NIM : 043956288
Soal 1
Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan berbagai harapan baik bagi masyarakat, swasta
bahkan pemerintah sendiri. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Daerah,
terutama Kabupaten dan atau Kota dalam menjalankan kebijakan otonominya. Disinilah
perlunya mengidentifikasi berbagai dimensi/faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan otonomi daerah.
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, tujuan pemberian otonomi daerah bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,
mengembangkan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta memelihara hubungan
yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar Daerah dalam rangka menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Syamsi, pada tahun 1986 menyebutkan bahwa. Untuk mengetahui apakah suatu daerah
otonom mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, Syamsi juga menegaskan
beberapa ukuran sebagai berikut:
Struktur organisasi pemerintah daerah harus mampu menampung segala aktivitas dan tugas-
tugas yang menjadi beban dan tanggung jawabnya, jumlah dan ragam unit cukup
mencerminkan kebutuhan, pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang cukup
jelas.
2. Kemampuan aparatur pemerintah daerah
Para aparat pemerintah daerah harus mampu menjalankan tugasnya dalam mengatur dan
mengurus rumah tangga daerah. Keahlian, moral, disiplin dan kejujuran saling menunjang
tercapainya tujuan yang diinginkan.
Pemerintah daerah harus mampu mendorong masyarakat agar memiliki kemauan untuk
berperan aktif dalam kegiatan pembangunan daerah.
Menurut Kaho, pada tahun 1998 mengemukakan pendapat bahwa keberhasilan suatu daerah
menjadi daerah otonomi dapat dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor
manusia, faktor keuangan, faktor peralatan, serta faktor organisasi dan manajerial. Pertama,
manusia adalah faktor yang esensial dalam penyelenggaraan pemerintah daerah karena
merupakan subyek dalam setiap aktivitas pemerintahan, serta sebagai pelaku dan penggerak
proses mekanisme dalam sistem pemerintahan. Kedua, keuangan yang merupakan bahasan
pada lingkup penulisan ini sebagai faktor penting dalam melihat derajat kemandirian suatu
daerah otonom untuk dapat mengukur, mengurus dan membiayai urusan rumah tangganya.
Ketiga, peralatan adalah setiap benda atau alat yang dipergunakan untuk memperlancar
kegiatan pemerintah daerah. Keempat, untuk melaksanakan otonomi daerah dengan baik
maka diperlukan organisasi dan pola manajemen yang baik.
Kaho juga menegaskan bahwa faktor yang sangat berpengaruh dalam pelaksanaan otonomi
daerah ialah manusia sebagai pelaksana yang baik. Manusia ialah faktor yang paling esensial
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagai pelaku dan penggerak proses
mekanisme dalam sistem pemerintahan. Agar mekanisme pemerintahan dapat berjalan
dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka manusia atau subyek harus baik.
Atau dengan kata lain, mekanisme pemerintahan baik daerah maupun pusat hanya dapat
berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan seperti yang diinginkan apabila manusia
sebagai subyek sudah baik.
Selanjutnya, faktor yang kedua ialah kemampuan keuangan daerah yang dapat mendukung
pembiayaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Mamesah mengutip
pendapat Manulang yang disampaikan pada tahun 1995 yang menyebutkan bahwa dalam
kehidupan suatu negara, masalah keuangan negara sangat penting. Semakin membaik
keuangan suatu negara, maka semakin stabil pula kedudukan pemerintah dalam negara
tersebut. Sebaliknya apabila kondisi keuangan negara buruk, maka pemerintah akan
menghadapi berbagai kesulitan dan rintangan dalam melaksanakan serta menyelenggarakan
segala kewajiban yang telah diberikan kepadanya.
Faktor ketiga ialah anggaran, sebagai alat utama pada pengendalian keuangan daerah,
sehingga rencana anggaran yang dihadapkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) harus tepat dalam bentuk dan susunannya. Anggaran berisi rancangan yang dibuat
berdasarkan keahlian dengan pandangan ke muka yang bijaksana, karena itu untuk
menciptakan pemerintah daerah yang baik untuk melaksanakan otonomi daerah, maka mutlak
diperlukan anggaran yang baik pula.
Faktor peralatan yang cukup dan memadai, yaitu setiap alat yang dapat digunakan untuk
memperlancar pekerjaan atau kegiatan pemerintah daerah. Peralatan yang baik akan
mempengaruhi kegiatan pemerintah daerah untuk mencapai tujuannya, seperti alat-alat
kantor, transportasi, alat komunikasi dan lain-lain. Namun demikian, peralatan yang memadai
tersebut tergantung pula pada kondisi keuangan yang dimiliki daerah, serta kecakapan dari
aparat yang menggunakannya.
Faktor organisasi dan manajemen baik, yaitu organisasi yang tergambar dalam struktur
organisasi yang jelas berupa susunan satuan organisasi beserta pejabat, tugas dan wewenang,
serta hubungan satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Manajemen merupakan proses manusia yang menggerakkan tindakan dalam usaha kerjasama,
sehingga tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai. Mengenai arti penting dari manajemen
terhadap penciptaan suatu pemerintahan yang baik, mamesah pada tahun 1995, mengatakan
bahwa baik atau tidaknya manajemen pemerintah daerah tergantung dari pimpinan daerah
yang bersangkutan, khususnya tergantung kepada Kepala Daerah yang bertindak sebagai
manajer daerah.
Reverensi
http://abdiprojo.blogspot.com/2010/04/keberhasilan-otonomi-daerah.html
http://bataviase.co.id/node/296914
http://ibnunurafandi.blogspot.com/2010/05/latar-belakang-otonomi-daerah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah
http://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah_di_Indonesia
https://dokumen.tips/documents/faktor-yang-mempengaruhi-jalannya-otonomi-daerah.html
Soal 2
1.Perbedaan Konsep
Setelah diberlakukan UU No. 22 Tahun 1999, aksi dari berbagai pihak sangat beragam,
sebagai akibat dari perbedaan interpretasi istilah otonomi. Terdapat kelompok yang
menafsirkan otonomi sebagai kemerdekaan atau kebebasan dalam segala urusan yang
sekaligus menjadi hak daerah. Mereka yang mempunyai persepsi ini biasanya mencurigai
intervensi pemerintah pusat, otonomi daerah dianggap sebagai kemerdekaan daerah dari
belenggu Pemerintah Pusat.
Variasi interpretasi konsep otonomi tersebut karena adanya perbedaan referensi teoretis.
Secara teoretis istilah autonomy memiliki banyak arti yang kemudian menimbulkan berbagai
interpretasi.
2. Adanya Eksploitasi Pendapatan Daerah
Dengan skenario semacam ini, banyak daerah akan terjebak dalam pola tradisional dalam
pemerolehan pendapatan daerah, yaitu mengintensifkan pemungutan pajak dan retribusi. Bagi
pemerintah daerah, pola ini tentu akan sangat gampang diterapkan karena kekuatan kohersif
yang dimiliki oleh institusi pemerintahan; sebuah kekuatan yang tidak applicable dalam
negara demokratis modern. Pola peninggalan kolonial ini menjadi sebuah pilihan utama
karena ketidakmampuan pemerintah dalam mengembangkan sifat wirausaha
(enterpreneurship). Bila dikaji secara matang, instensifikasi perolehan pendapatan yang
cenderung eksploitatif semacam itu justru akan banyak mendatangkan persoalan baru dalam
jangka panjang, dari pada manfaat ekonomis jangka pendek bagi daerah. Persoalan pertama
adalah beratnya beban yang harus ditanggung warga masyarakat. Meskipun satu item pajak
atau retribusi yang dipungut dari rakyat hanya berkisar seratus rupiah, akan tetapi jika
dihitung secara agregat jumlah uang yang harus dikeluarkan rakyat perbulan tidaklah kecil,
terutama jika pembayar pajak atau retribusi adalah orang yang tidak mempunyai penghasilan
memadai. Persoalan kedua terletak pada adanya kontradiksi dengan upaya pemerintah daerah
dalam menggerakkan perekonomian di daerah.
Sampai sekarang aparat pemerintah daerah belum berani melakukan terobosan yang
dibutuhkan. Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan untuk memberikan pelayanan
yang terbaik bagi masyarakat karena masih kuatnya pengaruh paradigma birokrasi.
Paradigma ini ditandai dengan ciri organisasi yang berstruktur sangat hierarkis dengan
tingkat diferensiasi yang tinggi, dispersi otoritas yang sentrali dan formalisasi yang tinggi
(standarisasi, prosedur, dan aturan yang ketat).
Dalam praktik di Indonesia, penentuan hierarki dan pembagian unit organisasi, standarisasi,
prosedur dan aturan-aturan daerah sangat ditentukan oleh pemerintah pusat, dan pemerintah
daerah harus loyal terhadap aturan tersebut. Dalam bidang manajemen telah disiapkan oleh
pemerintah pusat, berbagai pedoman, petunjuk dalam menangani berbagai tugas pelayanan
dan pembangunan di daerah. Dalam bidang kebijakan publik, program dan proyek-proyek
serta kegiatan-kegiatan yang diusulkan harus mendapat persetujuan pemerintah pusat.
Implikasinya masih banyak pejabat di daerah harus menunggu perintah dan petunjuk dari
pusat.
Referensi
https://nasional.kompas.com
https://www.kppod.org/berita/view?id=1068/
http://lipi.go.id/berita/lipi:-pelaksanaan-otonomi-daerah-masih-gagal/4931/
Soal 3
• Adanya sosialiasai bagi masyarakat daerah mengenai pelaksanaan otonomi daerah yang
dilakukan pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah
• Memberikan kebijakan sebebasnya oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam
mengelola dan melaksanakan otonomi daerah.