Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL 3

1. Analisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan otonomi daerah di Indonesia


Secara istilah, otonomi daerah dapat di artikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonomi untuk mengatur atau mengurus sendiri urusan pemerintah, kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan per undang-undang yang berlaku di negara kesatuan
republik Indonesia (Wahidin, 2015: 85). Berdasarkan pengertian tersebut maka esensi di
dalam otonomi daerah adalah wewenang untuk mengatur pemerintahan sendiri sesuai dengan
peraturan per undang-undang yang berlaku.
Pelaksanaan otonomi daerah dalam bingkai negara kesatuan republik Indonesia adalah satu
kebijakan besar yang berarti adanya pemecahan kewenangan antara pemerintah pusat dan
daerah. Oleh karenanya, di samping perlu berpegang pada prinsip-prinsip sebagaimana
dikemukakan di atas juga harus taat asas. Asas otonomi daerah tersebut dapat dibedakan
menjadi dua yaitu asas yang umum dan asas yang khusus. Berbagai macam prinsip dalam
asas di dalam pelaksanaan otonomi daerah tersebut diterapkan dengan maksud agar tujuan-
tujuan otonomi daerah dapat tercapai. Otonomi daerah juga dapat diartikan suatu kebijakan
besar di dalam pengelolaan pemerintah yang diharapkan mampu mengantarkan bangsa dan
negara Indonesia pada kondisi masyarakat yang adil dan makmur secara merata. Sebagai
sebuah kebijakan tentu saja ada persoalan yang dihadapi di dalam implementasinya. Namun
demikian, terlepas dari berbagai macam persoalan tersebut, otonomi daerah dapat dianggap
sebagai satu langkah besar bangsa dan negara ini di dalam mengupayakan kesejahteraan bagi
para warganya. Sebaik apa pun pelaksanaan otonomi daerah, tidak akan berjalan dengan baik
dan meraih sasaran apabila tidak didasari dengan 'niatan' yang baik dan pemerintah daerah
untuk menjalankan kebijakan tersebut dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, di dalam
pelaksanaan otonomi daerah perlu di dukungan satu aspek lagi di dalam pemerintahan, yaitu
sebuah tata kelola pemerintah yang baik dan bersih.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan otonomi daerah di Indonesia akan
tercapai jika pemerintahnya dapat melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik dan
bersih, memiliki niat yang baik dalam menjalankan kebijakan, dapat menyerap aspirasi
masyarakat, masyarakat berperan aktif dalam program pembangunan, Pemerintah dan
masyarakatnya taat hukum, dan adanya transparansi dalam setiap penerapan kebijakan
maupun program pembangunan.
Untuk lebih detailnya faktor-faktor tersebut dibahas pada uraian di bawah ini:
 Tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih
Pemerintahan yang baik dan bersih akan menjadi indikator dalam mendukung keberhasilan
otonomi daerah, karena dengan begitu, semua program visi dan misi daerah suatu daerah
akan tercapai.
 Niat baik dari pemerintah daerah untuk menjalankan kebijakan
Niat baik tentu saja akan menjadi kekuatan dalam menjalankan pemerintahan baik dalam
memajukan faktor, ekonomi, pendidikan, wisata hingga sosial budaya. Berbagai kebijakan
akan memiliki gairah dan berhasil jika pemerintahnya memiliki niatan yang baik, yang
tentunya niatan baik tersebut akan diiringi dengan keseriusan kerja yang sesuai dengan target-
target pembangunan yang harus dicapai.
 Terserapnya aspirasi masyarakat
Aspirasi masyarakat merupakan proses perencanaan program kerja pembangunan yang
berdasar aspirasi atau kebutuhan masyarakat, pemerintah perlu terus menggali berbagai
macam aspirasi yang ada di masyarakat, karena masyarakat di suatu daerah yang lebih tahu
dengan apa yang dibutuhkan secara mendesak, namun dengan catatan kebutuhan tersebut
bersifat umum untuk dimanfaatkan bersama dan menghasilkan manfaat yang berkelanjutan.
 Peran serta dan dukungan masyarakat di daerah tersebut
Peran serta masyarakat di daerah tersebut sangat dibutuhkan dalam mendorong keberhasilan
otonomi daerah, karena meskipun pemerintah telah menerapkan tata kelola pemerintah yang
bersih serta melaksanakan berbagai upaya yang maksimal dalam menjalankan kebijakannya,
semua itu akan sia-sia jika masyarakat setempat tidak berperan serta dan tidak mendukung
dengan adanya pembangunan di daerah tersebut.
 Taat Hukum
Jika orang yang menjalankan pemerintahan dan masyarakatnya taat hukum maka tidak perlu
ditawar lagi, Negara akan makmur, otonomi daerah akan berhasil, masyarakat akan sejahtera.
 Transparansi
Transparansi merupakan bentuk kejujuran pemerintah kepada rakyatnya, dengan transparansi
rakyat bisa mengetahui kebijakan pemerintah, program, hingga penggunaan anggaran.
Transparansi menghilangkan prasangka buruk dari masyarakat terhadap pemimpinnya
sebagai pemegang kebijakan.
Sumber:
 MKDU4111/ MODUL 9
 https://www.antapedia.com/2022/06/lakukanlah-analisis-faktor-faktor-yang.html

2. Analisis faktor apa saja hambatan dalam melaksanakan otonomi daerah di Indonesia
Berikut faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan otonomi daerah:
 Pertama, daerah otonom di Indonesia tidak semuanya mempunyai sumber daya
manusia (SDM) yang terampil dan unggul, sehingga bantuan masih diperlukan dari
pusat ataupun daerah lain. Dengan mempunyai sumber daya manusia yang terampil
dan unggul maka pelaksanaan otonomi daerah di daerah tersebut akan bisa diatasi,
dapat dilakukan dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan pengembangan diri
pada masyarakat di sekitar untuk ikut serta dan berperan aktif dalam melaksanakan
otonomi daerah.
 Kedua, daerah otonom di Indonesia tidak semuanya mempunyai sumber daya alam
(SDA) yang memadai, sehingga sulit menggali dan memperoleh dana dari sumber
daya alam. Jika di daerah tersebut kekurangan atau tidak mempunyai sumber daya
alam yang bisa dijadikan pendapatan maka seharusnya yang dilakukan oleh pelaksana
otonomi daerah di daerah tersebut ialah dengan membuat, membentuk atau
menciptakan suatu produk yang bisa dijual dan dapat mengembangkan desa tersebut
dari dana yang sudah didapatkan.
 Ketiga, masih sering terjadinya tarik menarik tentang kewenangan masalah tertentu
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, hal ini menjadi faktor penghambat
dalam pelaksanaan otonomi daerah.
 Keempat, masih adanya kebiasaan sentralisasi (terpusat) yang mengakibatkan
kreativitas di daerah sulit untuk berkembang. seharusnya kebiasaan sentralisasi harus
di minimalisir agar kreativitas di daerah-daerah yang melaksanakan otonomi daerah
dapat berkembang, mempunyai nilainya sendiri dan tidak selalu terpaku pada hasil
dari daerah pusat.
 Kelima, sebagian besar daerah otonom di Indonesia masih terbisa bergantung kepada
pemerintah pusat terutama masalah mengenai pendanaan atau keuangan, yang
mengakibatkan sulit untuk berdiri sendiri (mandiri). Hal ini menjadi faktor
penghambat dalam melaksanakan otonomi daerah, sebab pemerintah pusat tidak
hanya menangani masalah ini saja, oleh karena itu pemerintah daerah atau pemerintah
harus bisa mandiri untuk memperoleh atau mendapatkan dana dengan mengadakan
atau membuat suatu inovasi yang memiliki nilai jual akan bisa memperoleh dana
secara mandiri.
 Keenam, sulitnya untuk mengatur sumber daya alam (SDA) yang dimiliki beberapa
daerah yang saling berbatasan. Hal ini juga menjadi faktor penghambat dalam
melaksanakan otonomi daerah, oleh karena itu langkah atau tindakan yang bisa
dilakukan ialah dengan cara melakukan dan melaksanakan kerja sama antara beberapa
daerah yang memiliki sumber daya alam yang saling berbatasan, dan menjaga
kerukunan agar tidak terjadi permusuhan antar daerah karena masalah sumber daya
alam.
 Ketujuh, terbatasnya sarana dan prasarana, bahkan sampai alat tulis komputer (ATK)
hanya mempunyai satu unit saja sebagai pendukung dalam melaksanakan tugas,
melaksanakan otonomi desa sebagai rangka pelaksanaan untuk membangun desa
terutama dalam pelayanan masyarakat.
 Kedelapan, sedikitnya aset desa yang bisa menghasilkan pendapatan, sehingga desa
mengalami kesulitan untuk mendapatkan sumber pendapatan desa yang memadai
guna untuk kegiatan pelaksanaan pembangunan di desa.
 Kesembilan, gaji/honor perangkat desa yang rendah mengakibatkan rendahnya
semangat kerja (etos kerja) pada perangkat desa, hal ini akan berdampak dan
mengganggu optimalnya dalam pelaksanaan otonomi daerah di desa.
 Kesepuluh, masih banyak dari aparatur daerah atau aparatur desa yang masih kurang
pemahaman tentang makna dari otonomi daerah itu sendiri.
 Kesebelas, masih belum dikeluarkannya regulasi mengenai pendelegasian
kewenangan kepada pemerintah daerah atau pemerintah desa menjadi faktor
penghambat dalam pelaksanaan otonomi daerah.
 Kedua belas, masih ada kecenderungan para penghulu desa yang harus tunduk pada
kebijakan dan perintah dari kabupaten/pusat.
 Ketiga belas, belum optimalnya pelaksanaan penyelenggaraan otonomi daerah oleh
pemerintah daerah.
Dari faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan otonomi daerah atau
otonomi desa perlu adanya keterbukaan atau transparansi aparatur pemerintah desa, baik itu
jiwa yang mengayomi dan mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
Demikianlah penjelasan mengenai faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat dalam
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia.
Sumber:
 MKDU4111/ MODUL 9
 https://www.fivser.com/2022/10/dari-uraian-di-atas-lakukanlah-analisis-faktor-apa-
saja-hambatan-dalam-melaksanakan-otonomi-daerah-di-Indonesia.html

3. Telaah terkait dengan solusi nyata kita sebagai masyarakat untuk menanggulangi hambatan
pelaksanaan otonomi daerah.
Otonomi daerah merupakan kewenangan suatu daerah untuk mengatur dan mengurus
pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya secara mandiri menurut peraturan dan caranya
sendiri dengan tidak melanggar pada peraturan per undang -undangan pusat yang sudah
berlaku. Sejak diberlakukannya paket Undang -Undang mengenai Otonomi Daerah, banyak
orang sering membicarakan aspek positifnya. Memang tidak disangkal lagi, bahwa otonomi
daerah membawa perubahan positif di daerah dalam hal kewenangan daerah untuk mengatur
diri sendiri. Akan tetapi apakah di tengah-tengah optimisme itu tidak terbersit kekhawatiran
bahwa otonomi daerah juga akan menimbulkan beberapa persoalan yang jika tidak segera
dicari pemecahannya, akan menyulitkan upaya daerah untuk memajukan rakyatnya? Jika
jawabannya tidak, tentu akan sangat naif. Mengapa? Karena, tanpa disadari, beberapa
dampak yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan otonomi daerah telah terjadi.
Masalah-masalah yang timbul diantarnya adalah: Adanya eksploitasi pendapatan daerah,
pemahaman terhadap konsep desentralisasi dan otonomi daerah yang belum mantap,
penyediaan aturan pelaksanaan otonomi daerah yang belum memadai, kondisi sumber daya
manusia aparatur pemerintahan yang belum menunjang sepenuhnya, korupsi di daerah,
adanya potensi munculnya konflik antar daerah.
Dari masalah-masalah di atas yang telah disebutkan, kita dapat melakukan suatu solusi nyata
sebagai masyarakat agar dapat menanggulangi hambatan pelaksanaan otonomi daerah. Di
antaranya ialah: Kita sebagai masyarakat di suatu daerah, harus menjadi pribadi yang kreatif,
unggul dan harus bisa ikut serta dan berperan dalam kegiatan pelaksanaan otonomi daerah di
daerahnya. Dengan ikut serta dalam kegiatan otonomi daerah, artinya kita selaku masyarakat
telah turut membantu suksesnya pelaksanaan otonomi daerah di daerahnya. Kita juga harus
bisa untuk meningkatkan rasa nasionalisme dengan mengadakan berbagai kegiatan
nasionalisme seperti kegiatan wajib untuk mengibarkan bendera merah putih, mengharumkan
nama bangsa, mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dan
sebagainya.
Kita sebagai masyarakat juga harus selalu memperhatikan, mengawasi jika ada suatu
kesalahan-kesalahan fatal yang terjadi yang bisa mengakibatkan gagalnya pelaksanaan
otonomi di daerah tempat kita tinggal, seperti perilaku korupsi dan konflik antar daerah harus
segera diatasi dan ditindaklanjuti agar masalahnya dapat segera diselesaikan.
Jika kita sebagai masyarakat telah ikut serta dalam pelaksanaan otonomi daerah, sebaiknya
hindari perlakuan menyimpang dari peraturan-peraturan yang telah ditetapkan, seharusnya
kita harus selalu mengikuti peraturan dan ketentuan yang telah berlaku agar pelaksanaan
otonomi daerah dapat berjalan dengan baik, kita juga berhak untuk melarang anggota
keluarga dari kepala daerah untuk maju dalam pemilihan daerah demi mencegah
terbentuknya dinasti politik. Selain dari itu kita sebagai masyarakat di daerah yang
melaksanakan otonomi daerah, bisa meningkatkan kontrol dan pengawasan terhadap
pembangunan di daerah dengan memilih menteri dalam negeri yang berkapasitas dan amanah
agar pembangunan di daerah dapat selalu diawasi.
Jika mendapatkan informasi daerah kita mendapatkan masalah mengenai pendanaan yang
kurang untuk melaksanakan otonomi daerah, maka kita sebagai masyarakat di daerah tersebut
harus bisa bekerja sama dengan pemerintah daerah dan mencari solusi bagaimana masalah
pendanaan ini dapat segera diatasi dan diselesaikan. Misalkan dengan cara, membantu dan
menciptakan produk yang memiliki nilai jual sebagai pendanaan bantuan yang berguna untuk
pelaksanaan otonomi daerah di daerahnya. Dan juga dari itu semua, hendaknya kita sebagai
masyarakat harus selalu mau dan ikut membantu pemerintah daerah dalam melaksanakan
otonomi agar daerah yang kita tinggali semakin maju dan berkembang.
Sumber:
 MKDU4111/MODUL 9
 https://ja.ejournal.unri.ac.id/index.php/JA/article/download/3370/3287

4. Telaah terkait peran mahasiswa dalam upaya mewujudkan praktik good governance.
Good Governance yang diartikan dalam tata pemerintahan ialah penggunaan suatu wewenang
ekonomi, politik dan administrasi untuk mengelola urusan-urusan negara pada semua
tingkatan. Terdapat empat karakteristik seorang pemimpin yang dapat memimpin suatu
negara, yaitu cendekia, jujur, berani dan teguh pendirian atau dapat diartikan sebagai wujud
tata kelola pemerintahan yang baik.
Dalam praktik good governance, mahasiswa mempunyai peranan sebagai berikut:
 Sebagai Agent of Change, mahasiswa sebagai kaum intelektual dituntut agar
membuat suatu perubahan ke arah yang lebih baik lagi. Jika terjadi kondisi yang
sedang tidak baik-baik saja di sekitarnya, maka mahasiswa harus segera bertindak
tidak boleh diam. Karena saat ini banyak sekali penyakit-penyakit pada masyarakat
yang menghinggapi hati bangsa Indonesia ini, mulai dari pejabat-pejabat di atas sana
hingga pejabat-pejabat di bawahnya, dan ini tentunya akan tertular pada banyak
masyarakat. Sudah seharusnya mahasiswa bisa menghadapi masalah ini dan
mahasiswa harus bisa melakukan perubahan sebab perubahan itu merupakan harga
mutlak dan pasti akan terjadi walaupun mahasiswa diam.
 Sebagai Agent of Control, mahasiswa juga harus berperan sebagai pengontrol atas
kebijakan-kebijakan yang telah dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah, karena
kebijakan-kebijakan tersebut di dalamnya terdapat kaitan dengan kehidupan orang
banyak. Mahasiswa bisa menjadi peranan penting good governance pada sistem
pemerintahan. Mahasiswa harus berperan aktif sebagai pengawal dan pendorong good
governance yang dilakukan agar menciptakan kesejahteraan yang seluruh lapisan
masyarakat di Indonesia.
 Sebagai Iron Stock, mahasiswa merupakan aset, harapan bangsa dan cadangan di
masa depan, mahasiswa diharapkan bisa menjadi generasi yang tangguh serta
mempunyai kemampuan, akhlak mulia dan moralitas agar dapat menggantikan
generasi sebelumnya dengan lebih baik lagi. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya
organisasi yang ada di kampus yang pengurusannya selalu berganti-ganti tiap
generasinya, yang muda akan menjadi pemimpin. Bisa juga dilakukan dengan cara
mempelajari berbagai pengetahuan baik dari segi profesi maupun segi
kemasyarakatan.
 Mahasiswa sebagai aktor dalam Social Development berperan sebagai tenaga-tenaga
terdidik yang bisa menyalurkan keterampilan yang dimilikinya pada masyarakat
mengenai isu-isu masyarakat, contohnya dengan memberikan penyuluhan, pelatihan,
program pendampingan masyarakat, kuliah kerja nyata (KKN), dan sebagainya.
 Mahasiswa sebagai "Guardian of Value", artinya mahasiswa mempunyai peran
sebagai penjaga nilai-nilai yang ada di masyarakat, nilai apa yang harus dijaga? yaitu
nilai mahasiswa sebagai insan akademis yang dalam memecahkan masalah dan
mencari kebenaran selalu dengan cara berpikir ilmiah, tidak dengan asal-asalan. Nilai
yang dijaga harus terbukti kebenarannya dan mahasiswa wajib menjaga kebenaran itu.
 Mahasiswa Mempunyai keinsafan tanggung jawab terkait kesejahteraan masyarakat,
Cekatan dan mandiri dalam memperoleh, memelihara, dan memajukan ilmu
pengetahuan, Mampu memangku jabaran atau pekerjaan di masyarakat dengan
amanah dan adil.
 Mahasiswa memberikan informasi pada masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam
pemilihan umum dengan menggunakan hak pilih sebaik-baiknya, agar bangsa dan
negara Indonesia bisa maju seperti negara lainnya di berbagai belahan dunia.
 Mahasiswa memberikan dorongan dan dukungan serta memandu masyarakat secara
langsung untuk memilih partai politik dan calon wakil rakyat yang jujur, amanah,
cerdas, berani, pejuang serta mempunyai perjalanan hidup yang baik di mata
masyarakat.
 Mahasiswa memberikan informasi pada masyarakat mengenai partai politik dan calon
wakil rakyat yang baik dan pantas untuk dipilih, agar hasil pemilihan umum bisa
membawa bangsa ini semakin maju di bawah pemimpin yang benar dan tepat.
Sumber:
 MKDU4111/ MODUL 9
 https://www.fivser.com/2022/10/dari-uraian-di-atas-lakukanlah-telaah-terkait-peran-
mahasiswa-dalam-upaya-mewujudkan-praktek-good-governance.html

Anda mungkin juga menyukai