektif terhadap setiap kegiatan digunakan sebagai kesempatan
kepala daerah dalam pelaksanaan APBD atau untuk “memeras” Eksekutif sehingga Eksekutif
kebijakan publik yang telah ditetapkan. Namun perhatiannya menjadi lebih terfokus untuk
yang juga tidak kalah pentingnya, optimalisasi memanjakan anggota DPRD dibandingkan
peran DPRD ini alangkah lebih baik jika dengan masyarakat keseluruhan. Dengan
dibarengi dengan peningkatan pemahaman demikian tidak aneh, apabila dalam beberapa
mengenai “etika politik” bagi anggota DPRD, waktu yang lalu beberapa anggota DPRD dari
agar pelaksanaan fungsi-fungsi anggaran, berbagai kota/Kabupaten ataupun provinsi
legislasi dan pengawasan dapat berlangsung banyak yang menjadi tersangka atau terdakwa
secara etis dan proporsional. Dengan dalam berbagai kasus yang diindikasikan
pemahaman yang mendalam mengenai etika korupsi. Hal ini sangat disesalkan oleh semua
politik, setiap anggota DPRD tentu akan mampu pihak, perilaku kolektif anggota dewan yang
menempatkan dirinya secara proposional, baik menyimpang dan cenderung melanggar aturan-
dalam berbicara maupun bersikap atau aturan hukum yang berlaku.
Walalupun korupsi di DPRD ini secara kasat
1 mata banyak diketahui masyarakat namun
Artikel
2
Dosen pada Fakultas Hukum Unsrat, Manado diadili dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak

178
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

hukum, sangatlah sedikit. Factor ini dapat pribadi dan membebani anggaran rakyat untuk
memicu ketidakpuasan masyarakat terhadap kepentingannya.
supremasi hukum di negara kita. Elite politik Dengan memahami etika pemerintahan
yang seharusnya memberikan contoh dan diharapakan dapat mengurangi tindakan-
teladan kepada masyarakat justruk melakukan tindakan yang tercela, tidak terpuji dan
tindakan-tindakan yang tidak terpuji, merugikan masyarakat. Untuk itu perlu kiranya
memperkaya diri sendiri, dan bahkan dibuatkan “kode etik” untuk para anggota
melakukan pelanggaran hukum secara kolektif. DPRD yang dapat dijadikan pedoman dalam
Lemahnya penegakkan hukum ini memicu pelaksanaan peran dan fungsinya, sehingga
terjadinya korupsi secara kolektif oleh elite kewenangan yang besar juga disertai dengan
politik terutama anggota DPRD ini. tanggungjawab yang besar pula. Sosok ideal
Untuk menghindari adanya kooptasi politik DPRD yang bermoral, aspiratif dengan
antara kepala daerah dengan DPRD maupun kepentingan rakyat, da selalu
sebaliknya perlu dijalankan melalui prinsip memperjuangkan kesejahteraan masyarakat
Check and Balances artinya adanya dapat terwujud. Kuncinya baik eksekutif
keseimbangan serta merta adanya pengawasan maupun legislative harus terjalin komunikasi
terus menerus terhadap kewenangan yang timbal balik dan adanya keterbukaan diantara
diberikannya. Dengan demikian anggota DPRD para pihak dalam penyelesaian segala
dapat dikatakan memiliki akuntabilitas, permasalahan dalam mewujudkan
manakala memiliki rasa tanggungjawab dan kesejahteraan rakyatnya.
kemampuan yang professional dalam Harapan-harapan tersebut dengan adanya
menjalankan peran dan fungsinya tersebut. pemilihan kepala daerah secara langsung, yang
Mekanisme check and balances memberikan akan memperkuat posisi kepala daerah
peluang eksekutif untuk mengontrol legislative. sehingga dapat menjadi mitra yang baik bagi
Walaupun harus diakui oleh DPRD (legislatif) DPRD dalam mengatasi berbagai persoalan
memiliki posisi politik yang sangat kokoh dan yang dihadapi. Peran dan fungsi DPRD akan
seringkali tidak memiliki akuntabilitas politik terjadi perubahan yang cukup signifikan sering
karena berkaitan erat dengan system pemilihan dengan pengurangan kewenagan yang
umum yang dijalankan. Untuk itu kedepan dimilikinya tersebut. Dengan adanya
perlu kiranya kepada daerah mempunyai keseimbangan hak dan kewenangan tersebut
keberanian untuk menolak suatu usulan dari antara eksekutif dan legislatif diharapkan
DPRD terhadap kebijakan yang menyangkut korupsi yang marak terjadi di DPRD (legislative)
kepentingannya, misalnya kenaikan gaji yang dapat berkurang seiring dengan pematangan
tidak masuk akal, permintaan tunjangan yang demokrasi dalam kehidupan masyrakat.
berlebihan, dan membebani anggaran daerah Terwujudnya clean and good governance
untuk kegiatan yang kurang penting. merupakan harapan semua masyarakat.
Mekanisme check and balances ini dapat Optimalisasi peran DPRD merupakan
meningkatkan hubungan eksekutif dan kebutuhan yang harus segera diupayakan jalan
legislative dalam mewujudkan kedudukannya keluarnya, agar dapat melaksanakan tugas,
sebagai wakil rakyat tidak mungking wewenang, dan hak-haknya secara efektif
melepaskan dirinya dari kehidupan rakyat yang sebagai lembaga legislasi daerah. Optimalisasi
diwakilinya. DPRD sebagai wakil rakyat dalam peran ini oleh karena sangat tergantung dari
tindakan dan perbuatan harus menyesuaikan tingkat kemampuan angota DPRD, maka salah
dengan norma-norma yang dianut dan berlaku satu upaya yang dilakukan dapat diidentikkan
dalam kebudayaan rakyat yang diwakilinya. dengan upaya peningkatan kualitas anggota
Dengan demikian DPRD tidak akan melakukan DPRD. Buah dari peningkatan kualitas dapat
perbuatan yang tidak terpuji, menguntungkan diukur dari seberapa besar peran DPRD dari sisi
kemitra sejajaran dengan lembaga eksekutif

179
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

dalam menysun anggaran, menyusun dan menunjukkan dinamika politik karena DPRD
menetapkan berbagai peraturan daerah, serta dapat memainkan perannya secara baik.
dari sisi kontraol adalah sejauhmana DPRD Penyelenggaraa pemerintahan dalam suatu
telah melakukan pengawasan secara efektif negara tidak hanya terdapat di pusat
terhadap kepala daerah dalam pelaksanaan pemerintahan saja. Pemerintahan pusat
APBD atau kebijakan public yang telah memberikan wewenangnya kepada pemerintah
ditetapkan. Namun yang juga tidak kalah daerah untuk menyelenggarakan
pentingnya, optimalisasi peran DPRD ini pemerintahannya sendiri dan di Indonesia yang
alangkah lebih baik jika dibarengi dengan dimaksud dengan pemerintahan daerah adalah
peningkatan pemahaman mengenai “etika penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
politik” bagi anggota DPRD, agar pelaksanaan pemerintah daerah dan DPRD menurut asas
fungsi-fungsi anggaran, legislasi dan otonnomi dan tugas pembantuan dengan
pengawasan dapat berlangsung secara etis dan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam
proporsional. Dengan pemahaman yang system dan prinsip negara Kesatuan Republik
mendalam mengenai etika politik, setiap Indonesia tahun 1945. Sedangkan dalam
anggota DPRD tentu akan mampu penyelenggaraan pemerintahan di daerah,
menempatkan dirinya secara proposional, baik dilaksanakan dengan asas desentralisasi, yaitu
dalam berbicara maupun bersikap atau penyerahan wewenang pemerintahan oleh
bertindak, serta tidak melupakan posisinya pemerintah kepada daerah otonomi untuk
sebagai wakil rakyat yang telah memilihnya. mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
Sebagai salah satu contoh dalah tidak etis jika dalam siistem Negara Kesatuan Republik
dalam situasi krisi yang mulitidimensional ini, Indonesia. Di samping itu juga melaksanakan
anggota DPRD lebih mementingkan diri sendiri dekosentrasi, yaitu pelimpahan wewenang
dan golongannya, ketimbang memperjuangkan pemerintahan oleh Pemerintah kepada
nasib rakyat yang diwakilinya. Issue “money Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau
politics” dalam pemilihan kepada daerah di penugasan dari pemerintahan kepada daeerah
beberapa daerah dan derasnya arus demontrasi dan/atau desa dari pemerintahan propinsi
yang menyoroti perjuangan anggota DPRD kepada kabupaten/kota kepada desa untuk
dalam menaikkan gaji dan kesejahteraannya melaksanakan tugas tertentu.
harus ditangkap sebagai pengalaman berharga Dalam menyelenggarakan pemerintahan di
untuk perbaikan di masa-masa datang. daerah, diperlukan perangkat-perangkat dan
Adanya kemungkinan implikasi, baik yang lembaga-lembaga untuk menyelenggarakan
bersifat politik maupun yang bersifat negative jalannya pemerintahan di daerah sehari-hari.
seperti yang diuraikan diatas adalah didasarkan Sebagaimana hanya di pusat negara, perangkat-
pada asumsi bhe pimpinan dan anggota- perangkat dan lembaga-lembaga daeraha
anggota DPRD berada dalam kualifikasi ideal biasanya merupakan reflex dari system yang
dalam arti memahami hak, tugas, dan ada di pusat negara. Untuk memenuhi fungsi
wewenang serta mampu mengaplikasikannya perwakilan dalam menjalankan kekuasaan
secara baik, didukung dengan tingkat legislative daerah sebagaimana di pusat negara
pendidikan dan pengalaman (kematangan) di di daerah dibentuk pula Lembaga Perwakilan
bidang politik dan pemerintahan yang Rakyat, dan lembaga ini biasa dikenal atau
memadai. Dengan asumsi ini, adanya suasana dinamakan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
kondusif yang memungkinkan terlaksananya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah
kemitraan dan pengawasan, atau bahkan lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai
terjadi konflik antara kedua lembata tersebut, unsur penyelenggaraann pemerintahan daerah.

180
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

Secara uum peran ini diwujudkan dalam bukan wewenang kami”, seperti yang kerap
tiga fungsi yaitu : terjadi dalam praktek. Dalam kasus seperti ini,
1. Regulator. Mengatur seluruh DPRD dapat memanggil dan meminta
kepentingan daerah, baik yang keterangan, melakukan angket dan interpelasi,
termasuk urusan-urusan rumah tangga bahkan pada akhirnya dapat meminta
daerah (otonomi) maupun urusan- pertanggungjawaban kepada daerah.
urusann pemerintah pusat yang Lebih khusus berdasarkan peraturan
diserahkan pelaksanaannya ke daerah perundang-undangan yang berlaku (UU Susduk
(tugas pembantuan); dan UU Pemerintahan Daerah), implementasi
2. Policy Making. Merumuskan kebijakan kedua peran DPRD tersebut lebih
pembangunan dan perencanaan disederhanakan perwujudannya ke dalam tiga
program-program pembangunan di fungsi yaitu :
daerahnya; - Fungsi legislasi
3. Budgeting. Perencanaan anggaran - Fungsi anggaran; dan
daerah (APBD) - Fungsi pengawasan.
Dalam perannya sebagai badan perwakilan, Pelaksanaan ketiga fungssi tersebut secara
DPRD menempatkan diri selaku kekuasaan ideal dapat melahirkan output sebagai berikut :
penyeimbangg (balanced power) yang 1. Perda-perda yang aspiratif dan
mengimbangi dan melakukan control efektif responsive. Dalam arti Perda-Perda
terhadap kepada daerah dan seluruh jajaran yang dibuat mengakomodir tuntutan,
pemerintah daerah. Peran ini diwujudkan kebutuhan dan harapan rakyat. Hal itu
dalam fungsi-fungsi berikut: tidak mungkin terwujud apabila
1. Representation. Mengartikulasikan mekanisme penyusunan Peraturan
keprihatinan, tuntutan, harapan dan Daerah bersifat eksklusif dan tertutup.
melindungi kepentingan rakyat ketika Untuk itu mekanisme penyusunan
kebijakan dibuat, sehingga DPRD Perda yang dituangkan dalam
senantiasa berbicara “atas nama Peraturan Tata Tertib DPRD harus
rakyat”; dibuat sedemikian rupa agar
2. Advokasi. Anggregasi aspirasi yang menampung aspirasi rakyat secara
komprehensif dan memperjuangkannya optimal.
melalui negosiasi kompleks dan sering 2. Anggaran Belanja Daerah (APBD) yang
alott, serta tawar-menawar politik yang efektif dan efisian, serta terdapat
sangat kuat. Hal ini wajar mengingat kesesuaian yang logis antara kondisi
aspirasi masyrakat mengandung banyak kemampuan keuangan daerah dengan
kepentingan atau tuntutan yang keluaran (output) kinerja pelayanan
terkadang berbenturan satu sama lain. masyarakat.
Tawar menawar politik dimaksudnya 3. Terdapat suasana pemerintahan
untuk mencapat titik temu berbagai daerah yang transparan dan
kepentingan tersebut; akuntabilitas, baik dalam proses
3. Administrative oversight. Menilai atau pemerintahan maupun dalam
menguji dan bila perlu berusaha penganggaran.
mengubah tindakan-tindakan dari Untuk melaksanakan ketigak fungsi yang
badan eksekutif. ideal tersebut DPRD dilengkapi dengan modal
Berdasarkan fungsi ini adalah tidak dasar yang cukup besar dan kuat, yaitu tugas
dibenrakan apabila DPRD bersikap “lepas dan wewenang, alat-alat kelengkapan DPRD,
tangan” terhadap kebijakan pemerintah daerah hak-hak DPRD/anggota dan anggaran DPRD
yang bermasalah atau dipersoalkan oleh yang mandiri.
masyarakat. Apalagi dengan kalimat naif “itu

181
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

B. MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE menerapkan dan menegakkan good


Secara analogi, governance dalam konteks governance kelima prinsip tersebut disesuaikan
organisasi secara umum, baik berupa dengan budaya da problem masing-masing
organisasi perusahaan maupun organisasi institusi yang akan menjalankannya. Disamping
public atau social lainnya, maka dapat itu, apabila menilik berbagai code of conduct
diartikan pula sebagai suatu system dan ataupun best practice dari berbagai institusi di
struktur yang baik dan benar yang berbagai negara, maka kelima prinsip dasar
menciptakan kejelasan mekanisme tersebut hampir selalu dapat ditemukan karena
hubungan organisasi baik secara internal sifatnya yang universal. Namun demikian, perlu
maupun eksternal. Good governance diperhatikan pula bahwa kelima prinsip ini
terwujud dalam implementasi dan sifatnya evolutionary in nature, artinya
penegakan (enforcement) dari system dan berkembang sesuai kebutuhan dan dinamika
struktur yang telah tersusun baik. masyrakat yang menerapkan dan
Implementasi dan penegakan tersebut menegakkannya. Juga praktik good governance
bertumpu pada umumnya, lima prinsip di berbagai institusi di beberapa negara
yang universal yaitu: responsibility, mengajarkan bahwa goog governance is about
accountability, fairness, independecy dan time as wel, artinya penerapan dan penegakan
transperancy. Kelima prinsip fundamental good governance tidak semudah membalikkan
tersebut dapat dijelaskan secara singkat telapak tangan, melainkan akan terkait erat
berkut ini: dengan waktu, mengingat perubahan yang
- Responsibility; kesesuaian di dalam akan dilakukan adalah tidak sedikit dan tidak
pengelolaan perusahaan terhadap sederhana, terutama pada aspek mental dan
prinsip korporasi yang sehat serta budaya masyarakat yang akan menerapkan dan
peraturan perundangan yang berlaku; menegakkan good governance.
- Accountability; kejelasan fungsi, Perspektif sector publik terhadap good
struktur, system dan prosedur governance menempatkan proses pencapaian
pertanggungjawaban orga perusahaaan tujuan bersama dalam bernegara yang
sehingga pengelolaan perusahaan melibatkan pemerintah, dunia usaha, dan
terlaksana secara efektif; masyarakat melalui system administrasi negara.
- Fairness; perlakukan yang adil dan Unttuk dapat tercapainya tujuan tersebut,
setara di dalam mememnuhi hak-hak maka tentunya masing-masing
stakeholder yang timbul berdasarkan institusi/lembaga negara harus secara
perjanjian dan peraturan perundang- serempak menerapkan dan menegakkan good
undangan yang berlaku; governance. Hal ini dapat efektif dicapai
- Independency; pengolaan secara melalui administrasi public/birokrasi yang
professional, menghindari benturan mampu dalam menjalankan peran, tugas dan
kepentingan dan tekanan pihak fungsinya secara sungguh-sungguh, penuh rasa
manapun sesuai peraturan perundang- tanggungjawab, yang dilaksanakan secara
undangan yang berlaku; efektif, efisien, bebas dari korupsi, kolusi dan
- Transparency; keterbukaan informasi di nepotisme, untuk meningkatkan kesejahteraa
dalam proses pengamblan keputusan dan kemakuran seluruh masyarakat dan warga.
dan di dalam mengungkapkan Seperti halnya pada sector privat, maka
informasi material dan relean penerapan dan penegakkan prinsip-prinsip
mengenai perusuhaan. good governance pada sector public menjadi
Kelima prinsip tersebut bukanlah harga prasyarat mutlak pula dalam mewujudkan good
mati atau one size all, artinya dalam governance atau clean governance. Prinsip-

182
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

prinsip good governance pada dasarnya 7. Asas Akuntabilitas adalah asas yang
mengandung nilai yang bersifat obyektig dan menentukan bahwa setiap kegiatan
universal yang menjadi acuan dalam dan hasil akhir dari kegiatan
menentukan tolok ukut atau indicator dan ciri- penyelenggaraan begara harus dapat
ciri/karakteristik penyelenggaraan dipertanggungjawabakan kepada
pemerintahan negara yang baik. Prinsip-prinsip masyarakat atau rakyat sebagai
good governance dalam praktek pemegang kedaulatan tertinggi negara
penyelenggaraan negara dituangkan dalam 7 sesuai dengan ketentuan peraturan
(tujuh) asas-asas umum penyelenggaraan perundang-undnagan yang berlaku.
negara sebagaimana dimaksud dalam UU Good governance pada sector public di
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Indonesia diamanatkan kepada tiga bagian
Penyelenggaraan Negara Yang Bersing dan yaitu :
Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Adapun - Eksekutif;
prinsi atau asas umum dlam penyelenggaraan - Yudikatif; dan
negara meliputi: - Legislatif
1. Asas Kepastian Hukum adalah asas Tulisan ini difokuskan pada pembahasan
dalam negara hukum yang good governance yang diamanatkan kepada
mengutamakan landaran peraturan legislative yang diemban oleh Dewan
perundang-undangan, kepatutan dan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dalam
keadilan dalam setiap kebijakan menjalankan perannya sebagai wakil rakyat,
penyelenggaraan negara. DPRD melakukan tiga fungsi utama yaitu :
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara - Fungsi legislasi;
adalah asas yang menjadi landasan - Fungsi penganggaran; dan
keteraturan, keserasian dan - Fungsi pengawasan.
keseimbangan dalam pengendalian Ketiga fungsi tersebut harus dijalakan
penyelenggaraan negara. dengan baik/tepat/pantas, sebagaimana
3. Asas Kepentingan Umum adalah asas diinsipirasikan dari analogi seaworthy pada
yang mendahulukan kesejahteraann kapal Titanic sebelumnya. Penerapan dan
umum dengan cara yang aspiratf, penegakkan tersebut bertumpu pada asas
akomodatif dan selektif. fiduciary duty; yaitu bahwa pengangkatan
4. Asas Keterbukaan adalah asas yang setiap anggota DPR/DPRD didasarkan pada asas
membuka diri terhadap hak masyarakat kepercayaan (dari rakyat) bahwa setiap anggota
untuk memperoleh informasi yang yang diangkat akan menjalankan fungsi dan
benar, jujur dan tidak diskriminatif, perannya dengan menjunjun tinggi duties
tentang penyelenggaraan negara sebagai berikut :
dengan tetap memperhatikan - Duty of skill and care;
perlindungan atas hak asasi pribadi, - Duty to act in bona fide;
golongan dan rahasia negara. - Duty of good faith;
5. Asas Proporsionalitas adalah asas yang - Duty of loyalty;
mengutamakan keseimbangan antara - Duty of honesty.
hak dan kewajiban penyelenggaraan Singkatnya, bahwa para wakil rakyat
negara. tersebut diyakini oleh rakyat yang memilihnya
6. Asas Profesionalitas adalah asas yang memiliki kemampuan yang baik untuk perform
mengutamakan keahlian yang peran, tugas dan kewenangan yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan diamanatkan. Dalam mengemban amanah
peraturan perundang-undangan yang tersebut, diyakini rakyat bahwa para wakil
berlaku. tersebut memiliki kemampuan/kompetensi dan
integritas tinggi, akan menjalankan tugasnya

183
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

dengan professional dan komitmen penuh, pemerintah daerah. Dalam menjalankan


serta selalu menjunjung niat baik, kesetian dan fungsi, DPRD harus terlibat secara aktif,
kejujuran. proaktif, dan bukan rekatif dan sebai
Fungsi legislasi merupakan suatu proses legitimator usulan APBD ajuan pemerintah
untuk mengakomodasi berbagai kepentingan daerah; Fungsi dan penganggaran ini perlu
para pihak (stakeholders), untuk menetapkan memperoleh perhatian penuh, mengingat
bagaimana pembangunan di daerah akan makna pentingnya sebagai berikut :
dilaksanakan. Fungsi legislasi bermakna - APBD sebagai fungsi kebijakan fiscal
penting dalam beberap hal berikut : (fungsi alokasi, fungsi distribusi dan
- Menentukan arah pembangunan dan fungsi stabilisasi);
pemerintahan di daerah; - APBD sebagai fugsi investasi daerah;
- Dasar perumusan kebijakan public di - APBD sebagai fungsi manajemen
daerah; pemerintah daerah (fungsi
- Sebagai kontrak social di daerah; perencanaan, fungsi otorisasi, fungsi
- Pendukung pembentukan perangkat pengawasan)
daeran dan susunan organisasi Dalam konteks good governance, maka
perangkat daerah. peran serta DPRD harus diwujudkan dalam tiap
Disamping itu, dalam menjalankan fungsi proses penyusunan APBD dengan mengujung
legislasi ini DPRD berperan pula sebagai policy fiduciary duty. Prinsip-prinsip universal good
maker dan bukan policy implementer di daerah. governance dalam konteks GCG, yaitu
Artinya, antara DPRD sebagai pejabat public TARIF/RAFIT principles, sangat tepat apabila
dengan masyarakat sebagai stakeholders, ada dapat diterapkan secara nyata dalam
kontrak social yang dilandasi dengan fiduciary menjalankan fungsi penganggaran ini.
duty. Adapun good public governance pada fugsi
Dengan demikian, fiduciary duty ini harus penganggaran saat ini dapat lebih berperan
dijunjung tinggi dalam setiap proses fungsi secara konkrit apabila memperoleh perhatian
legislasi. Dalam praktik dan realita saat ini, dan kecermatan dalam beberapa hal berikut:
proyeksi good public governance pada fungsi 1. Penyusunan KUA (Kebijakan Umum
legislasi saat ini masih membutuhkan banyak APBD), antara lain;
penataan dan transformasi kea rah yang lebih - Efektifitas pembentukan jaring
baik. Peningkatan performa tersebut dapat asmara;
dilakuukan antara lain dengan : - Eliminasi kepentingan individu,
- Peningkatan pemahaman tentang kelompok dan golongan;
perencanaan dalam fungsi legislalsi; - Pembenahan penyusnan RPJMD
- Optimalisasi anggota DPRD dalam dan Renstra-SKPD;
mengakomodasi aspirasi stakeholders; - Peningkatan kepasitas pemerintah
- Ditumbuhkannya inisiatif DPRD dalam daerah dan DPRD dalam
penyusunan Ranperda; merumuskan KUA
- Ditingkatkannya kemampuan analisis 2. Penyusunan PPAS, antara lain:
(kebijakan public dan hukum) dalam - Akuntabilitas terhadap nilai
penyusunan Ranperda; anggaran;
- Pemahaman yang lebih baik atas fungsi - Kelengkapan data-data pendukung;
perwakilan dalam fungsi legislasi; dll - Peningkatan kapasitas anggota
Fungsi penganggaran merupakan DPRD dan pemerintah daerah
penyusunan dan penetapan anggaran dalam menyusun prioritas urusan
pendapatan dan belanja daerah bersama-sama dan program;

184
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

- Kesesuain antara prioritas program diharapkan pada pengelolaan


dengan kebutuhan rakyat. pemerintahan daerah;
3. Ranperda APBD - Penyusunan agenda pengawasan
4. Sosialisasi Perda APBD DPRD;
Fungsi pengawasan merupakan salah satu - Perumusan standar, system, dan
fungsi manajemen untuk menjamin prosedur baku pangawasan DPRD;
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kebijakan - Dibuatnya mekanisme yang efisien
dan rencana yang telah ditetapkan serta untuk partisipasi masyarakat dalam
memastikan tujuan dapat tercapai secara prses pengawasan, dan saluran
efektif dan efisien. penyampaian informasi masyarakat
Fungsi ketiga ini bermakna penting, baik dapat berfungsi efektif sebagai salah
bagi pemerintah daerah maupuan pelaksana satu alat pengawasan.
pengawasan. Bagi pemerintah daerah, fungsi Disadari pula bahwa untuk dapat
pengawasan merupakan suatu mekanisme mengadakan perbaikan, penataan, reformasi,
peringatan dini (early warning system), untuk atau transformasi dari existing performance ke
mengawal pelaksanaan aktivitas mencapai future performance DPRD dibutuhkan strategi
tujuan dan sasaran. Sedangkan bagi pelaksana yang tepat. Lembaga Administrasi Negara
pengawasan, fungsi pengawasan ini merupakan dalam kertas kerjanya mengajukan beberapa
tugas mulia untuk memberikan telaahan dan strategi yang diharapkan dapat diterapkan
saran, berupa tindakan perbaikan. Disamping secara efektif pada sektor public, yaitu sebagai
itu, pengawasan memiliki tujuan utama, antara berikut :
lain; 1. Pemberantasan KKN. Sebagai prasyarat
- Menjamin agar pemerintah daerah penerapan good performance adalah
berjalan sesuai dengan rencana; adanya pemerintah yang bersih (clean
- Menjamin kemungkinan tindakan government). Untuk mewujudkan clean
koreksi yang cepat dan tepat terhadap government perlu adanya komitmen
penyimpangan dan penyelewengan dari seluruh komponen bangsa dalam
yang ditemukan; upaya pemberantasan KKN. Namun
- Menumbuhkan motivasi, perbaikan, upaya pemberantasan KKN tidak cukup
pengurangan, peniadaan penyimangan; dilakukan hanya dengan komitmen
- Meyakinkan bahwa kinerja pemerintah semata, perlu pula upaya nyata yang
daerah sedang atau telah mencapai sungguh-sunguh baik dalam
tujuan dan sasaran yang telah pencegahan, penanggulangan, dan
ditetapkan. pemberantasannya. Komitmen harus
Namun demikian, praktik good public diwujudkan dalam bentuk strategi yang
governance pada fugsi pengawasan saat ini komprehensif yang mencakup aspek
masih membutuhkan beberapa improvement prefentif (mencegah terjadinya korupsi
agar dapat mencpai tujuannya tersebut. Fungsi dengan menghilangkan/meminimalkan
pengawasan dapat diselaraskan dengan faktor-faktor penyebab atau peluang
tujuannya, antara lain dengan melakukan korupsi), detektif (mengidentifikasi
beberapa hal berikut: terjadinya perbuatan korupsi), dan
- Memaknai secara benar fungsi dan represif (menangani atau memproses
tujuan pengawasan, sehingga dapat perbuatan korupsi sesuai dengan
menjadi m ekanisme check and peraturan perundang-undangan yang
balances yang efektif; berlaku) yang dilaksanakan secara
- Optimalisasi pengawasan agar dapat intensif dan berkelanjutan.
memberikan kontribusi yang 2. Reformasi birokrasi/administrasi public.
Pemerintah merupakan unsur paling

185
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

berprean dalam penyelenggaraan 5. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas.


Negara. Pemerintah tingkat pusat, The right man on the right place menjadi
propinsi maupun kabupaten/kota pertimbangan utama dalam
melakukan fungsi-fungsi peraturan dan menempatkan orang-orang yang tepat
pemberian pelayanan. Upaya pada setiap posisi manajerial dan
mewujudkan good governance perlu fungsional untuk menjamin DPRD
dilakukan terlebih dahulu dengan berfungsi efektif dan dapat
menempatkan pemerintah dalam fungsi menghasilkan kinerja yang optimal.
yang sebenarnya melalui reformasi Pengembangan sumber daya manusia
birokrasi sehingga akan terwujud clean sesuai dengan kebutuhan peningkatan
government yang menjadi prasyarat kinerja organisasi. Hal ini perlu diikuti
utama untuk mewujudkan good pula dengan evaluasi kinerja. Tentunya
governance. Reformasi birokrasi dapat agar dapat berjalan dengan baik sesuai
dilakukan antara lain melalui upaya rencana dan harapan, maka harus
managerial efficiency and effectiveness dimulai sejak pemilihan calong anggota
dalam penggunaan sumber-sumber dewan.
daya, kemitraan dengan sektor swasta 6. Peningkatan stabilitas. Setiap
dalam penyediaan pelayanan, pemerintah dituntut untuk
desentralisasi dan penggunaan teknologi mempertanggungjawabkan setiap
informasi. amanah yang diberikan untuk
3. Penyempurnaan berbagai paraturan penggunaan anggaran yang
perundang-undangan. Salah satu fungsi dipercayakan kepadanya. Untuk dapat
DPR yaitu fungsi legislasi adalah melakukan tugas dan fungsi yang
menyusun peraturan perundang- akuntabel tetntunya perlu disusun
undangan yang mengatur kehidupan terlebih dahulu rencana strategis dan
masyarakat dan Negara. Namun rencana operasional tahunan,
demikian, tidak serta merta seluruh mengembangkan pola-pola
kehidupan masyarakat diatur melalui pelaksanaan, pengawasan,
peraturan perundang-undangan. pengendalian serta evaluasi dan
Peraturan dibuat jika perlu intervensi pelaporan pelaksanaan tugas-tugas yang
pemerintah untuk mengatur. transparan.
Penyusunan peraturan yang efiesien 7. Transparan dalam pengambilan
akan berdampak pada efektivitas dalam keputusan. Transparan tentang
penegakan hukumnya. bagaimana keputusan diambil.
4. Kejelasan fungsi danperan setiap Keputusan diambil dengan
instansi pemerintah. Kejelasan fungsi mempertimbangkan informasi yang
dan peran yang dijalankan oleh setiap berkualitas, saran stakeholders, nara
instansi pemerintah dalam sumber/ahli serta mempertimbangkan
penyelenggaraan Negara. Hal tersebut berbagai dampak yang mungkin
diwujudkan dalam hubungan antar ditimbulkan. Agar setiap keputusan
instansi pemerintah, antara instansi yang telah diambil dapat
pemerintah dengan legislative, antara dipetanggungjawabkan secara proses,
instansi pemerintah dengan masyrakat maka perlu dilakukan dokumentasi-
(public), dengannya akan menghindari dokumentasi tertentu berkaitan dengan
terjadinya tumpang tindih peran yang proses tersebut, sehingga setiap
dilaksanakan. kesalahan-kesalahan atau

186
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

penyimpangan-penyimpangan dalam pemerintahan untuk kepentingan


pengambilan keputusan dapat dideteksi pribadi, keterlibatan dalam organisasi
dari hasil dokumentasi tersebut. politik, praktek penggunaan pengaruh
Dokumentasi ini memiliki arti penting untuk kepentingan pribadi, keterlibatan
dalam upaya secara terus menerus dengan pekerjaan di luar kantor pada
memperbaiki sistem manajemen jam kerja, praktek KKN, dan larangan
pemerintahan dalam rangka menerma berbagai pemberian dari
menciptakan pemerintahan yang bersih. pihak lain yang memiliki kaitan dengan
8. Penerapan nilai budaya kerja dalam pelaksanaan tugas.
penyelenggaran Negara. Penyusunan strategi dibutuhkan untuk
Pengembangan nilai budaya kerja menentukan arah perubahan yang akan
dengan mengadopsi nilai-nilai moral dan dilakukan. Namun demikian strategi juga akan
etika yang dianggap baik dan positif, menjadi sekedar penyusunan kertas kerja saja
yang meliputi nilai sosial budaya yang apabila tidak disertai kebulatan tekad dan
positif yang relevan, norma atau kaidah, semangat untuk benar-benar menerapkan dan
etika dan nilai kerja yang produktif yang menegakkannya. Setiap pengangkatan anggota
bersumber dari agama, falsafah, tradisi dewan tidak bersifat “gratis”, tetapi kelak di
dan metode kerja modern sesuai ujung masa jabatannya akan dimintai
dengan perkembangan ilmu pertanggungjawaban dan akuntabilitasnya.
pengetahuan dan teknologi. Nilai Pada dasarnya akuntabilitas merupakan
tersebut dipedomani dalam upaya salah satu bentuk konsekuensi dari penerimaan
meningkatkan produktivitas dan kinerja suatu tugas. Pertanggungjawaban ini harus
penyelenggaraan pemerintahan Negara. disampaikan kepada pihak yang telah
9. Pemanfaatan teknologi informasi. mengangkat/menunjuknya untuk melakukan
Pemanfaatan teknologi informasi dalam tugas tersebut, dalam hal ini adalah rakyat.
setiap proses penyelenggaraan DPRD harus dapat menjelaskan setiap langkah
pemerintahan akan mendorong : (a) strategis yang sudah dicanangkan disertai
transparansi, aksesbilitas informasi dan penjelasan atas pencapaian atau realisasinya.
akutanbilitas; (b) pengambilan Hambatan dalam pelaksanaan good
keputusan yang didukung dengan governance antara lain:
informasi yang akurat; (c) partisipasi 1. Belum adanya sistem akuntasi
public; dan (d) meningkatkan kualitas pemerintahan daerah yang baik yang
pelayanan. dapat mendukung pelaksanaan
10. Code of conducts. Upaya lain yang pencatatan dan pelaporan yang handal.
dilakuan untuk mewujudkan good 2. Sangat terbatasnya jumlah personiil
governance adalah dengan menerapkan pemerintah daerah yang berlatas
code of conducts bagi para pejabat belakang pendidikan akuntansi,
public. Code of conducts merupakan sehingga mereka tidak begitu peduli
prinsip-prinsip yang harus ditaati oleh dengan permasalahan ini.
setiap pejabat public secara individual 3. Belum adanya standar akuntansi
baik dalam tingkah laku ketika mereka keuangan sektor public yang baku.
berhubungan dengan public dan pihak Penguatan fungsi pengawasan dapat
legislative, maupun dalam pelaksanaan dialakukan melalui optimalisasi peran DPRD
tugas sehari-hari sehingga terhindar dari sebagai kekuatan penyeimbang (balance of
praktek diskriminasi dan pelecehan, power) bagi eksekutif daerah dan partisipasi
praktek pengeloaan informasi yang masyarakat secara langsung maupun tidak
dapat disampaikan kepada public dan langsung melalui LSM dan organisasi sosial
yang harus dirahasiakan, praktek kemasyarakatan di daerah (social control).

187
Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

Adanya kemungkinan implikasi, baik yang


C. PENUTUP bersifat politik maupun yang bersifat negative
Optimalisasi peran DPRD merupakan seperti yang diuraikan diatas adalah didasarkan
kebutuhan yang harus segera diupayakan jalan pada asumsi bhe pimpinan dan anggota-
keluarnya, agar dapat melaksanakan tugas, anggota DPRD berada dalam kualifikasi ideal
wewenang, dan hak-haknya secara efektif dalam arti memahami hak, tugas, dan
sebagai lembaga legislasi daerah. Optimalisasi wewenang serta mampu mengaplikasikannya
peran ini oleh karena sangat tergantung dari secara baik, didukung dengan tingkat
tingkat kemampuan angota DPRD, maka salah pendidikan dan pengalaman (kematangan) di
satu upaya yang dilakukan dapat diidentikkan bidang politik dan pemerintahan yang
dengan upaya peningkatan kualitas anggota memadai. Dengan asumsi ini, adanya suasana
DPRD. Buah dari peningkatan kualitas dapat kondusif yang memungkinkan terlaksananya
diukur dari seberapa besar peran DPRD dari sisi kemitraan dan pengawasan, atau bahkan
kemitra sejajaran dengan lembaga eksekutif terjadi konflik antara kedua lembata tersebut,
dalam menysun anggaran, menyusun dan menunjukkan dinamika politik karena DPRD
menetapkan berbagai peraturan daerah, serta dapat memainkan perannya secara baik.
dari sisi kontraol adalah sejauhmana DPRD
telah melakukan pengawasan secara efektif DAFTAR PUSTAKA
terhadap kepala daerah dalam pelaksanaan Anwar Y, 2006, Good Governance Dalam
APBD atau kebijakan public yang telah Rangka Optimalisasi Fungsi dan Peran
ditetapkan. Namun yang juga tidak kalah DPRD, KPK, Jakarta.
pentingnya, optimalisasi peran DPRD ini H. A. Kartiwa, 2006, Good Local Governance:
alangkah lebih baik jika dibarengi dengan Membangun Birokrasi Pemerintah Yang
peningkatan pemahaman mengenai “etika Bersih dan Akuntabel. (makalah).
politik” bagi anggota DPRD, agar pelaksanaan Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen
fungsi-fungsi anggaran, legislasi dan Keuangan Daerah.
pengawasan dapat berlangsung secara etis dan Materi Lokakarya Peningkatan Peran Anggota
proporsional. Dengan pemahaman yang DPRD, diselenggarakan oleh KPK, Jakarta, 7-
mendalam mengenai etika politik, setiap 8 Juni 2006.
anggota DPRD tentu akan mampu Perwira I, 2006, Tinjauan Umum Perang dan
menempatkan dirinya secara proposional, baik Fungsi DPRD, KPK, Jakarta
dalam berbicara maupun bersikap atau
bertindak, serta tidak melupakan posisinya
sebagai wakil rakyat yang telah memilihnya.
Sebagai salah satu contoh dalah tidak etis jika
dalam situasi krisi yang mulitidimensional ini,
anggota DPRD lebih mementingkan diri sendiri
dan golongannya, ketimbang memperjuangkan
nasib rakyat yang diwakilinya. Issue “money
politics” dalam pemilihan kepada daerah di
beberapa daerah dan derasnya arus demontrasi
yang menyoroti perjuangan anggota DPRD
dalam menaikkan gaji dan kesejahteraannya
harus ditangkap sebagai pengalaman berharga
untuk perbaikan di masa-masa datang.

188

Anda mungkin juga menyukai