NIM : 0447117
UPBJJ UT : 49 / Banjarmasin
Dosen/Tutor : Tarsini
Semester : 2 (Dua)
Indonesia merupakan negara yang besar baik dari segi wilayahnya
maupun dari segi penduduknya. Indonesia merupakan negara kepualaian
dengan jumlah lebih dari 17.000 yang sudah cukup dapat dikatakan
bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Oleh
karena itu, Indonesia mempunyai gagasan tentang otonomi daerah.
Bersamaan dengan bergulirnya era reformasi di Tahun 1998 yang
memunculkan tuntutan dari masyarakat tentang perlunya managemen
pemerintahan yang baru. Hal tersebut disebabkan bahwa pemerintahan
yang sentralistik pada kenyataannya masih banyak kekurangan. Tuntutan
tersebut kemudian ditindak lanjuti dengan disahkannya UU No. 22 tahun
1999 Tentang Pemerintah daerah.
Hambatan yang terjadi saat otonomi daerah merupakan hal yang harus bisa
diatas oleh pemerintah pusat, berbagai hal bisa saja menjadi penghalang
dan hambatan saat berjalannya otonomi daerah maupun dari luar atau dari
dalam pemerintahan tersebut. Otonomi daerah di mana daerah diberikan
peluang untuk berdemokrasi dan untuk berprakarsa memenuhi
kepentingannya sehingga mereka dapat menghargai dan menghormati
kebersamaan dan persatuan dan kesatuan dalam konteks NKRI. Setelah
Undang-undang No 22 Tahun 1999 diberlakukan, reaksi dari berbagai
pihak sangat beragam, sebagai akibat dari perbedaan interpretasi dan
pemahaman akan istilah otonomi. Terdapat kelompok yang menafsirkan
bahwa otonomi sebagai kemerdekaan atau kebebasan daerah dalam segala
urusan yang sekaligus menjadi hak daerah. Mereka yang mempunyai
persepsi ini biasanya mencurigai intervensi pemerintah pusat, otonomi
daerah dianggap sebagai kemerdekaan daerah dari belenggu Pemerintah
Pusat. Hambatan yang menjadi ketidaksuksesannya dalam otonomi daerah
yakni :
3. Dari uraian di atas lakukanlah telaah terkait dengan solusi nyata kita
sebagai masyarakat untuk menanggulangi hambatan pelaksanaan
otonomi daerah!
Menurut Effendi (2005) tata kelola pemerintahan yang baik atau good
goovernance telah diterjemahkan menjadi penyelenggaraan pemerintahan
yang amanah (Bintoro Tjokroamidjojo), pengelolaan pemerintahan yang
baik dan bertanggung jawab atau LAN, tata pemerintahan yang baik atau
UNDP, serta ada juga yang mengartikan good governance sebagai
pemerintahan yang bersih. Namun bukanlah sesuatu yang mudah untuk
mewujudkan good governance yang bersih, dibutuhkan komitmen yang
kuat dari para pelaku yang terlibat dan pemangku kepentingan, seperti
pemerintah, masyarakat maupun swasta.
Sumber Referensi :