Anda di halaman 1dari 14

NAMA : Giodi Rakhman

NIM : 0447117

UPBJJ UT : 49 / Banjarmasin

FAKULTAS DAN PRODI : FE – 53 / Ekonomi Pembangunan - S1

Mata Kuliah/Tugas : Pendidikan Kewarganegaraan / 03 (Tiga)

Kode Mata Kuliah : MKDU4111

Dosen/Tutor : Tarsini

Semester : 2 (Dua)
Indonesia merupakan negara yang besar baik dari segi wilayahnya
maupun dari segi penduduknya. Indonesia merupakan negara kepualaian
dengan jumlah lebih dari 17.000 yang sudah cukup dapat dikatakan
bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Oleh
karena itu, Indonesia mempunyai gagasan tentang otonomi daerah.
Bersamaan dengan bergulirnya era reformasi di Tahun 1998 yang
memunculkan tuntutan dari masyarakat tentang perlunya managemen
pemerintahan yang baru. Hal tersebut disebabkan bahwa pemerintahan
yang sentralistik pada kenyataannya masih banyak kekurangan. Tuntutan
tersebut kemudian ditindak lanjuti dengan disahkannya UU No. 22 tahun
1999 Tentang Pemerintah daerah.

1. Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor-faktor yang dapat


mempengaruhi keberhasilan otonomi daerah di Indonesia!

Secara geografis Indonesia memiliki 17.000 pulau yang membentang dari


sabang sampai Merauke dan memiliki sumber daya alam serta sumber
manusia yang begitu besar. Dengan wilayah negara Indonesia yang begitu
besar berbagai permasalahan atau hambatan tentu akan muncul, salah satu
permasalahan yang terjadi yaitu berkaitan dengan pembangunan.
Pemerataan pembangunan yang dianggap hanya berkembang di wilayah
ibukota saja merupakan ketimpangan oleh wilayah-wilayah yang berada di
negara Indonesia. Penerapan manajemen terpusat yang dilakukan
pemerintah pada waktu itu tidak berjalan sesuai dengan keinginan daerah.
Pertama ketimpangan pembangunan yang masih ada tanpa ada niat serius
oleh pemerintah dalam menjalankan manajemen terpusat, kemudian sistem
manajemen terpusat berpotensi terjadinya penyelewengan keuangan
negara yang berimbas kepada tidak jalannya program yang dicanangkan
tersebut. Menyadari bahwa manajemen terpusat yang dilakukan
pemerintah waktu itu tidak efektif dan efesien dalam memenuhi
pemerataan pembangunan baik aspek ekonomi,sosial dan politik, maka
pemerintah memulai manajemen pembangunan yaitu otonomi daerah yang
lebih dapat terintegrasi ke wilayah daerah secara tepat dan dapat diatur
langsung oleh daerah. Dalam pemerintahan otonomi daerah yang mana
seluruh wawenang dan kebebasan dalam mengelola wilayah dipegang oleh
daerah tersebut tentunya dengan pengawasan pemerintah pusat.

Pemerintah yang sentralistik dianggap memilik banyak kekurang sehingga


masyarakat berpendapat dan memberikan masukan kepada pemerintah
untuk perlunya manajemen pemerintahan yang baru yaitu otonomi daerah
yang dalam penggunaannya untuk meratakan pembangunan di daerah
yang jauh dari pemerintahan pusat. Kemudian dengan lahirnya undang-
undang N0. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah merupakan
perubahan mendasar dari undang-undang No. 5 Tahun 1974 yang mana
sangat berpusat dalam segala bidang (Wahidin, 2015:84) dengan
terciptanya undang-undang tersebut maka pemerintah daerah mempunyai
dasar hukum yang kuat untuk dapat mengembangkan dan mengatur
wilayahnya masing-masing. Otonomi daerah menurut Wahidin, 2015:95
adalah peningkatan efisiensi administrasi dan peningkatan pembangunan
sosial-ekonomi untuk mengatur segala penyelenggaraan pemerintahan dan
melaksanakan pembangunan di daerah.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah terdapat beberapa faktor yang dapat


mempengaruhi keberhasilan dari implementasi undang-undang no 22
tahun 1999 yaitu :

 Faktor sumber daya manusia. Pemerintah daerah diharuskan untuk


mampu berdiri sendiri mengatur wilayah otonom nya dari seagala
kebijakan yang dibuat dan segala yang mempengaruhi
perkembangan daerah, oleh sebab itu Sumber daya manusia di
pemerintahan daerah dalam mengelola daerahnya dibutuhkan
keterampilan memimpin yang baik dan pengetahuan yang luas
serta mampu mengemban tanggungjawab, kepercayaan dan amanat
dari masyarakatnya atas desentralisasi yang diberikan untuk
mengatur seluruh tata kelola otonomi daerah dan juga dapat
bekerja sama dengan masyarakat sekitar sehingga tumbuh kemistri
yang terjalin kuat dalam pembangunan daerah dan peningkatan
ekonomi secara merata tersebut.

 Faktor ekonomi. Wilayah otonom yang memiliki sumber daya


alam yang dapat digunakan untuk kepentingan daerah tersebut
dapat menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang tinggi dan
dapat mensejahterakan penduduk di daerah tersebut. Dengan
pendapatan wilayah yang tinggi maupun dari pungutan pajak-pajak
badan usaha ataupun orang pribadi memungkinkan pembangunan
daerah yang dapat dengan mudah terlaksana dan mampu membuka
potensi-potensi ekonomi baru dari berbagai aspek terutama sumber
daya alam yang dimiliki daerah untuk pengembangan
perekonomian.

 Faktor hukum. Kepastian hukum dan pemberian kebijakan penuh


atas aturan yang dibuat oleh pemerintah daerah dapat menjadi
sebuah keberhasilan dalam pelaksanaan otonomi daerahnya.
Karena apabila kebijakan tersebut dibuat oleh pemerintah daerah
maka akan memberikan kemudahan dalam berbagai aspek yang
dilakukan pemerintah dalam pelaksanaannya untuk kepentingan
wilayah daerah tersebut.

Otonomi daerah tidak hanya tentang pelaksanaan demokrasi, tetapi untuk


mendorong berkembangnya prakarsa sendiri sebagai pimpinan untuk
mengambil keputusan mengenai kepentingan masyarakat setempat.
Pemerintahan yang baik memiliki dua kriteria yang umum yakni pertama,
yang baik mengacu kepada nilai-nilai yang dapat meningkatkan
kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan nasional, kemandirian,
pembangunan berkelanjutan, dan keadilan sosial. Kedua, yang mengacu
pada aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efesien
dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut(Lembaga Administrasi Negara, 2007:25)
2. Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor apa saja hambatan dalam
melaksanakan otonomi daerah di Indonesia!

Hambatan yang terjadi saat otonomi daerah merupakan hal yang harus bisa
diatas oleh pemerintah pusat, berbagai hal bisa saja menjadi penghalang
dan hambatan saat berjalannya otonomi daerah maupun dari luar atau dari
dalam pemerintahan tersebut. Otonomi daerah di mana daerah diberikan
peluang untuk berdemokrasi dan untuk berprakarsa memenuhi
kepentingannya sehingga mereka dapat menghargai dan menghormati
kebersamaan dan persatuan dan kesatuan dalam konteks NKRI. Setelah
Undang-undang No 22 Tahun 1999 diberlakukan, reaksi dari berbagai
pihak sangat beragam, sebagai akibat dari perbedaan interpretasi dan
pemahaman akan istilah otonomi. Terdapat kelompok yang menafsirkan
bahwa otonomi sebagai kemerdekaan atau kebebasan daerah dalam segala
urusan yang sekaligus menjadi hak daerah. Mereka yang mempunyai
persepsi ini biasanya mencurigai intervensi pemerintah pusat, otonomi
daerah dianggap sebagai kemerdekaan daerah dari belenggu Pemerintah
Pusat. Hambatan yang menjadi ketidaksuksesannya dalam otonomi daerah
yakni :

 Kondisi SDM Aparatur Pemerintahan yang Belum Menunjang


Sepenuhnya Pelaksanaan Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya
otonomi daerah. Sebagian pemerintah daerah bisa melaksanakan
amanat konstitusi meningkatkan taraf hidup rakyat,
menyejahterakan rakyat, dan mencerdaskan rakyat. Berdasarkan
data yang ada 20 % pemerintah daerah mampu menyelenggarakan
otonomi daerah dan berbuah kesejahteraan rakyat di daerah.
Namun masih 80 % pemerintah daerah dinilai belum berhasil
menjalankan visi, misi dan program desentralisasi.
Penyelenggaraan otonomi daerah yang sehat dapat di wujudkan
melalui peningkatan kapasitas dan kompetensi yang di miliki
manusia sebagai pelaksananya. Penyelenggaraan otonomi daerah
hanya dapat berjalan dengan sebaik-baiknya apabila manusia
pelaksananya baik, dalam artian mentalitas, integritas maupun
kapasitasnya. Pentingnya posisi manusia pelaksana ini karena
manusia merupakan unsur dinamis dalam organisasi yang
bertindak/berfungsi sebagai subjek penggerak roda organisasi
pemerintahan. Oleh sebab itu kualitas mentalitas dan kapasitas
manusia yang kurang memadai dengan sendirinya melahirkan
implikasi yang kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan
otonomi daerah.

 Salah satu konsekuensi otonomi adalah kewenangan daerah yang


lebih besar dalam pengelolaan keuangannya, mulai dari proses
pengumpulan pendapatan sampai pada alokasi pemanfaatan
pendapatan daerah tersebut. Dalam kewenangan semacam ini
sebenarnya sudah muncul inherent risk, risiko bawaan, bahwa
daerah akan melakukan upaya maksimalisasi, bukan optimalisasi,
perolehan pendapatan daerah. Upaya ini didorong oleh kenyataan
bahwa daerah harus mempunyai dana yang cukup untuk
melakukan kegiatan, baik itu rutin maupun pembangunan. Dengan
skenario semacam ini, banyak daerah akan terjebak dalam pola
tradisional dalam pemerolehan pendapatan daerah, yaitu
mengintensifkan pemungutan pajak dan retribusi. Bagi pemerintah
daerah, pola ini tentu akan sangat gampang diterapkan karena
kekuatan kohersif yang dimiliki oleh institusi pemerintahan;
sebuah kekuatan yang tidak applicable dalam negara demokratis
modern. Pola peninggalan kolonial ini menjadi sebuah pilihan
utama karena ketidakmampuan pemerintah dalam mengembangkan
sifat wirausaha (enterpreneurship).

 Penyediaan aturan pelaksanaan yang dilakukan daerah belum


memadai, Setidaknya terdapat dua penyebab utama mengapa hal
ini bisa terjadi, yaitu: Pertama, pemerintah pusat rupanya tak
kunjung serius memberikan hak otonomi kepada pemerintahan di
daerah. Kedua, desentralisasi telah menggelembungkan semangat
yang tak terkendali di kalangan sebagian elit di daerah sehingga
memunculkan sentimen kedaerahan yang amat kuat. Istilah “putra
daerah” mengemuka di mana-mana mewakili sentimen kedaerahan
yang terwujud melalui semacam keharusan bahwa kursi puncak
pemerintahan di daerah haruslah diduduki oleh tokoh-tokoh asli
dari daerah bersangkutan.

Mary Parker Follet pada tahun 1920-an mengidentifikasi otonomi


dengan Independence dari suatu institusi (lihat Limerick Cunnington
1993, P. Selzerick 1957, Terry 1995). Otonomi yang dimaksudkan adalah
kekuasaan yang relatif cukup untuk memungkinkan birokrasi publik
bekerja sesuai dengan identitasnya atau kebebasan yang masih terbatas dan
tidak diinterpretasikan “bebas dan merdeka”. Selanick 1992, melihat
otonomi sebagai salah satu strategi untuk menjaga integritas suatu
lembaga di mana nilai-nilai dan potensi dari lembaga tersebut dilindungi.
Karena itu otonomi daerah secara tidak langsung menyandang pengakuan
terhadap eksistensi dan kekuasaan elit-elit lokal. Otonomi
diinterpretasikan juga oleh Holdaway, Newberry, Hickson dan Heron,
sebagai jumlah otoritas pengambilan keputusan yang dimiliki oleh suatu
organisasi (lihat Price and Mueller, 1980: 40). Semakin banyak tingkat
otoritas yang dimiliki dalam pengambilan keputusan maka semakin tinggi
tingkat otonominya. Otonomi juga diinterpretasikan sebagai The Degree
To Which and Organization Has Power With Respects to Its
Environment (lihat Price and Mueller, 1986: 40). Dalam hal ini, dibedakan
antara organisasi pemerintah dan business. Power di sini diinterpretasikan
sebagai “pengaruh” atau “kontrol”. Dalam konteks ini otonomi daerah
diinterpretasikan sebagai sampai berapa jauh suatu pemerintah daerah
mengontrol kepada kegiatan pemenuhan kepentingan masyarakat lokal
terlepas dari pengaruh lingkungannya
Pada kurun waktu lebih dari satu dasawarsa berjalannya otonomi daerah
sejak disahkan UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah sudah
banyak yang dicapai, namun masih banyak hal yang belum bisa ditangani
terkait dengan upaya dalam mengatasi implementasi kebijakan otonomi
daerah. Contoh keberhasilan dari otonomi daerah dalah semakin luasnya
kewenangan dari DPRD selaku Lembaga legeslatif serta kewenangan
kepala daerah selaku eksekutif dan semakin terbukanya informasi serta
partisipasi dari masyarakan dalam hal pengambilan keputusan dan
pengawasan terhadap jalannya pemerintahan di tingkat daerah. Namun,
keberhasilan tersebut juga diiringi dengan hambatan seperti munculnya
istilah raja-raja kecil di daerah dan banyak kasus korupsi yang
melibatkan kepala daerah sehingga menyebabkan anggaran yang
seharusnya untuk membangun daerahnya dikorupsi dan pembangunan
menjadi terhambat.

3. Dari uraian di atas lakukanlah telaah terkait dengan solusi nyata kita
sebagai masyarakat untuk menanggulangi hambatan pelaksanaan
otonomi daerah!

Otonomi daerah sebagai kerangka menyelenggarakan pemerintahan


mempunyai visi yang dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama
yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya: politik, ekonomi, dan
sosial budaya.

Di bidang politik, visi otonomi daerah harus dipahami sebagai sebuah


proses bagi lahirnya kader-kader politik untuk menjadi kepala
pemerintahan yang dipilih secara demokratis serta memungkinkan
berlangsungnya penyelenggaraan pemerintah yang responsif terhadap
kepentingan masyarakat luas
bidang ekonomi, visi otonomi daerah mengandung makna bahwa otonomi
daerah di satu pihak harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan
ekonomi nasional di daerah, segala penyelewengan anggaran hendaknya
dapat diatasi dan ditindak secara hukum yang tegas dan mengikat.

otonomi daerah di bidang social dan budaya mengandung pengertian


bahwa otonomi daerah harus diarahkan pada pengelolaan., penciptaan dan
pemeliharaan integrasi dan harmoni social. Pada saat yang sama, visi
otonomi daerah dibidang sosial dan budaya adalah memelihara dan
mengembangkan nilai, tradisi, karya seni, karya cipta, bahasa, dan karya
sastra lokal yang dipandang kondusif dalam mendorong masyarakat untuk
merespon positif dinamika kehidupan di sekitarnya dan kehidupan global. 

solusi yang nyata dalam upaya menanggulangi hambatan pelaksanaan


otonomi daerah yakni:
 Memperbanyak Peranan Masyarakat. peningkatan keterlibatan
masyarakat di berbagai kalangan, bukan hanya pada golongan
masyarakat elit saja. Peningkatan keterlibatan bisa dilakukan
melalui pemberian akses seluas-luasnya pada seluruh masyarakat
tanpa menimbulkan diskriminiasi bagi beberapa pihak serta dengan
memberikan tata cara partisipasi mereka secara jelas dan juga
tersosialisasi.

 Solusi lain dari masalah otonomi daerah yakni tentang perekrutan


pegawai pemerintahan. Selama ini rekrutmen PNS di daerah, hanya
melalui seleksi secara umum saja, belum ada sistem perekrutan
sesuai dengan spesialisasi kerja (disesuaikan formasi dan latar
belakang pendidikan), sehingga ketika mereka ditempatkan di
pemerintahan, kinerja yang dimiliki hanya sebatas tugas yang
dibebankan sebagai pegawai tanpa adanya kontribusi dan inovasi
yang lebih dalam menentukan atau pelaksanaan program-program
pemerintah.
Pada praktek good governance menyaratkan harus terdapat transparasi
dalam proses penyelenggaraan pemerintah secara keseluruhan.
Transparasi merupakan konsep yang penting yang mengringi
kuatnyakeinginan untuk praktek good governance. Masyarakat diberikan
kesempatan yang luas untuk mengetahui informasi mengenai
penyelenggaraan pemerintahan, sehingga masyarakat dapat memberikan
penilaian keberpihakan pemerintah terhadap kepentingan public. Oleh
karena itu, masyarakat dapat dengan mudah menetukan apakah akan
memerikan dukungan kepada pemerintah atau malah sebaliknya.

4. Dari uaraian di atas lakukanlah telaah terkait peran mahasiswa dalam


upaya mewujudkan praktek  good governance!

Menurut Effendi (2005) tata kelola pemerintahan yang baik atau good
goovernance telah diterjemahkan menjadi penyelenggaraan pemerintahan
yang amanah (Bintoro Tjokroamidjojo), pengelolaan pemerintahan yang
baik dan bertanggung jawab atau LAN, tata pemerintahan yang baik atau
UNDP, serta ada juga yang mengartikan good governance sebagai
pemerintahan yang bersih. Namun bukanlah sesuatu yang mudah untuk
mewujudkan good governance yang bersih, dibutuhkan komitmen yang
kuat dari para pelaku yang terlibat dan pemangku kepentingan, seperti
pemerintah, masyarakat maupun swasta.

Mahasiswa merupakan kelompok yang akan menjadi penerus bangsa di


masa yang akan datang. Mahasiswa juga memiliki kewajiban dan kegiatan
sosial yang merupakan sebuah perwujudan perubahan untuk menjadikan
lingkungan masyarakat lebih baik. Oleh sebab itu peran mahasiswa sangat
menentukan kemajuan dan perbaikan terhadap bangsa di masa depan
untuk menciptakan good governance yang lebih baik. Tiga peranan
penting yang harus dilakukan mahasiswa terhadap masyarakat untuk
mewujudkan good governance, diantaranya yaitu

 Agent of Change. mahasiswa tidak boleh hanya diam saja melihat


kondisi lingkungan sekitarnya, namun mahasiswa dituntut dapat
melakukan suatu perubahan dan merubah kondisi lingkungan
sekitarnya menuju kearah yang lebih baik. Mahasiswa harus
memiliki respack dan kepekaan terhadap lingkungan masyarakat
apabila terjadi penyimpangan dan penyelewengan yang
bertentangan dengan norma dan hukum yang ada.

 Agent of Control. Sebagai yuridiksi terhadap segala kebijakan


yang dianggap tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat, dan
mampu memberikan tanggapan atau masukan yang baik agar dapat
menjadi panutan dilingkungan masyarakat tersebut.

 Iron Stock. Sebagai aset sumber daya manusia yang memiliki


ketangguhan dan mentalitas yang tinggi untuk menjadi pemimpin
yang berprinsip dalam menegakkan keadilan untuk masyarakat,
Maka dari itu untuk mewujudkan ketiga peranan penting tersebut
mahasiswa diharuskan untuk peduli dan melek dengan keadaan di
lingkungan sekitarnya, sehingga mahasiswa akan menyadari semua
permasalahan-permasalahan yang sedang terjadi di tengah
masyarakat. Karena, yang akan layak dan akan mampu mengusung
perubahan bangsa ini di kemudian hari hanyalah para mahasiswa
yang sadar dan peduli dengan keadaan yang terjadi di lingkungan
sekitarnya.
Terdapat setidaknya sembilan kriteria yang dapat digunakan untuk menilai
tata kelola pemerintahan yang baik yaitu partisipasi, taat hukum,
transparansi, responsif, berorientasi kesepakatan atau konsensus,
kesetaraan, efektif dan efesien, akuntabilitas, dan visi strategis (Lembaga
Administrasi Negara, 2007: 29-30)

 Partisipasi. Sebagai mahasiswa dan juga warga masyarakat negara


indonesia harus ikut berpartisipasi di dalam pemerintahan, segala
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk kepentingan
masyarakat harus di dukung dan ikut mempromosikan hak warga
negara tersebut.

 Taat hukum. Mahasiswa baik saat berada dikampus maupun


dilingkungan sosial harus bisa menjunjung tinggi ketaatan
kedisplinan, mengerjakan segala tugas sesuai jadwal yang
ditentukan dan saat dilingkungan sosial mematuhi segala hukum
yang berlaku.

 Transparansi. Dalam keseharian mahasiswa mampu


mempraktikkan kriteria ini melalui tata cara mereka beraktivitas di
dalam keluarga, jujur dalam penggunaan uang jajan, segala
pengeluaran diberitahukan kepada orangtua. Sebuah contoh yang
sederhana untuk dapat menjadi pemimpin yang bertanggunjawab.

 Reponsif. Mahasiswa harus dapat respon dan respeck terhadap


permasalah masyarakat yang trejadi dan menyampaikannya kepada
pihak yang berkewajiban menyelesaikan masalah tersebut.

 Komitmen. Secara tidak langsung mahasiswa telah berkomitmen


dalam hal pelajaran tugas dan fungsi mereka di kampus maupun di
lingkungan sosial.
 Kesetaraan. Mahasiswa sebagai penerus bangsa harus bisa dan
wajib merangkul berbagai kelompok masyarakat apapun ras,suku,
dan golongan mereka.
 Efektif dan efesien. Sebagai mahasiswa agarnya dapat memberikan
segala macam masukan kepada pemerintah tentang masalah dan
persoalan yang terjadi khususnya di lingkungan masyarakat.

 Akuntabilitas. Untuk membangun pemerintahan yang baik ,


mahasiswa sebagai pendukung segala macam manajemen
pemerintahan harus mampu bertanggungjawab mengenai peran dan
tugasnya sebagai penerus bangsa.

 Visi strategis. Dalam perannya sebagai mahasiswa harus memiliki


pandangan jauh ke depan terkait kendala dan permasalahan yang
terjadi dan menciptakan berbagai solusi serta strategi untuk
mengatasi hal tersebut.

Sumber Referensi :

 Lasiyo, Reno W, Hastangka. 2020. Pendidikan Kewarganegaraan.


Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
 https://www.kompasiana.com/maullana/6291c15453e2c3533c528b32/
pentingnya-letak-posisi-geografis-indonesia-di-tingkat-asean?page=2
 http://bahanajar.ut.ac.id/app/webroot/epub/original_files/extract/1175/
EPUB/xhtml/raw/sylggb.xhtml
 Liana Khusnul Saputri. 2022.
https://www.kompasiana.com/lianakhusnulsaputri/62a085782154ae66184
3da62/peran-penting-mahasiswa-dalam-mewujudkan-good-governance-di-
lingkungan-masyarakat. Jakarta: kompasiana beyond blogging.

Anda mungkin juga menyukai