Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA SD (PDGK4101)


MODUL 7
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBAHASA DENGAN FOKUS
BERBICARA DI KELAS RENDAH

DISUSUN OLEH:
1. NADA HASNAL AZHARI (857600344)
2. DEA DWIYANTI (857601077)
3. FEBRIANTO

PROGRAM STUDI S1 PGSD


UNIVERSITAS TERBUKA UPJJ-PURWOKERTO
2023/2024.2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pembelajaran
Keterampilan Berbahasa dengan Fokus Berbicara di Kelas Rendah” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas tutorial Yth. Ibu
Umi Ana Setiani pada bidang studi/mata kuliah Pembelajaran Keterampilan Berbahasa
Indonesia SD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Umi Ana Setiani selaku tutor yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kebumen, 26 April 2024

Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa yang dimaksud karakteristik pembelajaran kelas rendah dan tinggi?
2) Bagaimana bentuk SKKD berbicara kelas rendah dan tinggi?
3) Bagaimana perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian berbicara kelas rendah?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN
1) Karakteristik Pembelajaran Sekolah Dasar
2) SKKD Berbicara Kelas Rendah dan Tinggi
3) PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN PENILAIAN KELAS RENDAH
DAN TINGGI
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah sarana komunikasi yang penting bagi manusia. Melalui bahasa,
seseorang dapat menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain. Menurut Tarigan
(2008:1) bahwa keterampilan berbahasa sangat penting dimiliki oleh setiap manusia
karena bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang
dalam berbahasa, maka semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Keterampilan
berbahasa meliputi empat keterampilan dasar, yaitu: menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Setiap keterampilan mempunyai hubungan erat dengan keterampilan
lainnya. Keterampilan-keterampilan tersebut hanya dapat diperoleh dan dikuasi
dengan jalan praktik dan latihan yang banyak.
Tarigan (2008:1) menyatakan bahwa keterampilan berbahasa biasannya
diperoleh manusia secara berurutan. Keterampilan berbahasa yang pertama kali
dikuasi manusia adalah berbicara, kemudian membaca dan menulis. Keterampilan
berbicara dipelajari sebelum memasuki jenjang sekolah, sedangkan membaca dan
menulis dipelajari saat memasuki jenjang sekolah.
Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan melalui kegiatan mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan yang paling praktis dan taktis untuk
melakukan komunikasi ialah berbicara. Dimana saja, kapan saja, dan siapa saja
berbicara untuk berkomunikasi. Bahkan terhadap bayi yang belum mampu berbahasa
pun orang menyapa dengan bahasa. Oleh karena itu, guru yang mengajarkan
keterampilan berbahasa (dengan fokus berbicara) diharapkan dapat memberikan
dorongan kepada peserta didik melalui perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
bahasa Indonesia dengan baik (Mudini dan Salamat Purba, 2009:1).
Pembelajaran keterampilan berbahasa sangat penting dilakukan di sekolah
dengan tujuan meningkatkan keterampilan siswa dalam berbahasa untuk berbagai
tujuan, keperluan, dan keadaan. Salah satu tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia adalah menjadikan siswa mahir dan terampil dalam berbahasa Indonesia.
Kemahiran berbahasa ini tercermin dalam aktivitas menyimak, berbicara, membaca
dan menulis. Dengan demikian siswa dikatakan mahir berbahasa Indonesia jika
terampil dalam kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Berbicara sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan keterampilan yang
cukup mendasar dalam aktivitas berkomunikasi. Karena untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan dalam
berkomunikasi diperlukan kemampuan berbicara. Dalam kehisupan manusia selalu
dituntut untuk berbicara.
Pada masa lalu proses belajar mengajar untuk pelajaran Bahasa Indonesia
cenderung terlalu fokus pada guru, dan kurang terfokus pada siswa. Sehingga dalam
proses belajar mengajar hanya guru yang aktif sementara siswa cenderung pasif.
Indikator tersebut dapat dilihat dari perilaku siswa yang kurang antusias ketika
pelajaran sedang berlangsung, rendahnya pemusatan perhatian siswa serta rendahnya
respon umpan balik dari siswa terhadap pertanyaan guru.
Akibatnya penguasaan dan pemahaman mata pelajaran Bahasa Indonesia
khususnya dalam hal berbicara pada siswa kelas V SDN Sruni Musuk sampai saat ini
belum mencapai hasil yang memuaskan. Berdasarkan ulangan harian menunjukkan
masih terdapat siswa yang nilainya di bawah nilai minimal lulus (65). Berdasarkan
identifikasi guru Bahasa Indonesia, hal ini berkaitan dengan rendahnya minat dan
motivasi sehingga siswa kurang bersemangat dan cepat bosan saat pembelajaran
berlangsung.
Mengingat permasalahan diatas, maka diperlukan suatu metode yang tepat
agar tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada kompetensi dasar
berbicara tercapai sesuai yang diharapkan. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar
Bahasa Indonesia, khususnya dalam kompetensi dasar berbicara pada siswa kelas V
SD Sruni Musuk, penulis menerapkan metode Student Teams Achievement Divisions
(STAD). Metode ini dipilih karena merupakan salah satu metode pembelajaran yang
lebih menekankan pada aktivitas dan kreatifitas siswa (Suprijono, 2009:111).
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka penulis bermaksud
mengadakan penelitian tentang “Upaya meningkatkan Kemampuan Berbicara dengan
Metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada Siswa Kelas V SD Sruni
Musuk Tahun Pelajaran 2012/2013”.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR


Karakteristik Pembelajaran di Kelas Rendah
Anak kelas rendah adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Perkembangan
emosi anak usia 6-8 tahun telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain,
telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah
mulai belajar tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia
kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam mengelompokkan obyek,
berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang
berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang
dan waktu. Tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia
SD, yaitu:
1. Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar dimulai dari hal-hal yang yang bersifat
nyata yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik
penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan
lingkungan dalam belajar akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih
bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang
sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna,
dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Karena Cara belajar anak SD
untuk kelas rendah masih bersifat kongkrit maka pelaksanan pembelajaranya
diupayakan sedemikian rupa sehingga anak banyak melakukan kegiatan belajar
melalui pengalaman langsung.
2. Integratif
Pada tahap usia SD anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan,
mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini
melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi
bagian.
3. Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai
dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan
cakupan keluasan serta kedalaman materi. Pembelajaran di SD perlu memperhatikan
landasan psikologis yang mendasari perilaku belajar anak. Sebagai seorang guru SD
yang profesional Anda perlu memahami secara mendalam tentang kajian psikologis
dan teori belajar agar dapat mengaplikasikannya dalam berbagai peristiwa belajar,
serta mampu memecahkan masalah pada saat siswa mengalami kesulitan dalalam
belajar.

Karakteristik Pembelajaran di Kelas Tinggi


Karakeristik perkembangan berfikir anak usia kelas 4, 5, 6, sebagaimana telah
kita bahas di muka memiliki implikasi terhadap proses pembelajaran yang harus
dirancang. maka siwa kelas tinggi maka siswa kelas 4, 5, 6 anak perlu dikondisikan
untuk dapat melakukan berbagai kegiatan yang menatang dan siswa sudah mulai
melakukan percobaan atau eksperimen dan belajar memecahkan masalah. Dengan
cara itu anak dapat membangun pengetahuan melalui penalaran abstrak dan konkret
atau deduktif dan induktif.
Penerapan berbagai kegiatan belajar di kelas tinggi adalah Upaya guru dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas tinggi diperlukan penguasaan bahan yang
optimal, kemampuan memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang relevan
dapat mengaktifkan siswa dalam belajar dan dituntut kepiawaian guru dalam
melaksanakan pembelajaran yang menantang bagi siswa pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif dan menyenangkan serta mapu memilih dan menggunakan media
pembelajaran yang bervariasi. Guru harus menguasai ragam strategi ataupun metoda
yang dapat membelajarkan siswa. Di kelas tinggi menuntut guru untuk mampu
menguasai multi metode dan multi media, menciptankan atau mengorganisir
lingkungan belajar yang memungkinkan anak belajar penuh tantangan, mampu
memecahkan masalah, mengelola kelas dan menggunakan media sumber belajar yang
bervariasi. Sementara itu ada beberapa perilaku yang sangat membantu pencapaian
pembelajaran yang efektif.

B. SKKD PEMBELAJARAN KELAS RENDAH DAN TINGGI


Di sekolah dasar, anak-anak dari kelas 1 sampai kelas 6 sebenarnya suka berbicara.
Guru sebagai fasilitator hendaknya mengarahkanya ke hal-hal yang positif. Posisi
guru hendaknya menjadi penyimak yang baik jika siswanya sedang mengungkapkan
perasaannya, mengajukan pendapatya, gagasannya, atau pesannya. Selain hal di atas,
materi juga harus menjadi perhatian guru agar pembelajaran berbicara menjadi
terarah. Berikut ~ 44 ~ ini dipaparkan materi kegiatan berbicara dari kelas 1 sampai
kelas 6 (Solhan, 2007: 11.31-11.32).
- Pertama, di kelas 1.
Materi yang sesuai untuk kegiatan berbicara adalah memperkenalkan diri;
menyapa; menjelaskan isi gambar; mengenal warna, nama, dan fungsi anggota
tubuh serta benda-benda di sekitar; menceritakan pengalaman; mendeskripsikan
benda-benda di sekitar; melakukan percakapan sederhana; menyampaikan rasa
suka atau tidak suka; mendeklamasikan puisi anak atau syair lagu; dan
memerankan tokoh dongeng.
- Kedua, di kelas 2.
- Materi yang sesuai untuk kegiatan berbicara adalah bertanya atau menanyakan
sesuatu; menceritakan kegiatan sehari-hari; melakukan percakapan pendek;
menceritakan pengalaman pribadi; melaporkan peristiwa yang dialami;
mendeskripsikan tumbuhan dan binatang di sekitar; mendeklamasikan puisi;
menceritakan kembali cerita yang didengar; dan bermain peran yang berkaitan
dengan kegiatan sehari-hari.
- Ketiga, di kelas 3.
Materi yang sesuai untuk kegiatan berbicara adalah menceritakan pengalaman;
menjelaskan urutan; mendeskripsikan tempat; memberikan tanggapan dan saran;
menceritakan pengalaman pribadi; dan bermaian peran yang berkaitan dengan isi
cerita.
- Keempat, di kelas 4.
Materi yang sesuai untuk kegiatan berbicara adalah menceritakan kegemaran;
membahas masalah-masalah aktual; mendeskripsikan benda atau seseorang;
menjelaskan petunjuk penggunaan; menyampaikan pesan yang diterima melalui
telepon; menceritakan kembali isi dongeng; dan bermain peran berdasarkan teks
percakapan.
- Kelima, di kelas 5.
Materi yang sesuai untuk kegiatan berbicara adalah menanggapi sesuatu persoalan
atau peristiwa; berwawancara dengan narasumber; melaporkan hasil wawancara;
mendeskripsikan benda atau alat; memberikan pendapat tentang persoalan faktual;
menyimpulkan isi dialog atau percakapan; dan memerankan drama pendek tanpa
teks.
- Keenam, di kelas 6.
Materi yang sesuai untuk kegiatan berbicara adalah menceritakan hasil
pengamatan; menyampaikan pesan/ informasi yang diperoleh dari narasumber;
membahas isi buku; mengritik sesuatu disertai alasan; memuji sesuatu dengan
alasan; berpidato; dan berdiskusi.

C. P
 PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
Langkah-langkah minimal dari penyusunan Rencana Pembelajaran Pembelajaran
(RPP)
- Mencantumkan identitas
- Merumuskan tujuan pembelajaran
- Menentukan materi pembelajaran
- Menentukan metode pembelajaran
- Menentukan kegiatan pembelajaran
- Menentukan penilaian

a. Kegiatan pendahuluan
- Orientasi : memusatkan perhatian peserta didik pada materi yang dibelajarkan,
dengan cara menunjukkan benda yang menarik, memberikan ilustrasi, membaca
berita di surat kabar, menamoilkan slide animasi, dan sebagainya.
- Apersepsi : memberikan presepsi awal kepada peserta didik tentang materi yang
akan diajarkan.
- Motivasi : guru memberikan manfaat mempelajari materi tersebut
- Pemberian acuan : biasanya berkaitan dengan kajian ilmu yang akan dipelajari,
acuan dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi pelajaran secara
garis besar.
- Pembagian kelompok belajar dan penjelasan mekanisme pelaksanaan pengalaman
belajar
b. Kegiatan inti
Berisi langkah-langkah sistematis yang dilalui peserta didik untuk dapat
mengkonstruksi ilmu sesuai dengan skemata (frame work) masing-masing
Langkah-langkah tersebut disusun sedemikian rupa agar peserta didik dapat
menunjukkan perubahan perilaku sebagaimana ditunjukkan pada tujuan
pembelajaran dan indicator.
Pada standar proses (permendiknas No.41) kegiatan ini menggunakan metode
yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang
dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi , dan konfirmasi.
- Eksplorasi
1. Guru mengajukan pertanyaan tentang pokok yang di dengar
2. Peserta didik lain diberi kesempatan untuk mengomentari jawaban temannya
3. Secara kelompok peserta didik membuat dugaan mengenai watak tokoh
- Elaborasi
1. Peserta didik berdiskusi antar kelompok untuk menelaah teks
2. Mencari kebenaran tentang karakter tokoh
3. Berlatih memainkan drama dalam bentuk dialog
- Konfirmasi
1. Peserta didik mementaskan peran berdasarkan cerita drama
2. Memberikan penilaian kepada tampilan kelompok
3. Menyimpulkan hasil pembelajaran
- Penutup
1. Guru memberikan penguatan tentang materi yang baru dibahas
2. Peserta didik mendapat tgas menganalisis karakter dalam sinetron

 PENILAIAN
Pada setiap pembelajaran diperlukan penilaian sebagai tolak ukur keberhasilan
pembelajaran tersebut.
Menurut U.S. Syahara (2009:28-30) membagi pen ilaian dalam 2 fakltor :
- Faktor kebahasaan
1. Ketepatan ucapan
2. Penempatan tekanan (intonasi, nada, dan durasi yang sesuai)
3. Pilihan kata (diksi)
- Faktor non kebahasaan
1. Sikap yang tenang dan waj Sikap yang tenang dan wajar serta tidak kaku akan
memberikan kesan yang menarik
2. Pandangan mengarah pada lawan bicara
3. Suara yang nyaring
4. Kelancaran berbicara dalam melontarkan maksud pembicaraannya
5. Gerak badan (gesture) yang tepat

Anda mungkin juga menyukai