Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL 3

UNIVERSITAS TERBUKA MALANG

PDGK 4204

NAMA : Thomas Anton Wibowo


NIM : 858562279
KELAS :3B
POKJAR : Kedungkandang

1. Buatlah esai yang berisi pokok-pokok sebagai berikut:


a. Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia SD kelas rendah dan kelas tinggi.
b. Teknik/strategi untuk meningkatkan rasa cinta Bahasa Indonesia terhadap
pesertadidik.
c. Teknik/ strategi untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran Bahasa Indonesia
di SD.
(skor maksimal 50)
Jawab:
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pembelajaran adalah sebuah proses interaksi peserta didik dengan pendidik


dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik. Secara sederhana pembelajaran dapat diartikan
sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup
yang memiliki tujuan tertentu.
Apa tujuan dari pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar? Tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar dapat mencakup beberapa aspek
diantaranya aspek mendengar, berbicara, membaca, menulis serta unsur pemahaman
penggunaan bahasa dan apresiasi sastra. Tujuan pembelajaran ini dapat diupayakan
dengan menggunakan langkah-langkah model pembelajaran bermakna
Pada kelas 1 dan 2 (kelas rendah), pembelajaran bahasa Indonesia
menekankan pada aspek peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan,
sedangkan untuk kelas 3-6 (kelas tinggi) menekankan pada peningkatan kemampuan
berkomunikasi yang telah ditentukan dalam kurikulum. Standar kompetensi mata
pelajaran bahasa Indonesia bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa, yaitu
belajar bahasa adalah berkomunikasi dan belajar sastra belajar menghargai manusia
dan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa Indonesia
mengupayakan peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan
tulis serta menghargai karya cipta bangsa Indonesia. Ruang lingkup standar
kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia SD terdiri atas aspek mendengarkan
(menyimak lisan), berbicara, membaca, dan menulis.
Pada hakekatnya muara pada pembelajaran bahasa Indonesia adalah rasa cinta
pesertadidik terhadap bahasa Indonesia. Hal ini perlu senantiasa diusahakan oleh
lembaga pendidikan dan terutama oleh guru sebagai ujung tombak pendidikan. Lalu
bagaimana cara meningkatkan meningkatkan rasa cinta bahasa indonesia terhadap
peserta didik?
Pembelajaran bahasa sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa pada anak sekarang bukanlah hal mudah untuk dilaksanakan,
akan tetapi bisa dilakukan bagi para guru di sekolah jika memiliki komitmen untuk
mengembangkan bahasa Indonesia. Tentu hal itu tidaklah mudah, karena
pembelajaran bukanlah sekadar memindahkan ilmu pengetahuan tentang kebahasaan
kepada siswa, akan tetapi penumbuhan sikap dan keterampilan berbahasa
Indonesia Adapun untuk meningkatkan kecintaan berbahasa Indonesia pada generasi
muda adalah dengan cara:
1. Mengapresiasi penggunaan bahasa yang baik oleh anak muda dan
memperkenalkan keindahan Bahasa Indonesia di luar sisi mekanisnya.
2. Meningkatkan rasa kebanggaan memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia
dalam berbagai keperluan.
3. Menghindari penggunaan bahasa asing dan bahasa daerah secara berlebihan.
Karena untuk menghindari gangguan terhadap kelancaran komunikasi.
4. Memberi ruang imajinasi seluas-luasnya bagi generasi muda untuk bermain
bahasa.
5. Upaya membiasakan berbahasa  Indonesia dalam berbicara pada saat
terjadinya interaksi.

Keberhasilan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD sangat ditentukan oleh


bagaimana strategi pembelajaran seorang guru. Di sini akan dipaparkan strategi yang
dapat diterapkan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD.
1. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia Lisan
Keterampilan berbahasa terdiri atas keterampilan berbahasa lisan dan
keterampilan berbahasa tulis. Dalam kehidupan sehari-hari, menyimak dan berbicara
merupakan kegiatan berbahasa lisan yang biasa kita lakukan. Di mana pun kita
berada, kedua jenis keterampilan berbahasa ini hampir selalu kita perlukan untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
Pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan strategi pembelajaran
berbahasa lisan merupakan prasyarat bagi guru agar mampu melaksanakan pengajaran
bahasa di kelas sehingga pada akhirnya keterampilan berbahasa lisan siswa meningkat
dengan baik.
Pengajaran keterampilan berbahasa lisan akan membawa hasil yang memuaskan
apabila dilandasi dengan
(1) tujuan yang jelas ;
(2) materi yang disusun secara sistematis;
(3) mampu menumbuhkan partisipasi aktif terbuka pada diri siswa; dan
(4) kegiatan pembelajaran bukan pengujian.
Sedangkan pemerolehan belajar yang dicapai siswa akan bermakna bagi diri
siswa apabila strategi pembelajaran berbahasa lisan yang diterapkan guru di kelas ada
relevansinya dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu strategi
yang diterapkan haruslah menantang dan merangsang siswa untuk belajar,
mengembangkan kreativitas siswa, memudahkan siswa memahami materi pelajaran,
mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, mudah diterapkan dan mampu menciptakan suasana belajar-mengajar
yang menyenangkan.
Beberapa strategi pembelajaran berbahasa lisan yang dikembangkan oleh
selorang guru adalah: (1) simak kerjakan.;(2) simak terka; (3) simak berantai; (4)
identifikasi kalimat topik; (5) memberi petunjuk; (6) bermain peran; (7) dramatisasi;
dan (8) bercerita.

2. Strategi Pembelajaran Bahasa Tulis


Keterampilan berbahasa tulis terdiri atas keterampilan membaca dan menulis.
Membaca merupakan kegiatan memahami bahasa tulis, sedangkan menulis adalah
kegiatan menggunakan bahasa tulis sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan.
Pembelajaran bahasa Indonsia di SD bertujuan meningkatkan kemampuan siswa
berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Keterampilan membaca
sebagai salah satu keterampilan berbahasa tulis yang bersifaf reseptif perlu dimiliki
siswa SD agar mampu berkomunikasi secara tertulis. Oleh karena itu, peranan
pengajaran bahasa Indonesia khususnya pengajaran membaca di SD menjadi sangat
penting. Pengajaran bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar
membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan.
Pembelajaran membaca di SD menjadi bagian penting dari pembelajaran bahasa
Indonenesia. Melalui pembelajaran membaca siswa diharapkan, antara lain: (1)
memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat atas berbagai hal; (2) mencari
sumber, menyimpulkan, menyaring, dan menyerap informasi dari bacaan; serta (3)
mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan menarik manfaat dari bacaan
Selain dengan membaca ketrampilan berbahasa tulis dapat dilakukan dengan
pembelajaran menulis. Pembelajaran menulis merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan melalui proses atau tahapan-tahapan. Proses yang dilakukan dalam
pembelajaran menulis di SD disesuaikan dengan tingkat kelas dan tingkat kesulitan,
serta jenis atau bentuk tulisan yang dibinakan. Dalam Kurilukum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa siswa hendaknya mampu mengungkapkan
gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis, dan memiliki kegemaran menulis.

2. Buatlah esai terkait pentingnya pengajaran sastra di sekolah dasar serta teknik/strategi
yang dapat dilakukan agar dapat menyisipkan unsur sastra dalam pembelajaran!
(skormaksimal 50)
Jawab:
Pengajaran Sastra di Sekolah Dasar

Pentingnya pengajaran sastra di sekolah


Dalam konteks ilmu pengetahuan tujuan tujuan dari pengajaran sastra tentulah untuk
memperoleh pengetahuan tentang teori sastra, sejarah sastra, sosiologi sastra dan kritik
sastra. Sedangkan untuk kepentingan pendidikan, tujuan pengajaran sastra, tentulah
merupakan bagian tujuan pendidikan keseluruhannya karena proses belajar dan
mengajarakan sastra bagian proses pendidikan.
Sesuai dengan apa yang dikemukakan di atas tujuan pengajaran sastra adalah untuk
mengapresiasi nilai- nilai dalam sastra (seperti kesenian, budi pekerti, dan agama), yaitu
pengenalan dan pemahaman yang tepat terhadap nilai sastra, dan kegairahan kepadanya,
serta kenikmatan yang timbul sebagai akibat dari semua itu untuk itu perlu pemahaman
terhadap sastra, oleh karena itu tujuan pengajaran sastra untuk memberikan pengetahuan
tentang sastra dan menumbuhkan rasa cinta terhadap sastra itu sendiri dan
mengapresiasinya.
Sastra sebagai sebuah pelajaran di sekolah merupakan materi yang memiliki
peranan yang penting. Hal ini karena sastra dapat meningkatkan kreativitas peserta didik.
Penyebabnya adalah sastra memiliki sisi kemanusiaan yang dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca. Oleh karena itu, sastra mampu memberikan kontribusi yang
sangat besar terhadap pengembangan kepribadian dan kreativitas peserta didik.

Teknik Dan Strategi Menyisipkan Unsur Sastra dalam Pembelajaran


Dalam penerapan kurikulum di sekolah dasar, pengajaran sastra dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan kemampuan
bersastra di sekolah dasar dapat dilakukan dalam berbagai jenis dan bentuk melalui
kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Di dalam mencapai tujuan pengajaran diperlukan metode atau teknik pengajaran
yang efisien dan efektif. Metode-metode tersebut adalah:
1. Metode Diskusi
Diskusi adalah merupakan kegiatan yang menarik dilakukan dalam pengajaran
sastra. Masalah yang dibahas dalam diskusi hendaklah menyangkut menjawab
pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana”. Bila tidak demikian, akan dapat menjurus
kepada segi-sgi pengetahuan konsep dan tidak terlalu bermanfaat. Dalam diskusi
mengenai sastra, sebaiknya tidak berkecendrungan untuk memperoleh kesimpulan
atau keputusan yang mengikat karya sastra. Yang paling penting dalam diskusi
adalah siswa memberikan pandangan dan sikapnya. Setelah selesai diskusi guru
bersama siswa mengambil kesimpulan dan terakhir kesimpulan itu diperkuat oleh
guru.
2. Metode atau Teknik Penalaran
Teknik penyampaian penalaran siswa mengenai karya sastra merupakan kegiatan
yang bermanfaat untuk pembinaan apresiasi sastra, yang penting dalam hal ini
adalah siswa dapat berpikir objektif dan beragumentasi yang logis tentang sesuatu.
Dengan demikian akan lahir sikap kritis, analisis yang menjurus kepada kemampuan
apresiasi kreatif.
3. Metode Komparatif
Yaitu kegiatan pengajaran yang memberi peluang kepada siswa untuk
membandingkan dua atau lebih karya sastra yang memiliki topik yang sama.
4. Metode atau Teknik Pembinaan Kreativitas
Metode atau teknik mengarahkan siswa untuk dapat menghayati sastra
dan penciptaan karya sastra. Teknik ini dapat dilakukan dengan:
a. Memecahkan persoalan, misalnya siswa disuruh menyelesaikan
tanggapan sebuah cerita menurut tanggapan masing-masing.
b. Malatih imajinasi siswa dengan jalan seolah-olah mengirimkan surat
kepada pengarang yang isinya menanggapi dan menghargai karya satra
yang ditulis oleh pengarang tersebut.
c. Membaca ekstensif, yaitu siswa digalakan membaca karya sastra sebanyak-
banyaknya diluar kelas atau diperpustakaan dan melaporkan secara tertulis
hasil bacaan mereka dalam bentuk sinopsis singkat dari kesan umum tentang
buku yang dibaca.
d. Menyelenggarakan diskusi
e. Melaksanakan kegiatan sosiodrama dan pementasan drama. Dengan teknik ini
akan memberi peluang kepada siswa untuk terlibat secara aktif da.an produktif
dalam menikmati dan mengkaji sastr
5. Metode Impresif
Metode atau teknik ini dilakukan dengan jalan memperdengarkan suatu
pembacaan puisi ataikan menyaksikan pertunjukan dramasiswa diberi kesempatan
untuk meresapi atau mengimpresi puisi atau pementasan, dan menyampaikan
interpretasi masing-masing..
6. Metode atau Teknik Strata
Metode atau teknik ini dinamakan Strata karena dikembangkan atau didapat
dari tuisan Leslie Strata dalam bukunya Pattern of languange. Tiga langkah pokok
dalam teknik ini adalah:
a) Penjelajahan, artinya siswa diharapkan membaca suatu karya sastra
b) Setelah penjelajahan selanjutnya dilakukan penfsiran karya sastra tersebut.
Penafsiran dapat dilakukan dengan tertulis, presentasi atau dalam bentuk lain.
Rekreasi, artinya siswa tidak hanya melakukan interpretasi tetpai juga dapat
diteruskan dengan berkreasi dengan jalan, mislanya menulis kembali satu
bagian tertentu isi cerita tersebut dari sudut pandang salah seorang, at pelaku
atau mengubah cerita dalam bentu drama atau mengubah salah satu bagian
tulisan kepada gaya bahasa masa kini dan sebagainya. Cara melakukan setiap
langkah tergantung kepada pilihan teknik pilihan kegiatan yang diinginkan guru
dan siswa. Dengan demikian metode ini memberri peluang besar siswa dan guru
untuk bekerjasama dalam kelompok atau secara peorangan.
7. Metode Induktif Model Taba
Hilda Taba mengemukakan metode ini berdasarkan tiga rumusan
berpikir yang dapat diajarkan, yaitu a) berpikir dapat diajarkan b) berpikir
adalah transaksi aktif antara individu dan data c) proses berpikir berkembang
berdasarkan urutan yang sesuai dengan hukum.
Teknik terdiri dari tahap-tahap. Setiap tahap diprakarsai oleh guru
dengan pertanyaan. Jenis pertanyaan guru menentukan jenis kegiatan siswa.
Siswa secara terurut terlibatdalam suatu proses pembentukan generalisasi,
penjelasan atau penafsiran, dan ramalan kesimpulan baru.
8. Metode Model Gordon
Metode atau teknik mengajar sastra model ini dikembangkan oleh
William J.J Gordon sebagai teknik pemecahan masalah secara kreatif. Secara
lebih khusus Gordon menyarankan penggunaan tiga teknik yang saling
berkaitan, yaitu:
a. Analogi personal
Siswa diajak mengidentifikasi unsur-unsur masalah. Kepada mereka diminta
merasakan kalau dia seorang penyair.
b. Analogi lansung.
Dalam hal ini problem dijajarkan satu sama lain dengan kondisi lingkungan
Misalnya, siswa diminta menganalogikan dirinya dengan situasi tokoh yang ada
suatu karya sastra.
c. Konflik kempaan
Yaitu mempertajam pandangan dan pendapat pada posisi masing- masing, terutama
dalam menghadapi dua atau tiga sudut pandangan yang berbeda, sehingga semua
siswa memahami objek dan penalaran dari dua atau tiga kerangka berpikir.

Anda mungkin juga menyukai