Anda di halaman 1dari 6

Jurnal 1

Nama Pengarang : Purnama Sari Vidya Dharma, Ria Ariesta, dan Agus Joko Purwadi

Judul : IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS


TEKS DI SMA

A.Latar Belakang

Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang di dalamnya mengutamakan pendidikan


karakter, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini tampak dari kompetensi inti (KI) yang
merupakan penjabaran dari standar kompetensi lulusan (SKL) yang dibuat untuk mencapai
standar kompetensi yang harus dimiliki siswa untuk menyelesaikan jenjang pendidikan.
Pembelajaran merupakan proses yang dilakukan peserta didik dan pendidik baik itu secara
individu maupun dalam sebuah kelompok untuk memperoleh pengetahuan serta keterampilan
dengan memperhatikan lingkungan.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 yang menekankan pentingnya
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan, pada kemampuan berbahasa siswa
dibentuk melalui pembelajaran berbasis teks secara berkelanjutan. Hal ini dilihat dari proses
pembelajaran yang diawali dengan pengetahuan tentang jenis teks, dilanjutkan dengan kaidah
kebahasaan, kemudian keterampilan dalam menyajikan suatu teks tulis dan lisan. Tujuan
umum pendidikan dan pengajaran Bahasa Indonesia di lembaga-lembaga pendidikan menurut
Hidayat (2001:4-5) adalah memantapkan kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia.

Fadlillah (2014:172) mendefinisikan pembelajaran secara umum yaitu proses interaksi


antara pendidik dengan peserta didik maupun antara-peserta didik. Pembelajaran berbasis
teks merupakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan sesuai dengan teks yang diajarkan.
Pada pembelajaran berbasis teks di kelas, siswa dituntut untuk memahami setiap jenis teks
kemudian mendemonstrasi struktur isi dan bahasanya.

Priyatni (2014:41) pembelajaran berbasis teks mendorong pembelajar untuk membaca


dan membaca. Pada pembelajaran berbasis teks di kelas, siswa dituntut untuk memahami
setiap jenis teks kemudian mendemonstrasi struktur isi dan bahasanya.

Mahsun (2014:124) menyatakan menyusun teks merupakan suatu kegiatan yang


kompleks yang membutuhkan aktivitas yang teratur (sistematiss), terkontrol, empirik, dan
ktiris. Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 yang menekankan
pentingnya kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan, pada kemampuan berbahasa
siswa dibentuk melalui pembelajaran berbasis teks secara berkelanjutan. Hal ini dilihat dari
proses pembelajaran yang diawali dengan pengetahuan tentang jenis teks, dilanjutkan dengan
kaidah kebahasaan, kemudian keterampilan dalam menyajikan suatu teks tulis dan lisan.
Selama proses pembelajaran ini berlangsung, guru dapat membentuk pengetahuan,
keterampilan, dan sikap siswa. Konteks sosial dan konteks budaya dalam kehidupan sosial
memiliki pengaruh satu sama lain terhadap keberagaman wujud teks.
Mahsun (2014:1) mengatakan bahwa keberagaman teks dengan struktur teks yang
beragam pula digunakan untuk keperluannya tersendiri. Bahasa yang digunakan dengan
tujuan sosial tertentu itulah yang melahirkan teks. Teks dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori besar (genre), yaitu genre sastra dan genre faktual. Genre sastra bertujuan untuk
mengajukan emosi dan imajinasi pembaca/ penyimak. Genre sastra dikelompokkan menjadi
tiga jenis yaitu teks naratif (novel, cerpen), puitik, dan dramatik. Genre faktual menghadirkan
informasi/ gagasan dan bertujuan untuk menggambarkan, menceritakan, atau meyakinkan
pembaca/ penyimak (Anderson dalam Priyatni, 2014:66-67).

Priyatni (2014:65) berpendapat teks adalah proses sosial yang berorientasi pada tujuan
sosial tertentu dan dalam konteks situasi tertentu pula. Setiap jenjang pendidikan memiliki
jenis teks dan tingkat kesukaran yang berbeda sesuai tingkatannya.Pada jenjang Sekolah
Menengah Atas (SMA) yang dimuat Permendikbud No. 69 tahun 2013 (dalam Priyatni,
2014:68) terdapat 15 jenis teks. Hal penting dalam tahapan pembelajaran jangan membawa
siswa langsung pada pokok pembahasan teks model tanpa upaya menciptakan kondisi
perantara.

Pada tahap pertama kegiatan kegiatan membangun konteks dengan memberikan


pengetahuan dasar terlebih dahulu kepada peserta didik dan dilanjutkan dengan tahap
pemodelan teks. Guru mengenalkan nilai, tujuan sosial, struktur, serta ciri-ciri bentuk,
termasuk ciri kebahasaan yang menjadi penanda teks yang akan diajarkan. Tahap kedua
adalah kerja sama membangun teks. Kegiatannya dapat mencakup kegiatan membangun
nilai, sikap, dan keterampilan melalui teks yang utuh secara bersamasama. Tahap terakhir
membangun teks secara mandiri.

Menurut Suwarna (2006:35) kegiatan pembelajaran sebagai suatu sistem yang


memiliki bagian-bagian dan fungsi masingmasing untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan. Dengan begitu penting bagi guru untuk membuat rancangan kegiatan
pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Kesimpulan

Perencanaan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks yang dibuat


guru kelas XI IPS dan IPA terdiri atas empat tahap yaitu membangun konteks, pemodelan
teks, menyusun teks secara berkelompok, dan menyusun teks secara mandiri. Pada langkah
pembelajaran yang dibuat guru belum menggambarkan pembelajaran berbasis teks. .
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks yang dilakukan guru di kelas XI
IPS dan IPA tidak sepenuhnya terlaksana sesuai dengan rancangan. Hasil penilaian guru
terhadap siswa menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan tercapai.
Jurnal 2

Nama Pengarang : Dhea Anatasya , Felty Wila Yanti , Rahma Mellenia, Refa Angreska ,
Suryani Putri, *), Eko Kuntarto , dan Silvina Noviyanti

Judul : PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

A.Latar Belakang

Pembelajaran merupakan kegiatan pendidikan di sekolah yang berfungsi membantu


pertumbuhan dan perkembangan anak agar tumbuh ke arah positif. Maka cara belajar peserta
didik (subyek belajar) di sekolah diarahkan dan tidak dibiarkan berlangsung sembarangan
tanpa tujuan. Melalui sistem pembelajaran di sekolah, anak melakukan kegiatan belajar
dengan tujuan akan terjadi perubahan positif pada diri anak menuju kedewasaan.

Sekolah dasar (SD) sebagai penggalan pertama pendidikan dasar, mestinya dapat
membentuk landasan yang kuat untuk tingkat pendidikan selanjutnya. Dengan tujuan sekolah
harus membekali lulusannya dengan kemampuan dan keterampilan dasar yang memadai,
yaitu kemampuan proses strategis. Adapun kemampuan proses strategis adalah keterampilan
berbahasa. Dengan kemampuan berbahasa yang dimiliki, peserta didik mampu menimba
berbagai pengetahuan mengapresiasi sastra, serta mengembangkan diri secara berkelanjutan.

Dengan kemampuan berbahasa yang dimiliki peserta didik, peserta didik akan mampu
menimba berbagai ilmu pengetahuan yang terutama dan ditujukan dalam memahami materi
bahasa Indonesia. Dengan bahasa orang dapat: menjadi makhluk sosial berbudaya,
membentuk pribadi yang baik, menjadi makhluk berpribadi, menjadi warganegara, serta
untuk memahami dan berpartisipasi dalam proses pembangunan masyarakat, untuk masa
sekarang dan yang akan datang.

Masa mendatang kita dipacu oleh kemajuan global salah satunya yang sangat nyata
bidang teknologi dan informasi yang semakin canggih dengan kemampuan membaca,
menulis seiring kemajuan zaman haruslah kita kembangkan secara sungguh-sungguh, agar
semua kemajuan dapat kita ikuti dengan baik, benar dan tepat guna.

Dalam kurikulum 2004, disarankan agar guru mengubah cara mengajar. Salah satu
perubahan cara mengajar itu adalah perlunya digunakan strategi yang menyediakan berbagai
macam kegiatan pembelajaran yang berimplikasi pada beragamnya pengalaman belajar yang
diperoleh peserta didik. Peserta didik harus diaktifkan melalui banyak ragam metode/strategi
pembelajaran. Dengan demikian, pada hakikatnya yang aktif dalam kegiatan pembelajaran
adalah peserta didik (student-centered activity). Dengan perubahan strategi diharapkan
terdapat perubahan yang signifikan dalam hal kemampuan berbahasa peserta didik.
B. Kesimpulan

Pembelajaran bahasa Indonesia adalah suatu proses perjalanan panjang yang dilalui
oleh setiap peserta didik dalam mempelajari bahasa Indonesia atau bahasa kedua setelah
bahasa Ibu. Adapun kompetensi dalam pembelajaran bahasa Indonesia meliputi menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Pada hakikatnya, tidak ada strategi pembelajaran yang
baik dan buruk. Yang ada ialah guru yang baik dan guru yang buruk. Strategi apa pun,
sehebat apa pun sebuah strategi, jika dibawakan oleh guru yang tidak dapat memaknai
strategi itu secara tepat dan sesuai dengan kondisi kelas dan karakteristik peserta didiknya,
strategi itu akan kehilangan daya tariknya. Oleh karena itu, diharapkan guru bahasa Indonesia
dapat memilih strategi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan sesuai dengan hakikat
belajar bahasa. Belajar bahasa sebenarnya ialah belajar bagaimana menggunakan bahasa
tersebut baik pada aspek pemahaman maupun pada aspek produktif bukan belajar tentang
bahasa.
Jurnal 3

Nama Pengarang : Halijah

Judul : MENINGKATAKN KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA DENGAN


MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

A.Latar Belakang

Salah satu fungsi bahasa adalah untuk berkomunikasi. Untuk dapat berkomunikasi
dengan baik, ada empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai yaitu keterampilan
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut merupakan satu
kesatuan yang saling mendukung dalam berkomunikasi. Agar komunikasi seorang siswa
lancar, maka keempat keterampilan berbahasa tersebut harus dilatihkan kepada siswa.
Semakin sering berlatih, siswa akan semakin lancar dan semakin baik komunikasinya.

Oleh sebab itu, siswa harus meningkatkan keempat keterampilan berbahasa tersebut
melalui pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa di sekolah dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Salah satu aspek yang sangat mendukung untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi
dan berbahasa yang baik dan benar tersebut adalah dengan menguasai banyak kosa kata.
Semakin banyak kata yang dikuasai siswa semakin lancar dan baik pula komunikasi dan
bahasa yang digunakan. Kosa kata merupakan bagian penting yang tak dapat dipisahkan
dalam proses pembelajaran. Dengan pemahaman kata yang sama, guru dan siswa dapat
berinteraksi dan berkomunikasi dengan lancar dalam proses belajar mengajar di kelas.

Namun, jika pemahaman siswa terhadap kata kurang, maka yang terjadi justru
sebaliknya proses belajar mengajar akan terhambat dan materi pelajaran tidak dapat diterima
dengan baik oleh siswa. Penguasaan dan pemahaman kosa kata dalam pembelajaran bahasa
mutlak harus ditingkatkan agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan siswa dapat
mengembangkan kemampuan dan keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca
dan menulis). Pemahaman dan penguasaan kosa kata merupakan dasar dan awal mula dari
segala aktivitas berbahasa. Jika kosa kata yang dikuasai siswa kurang, maka keempat
keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa pun tidak akan tercapai dengan tuntas dan
sempurna. Suatu tujuan tidak akan dapat tercapai jika tidak dimulai dari dasar.

Dengan memahami dan menguasai banyak kata siswa akan lancar memulai untuk
belajar empat keterampilan berbahasa. Pada saat menggunakan keterampilan membaca dan
menyimak siswa belajar untuk memahami dan mempelajari kata dan saat menggunakan
keterampilan berbicara dan menulis siswa belajar untuk menggunakan kata. Dari keempat
keterampilan berbahasa tersebut tidak ada satu pun yang terlepas dari penggunaan kata.
Untuk menguasai semua keterampilan berbahasa harus diawali dari penguasaan dan
pemahaman kata. Penguasaan dan pemahaman kata merupakan cikal bakal bahasa yang harus
dikuasa untuk dapat menguasai empat keterampilan berbahasa.

Berdasarkan pengalaman dan pemahaman terhadap kemampuan Siswa Kelas V SDN


010047 Sei Alim Ulu ditemukan bahwa siswa selalu bertanya tentang kata yang belum
dipahami. Mereka merasa kesulitan dalam memahami isi bacaan dan saat menyimak
penjelasan guru. Mereka juga mengalami kesulitan menggunakan kata-kata yang tepat ketika
berbicara dan menulis.

B. Kesimpulan

Ada beberapa faktor penyebab siswa kurang menguasai dan memahami kata. Pertama,
lingkungan siswa yang sama yaitu mayoritas siswa tinggal di pondok pesantren sehingga
wawasan mereka menjadi sempit. Kedua, siswa kurang menyadari bahwa menguasai dan
memahami kosa kata yang banyak akan memperlancar komunikasi mereka. Faktor-faktor ini
sangat menghambat tercapainya hasil pembelajaran yang maksimal dan hasilnya pun tak
sesuai harapan.

Faktor penyebab kegagalan pembelajaran selama ini adalah pemilihan strategi


pembelajaran yang kurang tepat. Kurang tepat berarti pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai
dengan keadaan siswa dan selera siswa. Strategi pembelajaran yang dipilih guru dan
diterapkan di dalam kelas kurang tepat dan kurang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
psikologis siswa.

Penelitian dilakukan di SD Negeri 010047 Sei Alim Ulu. Penelitian dilakukan pada
bulan Pebruari sampai dengan bulan Mei semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Subjek
dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas VI SD Negeri 010047 Sei Alim Ulu kec. Air Batu
TP. 2015/2016. Pada tahapan ini peneliti melakukan kegiatan dalam upaya perbaikan praktek
melalui pemahaman yang lebih baik dan pelaksanaan tindakan yang lebih kritis. Dengan
dibekali lembar pengamatan menurut aspek-aspek identifikasi, waktu pelaksanaan,
pendekatan, metode, tindakan yang dilakukan peneliti serta tingkah laku siswa dan
kelemahan dan kelebihan yang ditemukan. Selama tahap pelaksanaan peneliti bersama
kolaborator melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disiapkan.

Anda mungkin juga menyukai