Anda di halaman 1dari 10

Tugas 3

Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Nama : Hilda Savira


NIM : 049467803
Prodi : Manajemen
UPBJJ : Surabaya

Indonesia merupakan negara yang besar baik dari segi wilayahnya maupun dari
segi penduduknya. Indonesia merupakan negara kepualaian dengan jumlah
lebih dari 17.000 yang sudah cukup dapat dikatakan bahwa Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Oleh karena itu, Indonesia
mempunyai gagasan tentang otonomi daerah. Bersamaan dengan bergulirnya
era reformasi di Tahun 1998 yang memunculkan tuntutan dari masyarakat
tentang perlunya managemen pemerintahan yang baru. Hal tersebut
disebabkan bahwa pemerintahan yang sentralistik pada kenyataannya masih
banyak kekurangan. Tuntutan tersebut kemudian ditindak lanjuti dengan
disahkannya UU No. 22 tahun 1999 Tentang Pemerintah daerah.
Soal 1 (skor 25)
Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor-faktor yang dapat memperngaruhi
keberhasilan otonomi daerah di Indonesia!
(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terlebih dahulu tentang otonomi daerah
yang ada dalam BMP MKDU4111)

Jawab :
Otonomi daerah merupakan upaya pemerintah dalam memberikan kewenangan
yang lebih luas kepada daerah dalam mengatur urusan pemerintahan dan
pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing
daerah. Keberhasilan otonomi daerah di Indonesia dipengaruhi oleh sejumlah
faktor yang kompleks dan saling terkait.
Berikut adalah analisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
otonomi daerah di Indonesia :
 Kebijakan Pemerintah Pusat: Faktor pertama yang mempengaruhi
keberhasilan otonomi daerah adalah kebijakan pemerintah pusat terkait
dengan pelaksanaan otonomi daerah. Kebijakan ini meliputi pemisahan
kewenangan, alokasi sumber daya, dan regulasi yang mendukung otonomi
daerah. Pemerintah pusat perlu memberikan kejelasan dan konsistensi
dalam kebijakan tersebut agar daerah dapat mengelola otonominya dengan
baik.
 Kapasitas Pemerintah Daerah: Keberhasilan otonomi daerah juga terkait
dengan kapasitas pemerintah daerah dalam mengelola otonomi yang
diberikan. Kapasitas ini mencakup aspek manajemen, keuangan, sumber
daya manusia, dan teknis. Pemerintah daerah perlu memiliki kemampuan
yang memadai untuk merumuskan kebijakan, melaksanakan program,
mengelola keuangan, dan memberikan pelayanan publik yang efektif.
 Partisipasi Masyarakat: Otonomi daerah yang berhasil juga membutuhkan
partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan
pelaksanaan kebijakan. Partisipasi masyarakat dapat meningkatkan
akuntabilitas pemerintah daerah, menghasilkan kebijakan yang lebih
responsif terhadap kebutuhan masyarakat, dan memperkuat legitimasi
pemerintah daerah.
 Kondisi Geografis dan Demografis: Indonesia sebagai negara kepulauan
dengan keragaman geografis dan demografis yang tinggi mempengaruhi
keberhasilan otonomi daerah. Keberhasilan otonomi daerah dapat
bergantung pada karakteristik dan potensi unik setiap daerah, serta
kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola sumber daya yang ada.
 Sumber Daya Keuangan: Sumber daya keuangan yang cukup merupakan
faktor penting dalam keberhasilan otonomi daerah. Pemerintah daerah
perlu memiliki akses yang memadai terhadap sumber daya keuangan untuk
melaksanakan fungsi-fungsi pemerintah daerah, seperti penyediaan
infrastruktur, pelayanan kesehatan, dan pendidikan. Selain itu,
ketergantungan pemerintah daerah pada transfer keuangan dari pemerintah
pusat juga dapat mempengaruhi keberhasilan otonomi daerah.
 Koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah: Koordinasi yang baik
antara pemerintah pusat dan daerah menjadi faktor penting dalam
keberhasilan otonomi daerah. Koordinasi yang efektif memungkinkan
adanya sinergi dalam pelaksanaan kebijakan dan pembangunan antara
pemerintah pusat dan daerah, serta mencegah terjadinya tumpang tindih
kewenangan.
 Keadilan dan Kesetaraan: Keadilan dan kesetaraan dalam pembagian
sumber daya dan pelayanan publik antara daerah menjadi faktor penting
dalam keberhasilan otonomi daerah. Pemerintah perlu memastikan bahwa
daerah yang memiliki potensi dan kebutuhan yang berbeda mendapatkan
perlakuan yang adil dan setara dalam alokasi sumber daya dan pelayanan
publik.
 Kepatuhan Terhadap Hukum dan Etika: Keberhasilan otonomi daerah juga
terkait dengan kepatuhan pemerintah daerah terhadap hukum dan etika
pemerintahan. Pemerintah daerah perlu menjalankan tugas dan
wewenangnya dengan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, dan
integritas untuk membangun kepercayaan masyarakat dan meningkatkan
kualitas pemerintahan daerah.
Referensi:
- BMP MKDU4111
- https://www.ekp.bpk.go.id/wp-content/uploads/2017/09/Pedoman-
Umum-Pengelolaan-Keuangan-Daerah.pdf
- http://www.lan.go.id/assets/upload/doc/laporan/1474418418_Evaluasi-
Pelaksanaan-Kebijakan-Otonomi-Daerah.pdf

Soal 2 (skor 25)


Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor apa saja hambatan dalam
melaksanakan otonomi daerah di Indonesia!
(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terlebih dahulu tentang pelaksanaan
otonomi yang ada di BMP MKDU4111)
Jawab :
Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia menghadapi sejumlah hambatan
yang mempengaruhi efektivitas dan keberhasilannya. Berikut adalah beberapa
faktor hambatan yang umum terjadi dalam melaksanakan otonomi daerah di
Indonesia:
 Kapasitas Sumber Daya Manusia: Salah satu hambatan utama dalam
pelaksanaan otonomi daerah adalah keterbatasan kapasitas sumber daya
manusia (SDM) di tingkat pemerintahan daerah. Banyak daerah di Indonesia
yang masih menghadapi tantangan dalam merekrut dan melatih pegawai
yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang memadai dalam
mengelola otonomi daerah. Kurangnya sumber daya manusia yang
berkualitas dapat menghambat kemampuan daerah dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengelola kebijakan serta program pembangunan
daerah.
 Keuangan dan Pendanaan: Otonomi daerah membutuhkan sumber daya
keuangan yang cukup untuk mendukung pelaksanaan kewenangan daerah.
Namun, banyak daerah di Indonesia yang menghadapi keterbatasan dalam
hal pendanaan. Otonomi daerah sering kali tidak diikuti dengan alokasi dana
yang memadai dari pemerintah pusat, sehingga daerah kesulitan untuk
mengimplementasikan program-program pembangunan yang efektif. Selain
itu, rendahnya kapasitas pengelolaan keuangan daerah dan masih adanya
praktik korupsi di beberapa daerah juga menjadi hambatan dalam
pengelolaan keuangan daerah yang efisien dan transparan.
 Konflik Kepentingan dan Sentralistik: Meskipun otonomi daerah telah
diberlakukan, masih ada kecenderungan terjadi konflik antara pemerintah
daerah dan pemerintah pusat dalam hal alokasi kebijakan dan sumber daya.
Pemerintah pusat masih memegang kendali terhadap beberapa aspek
penting, seperti alokasi anggaran, penentuan kebijakan strategis, dan
pengangkatan pejabat di daerah. Hal ini menghambat kebebasan daerah
dalam mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik lokal, serta dapat mengurangi motivasi pemerintah daerah
untuk mengembangkan inovasi dan melaksanakan program-program yang
lebih efektif.
 Kapasitas Infrastruktur dan Teknologi: Pelaksanaan otonomi daerah juga
terkait dengan kemampuan daerah dalam mengembangkan infrastruktur
fisik dan teknologi informasi yang memadai. Banyak daerah di Indonesia,
terutama yang berada di wilayah terpencil dan terluar, masih menghadapi
keterbatasan dalam hal infrastruktur jalan, transportasi, komunikasi, dan
akses internet. Kurangnya infrastruktur yang memadai dapat menghambat
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan otonomi daerah, serta mengurangi
konektivitas antarwilayah yang penting dalam pengembangan ekonomi
regional.
 Koordinasi Antarlembaga dan Stakeholder: Pelaksanaan otonomi daerah
membutuhkan kerja sama yang baik antara pemerintah daerah, lembaga
pemerintah pusat, dan stakeholder lainnya. Namun, seringkali terjadi
kurangnya koordinasi dan komunikasi yang efektif antara berbagai lembaga
dan pemangku kepentingan terkait pelaksanaan otonomi daerah.
Kurangnya koordinasi ini dapat menyebabkan tumpang tindih kebijakan,
perbedaan interpretasi terhadap regulasi, dan konflik kepentingan antara
berbagai pihak, sehingga menghambat pelaksanaan otonomi daerah yang
harmonis dan terpadu.
 Kapasitas Politik dan Administrasi: Keberhasilan pelaksanaan otonomi
daerah juga tergantung pada kapasitas politik dan administrasi di tingkat
pemerintah daerah. Terkadang, masih terdapat kelemahan dalam kapasitas
politik pemimpin daerah dalam mengelola perubahan dan mengambil
keputusan strategis yang tepat. Selain itu, kurangnya kapasitas administrasi
dalam pengelolaan keuangan, pengadaan barang dan jasa, serta
pelaksanaan pengawasan dan evaluasi dapat menghambat efektivitas
pelaksanaan otonomi daerah.
Referensi:
- BMP MKDU4111
- https://nasional.kompas.com/read/2020/02/11/09120911/pemerintah-
alokasikan-rp-2953-triliun-dana-otonomi-khusus

Soal 3 (skor 25)


Pada kurun waktu lebih dari satu dasawarsa berjalannya otonomi daerah sejak
disahkan UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah sudah banyak yang
dicapai, namun amsih banyak hal yang belum bisa ditangani terkait dengan
upaya dalam mengatasi implementasi kebijakan otonomi daerah. Contoh
keberhasilan dari otonomi daerah dalah semakin luasnya kewenangan dari
DPRD selaku Lembaga legeslatif serta kewenangan kepala daerah selaku
eksekutif dan semakin terbukanya informasi serta partisipasi dari masyarakan
dalam hal pengambilan keputusan dan penagwasan terhadap jalannya
pemerintahan di tingkat daerah. Namun, keberhasilan tersebut juga diiringi
dengan hambatan seperti munculnya istilah raja-raja kecil di daerah dan banyak
kasus korupsi yang melibatkan kepala daerah sehingga menyebabkan anggaran
yang seharusnya untuk membangun daerahnya dikorupsi dan pembangunan
menjadi terhambat.
Dari uraian di atas lakukanlah telaah terkait dengan solusi nyata kita sebagai
masyarakat untuk menanggulangi hambatan pelaksanaan otonomi daerah!
(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terlebih dahulu tentang hambatan
otonomi daerah yang ada di dalam BMP MKDU4111)

Jawab :
Dalam menanggulangi hambatan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia,
sebagai masyarakat kita dapat mengambil beberapa langkah konkret untuk
mendukung dan memperbaiki implementasi otonomi daerah. Berikut ini adalah
beberapa solusi nyata yang dapat kita lakukan:
 Penguatan Pengawasan dan Transparansi: Sebagai masyarakat, kita perlu
aktif dalam melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan di
tingkat daerah. Hal ini dapat dilakukan melalui partisipasi dalam forum-
forum diskusi publik, pengawasan sosial, dan penggunaan teknologi
informasi untuk memantau dan melaporkan pelanggaran atau kecurangan
yang terjadi. Selain itu, kita juga dapat mendorong pemerintah daerah untuk
meningkatkan transparansi dalam penggunaan anggaran dan pengambilan
keputusan. Misalnya, dengan mendorong penerbitan laporan keuangan
daerah yang mudah diakses oleh publik dan melibatkan masyarakat dalam
proses pengawasan.
 Pemberdayaan Masyarakat: Meningkatkan partisipasi aktif masyarakat
dalam pengambilan keputusan lokal adalah langkah penting untuk
meningkatkan pelaksanaan otonomi daerah. Kita perlu mendorong
pemerintah daerah untuk melibatkan masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan pembangunan daerah. Ini dapat
dilakukan melalui mekanisme seperti musyawarah desa/kelurahan, forum
komunikasi antara pemerintah daerah dan masyarakat, serta program
pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang otonomi daerah dan peran mereka dalam pembangunan.
 Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah: Peningkatan kapasitas
pemerintah daerah dalam mengelola otonomi daerah juga sangat penting.
Masyarakat dapat mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang administrasi,
keuangan, dan perencanaan pembangunan. Ini dapat dilakukan melalui
pelatihan dan pendidikan, kolaborasi dengan lembaga pendidikan dan riset,
serta pertukaran pengetahuan dan pengalaman antardaerah. Selain itu,
mendukung upaya pemerintah daerah dalam menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi
administrasi publik juga sangat penting.
 Peran Aktif Lembaga Legislatif dan Penegak Hukum: Lembaga legislatif,
seperti DPRD, memiliki peran penting dalam mengawasi jalannya
pemerintahan daerah. Kita dapat mendorong anggota DPRD untuk
melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif dan bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan otonomi daerah. Selain itu, penegakan hukum
terhadap kasus korupsi dan pelanggaran lainnya yang melibatkan kepala
daerah juga perlu ditingkatkan. Kita sebagai masyarakat dapat mendukung
proses hukum dengan memberikan informasi dan melaporkan dugaan
tindak pidana yang terjadi.
 Pembentukan Forum dan Jaringan Masyarakat: Masyarakat dapat
membentuk forum-forum atau jaringan masyarakat yang peduli terhadap
pelaksanaan otonomi daerah. Melalui forum ini, masyarakat dapat saling
berbagi informasi, pengalaman, dan pemahaman tentang otonomi daerah.
Forum ini dapat menjadi wadah untuk mengidentifikasi masalah, mencari
solusi bersama, dan melakukan advokasi untuk perbaikan kebijakan dan
implementasi otonomi daerah.
 Pendidikan dan Kampanye Kesadaran: Pendidikan dan kampanye
kesadaran mengenai otonomi daerah perlu ditingkatkan. Masyarakat perlu
memahami pentingnya otonomi daerah, hak dan kewajiban mereka sebagai
warga negara, serta peran mereka dalam pembangunan daerah. Pendidikan
mengenai nilai-nilai demokrasi, partisipasi aktif, dan peningkatan
pemahaman tentang sistem pemerintahan daerah juga harus diperkuat.
Kampanye kesadaran ini dapat dilakukan melalui media massa, sosial, dan
pendidikan formal di sekolah-sekolah.

Dalam mengimplementasikan solusi-solusi di atas, penting bagi masyarakat


untuk berkolaborasi dengan pemerintah daerah, lembaga masyarakat sipil,
akademisi, dan pihak-pihak terkait lainnya. Komitmen dan kerjasama yang kuat
dari berbagai pihak diperlukan untuk menciptakan perubahan yang nyata dalam
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia.
Referensi:
- BMP MKDU4111
- https://nasional.kompas.com/read/2022/12/26/13244361/tiga-pejabat-
terpilih-dalam-pilkada-2020-ditetapkan-kpk-tersandung-kasus?page=all

Soal 4 (skor 25)


Pada praktek good governance menyaratkan harus terdapat transparasi dalam
proses penyelenggaraan pemerintah secara keseluruhan. Transparasi
merupakan konsep yang penting yang mengringi kuatnya keinginan untuk
praktek good governance. Masyarakat diberikan kesempatan yang luas untuk
mengetahui informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan, sehingga
masyarakat dapat memberikan penilaian keberpihakan pemerintah terhadap
kepentingan public. Oleh karena itu, masyarakat dapat dengan mudah
menentukan apakah akan memerikan dukungan kepada pemerintah atau malah
sebaliknya.
Dari uraian di atas lakukanlah telaah terkait peran mahasiswa dalam upaya
mewujudkan praktek good governance!
(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terlbih dahulu tentang good
governance yang ada di dalam BMP MKDU4111!)
Jawab :
Good governance merupakan konsep yang mendasar dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab. Salah satu elemen penting
dalam good governance adalah transparansi, di mana masyarakat diberikan
akses yang luas terhadap informasi dan proses pengambilan keputusan
pemerintah. Dalam konteks ini, peran mahasiswa sangat penting dalam upaya
mewujudkan praktek good governance. Melalui peran aktif mereka dalam
melakukan pengawasan, advokasi, dan partisipasi dalam proses pemerintahan,
mahasiswa dapat berkontribusi secara signifikan dalam memperkuat good
governance. Berikut adalah telaah mengenai peran mahasiswa dalam upaya
mewujudkan praktek good governance:
 Pengawasan: Mahasiswa memiliki peran penting sebagai pengawas dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Mereka dapat melakukan pengawasan
terhadap kebijakan dan tindakan pemerintah untuk memastikan
transparansi, akuntabilitas, dan keadilan. Mahasiswa dapat melakukan
analisis kebijakan, mengidentifikasi pelanggaran, dan menyampaikan
temuan kepada publik. Contohnya, mahasiswa dapat terlibat dalam
lembaga pemantau pemilu atau organisasi yang fokus pada pengawasan
korupsi, dan melaporkan pelanggaran yang terjadi kepada otoritas terkait.
 Advokasi: Mahasiswa dapat menjadi suara yang mengadvokasi
kepentingan publik dan mendorong perbaikan dalam kebijakan dan praktik
pemerintah. Mereka dapat melakukan aksi protes, kampanye, dan kegiatan-
kegiatan lainnya untuk menyuarakan isu-isu yang dianggap penting oleh
masyarakat. Mahasiswa juga dapat menggunakan pengetahuan dan
keahlian akademik mereka untuk menganalisis kebijakan dan memberikan
rekomendasi perbaikan kepada pemerintah. Melalui advokasi yang
berdasarkan pada prinsip-prinsip good governance, mahasiswa dapat
membantu memperbaiki kebijakan dan meningkatkan kualitas
pemerintahan.
 Partisipasi: Mahasiswa dapat berperan aktif dalam proses pengambilan
keputusan pemerintah melalui partisipasi dalam forum-forum dialog dan
konsultasi publik. Mereka dapat memberikan masukan dan pendapat
mereka terkait kebijakan dan program yang sedang dirancang oleh
pemerintah. Partisipasi mahasiswa dapat membantu memastikan bahwa
kepentingan publik tercermin dalam keputusan yang diambil oleh
pemerintah. Selain itu, mahasiswa juga dapat mengorganisir diskusi publik,
seminar, atau konferensi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan
untuk memperluas ruang partisipasi dan mendorong dialog yang inklusif.
 Pendidikan dan Kesadaran: Mahasiswa dapat berperan dalam
meningkatkan pendidikan dan kesadaran masyarakat mengenai prinsip-
prinsip good governance. Mereka dapat mengadakan kampanye
penyuluhan, mengorganisir seminar, atau mengembangkan materi
pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai good governance kepada
masyarakat. Dengan meningkatkan pemahaman dan kesadaran
masyarakat, mahasiswa dapat memberdayakan mereka untuk mengawasi,
memahami, dan berpartisipasi secara aktif dalam proses pemerintahan.
 Kolaborasi dengan Pemerintah dan Lembaga Terkait: Mahasiswa dapat
berkolaborasi dengan pemerintah dan lembaga terkait untuk memperkuat
praktek good governance. Mereka dapat menjadi mitra dalam
mengembangkan kebijakan, merancang program kerja, atau melakukan
penelitian terkait isu-isu yang relevan dengan good governance. Kolaborasi
ini dapat meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan kualitas
pengambilan keputusan pemerintah.

Melalui peran aktif mereka dalam pengawasan, advokasi, partisipasi,


pendidikan, dan kolaborasi, mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang
penting dalam mewujudkan praktek good governance. Mereka dapat
membantu memperbaiki sistem pemerintahan, meningkatkan akuntabilitas,
dan memperkuat partisipasi publik dalam pengambilan keputusan. Partisipasi
mahasiswa juga dapat menginspirasi generasi muda lainnya untuk terlibat
dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang lebih baik.
Referensi:
- BMP MKDU4111
- Nurmandi, A. (2015). Membangun Good Governance: Pemerintahan yang
Efektif, Transparan, dan Akuntabel. Penerbit Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai