Anda di halaman 1dari 2

Arida Hartanti

042749042

1. Faktor- factor yang mempengaruhi keberhasilan otonomi daerah


a.. Kemampuan atau Kualitas Sumber Daya Manusia
Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu kunci kelancaran otonomi daerah. Dalam
pelaksanaan otonomi daerah tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya kerjasama
masyarakatnya dengan pemerintah, dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa sumber daya
manusia yang berkualitas tinggi (secara pendidikan, kemampuan, keterampilan dan kemauan)
mampu menciptakan tenaga kerja yang berkualitas.
b. Kemampuan Keuangan/Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mempengaruhi otonomi daerah. Dengan pendapatan
masyarakatnya tinggi, penyelenggaraan otonomi daerah akan meningkat.

2. Faktor- factor penghambat pelaksanaan otonomi daerah


a. Perbedaan Konsep dan paradigma otonomi daerah
Uraian tentang konsep otonomi sangat variatif, seperti kebebasan dan kemerdekaan, strategi
organisasi, otoritas mengurus diri sendiri, mengambil keputusan sendiri power untuk melakukan
kontrol, empowerment, dan kemandirian dalam pengaturan diri. Variasi konsep ini menimbulkan
interpretasi beragam. Oleh karena itu, di masa datang perlu kesepakatan tentang konsep otonomi
daerah di kalangan elit politik sebagai pengambil keputusan atas kebijakan.
Paradigma ekonomi harus dilihat dari perspektif pemerataan pembangunan ekonomi untuk
mencapai kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, pembangunan daerah adalah bagian integral dari
pembangunan nasional dan pembangunan nasional adalah pembangunan daerah. Jadi, sangatlah
picik bagi para elit lokal pada daerah yang kaya sumber daya dengan menyandera masalah
ekonomi ini untuk mencapai keinginan politiknya lepas dari negara kesatuan RI. Hal ini sudah
sangat melenceng dari hakikat otonomi itu sendiri.
b. Kuatnya Paradigma Birokrasi
Dalam praktik di Indonesia, penentuan hierarki dan pembagian unit organisasi, standarisasi,
prosedur dan aturan-aturan daerah sangat ditentukan oleh pemerintah pusat, dan pemerintah
daerah harus loyal terhadap aturan tersebut. Dalam bidang manajemen telah disiapkan oleh
pemerintah pusat, berbagai pedoman, petunjuk dalam menangani berbagai tugas pelayanan dan
pembangunan di daerah. Dalam bidang kebijakan publik, program dan proyek-proyek serta
kegiatan-kegiatan yang diusulkan harus mendapat persetujuan pemerintah pusat. Implikasinya
masih banyak pejabat di daerah harus menunggu perintah dan petunjuk dari pusat
c. Lemahnya Kontrol Wakil Rakyat dan Masyarakat
Politik dan otonomi daerah diberlakukan, semangat dan proses demokrasi menjanjikan, dan
kontrol terhadap birokrasi dimulai walaupun terkadang kebablasan. Sayang, semangat demokrasi
yang timbul dan berkembang di era reformasi ini tidak diikuti oleh strategi peningkatan
kemampuan dan kualitas wakil rakyat. Wakil rakyat yang ada masih kurang mampu
melaksanakan tugasnya melakukan kontrol terhadap pemerintah. Ketidakmampuan ini
memberikan peluang bagi eksekutif untuk bertindak leluasa dan sebaliknya legislatif bertindak
ngawur mengorbankan kepentingan publik yang justru dipercaya mewakili kepentingannya.
D. Kesalahan Strategi
Dengan pemberian kewenangan yang luas kepada daerah dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah, dibarengi dengan perimbangan keuangan yang memadai sampai saat ini,
sesungguhnya daerah sudah cukup mampu untuk berbuat sesuatu bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat setempat. Masalahnya sekarang adalah kurangnya SDM aparatur pemerintahan
daerah yang mampu menemukan talenta, potensi dan keunggulan daerahnya masing-masing.
Selain itu, pengertian otonomi ini sering dicampuradukkan (interchangeble) antara “otonomi
sebagai alat” (means) untuk mencapai tujuan dengan “tujuan otonomi” itu sendiri.. Rakyat tidak
saja menentukan nasibnya sendiri, melainkan juga dan terutama memperbaiki nasibnya sendiri.
Inilah hakikat otonomi menurut Hatta.

3. Peran nyata masyarakat dalam menanggulangi hambatan terlaksananya otonomi daerah


Salah satunya penghambat terlaksananya otonomi daerah adalah kurangnya pengawasan
masyarakat terhadap otonomi daerah. Partisipasi masyarakat menjadi salah satu isu strategis
untuk mewujudkan yanlik transparan, akuntabel, dan adil. Partisipasi masyarakat merupakan
salah satu kondisi yang diperlukan agar penyelenggaraan pemerintahan dapat berhasil dengan
baik. Dengan keterlibatan masyarakat yang semakin tinggi, maka berbagai kebijakan
pembangunan daerah akan dapat merepresentasikan kepentingan masyarakat luas. Partisipasi
masyarakat juga diperlukan agar mereka dapat ikut mengawasi jalannya penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan yanlik diperlukan untuk menjamin yanlik
dilaksanakan secara transparan dan akuntabel serta sesuai dengan kebutuhan dan harapan
masyarakat. Peran serta masyarakat tidak hanya dalam bentuk peran aktif dalam penyusunan
Standar Pelayanan, tetapi sampai dengan pengawasan dan evaluasi penerapan standar, evaluasi
kinerja dan pemberian penghargaan, serta penyusunan kebijakan yanlik. Dan untuk memastikan
hal tersebut berjalan sesuai amanat UU adalah tugas kita semua.

4. Sebagai mahasiswa, peran kita untuk mewujudkan good government adalah


Mahasiswa harus dituntut memiliki kepribadian yang baik dikarenakan akan menjadi generasi
pemimpin dimasa-masa mendatang. Indonesia itu tidak kekurangan orang cerdas, banyak orang-
orang yang memiliki jabatan diluar sana adalah orang-orang cerdas namun ada juga yang tetap
korupsi. Maka dari hal ini dapat disimpulkan Indonesia kekurangan orang-orang yang
berkepribadian jujur dan baik dalam kehidupan aktivitas sehari-hari.
Mahasiswa sebagai kontrol sosial dalam masa sekarang dan akan mendatang agar kehidupan
berbangsa serta bermasyarakat baik. Mahasiswa menjadi kontrol sosial dikarenakan akan
berdampak banyak perubahan kepada kehidupan bernegara, bermasyarakat dan di pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai