Anda di halaman 1dari 9

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

BIDANG EKONOMI
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Alloh SWT yang telah
berkenan melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah kelompok ini dengan judul “Pancasila sebagai
Paradigma Pembangunan Bidang Ekonomi”. Tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan
baik dan benar tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada Bapak selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah
membimbing penyusun, dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penyusun juga menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun
mengaharapkan saran dan kritik dari pembaca.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Banjarmasin, 29 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
B. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi
BAB III ANALISIS
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi mempunyai kedudukan yang amat penting,
karena keberhasilan di bidang ekonomi dapat menyediakan sumber daya
yang lebih luas bagi pembangunan bidang lainnya, yang amat penting bagi
tercapainya tujuan nasional melalui paembangunan nasional, sehingga
terwujudnya masyarakat yang adil, dan makmur merata materiil dan
spirituil berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Bangsa Indonesia mempunyai Visi dan Misi, salah satu misi yaitu
di bidang ekonomi sebagai : “Pemberdayaan masyarakat dan seluruh
kekuatan ekonomi nasional terutama pengusaha kecil, menengah, dan
koperasi, dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang
bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan, berbasis pada sumber
daya alam manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya saing,
berwawasan lingkungan, berkelanjutan.”

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma
pembangunan ?
b. Bagaimana kaitan UUD 1945 dengan Pembangunan di Bidang
Ekonomi ?
c. Bagaimana Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi ?

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini disususn untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila, selanjutnya diharapkan agar makalah ini dapat
menambah wawasan para pembaca mengenai Pancasila sebagai Paradigma
Pembangunan Bidang Ekonomi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan


bernegara, bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan nasional. Hal ini
sebagai perwujudan praksis dalam meningkatkan harkat dan martabatnya.
Tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yang rinciannya
adalah sebagai berikut : “melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia,” hal ini dalam kapasitasnya tujuan negara hukum material,
yang secara keseluruhan sebagai manifestasi tujuan khusus atau nasional.
Adapun selain tujuan nasional juga internasional ( tujuan umum ) “ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.” Hal ini diwujudkan dalam tata pergaulan
masyarakat internasioanl.

Secara filosofis hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigma


pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala
aspek pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai
sila-sila Pancasila. Oleh karena hakikat nilai sila-sila Pancasila mendasarkan
diri pada ontologis manusia sebagai subjek pendukung pokok sila-sila
Pancasila sekaligus sebagai pendukung pokok negara. Hal ini berdasarkan
pada kenyataan objektif bahwa Pancasila dasar negara dan negara adalah
organisasi ( persekutuan hidup ) manusia. Oleh karena itu negara dalam
rangka mewujudkan tujuan seluruh warganya harus dikembalikan pada dasar-
dasar hakikat manusia “monopluralis”. Unsur-unsur hakikat manusia
“monopluralis” meliputi susunan kodrat manusia, rohani ( jiwa ) dan raga,
sifat kodrat manusia makhluk individu dan makhluk sosial serta kedudukan
kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk
Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena pembangunan nasional sebagai upaya
praksis untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka pembangunan haruslah
mendasarkan pada paradigma hakikat manusia “monopluralitas” tersebut.

Konsekuensinya dalam realisasi pembangunan nasional dalam berbagai


bidang untuk mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara
konsisten pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia. Maka pembangunan
nasional harus meliputi aspek jiwa ( rohani ) yang mencakup akal, rasa dan
kehendak, aspek raga ( jasmani ), aspek individu, aspek makhluk sosial, aspek
pribadi dan juga aspek kehidupan ketuhanannya. Kemudian pada gilirannya
dijabarkan dalam berbagai bidang pembangunan antara lain, politik, ekonomi,
hukum, pendidikan, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi serta
bidang kehidupan agama.

B. UUD 1945 dan Pembangunan di Bidang Ekonomi

UUD 1945 menegaskan di dalam pembukaannya, bahwa salah satu tujuan


nasional adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Penegasan tersebut
tidak terlepas dari pokok pikiran yang terkandung di dalam pembukaan UUD
1945, yaitu bahwa negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Karena Pembukaan UUD 1945 beserta seluruh pokok-pokok
pikiran yang terkandung didalamnya menjiwai batang tubuh UUD 1945, maka
itupun dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal seperti di dalam Pasal 23, 27
serta Pasal 33. Namun demikian, diantara pasal-pasal tersebut yang paling
pokok dan melandasi usaha pembangunan di bidang ekonomi adalah Pasal 33
UUD 1945.

Mengenai Pasal 33 ini, penjelasan UUD 1945 menyatakan : “Dalam Pasal


33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua,
untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat.
Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-
seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluuargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi.

Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua


orang. Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai negara. Kalau tidak,
tampuk produksi jatuh ke tangan orang-seorang yang berkuasa dan rakyat
banyak yang ditindasnya.

Pasal 33 UUD 1945 merupakan pasal yang amat penting karena pasal ini
menjadi landasan dan pangkal tolak bagi pembangunan ekonomi. Bahwa
masalah perekonomian dicantumkan dalam satu pasal dibawah Bab mengenai
Kesejahteraan Sosial., mempunyai makna yang dalam dan menunjukkan
dengan jelas bahwa tujuan ekonomi nasional adalah untuk kesejahteraan sosial
dan kemakmuran bagi orang banyak, dan bukan untuk orang-orang atau suatu
golongan.

Pembangunan ekonomi harus selalu mengarah pada mantapnya ekonomi


nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang disusun untuk
mewujudkan Demokrasi Ekonomi yang harus dijadikan dasar pelaksanaan
pembangunan, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas


kekeluargaan.

b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai


hajat orang banyak dikuasai oleh negara.

c. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya sebagai
pokok-pokok kemakmuran rakyat dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
d. Sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan untuk permufakatan
lembaga perwakilan rakyat, dan pengawasan terhadap kebijaksanaanya
ada pada Lembaga Perwakilan Rakyat.

e. Perekonomian daerah dikembangkan secara serasi dan seimbang antar


daerah dalam satu kesatuan perekonomian nasional dengan
mendayagunakan potensi dan peran serta daerah secara optimal dalam
rangka mewujudkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

f. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang


dikehendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.

g. Hak milik perseorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh


bertentangan dengan kepentingan masyarakat.

h. Potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan


sepenuhnya dalam batas yang tidak merugikan kepentingan umum.

C. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Bidang Ekonomi

Pada waktu disiapkannya Republik Indonesia yang didasarkan atas Pancasila


tampaknya para pemimpin kita menyadari realitas, bahwa di tanah air kita ada
aneka ragam kebudayaan yang masing-masing terwadahkan di dalam suatu
suku. Realita ini tidak dapat diabaikan dan secara rasional harus diakui
adanya. Akan tetapi kesatuan bangsa dan kesatuan negara sesuai dengan ikrar
pemuda harus diwujudkan antara lain dengan melalui suatu bahasa kesatuan,
yaitu Bahasa Indonesia. Oleh karena itu diterima lambang negara yang
mengatakan Bhineka Tunggal Ika. Keanekaragaman budaya diterima sebagai
realitas, tetapi semua dimasukkan di dalam wadah satu bangsa dan satu
negara. Selain bahasa persatuan, Bahasa Indonesia yang dimuat sebagai salah
satu butir ikrar pemuda maka kemudian diterima dengan bulat Pancasila untuk
lebih memperkuat dan mempererat kesatuan bangsa (Soemardjan, 1991:173).
Pembangunan bidang sosial bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam
dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami,
saling menghargai, saling mencintai, dan saling menolong diantara sesama
manusia dan warga bangsa. Sejalan dengan itu perlu menumbuhkembangkan
kembali rasa malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang
bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Untuk
itu perlu ditumbuhkembangkan kembali budaya keteladanan yang harus
diwujudkan dalam perilaku para pemimpin baik formal maupun informal pada
setiap lapisan masyarakat ( Ketetapan MPR RI No. VI/MPR/2001).

Hampir semua pakar ekonomi

Anda mungkin juga menyukai