Jawab :
1. Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu berempati kepada anak buah.
“Kebetulan karena saya pernah berada di posisi sebagai orang yang tidak punya apa-
apa, tidak punya pertolongan dari siapa pun dan tidak punya tempat untuk berlindung,
dan saya juga pernah menjadi karyawan, saya tahu rasanya seperti apa berada di
bawah yang membuat saya bisa lebih sensitif dan peka terhadap emosi karyawan,”
tuturnya.
Pemimpin adalah pemimpin yang berhasil memanusiakan karyawan. Ibarat sedang
mendidik seorang anak, bisnis ataupun karyawannya harus diberi yang terbaik.
Intinya, seorang pemimpin harus bisa menuntun sebelum menuntut. “Saya harus
memberi contoh sebelum menyuruh. Ketika menyuruh karyawan melakukan sesuatu,
saya juga harus memahami tugas yang didelegasikan tersebut,” katanya.
2. Memiliki rasa bertanggung jawab, pantang menyerah, tekun, ulet, dan terus berusaha
dan memberikan contoh sbelum menyuruh. Ketika menyuruh karyawan melakukan
sesuatu, saya juga harus memahami tugas yang didelegasikan tersebut.” Berbekal
semangat baru.
Bukan hanya memahami dari segi produk saja tapi kamu juga mesti paham kira-
kira resiko bisnis apa yang akan kamu alami.
Kalau kita lihat, banyak sekali kompetitor yang juga menjual produk makaroni
yang serupa dengan brand ini.
Berbekal semangat baru, Ali memutuskan membuka gerai di Jakarta dari modal
pinjaman sebesar Rp 20 juta. Mengapa membuka gerai? Karena, ia ingin
mempekerjakan orang lain. Ia ingin membagi kebahagiaan bersama yang lain.
Namun, karena modal terbatas, banyak hal yang ia kerjakan sendiri, mulai dari
belanja di Tasikmalaya, memanggul barang-barang belanjaan sendiri, memasak,
hingga menunggui dagangan dengan tidur di gerai sendiri. “Tidak mengapa,
karena waktunya lama,” ujarnya. Gerainya pun mulai ramai. “Dari awalnya
hanya mendapat keuntungan puluhan ribu rupiah per hari, kemudian
berkembang ratusan ribu per hari, hingga akhirnya mencapai jutaan per hari,”
katanya senang. Setahun kemudian, ketika membuka cabang ke-6, Ali mulai
mengajak teman-temannya untuk membantu mengelola keuangan, operasional,
gudang, belanja, dsb. Meskipun masih relatif tradisional, ia sudah mulai
mencoba membuka kantor dan menyusun struktur organisasi perusahaan.
“Sekarang sih sudah mulai tertata secara profesional,” ungkapnya bangga.
4. Ali sampai pada satu kesimpulan, bahwa untuk merasa bahagia itu bukan berusaha
membahagiakan diri sendiri, melainkan harus membahagiakan orang lain. Pelajaran
hidup ini dibawanya dalam melanjutkan pengembangan bisnis dan dalam mengasah
sifat kepemimpinannya. Saya harus memberi contoh sebelum menyuruh. Ketika
menyuruh karyawan melakukan sesuatu, saya juga harus memahami tugas yang
didelegasikan tersebut.”