Anda di halaman 1dari 7

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN NASIONAL DAN

POLITIK

Shaka Danendra Ramadheni (05020521035)

Aditya Arifin (05040521040)

UIN Sunan Ampel Surabaya

PENDAHULUAN

Setiap bangsa akan selalu memperjuangkan kepentingan nasionalnya yaitu nilai


kehidupan bangsa dan negara sehingga eksistensi kehidupan nasional tetap terpelihara. Untuk
mewujudkan kepentingan nasional tersebut, terjadilah hubungan antar bangsa yang penuh
dengan berbagai fenomena konflik. Suatu hal yang menjadi perhatian ketika terjadi hubungan
tersebut yaitu, setiap hubungan yang tercipta tidak akan abadi, tetapi yang abadi adalah upaya
mewujudkan kepentingan nasional dari bangsa yang bersangkutan. Perjuangan dari setiap
bangsa dan negara untuk mewujudkan kepentingan nasional juga akan selalu disajikan pada
perkembangan situasi global, regional, maupun nasional. 

PEMBAHASAN

1. Pengertian dan Macam-macam Paradigma


Paradigma pertama kali dikenalkan oleh seorang filsuf sains dari Amerika
Serikat bernama Thomas Samuel Kuhn pada tahun 1962 melalui buku karangannya
“The Structure of Scientific Revolution”. Thomas Samuel Kuhn ini dikenal juga
dengan teori paradigma shiftingnya atau bisa disebut dengan teori pergeseran
paradigma. Walaupun, Thomas S. Kuhn ini merupakan seorang pencetus dari Teori
Paradigma pada kenyataannya Teori Paradigma itu sendiri dipopulerkan oleh Robert
Friedrichs pada tahun 1970.
Menurut Kuhn, paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang
dikonstruksi oleh cara berfikir atau cara bertanya tertentu, yang kemudian
menghasilkan ragam pengetahuan yang spesifik. Definisi tersebut dipertegas oleh
Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang
apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Dengan kata lain
secara umum paradigma ialah seperangkat asumsi-asumsi dasar maupun teoritis yang
bersifat umum dan diberlakukan sebagai sumber nilai.
Paradigma dalam kehidupan sehari-hari secara umum dapat dibagi menjadi
lima, antara lain1 :

a. Paradigma Politik yaitu pandangan mendasar dan umum yang menuntun


seseorang dalam berpikir dan bertindak di bidang politik.
b. Paradigma Ekonomi yaitu pandangan mendasar masyarakat tentang ekonomi
dan hal-hal yang berkaitan dengannya yang dapat mengarahkan masyarakat
dalam berpikir dan bertindak.
c. Paradigma Sosial dan Budaya yaitu pandangan dasar yang bersifat filosofi yang
mengarahkan masyarakatn dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Paradigma Hukum yaitu pandangan dasar masyarakat terhadap hukum yang
berlaku sehingga mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertindak sesuai
hukum.
e. Paradigma Bidang Kehidupan Antar Agama yaitu pandangan dasar dan umum
yang mengarahkan masarakat dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan ajaran
agamanya dan saling menghargai antar agama lain.
2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional
Pembangunan Nasional adalah suatu proses memajukan dinamika suatu bangsa
yang merata seluruh aspek kehidupan, tidak hanya untuk suatu golongan atau
sebagian dari masyarakat tetapi seluruh masyarakat.2 Pembangunan Nasional akan
memperkuat jati diri dan kepribadian manusia, masyarakat dan bangsa Indonesia yang
tercermin dalam kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang berdasarkan Pancasila.
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka mencapai masyarakat adil dan
makmur. Pembangunan nasional merupakan perwujudan nyata dalam meningkatkan
harkat dan martabat manusia Indonesia sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan
tujuan negara yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dengan
rincian sebagai berikut3 :
a. Tujuan negara hukum formal, adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia

1
“Https://Www.Gurupendidikan.Co.Id/Paradigma/,” n.d.
2
“Https://Repository.Unikom.Ac.Id/32807/1/Pertemuan%2012.Doc,” n.d.
3
Tim Penyusun, “Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat,” n.d., 229.
b. Tujuan negara hukum material dalam hal ini merupakan tujuan khusus atau
nasional, adalah memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
c. Tujuan internasional, adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Yang
perwujudannya terletak pada tatanan pergaulan masyarakat internasional.
d. Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung suatu
konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus
berdasar pada hakikat nilai sila-sila Pancasila yang didasari oleh ontologis
manusia sebagai subjek pendukung pokok negara. Dalam mewujudkan tujuan
negara melalui pembangunan nasional yang merupakan tujuan seluruh
warganya maka dikembalikanlah pada dasar hakikat manusia “monopluralis”
yang unsurnya meliputi : kodrat manusia yaitu rohani (jiwa) dan raga, sifat
kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dan kedudukan
kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk
Tuhan YME.
Kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional harus
memperlihatkan konsep berikut ini4 :
a. Pancasila harus menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri sebagai
bangsa
b. Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional
c. Pancasila merupakan arah pembangunan nasional
d. Pancasila merupakan etos pembangunan nasional
e. Pancasila merupakan moral pembangunan masyarakat Indonesia yang sedang
mengalami perkembangan yang amat pesat karena dampak pembangunan
nasional maupun rangsangan globalisasi, memerlukan pedoman bersama
dalam menanggapi tantangan demi keutuhan bangsa

Pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila harus berorientasi pada


kehidupan secara menyeluruh. Artinya, pembangunan dilaksanakan secara berencana,
menyeluruh, terarah, bertahap dan berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan
nasional dalam mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain.
Adapun yang harus dijadikan objek pembangunan nasional antara lain5 :
4
Penyusun, 229.
5
“https://repository.unikom.ac.id/32807/1/pertemuan%2012.doc.”
a. Pembangunan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Artinya pembangunan
dilaksanakan di semua aspek kehidupan bangsa di bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya dan pertahanan keamanan sebagai perwujudan wawasan
nusantara serta memperkokoh ketahanan nasional.
b. Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang adil dan merata,
serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara
yang maju dan demokratis.
c. Pembangunan nasional diarahkan untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan
lahir batin, terpenuhinya rasa aman, tentram dan berkeadilan serta terjaminnya
kebebasan mengeluarkan pendapat serta bertanggung jawab.
d. Pembangunan nasional dimaksudkan untuk menjamin keselarasan hubungan
antara manusia dengan Tuhannya, antar sesama manusia, dan antara manusia
dengan lingkungan sekitar.
e. Pembangunan nasional dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan
pemerintah. Dalam hal ini, masyarakat sebagai pelaku utama dan pemerintah
berkewajiban mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasan yang
menunjang.
f. Pembangunan harus diselenggarakan dengan menggunakan program prioritas,
karena tidak mungkin pembangunan di setiap bidang dilakukan secara
serentak.
3. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Politik
Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau
pelaku politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia
maka pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Sistem politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai subjek harus mampu
menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia yang sesuai pancasila sebagai
paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan otoriter Berdasar hal itu,sistem
politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan (sila IV Pancasila).
Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada asas-asas moral
dari pada sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik
Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan,
moral kerakyatan, dan moral keadilan. Perilaku politik, baik dari warga negara
maupun penyelenggara negara dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga
menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa
Pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin
diwujudkan dengan menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk
implementasinya dapat dilihat secara berurutan-terbalik :
a. Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya,
agama, danekonomi dalam kehidupan sehari-hari,
b. Mementingkan kepentingan rakyat atau bersama (demokrasi) dalam
pengambilan keputusan,
c. Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan
konsep mempertahankan persatuan,
d. Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan
yang adil dan beradab,
e. Tidak dapat tidak, nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan
kemanusiaan (keadilan-keberadaban) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa.

Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut


perludirekonstruksi kedalam pewujudan masyarakat-warga (civil society) yang
mencakup masyarakat tradisional (berbagai asal etnik, agama, dan golongan),
masyarakat industrial, dan masyarakat purna industrial. Dengan demikian, nilai-nilai
sosial politik yang dijadikan moral baru masyarakat informasi adalah :

a. Nilai toleransi
b. Nilai transparansi hukum dan kelembagaan,
c. Nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata)
d. Bermoral berdasarkan konsensus
Berikut merupakan poin-poin dari nilai Pancasila yang diterapkan dalam
kehidupan politik,yaitu:
a. Sistem politik Negara harus berdasarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan.
Oleh karenanya,sistem politik yang berlaku dalam negara harus mampu
mewujudkan sistem yang menjamin tegaknya HAM.
b. Para penyelenggara negara beserta elit politik harus senantiasa memegang budi
pekerti kemanusiaan, serta memegang teguh cita-cita moral rakyat Indonesia
c. Memposisikan rakyat Indonesia sebagai subjek dalam kehidupan politik dan
tidak hanya sekedar menjadikannya sebagai objek politik penguasa semata
d. Mewujudkan tujuan Negara demi meningkatkan harkat dan martabat manusia
Indonesia
e. Mencerdaskan rakyat dan memahami politik, tidak hanya menjadikan rakyat
sebagai sarana mencapai tujuan pribadi ataupun golongan.
f. Amanah dalam menjalankan amanat rakyat.
Sekarang ini keadaan politik di Indonesia tidak seperti yang diinginkan. Banyak
rakyat beranggapan bahwa politik di Indonesia adalah sesuatu yang hanya
mementingkan dan merebut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.
Pemerintah Indonesiapun tidak mampu Pandangan masyarakat terhadap politik itu
sendiri menjadi buruk, dikarenakan pemerintah Indonesia yang tidak menjalankan
kewajibannya sebagai wakil rakyat dengan baik. Bagi mereka politik hanyalah
sesuatu yang buruk dalam mencapai kekuasaan. Dapat dilihat pada penyelenggara
negara misalnya dalam soal pembelian mobil mewah untuk para menteri Kabinet
Indonesia Bersatu II atau juga pembangunan pagar istana presiden yang menelan
biaya puluhan miliar rupiah. Kebijakan itu jelas mencederai rasa keadilan publik
karena disaat yang sama kemiskinan masih mengharu biru menjalankan fungsinya
sebagai wakil rakyat. Hal ini ditunjukkan oleh sebagian rakyat yang mengeluh,
karena hidup mereka belum dapat disejahterakan oleh negara.
Pandangan masyarakat terhadap politik itu sendiri menjadi buruk, dikarenakan
pemerintah Indonesia yang tidak menjalankan kewajibannya sebagai wakil rakyat
dengan baik. bagi mereka politik hanyalah sesuatu yang buruk dalam mencapai
kekuasaan. Dapat dilihat pada penyelenggara negara misalnya dalam soal pembelian
mobil mewah untuk para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II atau juga
pembangunan pagar istana presiden yang menelan biaya puluhan miliar rupiah.
Kebijakan itu jelas mencederai rasa keadilan publik karena disaat yang sama
kemiskinan masih mengharu biru Indonesia.

KESIMPULAN

Pancasila sebagai pradigma pembangunan dapat diartikan sebagai menjadikan


Pancasila sebagai kerangka pikir, sumber nilai, orientasi dasar, sumber asas serta arah tujuan
dari 235 pembangunan. Oleh karena itu, penggalian terhadap nilai-nilai Pancasila menjadi
dasar menjadi syarat utama dalam perencanaan program-progran pembangunan yang
dilakukan. Kaelan menyatakan bahwa landasan aksiologis (sumber nilai) bagi sistem politik
Indonesia terkandung dalam deklarasi bangsa Indonesia melalui pembukaan UUD NRI tahun
1945 alinea ke empat. Konsepsi ini menunjukan bahwa dasar politik Indonesia terdiri dari
keterjalinan bentuk bangunan kehidupan masyarakat yang bersatu (sila III), demokrasi (sila
IV), berkadilan dan berkemakmuran (sila V) serta negara yang memiliki dasar moral
Ketuhanan dan kemanusiaan.

Pada arah pembangunan yang berkaitan dengan pembangunan politik sebagai


penjabaran dari misi mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum dan
berkeadilan dinyatakan bahwa demokratis yang berlandaskan hukum merupakan landasan
penting untuk mewujudkan pembangunan Indonesia yang maju, mandiri dan adil. Demokrasi
dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan, dan
memaksimalkan potensi masyarakat, serta meningkatkan akuntabilitas dan transparansi
dalam penyelenggaraan negara. Hukum pada dasarnya bertujuan untuk memastikan
munculnya aspek-aspek positif dan menghambat aspek negatif kemanusiaan serta
memastikan terlaksananya keadilan untuk semua warga negara tanpa memandang dan
membedakan kelas sosial, ras, etnis, agama, maupun gender.

DAFTAR PUSTAKA

“https://repository.unikom.ac.id/32807/1/pertemuan%2012.doc,” n.d.
“https://www.gurupendidikan.co.id/paradigma/,” n.d.
Penyusun, Tim. “Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat,” n.d., 269.

Anda mungkin juga menyukai