Anda di halaman 1dari 8

NAMA : KUSNA WATI

NIM : 858084768
MATKUL : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
UPBJJ : 47/PONTIANAK

Indonesia merupakan negara yang besar baik dari segi wilayahnya maupun dari
segi penduduknya. Indonesia merupakan negara kepualaian dengan jumlah lebih dari 17.000
yangsudah cukup dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar didunia. Oleh karena itu, Indonesia mempunyai gagasan tentang otonomi daerah.
Bersamaandengan bergulirnya era reformasi di Tahun 1998 yang memunculkan tuntutan
darimasyarakat tentang perlunya managemen pemerintahan yang baru. Hal tersebut disebabkan
bahwa pemerintahan yang sentralistik pada kenyataannya masih banyak kekurangan.Tuntutan
tersebut kemudian ditindak lanjuti dengan disahkannya UU No.22 tahun 1999 Tentang
Pemerintah daerah.
Soal 1 (skor 25)

Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor-faktor yang dapat memperngaruhi keberhasilan
otonomi daerah di Indonesia!
(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terlebih dahulu tentang otonomi daerah yang ada
dalamBMP MKDU4111)
Jawab: Gagasan tentang otonomi daerah adalah gagasan yang relatif belum lama diterapkan di
Indonesia. Bersamaan dengan bergulirnya reformasi pada tahun 1998, muncul tuntutan
masyarakat tentang perlunya manajemen pemerintah yang baru mengingat pemerintah yang
sentralistik dianggap memiliki banyak kekurangan. Pemerintah yang sentralistik kenyataannya
tidak mampu membawa pemerataan pembangunan tersebut sampai ke wilayah terluar
Indonesia. Akibat kesenjangan pembangunan terjadi antara pulau yang satu dengan pulau yang
lainnya. Apabila dibiarkan hal ini berdampak pada muncul gerakan-gerakan separatis yang
menjadikan isu ketimpangan pembangunan sebagai alasan utama mereka. Menindaklanjutin
tuntutan tersebut, serta untuk menunjukan semangat pembaruan didalam penataan pemerintahan,
pemerintah akhirnya mengesahkan undang-undang no.22 tahun 1999 tentang pemerintahan
daerah. Pada peraturan inilah gagasan tentang otonomi daerah tersebut muncul. Selain
ketentuan yang terdapat didalam UUD NKRI Tahun 1945 diterapkannya kebijakan otonomi
daerah juga didasari oleh peraturan perundang-undangan yang lain, yaitu: TAP No
IV/MPR/2000 Tentang rekomendasi kebijakan dalam penyelenggaraan otonomi daerah:
undang-undang no.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah : undang undang no.33 tahun
2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah serta Undang undang No.8 tahun 2005
tentang penerapan perppu no 3 tahun 2005 tentangperubahan RUU No.32 tahun 2004 menjadi
undang-undang dengan melihat berbagai beberapa peraturan hukum yang mengatur tentang
otonomi daerah tersebut, dapat diketahui bahwa isu tentang hubungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah ini memang salah satu persoalan serius. Adanya beberapa peraturan hukum
yang menjadi landasan pelaksanaan otonomi daerah menunjukan komitmen pemerintah
Indonesia untuk mengakhiri masalah ketimpangan pembangunan dipusat dan daerah tersebut dan
Secara istilah, otonomi daerah dapat di artikan sebagai hak, wewenang dan kewajiban daerah
otonomi / untuk mengatur atau mengurus sendiri urusan pemerintah, kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku di negara republik
Indonesia ( Wahidin,2015;95). Dengan otonomi daerah ini dimaksudkan setiap daerah memiliki
otonomi atau kebebasan di dalam mengelola wilayahnya. Sebagai konsep yang baru dalam
pengolaan pemerintah ini, tiap warga negara perlu mendapatkan pengetahuan yang memadai
tentang otonomi daerah serta good and clean governmet ini. Istilah good and clean governmet,
dalam Bahasa Indonesia biasa di kenal dengan istilah tata Kelola pemerintah yang baik dan
bersih. Secara umum, factor-faktor yang akan menentukan dan mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia,antara lain yaitu (kaho,2002:60):
(i) factor manusiasebagai subjek penggerak (factor dinamis) dalam penyelenggaraan
otonomi daerah:
(ii) factor keuangan.Dan factor pendukung yang mempengaruhi otonomi daerah,yaitu
sebagai berikut:
(iii) Kemampuan atau kualitas sumber daya manusia yaitu kualitas sumber daya
manusiamerupakan salah satu kunci kelancaran otonomi daerah. Dalam pelaksanaan
otonomidaerah tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya kerja sama
masyarakatnya dengan pemerintah,dengan demikian dapat kita simpulkan
bahwa sumber daya manusia yang berkualitas tinggi (secara Pendidikan),
kemampuan, keterampilan dan kemauan mampu menciptakan tenaga kerja yang
berkualitas.
(iv) Kemampuan keuangan/ekonomi yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
mempengaruhi otonomi daerah. Dengan pendapatan masyarakat tinggi.
Penyelenggaraan otonomi daerah akan meningkat. Tujuan dari sebuah otonomi
daerah yaitu memperlancar pembangunan diseluruh wilayah indonesia secara
merata sehingga pembangunan daerah dengan diwujudkan pembangunan nasional
yang menyeluruh. koho (1998) menyebutkan bahwa factor yang sangat
mempengaruhi dalam pelaksanaan otonomi daerah ialah manusia sebagai
pelaksana yang baik. Manusia ialah factor yang paling esensial dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai pelaku dan penggerak proses
mekanisme dalam sistem pemerintahan. Dengan keberhasilan suatu otonomi
daerah ternyata mempunyai dampak positif antara lain:
(v) Setiap daerah bisa memaksimalkan potensi masing-masing Pembangunan untuk
daerah yang punya pendapatan tinggi akan lebih cepatberkembang. Derah
punya kewenangan untuk mengatur dan memberikan kebijakan tertentu adanya
desentralisasi kekuasaan. Sebagai prinsip manajemen pemerintah yang baru tentunys
otonomi daerah menjadi harapan baru seluruh rakyat yang diharapkan mampu
mengantarkan masyarakat kepada kondisi yang adil, Makmur dan sejahtera. Otonomi
daerah mempunyai prinsip otonomi daerah secara garis besar(Wahidin,2015:86)
(vi) Pelaksanaan otonomi daerah harus memperhatikan aspekdemokratis, keadilan,
pemerataan, potensi dan keanekaragaman daerah. Pelaksanaan otonomi daerah
didasarkan pada otonomi luas nyata dan bertanggung jawab. Pelaksanaan otonomi
luas di tingkat kabupaten dan kota sedangkan di tingkat provinsiotonomi terbatas.
Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konsitusi. Pelaksanaan otonomi
daerah harus meningkatkan kemandirian daerah. DLLTimbul pertanyaan mengapa
Indonesia menerapkan sistem otonomi daerah? Jawabannyakarena dalam
pelaksanaannya tentu terdapat tujuan otonomi daerah yang harus dicapai
masing-masing pemerintahannya. Tujuan otonomi daerah ini tidak lain
berkaitan dengan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan
umum bagi masyarakat, hingga daya saing daerah dengan meningkatkan potensi
yang ada. Berdasarkan undang-undang nomor32 tahun 2004 tentang pemerintah
daerah, pemerintah daerah mempunyai beberapa hak dalam penyelenggaraan otonomi
daerah. Beberapa hak sebagai berikut:
- Mengatur dan mengurus urusa pemerintahan secara mandiri
- Memilih pimpinan daerah
- Mengelolah aparatur daerah
- Mengelola kekayaan daerah
- Memungut pajak dan retribusi daerah
- Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya lainnya yang terdapat di
daerahtersebut.
- Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah
- Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
- REFERENSI MKDU4111/MODUL HALAMAN 9.4 SAMPAI
9.6/KONSEPOTONOMI DAERAH SERTA GOOD AND CLEAN
GOVERNMENT DAN WWWJURNAL.ID

Soal 2 (skor 25)


Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor apa saja hambatan dalam
melaksanakanotonomi daerah di Indonesia!
(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terlebih dahulu tentang pelaksanaan otonomi yang adadi
BMP MKDU4111)
Jawab: Pelaksanaan otonomi daerah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah satu kebijakan besar yang berarti adanya pemecahan kewenangan antara
pemerintah pusat dan daerah. Oleh karenanya disamping itu perlu berpegang pada
prinsip-prinsip sebagaimana dikemukakan diatas juga harus taat asas. Berbagai macam
prinsip dan asas didalam pelaksanaan otonomi daerah tersebut diterapkan dengan maksud agar
tujuan-tujuan otonomi daerah dapat tercapai. Sebagaimana yang dikemukakan pembahasan
diatas, otonomi daerah ini adalah satu kebijakan besar didalam pengelolaan pemerintahan yang
diharapkan mampu mengantarkan bangsa dan negara Indonesia pada kondisi masyarakat yang
adil dan Makmur secara merata. Sebagai sebuah kebijakan tentu saja ada persoalan yang
dihadapi didalam implementasinya. Namun demikian terlepas dari berbagai macam
persoalan tersebut, otonomi daerah dapat dianggap sebagai satu Langkah besar bangsa dan
negara ini didalam mengupayakan kesahjetraan bagi para warganya. Sebaik apapun
pelaksanaan otonomi daerah ,tidak akan berjalan dengan baik dan meraih sasaran apabila tidak
didasari dengan niat yang baik dari pemerintah daerah untuk menjalankan kebijakan tersebut
dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu,di dalam pelaksanaan otonomi daerah perlu dukungan
satu aspek lagi di dalam pemerintah, yaitu sebuah tata Kelola pemerintahan yang baik dan
bersihatau disebut dengan a good and clean government. Namun demikian ada saja
faktor terhambatnya pelaksaan otonomi daerah yaitu:
- Tidak semua daerah otonomi Indonesia memiliki sumber daya manusia yang
tinggi, sehingga masih memerlukan bantuan dari pusat atau daerah lain.
- Tidak semua daerah otonomi di Indonesia memiliki sumber daya alam yang memadai
sehingga sulit untuk menggali dana dari potensial
- Masih adanya daya tarik menarik antar pemerintah pusat dan daerah tetang
kewenangan masalah tertentu.
- Adanya kebiasaan sentralisasi atau terpusat,sehingga kreativitas daerah sulit
berkembang.
- Sebagian besar daerah otonom masih membiasakan diri tergantung kepada
pusat terutama masalah dana atau kekurangan, sehingga sulit untuk mandiri.
- Timbulnya kesulitan dalam mengatur sumber daya alam yang dimiliki
beberapa daerah yang berbatasan.UU No 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah
diperlakukan pada suatu pemerintah daerahsedang lemah. Pemerintah diberikan
kewenangan untuk melakukan sendiri apa yang mereka butuhkan,tetapi dengan
kemampuan dengan yang sangat marajinal. Hal ini akibat dominasi pemerintah pusat
didaerah yang terlalalu berlebihan, dan kurang memberikan peranan dan kesempatan
belajar bagi daerah model pembangunan yang dilakukan selama ini sangat
sentralistik birokratis yang berakibat pengnumpulan kreativitas pemerintah
daerah dan aparatnya. lebih dari itu, ketidak siapan dan ketidak manpuan daerah yang
dahulu di pakaialasan menunda otonomi kurang di perhatikan padahal untuk
mengwujudkan otonomi daerah merupakan masalah yang kompleksitasnya yang
tinggi dan dapat menimbulkan masalah baru,seperti munculnya komplik antara
masyarakat lokal dengan pemerintah danhal ini dapat berdampak sangat buruk pada
intekritas Lembaga pemerintahaan baik dipusat maupundaerah.sekurang
kurangnya ada enam yang perlu diperhatikan dalam kontek pelaksanan otonomi
daerah ini, yaitu persiapan yang matang tidak artifisial, memberi kepercayaan,
kejelasan pisi kesiapan sumber daya dan berbagai parameter terhadap kinerja.
Dari uraian tersebut dapat kita rincikan kendala pelaksanaan otonomi daerah.UU No22
tahun 1999 tentang otonomi daerah, dalam beberapa hal mengandung
kelemahan-kelemahan, namun bagaimanapun juga UU ini merupakan suatu
repormasi dalam system pemerintahan daerah,yang telah menggeser paragikma ke
paragikma baru.yaitu dari systempemerintah’sentralistik’yang lebih orientasi kepada
structural efficiency model; berubah kearah sistem pemerintahan desentralistik
yang orientasinya lebih cenderung kepda local democratic model yaitu lebih
menekankan kepada prinsip prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan
dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah salah satu
faktor penghambat lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah yaitu
lemahnya kontrol wakil rakyat dan masyarakat yaitu selama orde baru tidakkurang dari
32 tahun peranan rakyat dalam mengontrol eksekutif sangat tidak efektif
karenaterkooptasi oleh elit eksekutif. Birokrasi didaerah cenderung melayani
kepentingan pemerintah pusat, dari pada melayani kepentingan masyarakat lokal. Kontrol
terhadap aparat birokrasi oleh Lembaga legislative dan masyarakat tampak
artifisial dan fesudo demokratik. Kelemahan ini kita sadari bersama, perubahan
telah dilakukan segera setelah pergantian razim order baru orde reformasi. UU
politik dan otonomi daerah diberlakukan, semangat dan proses demokrasi
menjajikan dan control terhadap birokrasi dimulai walaupun tekadang
kebabalasan. Wakil rakyat yang masih kurang mampu melaksanakan tugasnya
melakukan control terhadap pemerintah ketidakmampuan ini memberikan peluang
bagi eksekutif untuk bertindak leluasa dan sebaliknya legislative bertindak
ngawur mengorbankan kepentingan public yang justru dipercaya mewakili
kepentingannya.Sayangnya semangat demokrasi yang timbul dan berkembang di
erareformasi ini tidak diikuti oleh strategi peningkatan kemampuan dan
kualitas wakil rakyat. Perbedaan paradigma juga menjadi sebuah hambatan terjadinya
pelaksanaan otonomi daerah menurut paradigma politik, etonomi birokrasi public tidak
mungkin ada dan tidak akan berkembang karena adanya kepentingan politil dan rezim
yang berkuasa. Berbeda dengan paradigma politik, paradigma organisasi justru
mewujudkan betapa pentingnya otonomi tersebut untuk menjamin kulitas birokrasi
yang diinginkan.Untuk menjamin kualitas birokrasimaka inisiatif, terobosan, inovasi
dan kreativitas harus dikembangkan dalam hal ini akan diperoleh apabila
institusi birokrasi itu memiliki otonomi. Kedua paradigma diatas benaradanya.
Oleh karena itu kompromi harus ditemukan agar otonomi tersebut berjalan denganlancar.
REFERENSI BMP MKDU4111/MODUL HALAMAN 9.7 DANBAHANAJAR.
UT.AC.ID KEGIATAN BELAJAR 2/ KONSEP OTONOMI DAERAH SERTA GOOD
AND CLEAN GOVERNMENT
Soal 3 (skor 25)
Pada kurun waktu lebih dari satu dasawarsa berjalannya otonomi daerah sejak disahkan UUNo.
22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah sudah banyak yang dicapai, namun amsihbanyak
hal yang belum bisa ditangani terkait dengan upaya dalam mengatasi implementasi kebijakan
otonomi daerah. Contoh keberhasilan dari otonomi daerah dalah semakin luasnyakewenangan
dari DPRD selaku Lembaga legeslatif serta kewenangan kepala daerah selaku eksekutif dan
semakin terbukanya informasi serta partisipasi dari masyarakan dalam halpengambilan
keputusan dan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan di tingkat daerah. Namun,
keberhasilan tersebut juga diiringi dengan hambatan seperti munculnya istilah raja-raja kecil
di daerah dan banyak kasus korupsi yang melibatkan kepala daerah
sehinggamenyebabkan anggaran yang seharusnya untuk membangun daerahnya
dikorupsi danpembangunan menjadi terhambat.Dari uraian di atas lakukanlah telaah terkait
dengan solusi nyata kita sebagai masyarakatuntuk menanggulangi hambatan pelaksanaan
otonomi daerah!
(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terlebih dahulu tentang hambatan otonomi daerah yangada
di dalam BMP MKDU4111)
Jawab: Seperti yang sudah dijelaskan ,otonomi daerah dapat di artikan
sebagaihak,wewenang dan kewajiban daerah otonomi dan untuk mengatur atau mengurus sendiri
urusan pemerintah, kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di negara republik Indonesia ( Wahidin,2015;95). Di setiap
daerah atau negara harus diadakan otonomi daerah sebagai upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum bagi masyarakat, hingga daya saing daerah
dengan meningkatkan potensi yang ada. Sebaik apapun pelaksanaan otonomi daerah,
tidak akan berjalan dengan baik dan meraih sasaran apabila tidak didasari dengan niat yang baik
dari pemerintah daerah untuk menjalankan kebijakan tersebut dengan sebaik-baiknya. Oleh
karenaitu,di dalam pelaksanaan otonomi daerah perlu dukungan satu aspek lagi di
dalam pemerintah, yaitu sebuah tata Kelola pemerintahan yang baik dan bersih. factor
terhambatnya pelaksaan otonomi daerah yaitu: antara lain Tidak semua daerah otonomi
Indonesia memiliki sumber daya manusia yang tinggi, sehingga masih memerlukan bantuan dari
pusat atau daerah lain. Tidak semua daerah otonomi di Indonesia memiliki sumber daya alam
yang memadai sehingga sulit untuk menggali dana dari potensial dan Timbulnya kesulitan dalam
mengatur sumber daya alam yang dimiliki beberapa daerah yang berbatasan. Akan tetapi
apakah ditengah-tengah optinisme itu tidak terbesit kekhawatiran bahwa otonomi daerah juga
akan menimbulkan beberapa persoalan yang jika tidak segera dicari pemecahannya,
akan menyulitkan upaya daerah untuk memajukan rakyatnya? Jika jawabannya tidak tentu akan
sangat naif? Mengapa? karena tanpa sadari beberapa dampak yang tidak menguntungkan bagi
pelaksanaan otonomi daerah yang terjadi. Ada beberapa masalah yang dikhawatirkan bila
dibiarkan berkepanjangan akan berdampak sangat buruk pada susunan ketatanegaraan
Indonesia. Adapun masalah-masalah tersebut antara lain:
1. Adanya Ekspoitasi Pendapatan Daerah Salah satu kosekuensi otonomi adalah
kewenangan daerah yang lebih besar dalam pengorbanan keuangannya, mulai dari
proses pengumpulan pendapatan sampai pada alokasi pemanfaatan pendapatan daerah
tersebut. Dalam kewenangan semacam ini sebenarnya sudah muncul inherent risk,
risiko bawaan, bahwa daerah akan melakukan upaya maksimalisasi bukan optimalisasi,
perolehan, pendapatan daerah. Upaya ini didorong oleh kenyataan bahwa daerah harus
mempunyai dana yang cukup untuk melakukan kegiatan, baik itu rutin maupun
pembangunan.
2. Pemahaman terhadap konsep desentralisasi dan otonomi daerah yang belum mantap
Desentralisasi adalah sebuah mekanisme penyelenggaraan pemerintah yang menyangkut
polahubungan antara pemerintah nasional dan pemerintahan local. Desentralisasi
diperlukan dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan
pemerintahan. Sebagai wahana Pendidikan politik di daerah. Untuk memelihara
keutuhan negara kesatuan atau integrasi nasonal. Untuk mewujudkan dinamika
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang membentuk karir dalam bidang
politik dan pemerintahan sebagai sarana bagi percepatan pembangunan didaerah.Oleh
karena itu pemahaman terhadap konsep desentralisasi dan otonomi haruslah mantap.
3. Penyediaan aturan pelaksanaan otonomi daerah yang belum memadai Parlemen di
daerah tumbuh menjadi sebuah kekuatan politik rill yang baru. Lembaga
legislative ini secara merdeka dapat melakukan sendiri pemilihan gubenur dan
bupati/walikota tanpa intervensi kepentingan dan pengaruh politik pemerintah
pusat. Kebijakan daerah juga dapat ditentukan sendiri di tingkat daerah atas
kesepakatan pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah.
4. Kondisi SDM Aparatur pemerintahan yang belum menunjang sepenuhnya
pelaksanaanotonomi daerah Sejak diberlakukan otonomi daerah. Sebagian
pemerintah daerah bias melaksanakan amanat konsitusi meningkatkan taraf hidup
rakyat, mensejahterakan rakyat dan mencerdaskan rakyat.
5. Korupsi daerah Fenomena lain yang sejak lama menjadi kekhawatiran banyak kalangan
berkaitan dengan implementasi oonomi daerah adalah bergesernya praktik korupsi
dari pusat ke daerah. Ini menjadi semakin beralasan Ketika terbukti bahwa
banyak penjabat public yang masih mempunyai kebiasaan menghambur-
hamburkan uang rakyat untuk pergi ke luar negeridengan alasan studi
banding juga,mulai terdengar bagaimana anggota legislative mulai menggunakan
kekuasaannya atas eksekutif untuk menyetujui anggota rutin DPRD Yang jauhlebih besar
dari pada sebelumnya.
6. Adanya potensi munculnya konflik antar daerah ada gejala cukup kuat dalam
pelaksanaan otonomi daerah yaitu konflik horizontal yang terjadi antara pemerintah
provisi dengan pemerintah kabupaten/kota.Sebagai akibat daripenekanan undang-
undang nomor 22 tahun 1999 yang menekankan bahwa tidak ada hubungan
hirearkis antara pemerintah kabupaten/kota, sehingga pemerintah kabupaten/kota
menganggap kedudukannya sama dan tidak taat kepada pemerintah provinsi. Solusi nyata
kita sebagai masyarakat untuk menanggulangi hambatan pelaksanaan otonomi daerah
misalnya kita sebagai masyarakat menyadari satu sama lain antara masyarakat dan
pemerintahan agar dapat berkembang sehingga tercapailah apa yang dimaksud demokrasi
yaitu dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Rakyat tidak saja dapat menentukan nasibnya
sendiri.Solusi untuk keluar dari masalah otonomi daerah tanpa harus
mengembalikan kepada sentralisasi, Jika pemerintah dan masyarakat bersinergi
mengatasi masalah tersebut.Pastikesejahteraan masyarakat segera terwujud:
- Memperkuat peranan daerah untuk meningkatkan rasa nasionalisme
denganmengadakan kegiatan menanam nasionalisme seperti kewajiban
mengibarkan benderamerah putih.
- Melakuksn pembatasan anggaran kampanye karena menurut penelitian korupsi
yangdilakukan kepada daerah akibat pemilihan umum berbiaya tinggi membuat
kepaladaerah melakukan korupsi
- Dan Meningkatkan pendapatan asli daerah dari sector SDA dan pajak serta
mencaridari sector lain seperti jasa dan pariwisata digunakan untuk kesahjetraan
masyarakat.
REFERENSI MKDU4111/MODUL HALAMAN 9.5/KONSEP OTONOMI
DAERAHSERTA GOOD AND CLEAN GOVERNMENT
Soal 4 (skor 25)
Pada praktek good governance menyaratkan harus terdapat transparasi dalam proses
penyelenggaraan pemerintah secara keseluruhan. Transparasi merupakan konsep yang
penting yang mengringi kuatnya keinginan untuk praktek good governance.
Masyarakat diberikan kesempatan yang luas untuk mengetahui informasi mengenai
penyelenggaraan pemerintahan, sehingga masyarakat dapat memberikan penilaian keberpihakan
pemerintah terhadap kepentingan public. Oleh karena itu, masyarakat dapat dengan mudah
menentukan apakah akan memerikan dukungan kepada pemerintah atau malah sebaliknya. Dari
uaraian di atas lakukanlah telaah terkait peran mahasiswa dalam upaya mewujudkan praktek
good governance!
(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terlbih dahulu tentang good governance yang ada didalam
BMP MKDU4111!)
Jawab: sebagai istilah yang belumlah muncul di dalam perbincangan tentang politik
danpemerintah istilah good governance dapat dipahami secara bermacam-macam
kaitannya dengan praktik kegiatan pemerintah. Kita mengenal beberapa istilah antara
lain goodgovernance dan government. Dua istilah tersebut secara etimologis berasal dari kata to
govern artinya memerintah yaitu menguasai atau mengurus negara atau mengurus daerah
sebagaibagian dari Negara (Lembaga adminitrasi negara,2007:21). Terkait dengan dua istilah
tersebut memang masyarakat umumnya memiliki dengan dua istilah tersebut,memang
masyarakat umum memiliki pemahaman yang bermacam-macam.Ada yang menyamakan
governance dengan government, namun ada pula yang membedakan keduanya.Di dalam modul
ini duaistilah tersebut ditempatkan sebagai dua istilah yang berbeda. Governance dengan
demikian mengacu pada keseluruhan unsur yang menjalankan tata Kelola
pemerintahan dimasyarakat. Kewarganegaraan (2016), mengartikan good governance
sebagai suatu kesepakatan menyangkut pengaturan negara yang diciptakan bersama
oleh pemerintah, masyarakat, dan swasta untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik.
Prinsip-prinsip good governance Konsep good governance telah terselenggara apabila memenuhi
prinsip-prinsip tertentu. Dalam buku Kewarganegaraan & Masyarakat Madani (2019)
karya Heri Herdiawanto dan kawan-kawan, dijelaskan prinsip-prinsip penyelenggarakan
good governance, yaitu:
- Partisipasi masyarakat adalah semua masyarakat memiliki hak suara
dalampengambilan keputusan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
- Penegakan hukum yang bersifat adil dan berlaku pada semua masyarakat
tanpapandang bulu. Termasuk penegakan hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
Transparansi adalah seluruh informasi tentang proses pemerintahan harus memadaidan jujur
sehingga dapat dimengerti, diakses, dan dipantau oleh seluruh masyarakat.
- Daya tangkap adalah lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan
harusberusaha melayano semua pihak yang berkepentingan tanpa diskriminasi.peran
mahasiswa dalam upaya mewujudkan praktek good governance Memberikan aspirasidan
juga kritisi atas kebijakan dan juga tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah
yangdidasari oleh penelitian atau kajian. Gerakan masyarakat muncul diakibatkan oleh
karena pemerintah tidak mampu mengelola pemerintahan secara baik. Oleh karena itu
tantangan kedepan pemerintah, termasuk pemerintah daerah adalah bagaiamana
menciptakan pengelolaan pemerintahan yang melayani masyarakat (good governance).
Asumsinya, jika masyarakat merasa pengelolaan secara baik dan mampu memberikan
kesejahteraan kepada masyarakat, maka pemerintahan dianggapnya sebagai suatu
rahmat/anugerah. Era dimulainya gerakan reformasi mahasiswa atau istilahnya gerakan
moral mahasiswa puncaknya terjadi pada 1998 pada saat krisis ekonomi melanda negeri
ini. Di tengah kelumpuhan pemerintah dan krisis ekonomi lah pelbagai gerakan delegitimasi
orba bermunculan. Mahasiswa merupakan kekuatan garda terdepan (avant garde) yang
mempelopori gerakan ini secara konfrontatif. Mereka sangat gencar dan tegar menggiatkan
aksi-aksi perlawanan massa terhadap kekuasaan orba. Menurut Ken Young, gerakan
mahasiswa sangat berhasil mengorganisasi diri, pintar mengeola isu, dan angkas
berpolitik. Semula gerakan mahasiswa adalah bentuk aksi keperihatinan terhadap
krisis ekonomi yang menyengsarakan kehidupan rakyat. Aksi itu mula-mula hanya
dikuti oleh segelintir mahasiswa dan lebih sering dilakukan di dalam kampus.
namun efek bola salju gerakan itu terus meluas dan berkembang menjadi gerakan mahasiswa
se-Indonesia dengan isu pokok suksesi kepemimpinan nasional dan reformasitotal. aksi-
aksi mereka disambut liputan luas dan simpatik oleh pers, dan menjadi magnet bangunnya
solidaritas mahasiswa secara luas. Tatkala siding MPR pada tanggal 11 Maret1998 memilih
kembali Suharto sebagai Presiden ke 7 kalinya, aksi-aksi mahasiswa justru semakin
menggila. Pemilihan kembali Suharto sebagai Presiden rupanya dianggap sebagai pelecehan
terhadap perjuangan mereka. Militansi mahasiswa semakin menghebat ketika anak Suharto
dan kroninya masuk dalam susunan Kabinet Pembangunan VII yang diumumkan tanggal 14
Maret 1998 di Istana Merdeka. Ini semakin membuktikan bahwa tuntutan KKN yang
mereka suarakan tidak pernah di gubris. Meski telah dilakukan dialog, mahasiswa tetap
menilai tidak efektif, tuntutan mereka sudah jelas yakni reformasi total dan mesti dimulai
dengan lengsernya Suharto. Aksi-aksi keprihatinan dan mimbar bebas masih terus berlanjut
di pelbagai kota seiring terus berlanjutnya bentrok mereka dengan aparat. di tengan gemuruh
aksi-aksi itu, masyarakat digemparkan dengan berita penculikan para aktivias demokrasi
oleh aparat militer. sebagai korban bisa ditemukan dan sebagian lagi menuturkan
penderitaanya.Hal ini yang semakin memojokkan posisi Suharto dan militer. Aksi yang
semakin memanasitu tidak semakin surut, pada saat 4 mahasiswa Unsakti tewas
tertembak oleh aparat dikampusnya tanggal 12 Mei 1998. Tragedi ini
menimbulkan rasa simpati dan duka yang mendalam sekaligus membakar rasa geram
dan marah dari masyarakat luas. Kegeraman dan kemarahan masyarakat dan mahasiswa
itu diikuti dan diperburuknya melonjaknya harga-harga sehingga tak terelakkan terjadilah
“kerusuhan Mei” pada tanggal 13- 14 Mei 1998 diJakarta. Dalam sejarah Indonesia,
mahasiswa tercatat berperan besar sebagai creativeminority, meminjam istilah
Arnold Toynbee, di mana mereka selalu menjadi motor penggerak perubahan di
Indonesia. Peran itu kembali terbukti dalam peristiwa tumbangnya Suharto dan
menaklukkan Orba. Prestasi tersebut semakin mengukuhkan kebenaran predikat mahasiswa
sebagai Agent of Change.

Anda mungkin juga menyukai