Anda di halaman 1dari 10

Tugas.

2
Mata Kuliah Manajemen

Nama : Ira Dwi Bakti


NIM : 048462858
Prodi : Manajemen
UPBJJ : Surabaya

Ali Muharam, Mengembangkan Empati dan Memanusiakan Karyawan

Sulit dipungkiri, banyak pengusaha sukses yang lahir dari keterbatasan. Kesulitan dan
kepahitan hidup menempa mereka menjadi lebih struggle, ngotot, dan pantang menyerah. Dan,
itulah sikap yang dibutuhkan untuk meraih keberhasilan.

Kisah Ali Muharam, pengusaha muda yang sukses mengorbitkan Makaroni Ngehe,
jajanan ngehits kaum milenial, adalah contohnya. Sosok Founder dan CEO Makaroni Ngehe
yang berhasil mengembangkan bisnisnya yang didirikan pada Maret 2013 hingga menjadi 32
cabang tersebar di wilayah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur serta memiliki
sekitar 500 karyawan ini juga datang dari keluarga sangat sederhana.
Mulanya, Ali tidak lebih dari seorang anak muda lulusan SMA yang tengah mencari jati diri.
Tidak memiliki bekal keterampilan dan bahkan tidak punya modal bisnis, ia hanya ingin
mengubah nasib. Cita-citanya sederhana: keluar dari lingkaran setan, setelah melalui kepahitan
demi kepahitan dalam perjalanan hidupnya.
“Saya pernah mencoba jadi penulis, tapi waktu itu karier saya sebagai penulis sangat anjlok.
Hal ini menjadi mata rantai kesulitan hidup saya terus berulang,” ungkapnya mengenang masa-
masa berat dalam hidupnya.
Ketika di tengah kebimbangan mencari sumber penghasilan, sang ibu menawarkan berjualan
makaroni jenis makanan yang selalu disuguhkan ketika Lebaran dan menjadi ciri khas menu
keluarga di kampungnya (Tasikmalaya). “Ternyata setelah diperkenalkan, banyak orang yang
mengekor ikut berjualan,” ungkap Ali. Tahun 2008, ia pun memutuskan serius menggeluti
bisnis makanan makaroni.
Seperti lazimnya bisnis baru, Ali juga menghadapi masa-masa struggle yang cukup
menantang. Dengan dibantu oleh sang ibu yang tak hentinya memberi semangat, ia antusias
memulai bisnis makanan.
Sayangnya, tak lama kemudian ibunda tercinta kembali kepada Sang Khalik karena sakit.
“Padahal, saat itu posisi saya masih merangkak, jualan dengan gerobak, belum seperti
sekarang,” kata Ali yang mengaku saat itu sedih dan putus asa, kehilangan semangat hidup.
Baginya, sang ibunda adalah sumber inspirasi sekaligus penyemangat hidupnya.
Beruntung, kepedihan itu tidak berlarut-larut. Ketika dalam kepedihan mendalam, Ali bertemu
seseorang yang membutuhkan bantuan. “Saya memberikan uang ke orang tersebut dan orang
itu terlihat sangat berterima kasih dan terus-menerus mendoakan saya. Hati saya membuncah
senang. Dari situ saya berpikir bahwa esensi kebahagiaan yang sebenarnya adalah jika kita bisa
membuat orang lain bahagia, kita akan merasa lebih bahagia,” tuturnya.
Ali sampai pada satu kesimpulan, bahwa untuk merasa bahagia itu bukan berusaha
membahagiakan diri sendiri, melainkan harus membahagiakan orang lain. Pelajaran hidup ini
dibawanya dalam melanjutkan pengembangan bisnis dan dalam mengasah sifat
kepemimpinannya.
“Saya harus memberi contoh sebelum menyuruh. Ketika menyuruh karyawan melakukan
sesuatu, saya juga harus memahami tugas yang didelegasikan tersebut.”
Ali Muharam, Founder dan CEO Makaroni Ngehe.
Berbekal semangat baru, Ali memutuskan membuka gerai di Jakarta dari modal pinjaman
sebesar Rp 20 juta. Mengapa membuka gerai? Karena, ia ingin mempekerjakan orang lain. Ia
ingin membagi kebahagiaan bersama yang lain.
Namun, karena modal terbatas, banyak hal yang ia kerjakan sendiri, mulai dari belanja di
Tasikmalaya, memanggul barang-barang belanjaan sendiri, memasak, hingga menunggui
dagangan dengan tidur di gerai sendiri. “Tidak mengapa, karena waktunya lama,” ujarnya.
Gerainya pun mulai ramai. “Dari awalnya hanya mendapat keuntungan puluhan ribu rupiah per
hari, kemudian berkembang ratusan ribu per hari, hingga akhirnya mencapai jutaan per hari,”
katanya senang.
Setahun kemudian, ketika membuka cabang ke-6, Ali mulai mengajak teman-temannya untuk
membantu mengelola keuangan, operasional, gudang, belanja, dsb. Meskipun masih relatif
tradisional, ia sudah mulai mencoba membuka kantor dan menyusun struktur organisasi
perusahaan. “Sekarang sih sudah mulai tertata secara profesional,” ungkapnya bangga.
Bagi Ali yang mengandalkan pengalaman di lapangan tanpa mentor khusus yang
membimbingnya, pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu berempati kepada anak
buah. “Kebetulan karena saya pernah berada di posisi sebagai orang yang tidak punya apa-apa,
tidak punya pertolongan dari siapa pun dan tidak punya tempat untuk berlindung, dan saya juga
pernah menjadi karyawan, saya tahu rasanya seperti apa berada di bawah yang membuat saya
bisa lebih sensitif dan peka terhadap emosi karyawan,” tuturnya.
Menurutnya, pemimpin yang baik adalah yang berhasil memanusiakan karyawan. Ibarat
sedang mendidik seorang anak, bisnis ataupun karyawannya harus diberi yang terbaik. Intinya,
seorang pemimpin harus bisa menuntun sebelum menuntut. “Saya harus memberi contoh
sebelum menyuruh. Ketika menyuruh karyawan melakukan sesuatu, saya juga harus
memahami tugas yang didelegasikan tersebut,” katanya.
Menjadi seorang pemimpin perusahaan di usia muda memang jauh lebih menantang. Namun,
yang pasti, masalah kesejahteraan karyawan itu nomor satu, dari hal terkecil misalnya jam
kerja, juga kebahagiaan mereka. “Ketika kami berhasil menyentuh area tersebut, presentase
berhasil akan lebih besar ketimbang hanya memperhatikan berjalannya bisnis tapi miskin
perhatian di SDM,” ia menandaskan.
Ali bersyukur lahir dari keluarga yang serba terbatas sehingga terbiasa bekerja keras. “Waktu
kecil ayah saya pengepul rongsokan, saya sering diajak ke tempat pengepul barang itu,”
katanya mengenang.
Sejak kecil sudah melihat kerasnya kehidupan, ia pun punya kecenderungan mencari uang
sendiri. “Saya pernah jualan kresek di pasar untuk bisa mendapatkan uang tambahan, karena
waktu itu keadaan ekonomi sangat sulit sekali,” ungkapnya.
Belajar dari pengalaman dan kepahitan masa lalu itulah, kini ia mengaku sangat hati-hati dalam
mengelola usaha, terutama terkait uang. Misalnya, untuk membuka cabang, ia
mengandalkan cash flow, tidak meminjam bank ataupun pemodal lain.
Dalam mengelola gerai, Ali mencoba mendelegasikan ke GM Area. Intinya, ia tidak ingin
menjadi superman, melainkan superteam. Semua harus dikerjakan bersama, saling mengisi
dan sling amelengkapi.
Dengan pendekatan seperti itu, Makaroni Ngehe dapat bertahan meski dihajar pandemi. Dari
segi pendapatan ia mengaku memang ada penurunan. Namun, Ali optimistis, bisnis akan terus
melaju kencang. Ia siap berada di barisan depan. (*)

https://swa.co.id/swa/trends/management/ali-muharam-mengembangkan-empati-dan-
memanusiakan-karyawan

Pertanyaan
Berdasarkan kasus di atas, maka analisalah:

Skor
1. Apa yang Anda ketahui mengenai kepemimpinan? Kaitkan jawaban Anda dengan 25
Teori.
2. Bagaimana kepemimpinan yang dilakukan Founder dan CEO Makaroni Ngehe? 25
Berikan analisa Anda.
3. Bagaimana pengelolaan usaha yang dilakukan Ali Muharam? Berikan 25
analisa Anda.
4. Pada kasus ini, bagaimana Sang Founder mengembangkan empati dan 25
memanusiakan karyawan? Berikan analisa Anda

Jawaban :

1. Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mendorong atau memotivasi


orang lain untuk bekerja secara percaya diri. Dalam istilah umum manajemen
Kepemimpinan itu sering disebut dengan istilah leader. Kepemimpinan merupakan
kemampuan seorang pemimpin mengelola anggota tim dengan efekt if dan
efisien, untuk mencapai tujuan perusahaan dengan baik. Ada beberapa sifat kepemimpinan
yang mendukung kesuksesan, seperti kemampuan, kepribadian, dan kesanggupan.
Menurut Warren Bennis dan Burt Nanus, penulis buku Leaders: The Strategies
for Taking Charge kepemimpinan adalah kekuatan yang sangat berpengaruh di balik
kekuasaan suatu organisasi / perusahaan. Untukmenciptakan organisasi yang efektif, Anda
sebagai pemimpin harus mampu memobilisasi organisasi menuju visi yang telah
ditetapkan Kepemimpinan dalam arti lain satu kata yaitu tentang bagaimana
mempengaruhi, memotivasi, mengarahkan orang lain atau bawahan ataupun pengikut agar
atau untuk mencapai tujuan organisasi yang diinginkan oleh pemimpin dan orang orang
yang ada dalam organisasi.

Menurut fiedler (1967) kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara
individu – individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok
orang agar bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan.
Teori kepemimpinan yang berdasar gaya dan perilaku menyatakan, pemimpin yang hebat
dibuat, bukan dilahirkan. Teori kepemimpinan ini fokus pada tindakan seorang pemimpin.
Bukan pada kualitas mental atau sifat atau karakter bawaan dari orang tersebut.
Teori ini juga menyebutkan, seorang dapat belajar dan berlatih untuk menjadi pemimpin
melalui ajaran, pengalaman dan pengamatan yang baik. Teori ini menunjukkan bahwa
kepemimpinan yang efektif merupakan hasil dari tiga keterampilan utama yang dimiliki
oleh individu yaitu keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual.
Seorang pemimpin harus dapat memotivasi dan memandu anggota timnya dengan tepat,
serta memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat dalam situasi yang
berbeda-beda. Ada berbagai teori kepemimpinan yang telah dikemukakan oleh para ahli,
seperti
 teori kepemimpinan kontingensi, mengemukakan bahwa tidak ada satu
gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam semua situasi, melainkan
gaya kepemimpinan yang tepat tergantung pada situasi yang dihadapi.
Teori kepemimpinan kontingensi adalah teori yang mengemukakan bahwa
gaya kepemimpinan yang efektif bergantung pada kondisi situasional. Teori ini
menekankan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang paling efektif dalam
semua situasi, tetapi gaya kepemimpinan yang efektif harus disesuaikan dengan
karakteristik situasional yang berbeda. Terdapat beberapa pendekatan
dalam teori kepemimpinan kontingensi, salah satunya adalah
model kepemimpinan jalan tengah (middle-of-the-road leadership) yang
dikemukakan oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Model ini menggambarkan bahwa
pemimpin yang efektif harus menyeimbangkan antara perhatian terhadap tugas dan
perhatian terhadap hubungan interpersonal. Dalam hal ini, pemimpin tidak boleh
terlalu fokus pada salah satu aspek saja, tetapi harus mencari keseimbangan antara
keduanya.
Contoh aplikasi dari teori kepemimpinan kontingensi adalah dalam situasi di mana
anggota tim memiliki tingkat keterampilan dan keahlian yang berbeda. Dalam hal ini,
seorang pemimpin harus menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan tingkat
keterampilan dan keahlian anggota tim. Misalnya, untuk anggota tim yang sudah
mahir dan memiliki tingkat keterampilan yang tinggi, pemimpin dapat memberikan
kebebasan yang lebih besar dalam bekerja dan lebih banyak mendukung dalam hal
hubungan interpersonal. Namun, untuk anggota tim yang masih pemula dan memiliki
tingkat keterampilan yang rendah, pemimpin harus memberikan bimbingan yang lebih
banyak dan lebih fokus pada tugas
 teori kepemimpinan transformasional, berfokus pada kemampuan seorang pemimpin
untuk menginspirasi, membimbing, dan memotivasi anggota timnya untuk mencapai
tujuan yang lebih tinggi.
 teori kepemimpinan transaksional, berfokus pada pertukaran antara pemimpin dan
anggota timnya, di mana pemimpin memberikan penghargaan kepada anggota timnya
yang berhasil mencapai tujuan.

2. Menurut pendapat saya kepemimpinan yang dilakukan oleh Founder dan CEO dari
Makaroni Ngehe yaitu Ali Muharam dapat dikatakan baik. Hal tersebut karena ia berhasil
mengolah modalnya menjadi omzet yang berkali-kali lipat serta menjadi bermanfaat bagi
masyarakat. Ia mampu belajar dari kegagalan, memotivasi dan memimpin timnya dengan
baik, serta terbuka terhadap masukan dari karyawan.Hal tersebut membutuhkan kharisma
kepemimpinan yang baik. dikarenakan kepemimpinan yang ia lakukan berhasil membawa
usaha Makaroni Ngehe menjadi sukses. Berdasarkan kasus diatas kepemimpinan yang
dilakukan oleh Founder dan CEO Makaroni Ngehe adalah dengan memberi contoh
sebelum menyuruh. Sebagai contoh ialah ketika menyuruh karyawan melakukan sesuatu,
pemimpin juga harus memahami tugas yang didelegasikan tersebut. Ali Muharam juga
memiliki gaya kepemimpinan yang baik dimana dia mampu berempati kepada anak
buahnya.
Kepemimpinan yang dilakukan founder atau CEO makaroni ngehe merupakan sifat
pemimpin yang dapat ditiru karena mempunyai tujuan baik yang ingin membantu orang
yang susah dan menurutnya “dari situ saya berpikir bahwa esensi kebahagiaan yang
sebenarnya adalah jika kita bisa membuat orang lain bahagia, kita akan merasa lebih
bahagia,” dari usaha yang dilakukan founder atau CEO ngehe itu dimulai dari nol dari jerih
payah nya yang mengalami berbagai rintagan dan kondisi naik turun dalam proses menjual
macaroni, dengan bantuan dan suport seorang ibu ia selalu semangat dan pantang
menyerah dari situ kita dapat melihat jiwa seorang pengusaha dan seorang pemimpin yang
sudah melekat pada kepribadianya.

Dalam pengelolaan usaha yang di lakukan oleh founder atau CEO macaroni Ngehe selama
ini sudah sesuai dengan konsep bisnis yang dilakukan pada umumnya. Dari mulai ia
mencoba menjual makanan berupa macaroni dengan tekadnya membuat usaha macaroni
itu ingin berkembang, ia memulai dengan modal pinjaman sebesar 20 juta. Lalu ia
membuka gerai pertamanya, ia ingin mempekerjakan orang lain. Ia ingin membagi
kebahagiaan bersama dengan yang lain. Namun ternyata tidak semudah itu karna modal
yang terbatas menjadikan banyak hal yang ia kerjakan sendiri, mulai dari belanja bahan
baku, memasak, hingga menjaga dagangan dengan tidur di gerai sendiri. Dari usaha yang
dilakukan founder atau CEO Makaroni Ngehe itu di mulai dari nol dari jerih payahnya
yang mengalami banyak sekali rintangan dan kondisi naik turun dalam proses menjual
macaroni, dengan bantuan dan support dari seorang ibu, ia selalu bersemangat dan pantang
menyerah. Dari Kisah itu kita dapat melihat jiwa seorang pengusaha dan seorang
pemimpin yang sudah melekat pada kepribadiannya seperti ada kaitannya dengan teori
bakat yang terlihat dari krakteristik pribadi yang menunjukan sifat dari seorang pemimpin.

Founder dan CEO Makaroni Ngehe merupakan sosok pemimpin yang dikenal memiliki
keberanian dan kegigihan dalam memimpin bisnisnya. Dalam wawancara dengan
Kontan.co.id pada tahun 2021, Founder dan CEO Makaroni Ngehe mengungkapkan
bahwa Founder dan CEO Makaroni Ngehe selalu berusaha untuk menjadi contoh yang
baik bagi para karyawannya dan berusaha untuk mengenal mereka dengan baik. Selain
itu, Founder dan CEO Makaroni Ngehe juga dikenal sebagai sosok yang visioner dan
inovatif dalam mengembangkan bisnis Makaroni Ngehe. Founder dan CEO Makaroni
Ngehe selalu berusaha untuk menciptakan menu baru dan memberikan pengalaman yang
berbeda bagi para pelanggan. Namun, sebagai pemimpin, Founder dan CEO Makaroni
Ngehe juga dihadapkan dengan berbagai tantangan, seperti pengelolaan sumber daya
manusia, pengembangan bisnis, dan perencanaan strategis. Dalam mengatasi tantangan
ini, Founder dan CEO Makaroni Ngehe sering kali mengambil pendekatan yang
kolaboratif dengan para karyawan dan rekan bisnisnya. Secara
keseluruhan, kepemimpinan yang dilakukannya dapat dikatakan cukup efektif dalam
mengembangkan bisnis Makaroni Ngehe.

Ali Muharram memiliki visi dan inovasi yang kuat, dan juga mampu untuk memotivasi
karyawan dan bekerja secara kolaboratif dengan mereka. Namun, tentunya masih terdapat
ruang untuk terus meningkatkan kepemimpinan dan mengatasi berbagai tantangan yang
mungkin muncul di masa depan. Namun, meskipun Makaroni Ngehe mengalami
kegagalan pada awal pendirian, Founder dan CEO Makaroni Ngehe masih tetap berusaha
dan memimpin dengan baik. Founder dan CEO Makaroni Ngehe mengambil pelajaran
dari kegagalan yang dialaminya dan berusaha untuk melakukan perbaikan. Melalui
pengalaman ini, Founder dan CEO Makaroni Ngehe belajar untuk tidak menyerah pada
saat menghadapi kegagalan dan terus berusaha untuk mencapai tujuan, Selain
itu, Founder dan CEO Makaroni Ngehe juga dikenal sebagai sosok yang mampu
memimpin dan memotivasi timnya dengan baik Founder dan CEO Makaroni
Ngehe mengajarkan para karyawan untuk bekerja dengan semangat dan tidak mudah
menyerah dalam menghadapi kendala

Selain itu sang Founder dan CEO Makaroni Ngehe juga memotivasi karyawan untuk terus
berinovasi dalam menciptakan menu baru yang menarik bagi pelanggan. Dari sisi
pengambilan keputusan, Founder dan CEO Makaroni Ngehe juga terbuka dengan
masukan dari timnya. Founder dan CEO Makaroni Ngehe memberikan kesempatan pada
para karyawan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan penting terkait bisnis,
Hal ini memberikan rasa kepercayaan dan penghargaan pada karyawan sehingga mereka
merasa dihargai dan menjadi lebih bersemangat dalam bekerja.
3. Pengelolahan usaha yang dilakukan Ali Muharam yaitu Pengelolaan usaha yang dilakukan
dengan cara selalu belajar dari pengalaman dan kepahitan masa lalu serta senantiasa sangat
hati-hati dalam mengelola usaha, terutama terkait uang. Seperti misalnya, untuk membuka
cabang, ia mengandalkan cash flow, tidak meminjam bank ataupun pemodal lain. Ia juga
menuturkan bahwa ia tidak ingin menjadi superman, melainkan superteam. Semua harus
dikerjakan bersama, saling mengisi dan saling melengkapi. Dalam pengelolaan usaha yang
dilakukan founder atau CEO macaroni ngehe sesuai dengan konsep bisnis yang dilakukan
pada umumnya. Dari mulai ia mencoba menjual makanan berupa macaroni dengan
tekadnya membuat usaha macaroni itu ingin berkembang ia mulai modal pinjaman sebesar
20jt, lalu ia membuka gerai pertamanya, Karena ia ingin mempekerjakan orang lain, maka
itu kenapa ia membuka gerai, Ia ingin membagi kebahagiaan bersama yang lain. Namun
tidak semudah itu karna modalnya yang terbatas banyak hal yang ia kerjakan sendiri, mulai
dari belanja di tasikmalaya, memanggul barang-barang belanjaan sendiri, memasak hingga
menunggu dagangan di gerai sendiri, namun setelah melewati semua proses dari yang
dilakukanya untuk menarik perhatian customer hingga banyak sekali peminat yang
menyukai makanan tersebut disemua kalangan, dan membuka beberapa gerai di 32 cabang
tersebar di wilayah jakarta, jawa tegah jawa barat jawa timur serta memiliki 500 karyawan
hingga akhirnya usaha bisnis macaroni tersebut naik hingga 100% ali muharam adalah
salah satu pengusaha yang berhasil sukses
Melakukan usaha pengelolaan dengan cara Memanfaatkan berbagai celah,
Memahami produk yang dijalankan, Memahami resiko bisnis, dan Ali sampai pada satu
kesimpulan, bahwa untuk merasa bahagia itu bukan berusaha membahagiakan diri sendiri,
melainkan harus membahagiakan orang lain. Pelajaran hidupini dibawanya
dalam melanjutkan pengembangan bisnis dan dalam mengasah sifat
kepemimpinannya. Dari pernyataan di atas Ali muharam memang sudah
memiliki jiwa pemimpin yang melekat pada diri nya , Berdasarkan
latar belakang hidup nya Ali muharam adalah orang dari keluarga sederhana
sehingga ia merasakan bagaimana sulit mencari pekerjaan
dan sulit untuk bertahan hidup , dari situ ia berfikir untuk membantu orang karna baginya
dengan membantu orang yang susah dapat memberikan bahagia bagi orang tersebut
dan bagi diri nya , Dengan begitu Ali muharam sekarang memiliki cabang gerai di
berbagai kota dan memiliki hingga 500 karyawan berkat sifat empati dan memanusiakan
semua karyawannya.
4. Sang Founder Ali muharam mengembangkan empati dan memanusiakan karyawan
dengan cara mengedepankan masalah kesejahteraan karyawan menjadi nomor satu.
mendidik karyawannya dengan sebaik mungkin atau menuntut karyawannya sebaik mun
gkin dan selalu memberikan semangat kepada karyawannya untuk bias bekerjadengan ba
ik.Sebagai contoh kecil misalnya jam kerja, juga kebahagiaan mereka. “Ketika kami
berhasil menyentuh area tersebut, presentase berhasil akan lebih besar ketimbang hanya
memperhatikan berjalannya bisnis tapi miskin perhatian di SDM,” kata Ali. Sang Founder
sampai pada satu kesimpulan, bahwa untuk merasa bahagia itu bukan berusaha
membahagiakan diri sendiri, melainkan harus membahagiakan orang lain. Pelajaran hidup
ini dibawanya dalam melanjutkan pengembangan bisnis dan dalam mengasah sifat
kepemimpinannya. Dari pernyataan diatas ali muharam memang sudah memiliki jiwa
pemimpin yang melekat pada dirinya, berdasarkan latar belakang hidupnya ali muharam
adalah orang dari keluarga sederhana sehingga ia merasakan bagaimana sulit mencari
pekerjaan dan sulot untuk bertahan hidup, dari situ ia berfikir untuk membantu orang yang
susah dapat memberikan bahagia bagi orang tersebut dan bagi dirinya, dengan begitu ali
muharam sekarang memiliki vabang gerai diberbagai kota dan 500 karyawan berkat sifat
empati dan memanusiakan semua karyawannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
Sang Founder menerapkan kepemimpinan yang humanis dan empatik dalam mengelola
perusahaannya. Ia memandang karyawan sebagai sumber daya penting yang harus
dihargai dan diperhatikan, dan berusaha untuk memperlihatkan
sikap empati terhadap karyawan dengan mendengarkan keluhan atau masukan mereka.
Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan kepuasan karyawan, serta berdampak positif
pada kinerja perusahaan secara keseluruhan. Sang Founder juga menunjukkan
pengembangan empati dan pemanusiaan terhadap karyawan melalui berbagai tindakan,
seperti memberikan gaji dan fasilitas yang layak, memperlakukan karyawan sebagai
bagian dari keluarga, serta memberikan kesempatan untuk berkembang melalui pelatihan
dan pengembangan keterampilan. Sang Founder juga secara aktif mendengarkan masukan
dan pendapat dari karyawan, bahkan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk
menjadi bagian dari pengambil keputusan perusahaan.
Ia juga memberikan perlindungan dan jaminan keamanan kerja bagi karyawan, seperti
asuransi kesehatan dan perlindungan ketenagakerjaan. Tindakan-tindakan tersebut
menunjukkan bahwa Sang Founder memandang karyawan sebagai aset berharga dalam
bisnisnya dan memperlakukan mereka dengan penuh rasa hormat dan keadilan. Hal ini
membantu menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif, yang pada akhirnya
dapat meningkatkan kinerja dan kesuksesan bisnisnya.

Anda mungkin juga menyukai