0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat pelaksanaan otonomi daerah, peran masyarakat dalam menanggulangi hambatan tersebut, serta peran mahasiswa untuk mewujudkan good governance. Faktor-faktor pelaksanaan otonomi daerah antara lain sumber daya manusia dan ekonomi daerah, sementara faktor penghambatnya termasuk perbedaan konsep otonomi, birokrasi, dan lemahny
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat pelaksanaan otonomi daerah, peran masyarakat dalam menanggulangi hambatan tersebut, serta peran mahasiswa untuk mewujudkan good governance. Faktor-faktor pelaksanaan otonomi daerah antara lain sumber daya manusia dan ekonomi daerah, sementara faktor penghambatnya termasuk perbedaan konsep otonomi, birokrasi, dan lemahny
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat pelaksanaan otonomi daerah, peran masyarakat dalam menanggulangi hambatan tersebut, serta peran mahasiswa untuk mewujudkan good governance. Faktor-faktor pelaksanaan otonomi daerah antara lain sumber daya manusia dan ekonomi daerah, sementara faktor penghambatnya termasuk perbedaan konsep otonomi, birokrasi, dan lemahny
1. Faktor- factor yang mempengaruhi keberhasilan otonomi daerah
a.. Kemampuan atau Kualitas Sumber Daya Manusia Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu kunci kelancaran otonomi daerah. Dalam pelaksanaan otonomi daerah tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya kerjasama masyarakatnya dengan pemerintah, dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas tinggi (secara pendidikan, kemampuan, keterampilan dan kemauan) mampu menciptakan tenaga kerja yang berkualitas. b. Kemampuan Keuangan/Ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mempengaruhi otonomi daerah. Dengan pendapatan masyarakatnya tinggi, penyelenggaraan otonomi daerah akan meningkat.
2. Faktor- factor penghambat pelaksanaan otonomi daerah
a. Perbedaan Konsep dan paradigma otonomi daerah Uraian tentang konsep otonomi sangat variatif, seperti kebebasan dan kemerdekaan, strategi organisasi, otoritas mengurus diri sendiri, mengambil keputusan sendiri power untuk melakukan kontrol, empowerment, dan kemandirian dalam pengaturan diri. Variasi konsep ini menimbulkan interpretasi beragam. Oleh karena itu, di masa datang perlu kesepakatan tentang konsep otonomi daerah di kalangan elit politik sebagai pengambil keputusan atas kebijakan. Paradigma ekonomi harus dilihat dari perspektif pemerataan pembangunan ekonomi untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, pembangunan daerah adalah bagian integral dari pembangunan nasional dan pembangunan nasional adalah pembangunan daerah. Jadi, sangatlah picik bagi para elit lokal pada daerah yang kaya sumber daya dengan menyandera masalah ekonomi ini untuk mencapai keinginan politiknya lepas dari negara kesatuan RI. Hal ini sudah sangat melenceng dari hakikat otonomi itu sendiri. b. Kuatnya Paradigma Birokrasi Dalam praktik di Indonesia, penentuan hierarki dan pembagian unit organisasi, standarisasi, prosedur dan aturan-aturan daerah sangat ditentukan oleh pemerintah pusat, dan pemerintah daerah harus loyal terhadap aturan tersebut. Dalam bidang manajemen telah disiapkan oleh pemerintah pusat, berbagai pedoman, petunjuk dalam menangani berbagai tugas pelayanan dan pembangunan di daerah. Dalam bidang kebijakan publik, program dan proyek-proyek serta kegiatan-kegiatan yang diusulkan harus mendapat persetujuan pemerintah pusat. Implikasinya masih banyak pejabat di daerah harus menunggu perintah dan petunjuk dari pusat c. Lemahnya Kontrol Wakil Rakyat dan Masyarakat Politik dan otonomi daerah diberlakukan, semangat dan proses demokrasi menjanjikan, dan kontrol terhadap birokrasi dimulai walaupun terkadang kebablasan. Sayang, semangat demokrasi yang timbul dan berkembang di era reformasi ini tidak diikuti oleh strategi peningkatan kemampuan dan kualitas wakil rakyat. Wakil rakyat yang ada masih kurang mampu melaksanakan tugasnya melakukan kontrol terhadap pemerintah. Ketidakmampuan ini memberikan peluang bagi eksekutif untuk bertindak leluasa dan sebaliknya legislatif bertindak ngawur mengorbankan kepentingan publik yang justru dipercaya mewakili kepentingannya. D. Kesalahan Strategi Dengan pemberian kewenangan yang luas kepada daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, dibarengi dengan perimbangan keuangan yang memadai sampai saat ini, sesungguhnya daerah sudah cukup mampu untuk berbuat sesuatu bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Masalahnya sekarang adalah kurangnya SDM aparatur pemerintahan daerah yang mampu menemukan talenta, potensi dan keunggulan daerahnya masing-masing. Selain itu, pengertian otonomi ini sering dicampuradukkan (interchangeble) antara “otonomi sebagai alat” (means) untuk mencapai tujuan dengan “tujuan otonomi” itu sendiri.. Rakyat tidak saja menentukan nasibnya sendiri, melainkan juga dan terutama memperbaiki nasibnya sendiri. Inilah hakikat otonomi menurut Hatta.
3. Peran nyata masyarakat dalam menanggulangi hambatan terlaksananya otonomi daerah
Salah satunya penghambat terlaksananya otonomi daerah adalah kurangnya pengawasan masyarakat terhadap otonomi daerah. Partisipasi masyarakat menjadi salah satu isu strategis untuk mewujudkan yanlik transparan, akuntabel, dan adil. Partisipasi masyarakat merupakan salah satu kondisi yang diperlukan agar penyelenggaraan pemerintahan dapat berhasil dengan baik. Dengan keterlibatan masyarakat yang semakin tinggi, maka berbagai kebijakan pembangunan daerah akan dapat merepresentasikan kepentingan masyarakat luas. Partisipasi masyarakat juga diperlukan agar mereka dapat ikut mengawasi jalannya penyelenggaraan pemerintahan daerah. Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan yanlik diperlukan untuk menjamin yanlik dilaksanakan secara transparan dan akuntabel serta sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. Peran serta masyarakat tidak hanya dalam bentuk peran aktif dalam penyusunan Standar Pelayanan, tetapi sampai dengan pengawasan dan evaluasi penerapan standar, evaluasi kinerja dan pemberian penghargaan, serta penyusunan kebijakan yanlik. Dan untuk memastikan hal tersebut berjalan sesuai amanat UU adalah tugas kita semua.
4. Sebagai mahasiswa, peran kita untuk mewujudkan good government adalah
Mahasiswa harus dituntut memiliki kepribadian yang baik dikarenakan akan menjadi generasi pemimpin dimasa-masa mendatang. Indonesia itu tidak kekurangan orang cerdas, banyak orang- orang yang memiliki jabatan diluar sana adalah orang-orang cerdas namun ada juga yang tetap korupsi. Maka dari hal ini dapat disimpulkan Indonesia kekurangan orang-orang yang berkepribadian jujur dan baik dalam kehidupan aktivitas sehari-hari. Mahasiswa sebagai kontrol sosial dalam masa sekarang dan akan mendatang agar kehidupan berbangsa serta bermasyarakat baik. Mahasiswa menjadi kontrol sosial dikarenakan akan berdampak banyak perubahan kepada kehidupan bernegara, bermasyarakat dan di pemerintah.