Anda di halaman 1dari 10

Tugas 3 Pendidikan Kewarganegaraan

NIM ; 858941324
NAMA ; Dadang Aldi Setiawan
UPBJJ ; Jember
Mata Kuliah ; Pendidikan Kewarganegaraan MKDU 4111
Jurusan ; PGSD S-1
Semester ;1

1. Faktor Keberhasilan Otonomi Daerah

Sistem otonomi daerah memungkinkan daerah memiliki hak dan kewajiban untuk
mengatur daerahnya sendiri.
Berdasarkan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (5) tentang
Pemerintahan Daerah, yang dimaksud otonomi daerah adalah:
"Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan."
Otonomi daerah diselenggarakan di negara kesatuan Republik Indonesia dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang memengaruhinya adalah efisiensi dan
efektivitas Indonesia, negara yang luas dan penduduk yang beragam.
Selain itu, ada beberapa fator lain yang juga memengaruhi terselenggaranya otonomi
daerah, yaitu:
- Faktor latar belakang otonomi daerah
Terdapat dua faktor yang berperan kuat dalam mendorong lahirnya kebijakan
otonomi daerah, sesuai dengan UU Nomor 22 tahun 1999, yakni:
1. Faktor internal, didorong oleh berbagai protes atas kebijakan politik
sentralisasi di masa lalu.
2. Faktor eksternal, dipengaruhi oleh dorongan internasional dengan
kepentingan investasi.
- Faktor pendukung terselenggaranya otonomi daerah Terdapat dua faktor yang
mendukung terselenggaranya otonomi daerah, di antaranya:
1. Kemampuan sumber daya manusia
Keberhasilan otonomi daerah sangat bergantung pada sumber daya
manusianya. Pembangunan daerah juga tidak mungkin berjalan lancar tanpa
adanya kerja sama pemerintah dan masyarakat.
Untuk membangun kesuksesan, dibutuhkan masyarakat yang berpengetahuan
tinggi, keterampilan tinggi, dan kemauan tinggi.
2. Kemampuan ekonomi
Dengan pendapatan yang memadai, kemampuan daerah untuk
menyelenggarakan otonomi akan tinggi. Adanya sumber daya manusia yang
berkualitas, daerah mampu membuka peluang potensi ekonomi.

Faktor memengaruhi implementasi kebijakan


Dikutip dari buku Implementing Decentralization Policies: An Introduction (1988) oleh
Dennis A. Rondinelli And G. Shabbir Cheema, faktor memengaruhi implementasi
kebijakan otonomi daerah, yaitu:
1. Faktor environmental conditions
Mencakup faktor seperti struktur politik nasional, proses perumusan kebijakan,
infrastruktur politik, dan berbagai organisasi kepentingan, serta tersedianya sarana dan
prasarana fisik.
2. Faktor inter-organization ships
Keberhasilan otonomi daerah memerlukan interaksi dan koordinasi dengan sejumlah
organisasi pada setiap tingkatan pemerintah.

3. Faktor resources for program implementation


Kondisi lingkungan yang kondusif dalam arti dapat memberikan diskresi lebih luas
kepada pemerintah daerah dan hubungan antarorganisasi yang efektif diperlukan untuk
terlaksananya otonomi daerah.
4. Faktor characteristic of implementing agencies
Kemampuan para pelaksana di bidang keterampilan teknis, manajerial, politik, serta
kemampuan untuk merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan dan
mengintegrasikan setiap keputusan baik dari sub unit organisasi, maupun dukungan dari
lembaga politik nasional dan pejabat pemerintah pusat lainnya.

❖ Faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi keberhasilan otonomi daerah di Indonesia


adalah :
1. Faktor manusia sebagai subjek penggerak ( factor dinamis ) dalam penyelenggaraan
otonomi daerah.
2. Faktor keuangan yang merupakan tulang punggung bagi terselenggaranya aktivitas
pemerintahan daerah.
3. Faktor peralatan yang merupakan sarana pendukung bagi terselenggaranya aktivitas
pemerintahan daerah.
4. Faktor organisasi dan manajemen yang merupakan sarana untuk melakukan
penyelenggaraan pemerintahan daerah secara baik, efisien, dan efektif.

2. Hambatan Pelaksanaan Otonomi Daerah


A.Faktor Manusia

Penyelenggaraan otonomi daerah yang sehat dapat di wujudkan pertama-tama dan terutama
di tentukan oleh kapasitas yang di miliki manusia sebagai pelaksananya. Penyeenggaraan
otonomi daerah hanya dapat berjalan dengan sebaik-baiknya apabil manusia pelaksananya
baik,dalam arti mentalitas maupun kapasitasnya.

Pentingnya posisi manusia pelakana ini karena manusia merupakan unsur dinamis dalam
organisasi yang bertindak/berfungsi sebagai subjek penggerak roda organisasi
pemerintahan. Oleh sebap itu kualitas mentalitas dan kapasitas manusia yang kurang
memadai dengan sendirinya melahirkan impikasi yang kurang menguntungkan bagi
penyelenggaraan otonomi daerah. Anusia pelaksana pemerintah daerah dapat di
kelompokkan menjadi:

1.Pemerintah daerah yang terdiri dari kepala daerah dan dewan perwakilan
daerah(DPRD).

2.Alat-alat perlengkapan daerah yakni aparatur daerah dan pegawai daerah

3.Rakyat daerah yakni sebagai komponen environmental (lingkungan)yang


merupakan sumber energi terpenting bagi daerah sebagai organisasi yang bersifat
terbuka.

1.Kepala daerah dan DPRD

Dalam negara kesatuan republik indonesia tugas kepla daerah di samping sebagai
kepala daerah juga merupakan alat pemerintah pusat yang menjalani tugas yang sangat
berat. Oleh sebap itu kualifikasi yang di tuntut seorang kepala daerah seharusnya juga
memadai dalam pengertian harus sebanding dengan beban tugas ing dengan beban tugas
yang ada di pundaknya.

Dalam kenyataan syarat syarat yang di tentukan bagi seorang kepala daerah belum
cukup menjamin tuntutan kualitas yang ada. Di mana yang berkaitan dengan kapasitas
(pengetahuan dan kecakapan) hanya tiga syarat yang di penuhi masing-
masing;cerdas,berkemampuan,dan keterampilan;mempunyai kecakapan dan
pengelaman kerja yang cukup di bidang pemerintahan;berpengetahuan yang sederajat
degan perguruan tinggi atau sekurang kurangnya di persamakan dengan sarjana muda
Demikian pula halnya dengan mentalitas tidak terdapat ukuran-ukuran yang dapat di
pergunakan sebagai tolok ukur objektif,sehinggga terdapat cukup banyak kesulitan
dalam penilaian padahal peranan mental ini sangat penting dalam penyelenggaraan
otonomi daerah. Seperti halnya kepala daerah,DPRDpun memiliki beban tugas yang
tidak ringan,karena tugas pokoknya adalah bersama-sama kepala daerah menetapkan
kebijakan daerah baik yang berupa peraturan-peraturan daerah dan anggaran
pendapatan dan belanja daerah(APBD). Di samping itu DPRD ujga menjalankan fungsi
pengawasan atas pelakanaan kebijakan daerah oleh kepala daerah. Dengan tugas dan
fungsi semacam ini DPRD di tuntut untuk memiliki kualitas yang memadai

Dalam kenyataannya pendidikan dan pengelaman yang di miliki oleh DPRD masih di
bawah rata-rata dan masih sangat terbatas .rata- rata DPRD tidak di bekali dengan
pendidikan dan pengelaman yang cukup di bidang pemerintahan. Hal ini akan sangat
berpengaruh dalam penyelenggaraan otonomi daerah

Untuk meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah daerah ini maka suatu langka
sistematis harus di ambil. Upaya-upaya meningkatkan syarat pendidikan dan
pengelaman berorganisasi ataupun peningkatan frekuensi latihan,kursus,dan
sebagainya,yang berkaitan dengan bidang tugas yang menjadi tanggungjawabnya
masing-masing perlu di tingkatkan.

2.Aparatur pemerintah daerah

Salah satu atribut penting yang menandai suatu daerah otonom adalah di miliki aparatur
pemerintah daerah tersendiri yang terpisah dengan aparatur pemerintah pusat yaang
mampu menyelemggarakan urusan-urusan rumah tangganya sendiri

Sebagai unsur pelaksana aparatur pemerintah daerah menduduki peranan yang sangat
vital dalam keseluruhan prose penyelenggaraan otonomi daerah. Oleh karena itu tidak
berlebihan bila di katakan bahwa keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah sangat
bergantung kepada kemampuan aparaturnya.

Dalam kenyataan tuntutan akan kualitas yang memadai belum sepenuhnya terpenuhi
sehingga akan menghambat proses penyelenggaraan otonomi daerah karena aparatur
yang akan bersentuhan langsung dengan tugas yang akan dilaksanakan,sehingga
penyelenggaraan otonomi daerah belum sesuai dengan yang di harapkan.

Untuk meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah daerah maka suatu langkah


sistematis perlu di ambil. Upaya-upaya peningkatan syarat pendidikan dan pengelaman
berorganisasi ataupun peningkatan frekuensi latihan,kursus dan sebagainya yang
berkaitan dengan bidang tugas yang menjadi tanggung jawab masing-masing perlu di
tingkatkan.

B.Faktor Keuangan
Keberhasilan otonomi daerah tidak terlepas dari cukup tidaknya kemampuan daerah dalam
bidang keuangan,karena kemampuan keuangan ini merupakan salah satu indikator penting
guna mengukur tingkat ekonomi suatu daerah. Hal ini muda di pahami karena adalah
mustahil bagi daerah-daerah utnuk dapat menjalankan berbagai tugas ddan pekerjaannya
dengan efisien dan efektif dan dapat melaksanakan pelayanan dan pembangunan masyarakat
tanpa tanpa ketersediaan dana.

Sumber-sumber keuangan daerah dapt dikelompokan kedalam dua kelompok utama yakni
sumber pendapatan asli daerah(PAD) dan sumber pendapatan non asli daerah(non PAD).
Penyelenggaraan otonomi daerah yang sehat hanya tercapai apabila sumber utama keuangan
guna membiayai aktivitas daerah berasal dari PAD atau paling tidak pembiayan rutinnya
ditutup oleh hasil PAD

Sumber sumber PAD mencakup lima sumber utama yakni;

1.Hasil pajak daerah

2.Hasil retribusi daerah

3.Hasil perusahaan daerah

4.hasil dinas daerah

5.Hasil usaha daerah lainnya yang sah

Dalam kenyataanya hasil dari kelima sumber ini masih sangat terbatas dalam memberikan
kontribusinya bagi keuangan daerah secara keseluruhan sehingga sama sekali tidak dapat di
andalkan sebagai sumber pendapatan keuangan daerah.inilah salah satu faktor penghambat
penyelenggaraan otonomi daerah. Maka dengan itu daerah masih membutuhkan bantuan
dari pemerintahan pusat kepada daerah guna memperlancar dan menunjang pembangunan
otonomi daerah ke arah yang lebih baik.sehingga adanya pemerataan pembangunan di
seluruh daerah otonom di seluruh Indonesia guna menciptakan masyarakat yang adil dalam
kemakmuran dan makmur dalam keadialan guna tercapainya cita-cita luhur bangsa yang di
proklamirkan oleh the founding father.

C.Faktor Peralatan
Peralatan merupakan perantara dan pembantu bagi aparatur pemerintah daerah ddalm
melaksanakan berbagai tugas pekerjaannya. Karena itulah peralatan menduduki peranan
penting pula.

Untuk memperlancar jalannya tugas penyelenggaraan pemerintahan daerah maka di


perlukan sejumlah alat yang cukup memadai baik dalam kuantitas maupun kualitasnya.alat-
alat tersebut harus cukup dari jumlahnya dan efisien,efektif serta praktis dari segi
penggunaannya. Guna memenuhi tuntutan syarat tersebut diatas maka di perlukan suatu
manajemen peralatan daerah yang menjamin dapat segera tersedianya peralatan yang tepat
pada waktu yang tepat pula.

Dalam realitanya peralatan yang di perlukan baik di tinjau dari segi jumlah maupun
kualitasnya msaih belum cukup memadai guna menopang kelancaran pelaksanaan tugas
pemerintahan di daerah. Keterbatasan peralatan yang dimiliki daerah-daerah ini telah
menyulitkan pemerintah di daerah dalam memberian pelayanan kepada masyarakat karena
tugasnya sebagai pelayan publik sehingga di mata masyarakat terkesan kinerja pemerintah
belum sesuai dengan apa yang di harapkan oleh masyarakat daerah. Ini juga yang akan
menghambat proses penyelenggaraan pemerintah otonomi daerah.

D.Faktor Organisasi
Agar penyelenggaraan pemerintahan di daerah dapat berjalan dengan baik maka di
perlukan suatu organisasi untuk mengatur proses penyelenggaraan tersebut. Karena
dalam sebuah organisasi terdapat beberapa asas untuk mengatur proses penyelenggaraan
tersebut. Karena dalam sebuah organisasi terdapat beberapa asas ang menunjang
pelaksanaan suatu tugas tertentu yaitu;

1.Perumusan tujuan dengan jelas

2.Pembagian pekerjaan

3.Pelimpahan wewenang

4.koordinasi dan

5.rentangan kontrol serta kesatuan komando

Rumusan tujuan yang jelas merupakan tujuan dari sebuah organisasi karena merupakan
landasan bagi sebuah organisasi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan
juga dapat memudahkan para anggota dan juga pimpinan organisasi memahami dan
menyakini sehingga mendorong mereka untku bekerja lebih sungguh-sungguh. Tujuan
organisasi merupakan suatu pernyataan tentang suatu keadaan yang di inginkan dan
organisasi sebagai kolektivitas berusaha utnuk merealisasikannya Agar penyelenggaraan
otonomi daerah dapat berjalan dengan lancar,baik dan efektif haruslah senantiasa
memperhatikkan dan menerapkan berbagai asas tanpa ada kemauan dan kemampuan
akan itu,sulit di harapkan penyeenggaraan otonomi daerah yang benar-benar,baik dan
sehat

Realitas penyelenggaraan otonomi daerah di Indonesia membuktikan bahwa masalah


atau faktor organisasi dan manajemen masih merupakan titik rawan yang perlu di benahi.
Struktur organisasi yang ruwet dan sebagainya merupakan kendala kenala organisatoris
dan manajerial yang di hadapinya. Karena itu pemerintah daerah perlu memberikan
perhatian pada masaah organisasi dan manajemen. Agar tercapainya tujuan dari
penyelenggaraan otonomi daerah tersebut demi terwujunya good governance and clean
government sehingga tercapainya masyarakat yang adil dalam kemakmuran, dan
makmur dalam keadilan.

❖ Faktor penghambat lain dalam melaksanakan otonomi daerah di Indonesia adalah :

1. Tidak semua daerah otonom memiliki sumber daya manusia ( SDM ) yang tinggi,
sehingga memerlukan bantuan dari daerah yang lain.
2. Tidak semua daerah otonom memiliki sumber daya alam ( SDA ) yang tinggi,
sehingga
sulit mendapatkan pemasukan kas daerah dari potensi alam.
3. Adanya Tarik menarik antar pemerintah pusat dan daerah tentang wewenang
masalah.
4. Ada kebiasaan sentralisasi, sehingga kreativitas daerah sulit berkembang.
5. Sebagian besar daerah otonom masih bergantung pada pemerintah pusat.
6. Kesulitan dalam mengatur sumber daya alam ( SDA ) yang dimiliki oleh daerah
yang
berbatasan.

3. Penyelesaian Masalah Otonomi Daerah di Indonesia


Pada intinya, masalah-masalah tersebut seterusnya akan menjadi persoalan tersendiri,
terlepas dari keberhasilan implementasi otonomi daerah. Pilihan kebijakan yang tidak
populer melalui intensifikasi pajak dan perilaku koruptif pejabat daerah sebenarnya sudah
ada sejak lama dan akan terus berlangsung. Jika kini keduanya baru muncul dipermukaan
sekarang, tidak lain karena momentum otonomi daerah memang memungkinkan untuk itu.
Untuk menyiasati beratnya beban anggaran, pemerintah daerah semestinya bisa menempuh
jalan alternatif, selain intensifikasi pungutan yang cenderung membebani rakyat dan
menjadi disinsentif bagi perekonomian daerah, yaitu (1) efisiensi anggaran, dan (2)
revitalisasi perusahaan daerah. Saya sepenuhnya yakin bahwa banyak pemerintah daerah
mengetahui alternatif ini. Akan tetapi, jika keduanya bukan menjadi prioritas pilihan
kebijakan maka pemerintah pasti punya alasan lain. Dugaan saya adalah bahwa pemerintah
daerah itu malas! Pemerintah tidak mempunyai keinginan kuat (strong will) untuk
melakukan efisiensi anggaran karena upaya ini tidak gampang. Di samping itu, ada
keengganan (inertia) untuk berubah dari perilaku boros menjadi hemat. Upaya revitalisasi
perusahaan daerah pun kurang mendapatkan porsi yang memadai karena kurangnya sifat
kewirausahaan pemerintah. Sudah menjadi hakekatnya bahwa pemerintah cenderung
melakukan kegiatan atas dasar kekuatan paksa hukum, dan tidak berdasarkan prinsip-prinsip
pasar, sehingga ketika dihadapkan pada situasi yang bermuatan bisnis, pemerintah tidak
bisa menjalankannya dengan baik. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini pemerintah
daerah bisa menempuh jalan dengan menyerahkan pengelolaan perusahaan daerah kepada
swasta melalui privatisasi. Pemeritah juga seharusnya merevisi UU yang dipandang dapat
menimbulkan masalah baru. Di bawah ini penulis merangkum solusi untuk keluar dari
masalah Otonomi Daerah tanpa harus mengembalikan kepada Sentralisasi. Jika pemerintah
dan masyarakat bersinergi mengatasi masalah tersebut. Pasti kesejahteraan masyarakat
segera terwujud.

1. Membuat masterplan pembangunan nasional untuk membuat sinergi Pembangunan di


daerah. Agar menjadi landasan pembangunan di daerah dan membuat pemerataan
pembangunan antar daerah.
2. Memperkuat peranan daerah untuk meningkatkan rasa nasionalisme dengan mengadakan
kegiatan menanaman nasionalisme seperti kewajiban mengibarkan bendera merah putih.
3. Melakukan pembatasan anggaran kampanye karena menurut penelitian korupsi yang
dilakukan kepala daerah akibat pemilihan umum berbiaya tinggi membuat kepala daerah
melakukan korupsi.
4. Melakukan pengawasan Perda agar sinergi dan tidak menyimpang dengan peraturan
diatasnya yang lebih tinggi.
5. Melarang anggota keluarga kepala daerah untuk maju dalam pemilihan daerah untuk
mencegah pembentukan dinasti politik.
6. Meningkatkan kontrol terhadap pembangunan di daerah dengan memilih mendagri yang
berkapabilitas untuk mengawasi pembangunan di daerah.
7. Melaksanakan Good Governence dengan memangkas birokrasi (reformasi birokrasi),
mengadakan pelayanan satu pintu untuk masyarakat. Melakukan efisiensi anggaran.
8. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari sektor SDA dan Pajak serta mencari dari
sektor lain seperti jasa dan pariwisata digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.

Solusi untuk menanggulangi hambatan pelaksanaan otonomi daerah yakni dengan :


- Pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan
otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antarsusunan pemerintahan dan
antarpemerintah daerah, potensi dan keanekaragaman daerah.
- Konsep otonomi luas, nyata, dan bertanggungjawab tetap dijadikan acuan dengan
meletakkan pelaksanaan otonomi pada tingkat tingkat daerah yang paling dekat
dengan masyarakat.
- Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan terhadap pemerintah daerah juga perlu
diupayakan.
- Kesempatan yang seluas-luasnya perlu diberikan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dan mengambil peran.
- Masyarakat dapat memberikan kritik dan koreksi membangun atas kebijakan dan
tindakan aparat pemeritah yang merugikan masyarakat
dalam pelaksanaan otonomi daerah. Karena pada dasarnya otonomi daerah diajukan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu masyarakat juga perlu
bertindak aktif dan berperan serta dalam rangka menyukseskan pelaksanaan otonomi
daerah.

4. Peran mahasiswa sebagai kaum terpelajar dalam Good


Governance yakni ;
Menurut Effendi (2005) tata kelola pemerintahan yang baik atau good goovernance
telah diterjemahkan menjadi penyelenggaraan pemerintahan yang amanah (Bintoro
Tjokroamidjojo), pengelolaan pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab atau
LAN, tata pemerintahan yang baik atau UNDP, serta ada juga yang mengartikan good
governance sebagai pemerintahan yang bersih. Namun bukanlah sesuatu yang mudah
untuk mewujudkan good governance yang bersih, dibutuhkan komitmen yang kuat
dari para pelaku yang terlibat dan pemangku kepentingan, seperti pemerintah,
masyarakat maupun swasta.
Mahasiswa merupakan kelompok kaum intelektual muda yang nantinya akan menjadi
generasi penerus bangsa, sehingga mahasiswa memiliki peranan yang sangat penting
untuk mewujudkan good governance di lingkungan masyarakat. Mahasiswa juga
memiliki kewajiban untuk memberikan upaya terbaik mereka di sela-sela waktu
perkuliahan demi mewujudkan perubahan yang baik di lingkungan masyarakat
sekitarnya. Tiga peranan penting yang harus dilakukan mahasiswa terhadap
masyarakat untuk mewujudkan good governance, diantaranya yaitu Agent of Change,
Agent of Control, dan Iron Stock.
Sebagai Agent of Change mahasiswa tidak boleh hanya diam saja melihat kondisi
lingkungan sekitarnya, namun mahasiswa dituntut dapat melakukan suatu perubahan
dan merubah kondisi lingkungan sekitarnya menuju kearah yang lebih baik.
Mahasiswa harus bisa bertindak sebagai katalis atau bisa disebut sebagai pemicu
terjadinya sebuah perubahan yang nantinya akan berdampak positif serta
memperjuangkan perubahan-perubahan yang mengarah pada perbaikan di dalam
kehidupan masyarakat.
Mahasiswa juga sangat berperan penting untuk mewujudkan good governance dalam
sistem pemerintahan sebagai kontrol terhadap kebijakan yang telah dibuat atau Agent
of Control. Seperti mengkritisi dan mengamati keadaan yang sedang terjadi di
lingkungan masyarakat sekitarnya, baik di lingkungan kampus maupun di lingkungan
masyarakat luas. Sebagai Agent of Control, mahasiswa diharuskan untuk terlibat
sebagai pelaku di dalam lingkungan masyarakat agar dapat menjadi panutan dalam
masyarakat, bukannya hanya sebagai pengamat yang hanya bisa duduk manis.
Sebagai aset atau cadangan masa depan suatu negara (Iron Stock), mahasiswa juga
diharapkan dapat menjadi generasi yang tangguh, memiliki jiwa kepemimpinan serta
memiliki moralitas yang baik sehingga dapat menggantikan kepemimpinan generasi
yang sebelumnya sudah pernah memimpin.

Maka dari itu untuk mewujudkan ketiga peranan penting tersebut mahasiswa
diharuskan untuk peduli dan melek dengan keadaan di lingkungan sekitarnya,
sehingga mahasiswa akan menyadari semua permasalahan-permasalahan yang sedang
terjadi di tengah masyarakat. Karena, yang akan layak dan akan mampu mengusung
perubahan bangsa ini di kemudian hari hanyalah para mahasiswa yang sadar dan
peduli dengan keadaan yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Memberikan pencerahan kepada seluruh masyarakat agar berpartisipasi dalam pemilu


dengan menggunakan hak pilih sebaik-baiknya, guna membawa bangsa dan NKRI
maju seperti negara lain di dunia. Mendorong dan memandu masyarakat secara
langsung atau pun tidak untuk memilih parpol dan calon wakil rakyat yang jujur,
amanah, cerdas, pejuang, berani, dan mempunyai track record yang baik dan pantas
untuk dipilih, agar hasil pemilu dapat membawa bangsa ini semakin maju di bawah
pemimpin yang tepat.
Sumber referensi :

- BMP MKDU 4111 Pendidikan Kewarganegaraan


- http://rochem.wordpress.com/category/makalah/makalah-sosial
- JurnalAkutansi-ISSN 2337-4314/Faisal/Akmalhudanasution
- Kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai