Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dea Dwiyanti

NIM : 857601077
TUGAS 3 PPKN
1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan otonomi daerah di Indonesia yaitu
Faktor manusia pelaksana, Faktor organisasi dan manajemen, serta Faktor pendukung
kinerja. Secara garis besar faktor yang paling mempengaruhi ada pada faktor manusia
pelaksana, seperti stakeholder kunci sebagai penentu arah kebijakan (Kepala Daerah,
DPRD Komisi Bidang Urusan Kesehatan Daerah dan Perangkat Dinas Kesehatan).
Faktor manusia pelaksana disini erat kaitannya dengan komitemen (Kepentingan Politis)
sebagai pemangku kebijakan yang akan berhubungan langsung dengan
kepentingan/kebutuhan stakeholder utama (masyarakat) dalam urusan kesehatan di
daerah.
 Faktor manusia sebagai subjek penggerak (factor dinamis) dalam
penyelanggaraan otonomi daerah.
 Faktor keuangan yang merupakan tulang punggung bagi terselenggaranya
aktivitas pemerintahan daerah.
 Faktor peralatan yang merupakan sarana pendukung bagi terselenggaranya
aktivitas pemerintahan daerah.
 Faktor organisasi dan manajemen yang merupakan sarana untuk melakukan
penyelenggaraan pemerintah daerah secara baik, efisien dan efektif.
 Kemampuan struktural organisai : Struktur organisasi pemerintah daerah harus
mampu menampung segala aktivitas dan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
 Kemampuan mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan.
2. Faktor apa saja hambatan dalam melaksanakan otonomi daerah di Indonesia,
 Tidak semua daerah otonom memiliki sumber daya manusia (SDM) yag tinggi,
sehingga memerlukan bantuan dari daerah yang lain.
 Tidak semua daerah otonom memiliki sumber daya alam (SDA) yang tinggi,
sehingga sulit mendapatkan pemasukan kas daerah dari potensi alam.
 Adanya tarik menarik antar pemerintah pusat dan daerah tentang wewenang
masalah.
 Adanya kebiasaan sentralisasi, sehingga kreativitas daerah sulit berkembang.
 Sebagian besar daerah otonom masih bergantung pada pemerintah pusat.
Kesulitan dalam mengatur sumber daya alam (SDA) yang dimiliki oleh daerah
yang berbatasan.
 Komitemen politik : Penyelanggaraan otonomi daerah yang dilakukan oleh
pemerintah pusat selama ini cenderung tidak dianggap sebagai amanat konstitusi.
 Masih terpaku pada sentralisasi : Daerah masih memiliki ketergantungan tinggi
terhadap pusat, sehingga mematikan kreativitas masyarakat dan perangkat
pemerintahan di daerah.
 Kesenjangan antar daerah : Kesenjangan kuantitas dan kualitas sumber daya
manusia, serta intra struktur ekonomi.
 Benturan kepentingan : Adanya perbedaan kepentingan yang sangat melekat pada
berbagai pihak yang menghambat proses otonomi daerah, seperti benturan
keinginan pimpinan daerah dengan kepentingan partai politik.
 Keinginan politik atau political will : Keinginan politik yang tidak seragam dari
pemerintah daerah untuk menata kembali hubungan kekuasaan pusat dan daerah.
 Perubahan perilaku elit lokal : elit lokal mengalami perubahan perilaku dalam
penyelanggaraan pemerintah daerah karena pengaruh kekuasaan yang
dimilikinnya.
Dalam perbincangan otonomi daerah ini, terdapat perbedaan persepsidi kalangan
cendikiawan, dan para pejabat birokrasi. Di antara mereka ada yang mempersepsikan
otonomi daerah sebagai prinsip penghormatan, terhadap kehidupan masyarakat sesuai
riwayat adat istiadat dan sifat-sifatnya dalam konteks negara kesatuan (lihat Prof.
Soepomo dalam Abdullah 2000:11). Ada juga yang mempersepsikan otonomi daerah
sebagai upaya berperspektif Ekonomi-politik, dimana daerah diberikan peluang untuk
berdemokrasi dan untuk berprakarsa memenuhi kepentingannya sehingga mereka dapat
menghargai dan menghormati kebersamaan dan persatuan dan kesatuan.
3. Solusi nyata sebagai masyarakat untuk menanggulangi hambatan pelaksanaan otonomi
dearah yaitu dengan cara
 Pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivtias
penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatiakn hubungan antar susuanan
pemerintah dan antar pemerintah daerah, potensi dan keanekaragaman daerah.
 Konsep otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab tetap dijadikan acuan
dengan meletakan pelaksanaan otonomi pada tingkat daerah yang paling dekat
dengan masyarakat.
 Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan terhadap pemerintah daerah juga
perlu diupayakan. Kesempatan yang seluas luasnya perlu diberikan kepada
masyarakat untuk berpartisipasi dan mengambil peran. Masyarakat dapat
memberikan kritik dan koreksi yang membangun atas kebijakan dan tindakan
aparat pemerintah yang merugikan masyarakat dalam pelaksanaan otonomi
daerah diajukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu
masyarakat juga perlu bertindak aktif dan berperan serta dalam rangka
menyukseskan pelaksanaan otonomi daerah.
4. Peran mahasiswa dalam upaya mewujudkan praktek good governance yaitu
Mahasiswa merupakan kelompok kaum intelektual muda yang nantinya akan menjadi
generasi penerus bangsa, sehinga mehasiswa memilki peran yang sangat penting untuk
mewujudkan good governance di lingkungan masyarakat. Mahasiswa juga memiliki
kewajiban untuk memberikan upaya terbaik mereka di sela-sela waktu perkuliahan demi
mewujudkan perubahan yang baik di lingkungan masyarakat sekitarnya. Tiga peranan
penting yang harus dilakukan mahasiswa terhadap masyarakat untuk mewujudkan good
governance, diantaranya yaitu Agent of Change, Agent of Control, dan Iron Stock.
Sebagai Agent of Change mahasiswa tidak boleh hanya diam saja kondisi lingkungan
sekitarnya, namun mahasiswa dituntut dapat melakuakn suatu perubahan dan merubah
kondisi lingkungan sekitarnya menuju ke arah yang lebih baik. Mahasiswa harus bisa
bertindak sebagai katalis atau bisa disebut sebagai pemicu terjadinya sebuah perubahan
yang nantinya akan berdampak positif serta memperjuangkan perubahan-perubahan yang
mengarah pada berbaikan di dalam kehidupan Masyarakat. Mahasiswa juga sangat
berperan penting untuk mewujudkan good governance dalam sistem pemerintahan
sebagai kontrol terhadap kebijkan yang telah dibuat atau Agent of Control. Seperti
mengkritis dan mengamati keadaan yang sedang terjadi di lingkungan masyarakat
sekitarnya, baik di lingkungan kampus maupun di lingkunganbmasyarakat luas. Sebagai
Agent of Conrol, mahasiswa di haruskan untuk terlibat sebagai pelaku di dalam
lingkungan masyarakat agar dapat menjadi panutan dalam masyarakat, bukannya hanya
sebagai pengamat yang hanya bisa duduk manis.
Memberikan pencerahan kepada seluruh masyarakat agar berpartisipasi dalam pemilu
dengan menggunakan hak pilih sebaik-baiknya, guna membawa bangsa dan NKRI maju
seperti negara lain didunia. Mendorong dan memandu masyarakat secara langsung atau
pun tidak untuk meilih parpol dan calon wakil rakyat yang jujur, amanah, cerdas,
pejuang, berani, dan mempunyai track record yang baik dan pantas untuk dipilih, agar
hasil pemilu dapat membawa bangsa ini semakin maju dibawah pemimpin yang tepat.
Sebagai aset atau cadangan masa depan suatu negara (Iron Stock), mahasiswa juga
diharapkan dapat menjadi generasi yang tangguh, memiliki jiwa kepeminpinan serta
memiliki moralitas yang baik sehingga dapat menggantikan kepemimpinan generasi
yang sebelumnya sudah pernah memimpin. Maka dari itu untuk mewujudkan ketiga
peranan penting tersebut mahasiswa di haruskan untuk peduli dan melek dengan keadaan
di lingkungan sekitarnya, sehingga mahasiwa akan menyadari semua permasalahan-
permasalahan yang sedang terjadi di tengah masyarakat. Karena, yang akan layak dan
akan mampu mengusang perubahan bangsa ini di kemudian hari hanyalah mahasiwa
yang sadar dan peduli dengan keadaam yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Sumber referensi : -BMP MKDU4111 Pendidikan Kewarganegaraan/Modul 7


-http://rochem.wordpress.com/category/makalah/makalah-sosial.

Anda mungkin juga menyukai