Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis

dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini berjudul

Pendekatan Pembelajaran STM. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu

acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mempelajari mata kuliah Metodologi

Pembelajaran Fisika yang membahas tentang materi “Pendekatan Pembelajaran STM”.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi

para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga

kedepannya dapat menjadi lebih baik.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk

itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk

kesempurnaan makalah ini. Kiranya makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Banjarmasin, 29 Maret 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar..................................................................................................................... i

Daftar Isi.............................................................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang Masalah......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan...................................................................................................... 3

BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................................. 2

2.1. Pengertian STM....................................................................................................... 4

2.1.1. Pendekatan STM...................................................................................................... 5

2.1.2. Karakteristik STM................................................................................................... 6

2.1.3. Model pembelajaran STM....................................................................................... 7

2.2. Penerapan STM dalam pembelajaran...................................................................... 12

2.2.1. Langkah-Langkah penerapan pendekatan STM...................................................... 13

2.3. Keunggulan pendekatan STM................................................................................. 14

BAB III. PENUTUP.......................................................................................................... 15

3.1. Kesimpulan.............................................................................................................. 15

3.2. Saran........................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dasar saat ini harus mampu membekali setiap pebelajar dengan

pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap. Dimana proses belajar bukan

semata-mata mencerminkan pengetahuan (knowledge-based) namun juga harus

mencerminkan pilar-pilar pendidikan. Pendidikan yang relevan harus bersandar pada

empat pilar pendidikan, yaitu (1) learning to know, yakni pebelajar mempelajari

pengetahuan, (2) learning to do, yakni pebelajar menggunakan pengetahuannya untuk

mengembangkan keterampilan, (3) learning to be, yakni pebelajar belajar menggunakan

pengetahuan dan keterampilannya untuk hidup, dan (4) learning to live together, yakni

pebelajar belajar untuk menyadari bahwa adanya saling ketergantungan sehingga

diperlukan adanya saling menghargai antara sesama manusia. Dengan adanya

kesinambungan keempat pilar pendidikan tersebut, niscaya akan dihasilkan siswa-siswa

yang berkopetensi dalam menjalani kehidupan di jaman yang modern ini.

Untuk menghasilkan pebelajar yang kompetitif sesuai dengan keempat pilar diatas,

maka pendidikan saat ini harus bersifat kontekstual. Pendidikan kontekstual dicirikan

oleh proses pembelajaran yang diarahkan pada pemecahan masalah, menggunakan

konteks yang bervariasi, menghargai keberagaman individu, mendukung pembelajaran

mandiri (self-regulated learning), menggunakan kelompok belajar secara kooperatif, dan

menggunakan asesmen otentik (Clifford dan Wilson, 2000).

Salah satu pendekatan kontekstual yang dapat dikembangkan dalam pendidikan dasar

adalah model Sains Teknologi Masyarakat (STM). Pendekatan STM adalah belajar dan

1
mengajarkan sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Pendekatan STM

dianggap cocok untuk mengintegrasikan domain konsep, keterampilan proses, kreativitas,

sikap, nilai-nilai, penerapan, dan keterkaitan antar bidang studi dalam pembelajaran dan

pendekatan sains. Menurut pandangan National Science Teacher Assocciation (NSTA),

STM harus sejalan dengan pengalaman hidup siswa. Oleh karena itu, pembelajaran sains

yang menggunakan pendekatan STM melibatkan masalah/isu aktual yang dihadapi oleh

siswa dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sehingga relevan dengan kehidupan

siswa.

Pembelajaran dengan pendekatan STM memiliki cakupan pembelajaran yang lebih

luas karena diperkaya dengan permasalahan atau isu sains atau teknologi. Konteks

pembelajaran menjadi lebih luas. Pembelajaran seperti ini memberi kesempatan kepada

siswa untuk menyadari hubungan sains yang dipelajarinya dengan apa yang ditemui

dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran selalu berawal dari masalah yang dihadapi

masyarakat dalam kehidupan nyata. Dengan demikian siswa tidak hanya memperlajari

konsep fisika, biologi atau kimia saja tetapi juga belajar untuk menanggapi dan

menyelesaikan permasalahan yang dihadirkan dalam pembelajaran. Harapannya siswa

mendapat kebermaknaan dalam mempelajari sains sebagaimana diungkapkan oleh King:

“STS science traditional content is not watered down but is embedded ini a social

technological context. The choice of the context is made on the basis of meaningfulness to

the students and the source content generated by the context on a need to know basis

required by a particular part of the curriculum”

Penggunaan pendekatan STM tidak hanya terbatas pada konsep esensial yang

diajarkan di sekolah tetapi juga menekankan peranan sains dan teknologi dalam

kehidupan bermasyarakat sehingga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa

terhadap dampak sains dan teknologi yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga aspek

2
dalam diri siswa yang dapat dikembangkan anatara lain domain konsep, keterampilan

proses, kreativitas, sikap, nilai-nilai, penerapan dan keterkaitan antarbidang studi dalam

pembelajaran dan pendekatan sains. Salah satu contohnya, dapat mengembangkan

kreativitas siswa dalam memecahkan masalah, terutama permasalahan atau isu-isu yang

ada dimasyarakat. Misal isu kimia di masyarakat, yaitu mengenai zat aditif dimasyarakat. 

Dengan mengaitkan materi dengan dunia nyata dalam kehidupan siswa (daily life) dengan

jalan bercerita atau mengajukan tanya jawab lisan tentang kondisi aktual siswa.

Kemudian siswa diarahkan melalui mode ling agar siswa termotivasi, questioning yang

menuntut siswa berfikir, construct ivism agar siswa membangun pengertian, inquiry

mendesak siswa menemukan konsep sendiri dengan bimbingan guru, learning community

menciptakan siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman serta terbiasa berkolaborasi dan

mengkomunikasikan pengetahuan, reflection membuat siswa mampu mengulang kembali

dan menyimpulkan pengalaman belajarnya, serta authentic assessment agar penilaian

yang diberikan guru menjadi objektif.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diuraikan pembahasannya sebagai

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pendekatan pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM)?

2. Bagaimana model pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM) ?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pendekatan pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM).

2. Untuk mengetahui model pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM).

3
4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sains Teknologi Masyarakat

Pendekatan (STM) Sains Teknologi Masyarakat merupakan terjemahan dari science

technology and society approach (STS) yang merupakan pendekatan pembelajaran,

dikembangkan berdasarkan pada filosofis kontruktivisme. Pendekatan pembelajaran tersebut

telah berkembang pesat di Amerika dan Inggris sejak awal tahun 1970-an. Pendekatan STM (

Sains Teknologi Masyarakat ) didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan Sains Teknologi Masyarakat (STM) ini baru diperkenalkan di Indonesia pada

awal tahun 1990-an yang telah diuji coba dan dilakukan di berbagai sekolah di Jawa Barat

dan daerah lain di Indonesia. Pendekatan S-T-M pada awalnya merupakan salah satu

pendekatan yang ditujukan untuk pendidikan ilmu alam (natural science education). Pertama

kali berkembang di Amerika Serikat, selanjutnya di Inggris dengan nama SATIS (Science

Technology in Society), di Eropa dikembangkan EU-SATIS. Sedangkan di Israel dengan

istilah (Science Technology Environment Society) dan di negara-negara Afrika dengan nama

Science Policy. Sedangkan istilah Sains-Teknologi-Masyarakat (S-T-M atau SATEMAS)

sendiri pertama kali dikemukakan oleh John Ziman dalam bukunya Teaching and Learning

About Science and Society. Sains dan teknologi dalam kehidupan masyarakat khususnya

dunia pendidikan mempunyai hubungan yang erat. Hal ini dapat dipahami karena ilmu

pengetahuan pada dasarnya menjelaskan tentang konsep. Sedangkan teknologi merupakan

suatu seni/keterampilan sebagai perwujudan dari konsep yang telah dipelajari dan dipahami.

Dengan kata lain untuk memahami sains dan teknologi berarti harus memiliki kemampuan

untuk mengatasi masalah dengan menggunakan konsep-konsep ilmu, mengenal teknologi

5
yang ada di masyarakat serta dampaknya, mampu menggunakan dan memelihara hasil

teknologi, kreatif membuat hasil teknologi sederhana, dan mampu mengambil keputusan

berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakatnya.

Definisi S-T-M menurut The National Science Teachers Association (NSTA) adalah

belajar dan mengajar sains dalam konteks pengalaman manusia. Sedangkan Poedjiadi

(2005 :47) mengatakan bahwa pembelajaran S-T-M berarti menggunakan teknologi sebagai

penghubung antara sains dan masyarakat. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan

bahwa Pendekatan S-T-M merupakan suatu strategi pembelajaran yang memadukan

pemahaman dan pemanfaatan sains, teknologi dan masyarakat dengan tujuan agar konsep

sains dapat diaplikasikan melalui keterampilan yang bermanfaat bagi peserta didik dan

masyarakat.

2.1.1. Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)

Dalam upaya meningkatkan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep dan prinsip-

prinsip sains, serta meningkatkan literasi sains dan teknologi siswa, maka penyajian materi

ajar sains di sekolah hendaknya selalu dikaitkan dan disepadankan dengan isu-isu sosial dan

teknologi masyarakat. Salah satu pendekatan dalam pendidikan sains yang mungkin dapat

memberikan solusi terhadap permasalahan di atas adalah pendekatan “sains-teknologi-

masyarakat” (STM). Pendekatan STM dalam pembelajaran sains merupakan “perekat” yang

mempersatukan sains, teknologi, dan masyarakat. Isu-isu sosial dan teknologi di masyarakat

merupakan karakteristik kunci dari pendekatan STM (Yager, 1991). Melalui pendekatan

STM, para siswa belajar sains dalam konteks pengalaman nyata, yang mencakup penerapan

sains dan teknologi (Yager, 1996). Pengetahuan yang dibangun melalui pendekatan STM

akan ada pada diri siswa sebagai copy situasi kehidupan nyata.

6
Ciri-ciri pendekatan STM antara lain: 1) difokuskan pada isu-isu sosial dan teknologi

di masyarakat yang terkait dengan konsep dan prinsip sains yang akan diajarkan, 2) diarahkan

pada peningkatan pengetahuan dan ketrampilan siswa dalam membuat keputusan berdasarkan

informasi ilmiah, 3) tanggap terhadap karir pada masa depan, 4) evaluasi belajar ditekankan

pada kemampuan siswa dalam memperoleh dan menggunakan informasi ilmiah untuk

memecahkan masalah (Eddy M. Hidayat,1992).

2.1.2. Karakteristik Sains Teknologi Masyarakat

Menurut Fajar (2003:108), mengemukakan pada umumnya S-T-M memiliki

karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak.

2. Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk mencari

informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.

3. Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat diterapkan

untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

 Perpanjangan belajar di luar kelas dan sekolah.

 Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.

4. Suatu pandangan bahwa isi dari pada sains bukan hanya konsep-konsep saja yang

harus dikuasai siswa dalam tes.

5. Penekanan pada keterampilan proses dimana siswa dapat menggunakannya dalam

memecahkan masalah.

 Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.

6. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia mencoba

untuk memecahkan isu-isu yang telah diidentiflkasikan.

 Identifikasi sejauhmana sains dan teknologi berdampak di masa depan.

7
 Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.

Dari karakteristik S-T-M yang dikemukakan Yager, dapat dikatakan bahwa pada

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan S-T-M diawali dengan isu dan isu itulah

yang merupakan ciri utamanya. Karena dengan mengemukakan isu mendorong peserta didik

untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah yang diakibatkan oleh isu tersebut. Dalam

memecahkan masalah peserta didik akan mencari informasi dari berbagai sumber, bukan

hanya di dalam kelas melainkan di luar kelas dengan menggunakan berbagai cara termasuk

memanfaatkan teknologi. Dengan demikian peserta didik belajar menemukan dan menyusun

sendiri pengetahuan yang diperolehnya dari proses belajar yang dilakukannya. Selain itu

proses belajar juga merupakan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat berpartisipasi

sebagai warga negara.

2.1.3. Model Pembelajaran Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)

Model pembelajaran STM merupakan salah satu model dalam pembelajaran Sains di

sekolah. Sasaran yang ingin dicapai melalui pendekatan STM adalah meningkatkan minat

siswa terhadap Sains serta membentuk pribadi siswa yang literasi sains dan teknologi.

Melalui model pembelajaran STM, para siswa sebagai warga masyarakat diharapkan lebih

bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosialnya. Model pembelajaran STM

merupakan “perekat” yang mempersatukan sains, teknologi, dan masyarakat (Rustum Roy,

1983). Pengajaran Sains akan lebih bermakna jika konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-

teori Sains dikemas dalam kerangka yang bertalian dengan teknologi dan masyarakat.

Hasil penelitian yang dilakukan USA oleh Yager (1984) menunjukkan bahwa jumlah

siswa yang merasa bahwa sains tidak menyenangkan dan hanya merupakan hafalan fakta,

meningkat pada kelas-kelas yang makin tinggi. Kesan siswa bahwa guru Sains berusaha

membuat sains menarik, menimbulkan rasa ingin tahu, serta mendorong siswa untuk berani

8
mengemukakan pendapat, menurun pada kelas-kelas yang makin tinggi. Di samping itu,

terungkap pula bahwa 1) guru Sains terikat pada buku ajar yang diikuti baik isi, urutan

maupun contoh-contohnya secara kaku, 2) kebutuhan dan minat siswa diabaikan, dan 3)

disiplin dalam sains dipisahkan secara sangat tajam, dan tidak ditunjukkan aplikasinya dan

kaitannya dengan disiplin lainnya.

National Science Teacher Assosiation (NSTA) di USA mendefinisikan STM sebagai

“ the teaching and learning of science in the contaxt of human experience” (Yager,1992).

NSTA mengajukan sebelas ciri dalam mendeskripsikan pendekatan STM dalam

pembelajaran Sains, yaitu:

1)      Siswa mengidentifikasi masalah-masalah sosial dan teknologi di daerahnya serta

dampaknya.

2)      Menggunakan sumber lokal (manusia dan material) untuk memperoleh informasi yang

dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

3)      Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat digunakan dalam

memecahkan masalah dalam kehidupan nyata.

4)      Perluasan untuk terjadinya proses belajar yang melampaui waktu, kelas, dan sekolah.

5)      Memusatkan pengaruh sains dan teknologi kepada siswa.

6)      Pandangan bahwa materi subyek lebih dari sekedar konsep yang harus dikuasai siswa.

7)      Penekanan pada keterampilan proses yang dapat digunakan siswa dalam memecahkan

masalah.

8)      Penekanan terhadap kesadaran karir, terutama karir yang berhubungan dengan sains

dan teknologi.

9)      Memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan sebagai warga masyarakat, jika

telah dapat mengatasi isu yang telah diidentifikasinya.

9
10)  Identifikasi cara-cara yang memungkinkan sains dan teknologi memecahkan masalah di

masa depan.

11)  Perwujudan otonomi dalam proses belajar sebagai isu individu.

Keuntungan pendekatan STM dalam pembelajaran Sains adalah berlakunya model

belajar konstruktivis. Pendekatan STM sejajar dengan pelaksanaan pandangan

konstruktivisme dalam belajar dan mengajar (Yager, 1992). Pandangan konstriktivisme

dalam belajar dan mengajar didasarkan atas asumsi bahwa “pengetahuan dibangun di dalam

pikiran pebelajar” (Bodner, 1986). Model konstruktivis tentang belajar dan mengajar,

memberi tekanan pada pentingnya peran prior knowledge siswa dalam belajar, serta

memperhatikan bagaimana pengetahuan itu dibangun di dalam struktur kognitif siswa. Jadi,

model konstruktivis menempatkan siswa pada posisi sentral dalam proses pembelajaran.

Pendekatan STM di samping menggunakan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang berlaku

pada model konstruktivis dalam pembelajaran, juga memberi kesempatan kepada siswa

sebagai decision maker dalam memecahkan masalah.

Berikut ini dikemukakan perbandingan antara karakteristik pembelajaran Sains yang

tradisional yang pada umumnya diikuti oleh para guru Sains dan karakteristik pembelajaran

Sains dengan pendekatan STM.

 Pembelajaran Sains tradisional

1   Konsep-konsep diperoleh dari buku teks.

2   Menggunakan laboratorium dan aktivitas yang disarankan dalam buku petunjuk.

3   Keterlibatan siswa kurang aktif, karena informasi biasanya telah disediakan guru atau

ada dalam LKS.

4 Pernyataan pentingnya informasi berasal dari guru.

5   Siswa berkonsentrasi pada masalah yang disiapkan oleh guru.

6 IPA dipelajari di sekitar dinding kelas, sebagai bagian dari kurikulum.

10
 Pembelajaran Sains dengan pendekatan STM

1 Masalah diidentifikasi oleh siswa.

2 Keterlibatan siswa lebih aktif, karena mereka harus mencari sendiri informasi yang

digunakan untuk memecahkan masalah.

3   Pembelajaran Sains dapat melampaui apa yang tertera dalam kurikulum.

4   Proses belajar sangat berpusat pada siswa.

5  Tidak hanya ditekankan pada keterampilan proses, tetapi juga metode ilmiah yang

digunakan ilmuwan.

6   Konsep-konsep yang dipelajari tidak hanya bersumber dari buku teks, tetapi juga dari

masyarakat.

7 Para siswa memperoleh kesempatan untuk berfungsi sebagai “decision maker” dalam

memecahkan masalah.

Ditinjau dari penggunaan buku teks, antara kelas yang diajar dengan pendekatan

tradisional dan kelas yang diajar dengan pendekatan STM, terdapat beberapa perbedaan.

Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut                                             

                                                   

Tradisional STM

1.       Buku teks dapat digunakan terus


1.      Buku teks hanya digunakan jika diper-lukan

menerus. sebagai sumber informasi.

2.       Guru menyediakan informasi untuk


2.      Guru membantu siswa dalam menemukan

dicatat dan diulangi. jawaban dari pertanyaannya.

3.       Kegiatan belajar disiapakan terma-


3.      Siswa merencanakan aktivitas sebagai cara

suk tujuan akhir. untuk menguji idenya dan pen-jelasannya.

4.      Masalah dan isu yang ada sering

11
4.       Tidak ada perhatian terhadap dipersiapkan sebagai konteks belajar.

masalah dan isu yang sedang

“ngetrend”. 5.      Siswa mengusulkan kegiatan, sumber

5.       Siswa mengerjakan apa yang ada informasi, dan pertanyaan baru.

dalam buku dan guru suruh untuk

dikerjakan. 6.      Sering menggunakan laporan berita dan

6.       Tidak ada penggunaan surat kabar situasi saat itu.

dan jurnal.

7.      Ide dan informasi diperlukan untuk

7.       Ide dan informasi dipresentasi untuk merespon isu dan pertanyaan.

dikuasai. 8.      Sains berupa fakta di sekolah sebagai

8.       “Sains” ditempatkan pada wadah kesatuan yang utuh di masyarakat dan dalam

yang dinamai kelas sains atau kelas kehidupan siswa.

laboratorium.

   (Yager, 1996)

            Lebih lanjut, dilihat dari penguasaan konsep dan keterampilan proses, antara kelas

yang diajar dengan pendekatan tradisional dan kelas yang diajar dengan pendekatan STM,

terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.

Tradisional STM

           Konsep hanya disiapkan untuk         Siswa melihat konsep sebagai

penguasaan tes yang dibuat guru. kebutuhan pribadi.

           Konsep dilihat sebagai hasil akhir yang         Konsep dilihat dari keperluannya

dicapai siswa. untuk pemecahan masalah.

12
           Penguasaan konsep bersifat semen-tara.         Siswa yang belajar dengan penga-

           Siswa melihat proses sains sebagai laman memperoleh pengetahuan dan

keterampilan yang dilakukan oleh dapat menghubungkan penge-tahuannya

ilmuwan. dengan situasi baru.

           Siswa melihat proses sains sebagai         Siswa melihat proses sains sebagai

sesuatu yang dipraktekkan yang merupakan keterampilan yang mereka dapat

tuntutan pelajaran. gunakan.

           Siswa melihat proses sains yang         Siswa melihat proses sains sebagai

abstrak, sempurna, tidak dapat dicapai, dan keterampilan yang diperlukan untuk

tidak berhubungan dengan hidupnya. memperbaiki dan membangun diri-nya

secara lebih sempurna.

         Siswa melihat proses sains sebagai

bagian penting dari apa yang me-reka

kerjakan di dalam belajar sains.

   (Yager,1996).                                               

            Ditinjau dari sisi penerapan konsep sains yang diperoleh siswa, perbedaanya antara

siswa yang diajar dengan pendekatan tradisional dan siswa yang diajar dengan pendekatan

STM adalah sebagai berikut.

Tradisional STM

1.      Siswa tidak melihat nilai dan atau


1.      Siswa dapat menghubungkan sains

kegunaan dari pelajaran sains untuk yang dipelajari dengan kehidupan-nya.

kehidupannya.

2.      Siswa menjadi terlibat dalam

2.      Siswa tidak melihat nilai dari sains yang pemecahan isu-isu sosial; mereka

13
dipelajari untuk memecahkan masalah melihat manfaat dari belajar sains untuk

yang ada di masyarakat. menjadi warga negara yang bertanggung

3.      Siswa dapat menceritakan informasi atau jawab.

konsep yang dipelajari. 3.      Siswa menginginkan informasi yang

4.      Siswa tidak dapat menghubungkan sains berhubungan dengan masalah.

yang dipelajari dengan teknologi yang ada


4.      Siswa tertarik dengan perkembangan

pada saat itu. teknologi baru dan menggunakannya

untuk melihat kepentingannya serta

kecocokannya dengan konsep sains.

   (Yager,1996)

Berdasarkan perbandingan di atas, terlihat adnya keunggulan pembelajaran IPA dengan

pendekatan STM terhadap pembelajaran tradisional dalam meningkatkan penguasaan siswa

terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip Sains, khususnya dalam menyiapkan individu

siswa yang literasi sains dan teknologi.

Model pembelajaran berpendekatan STM dengan sintak mulai dari fase invitasi,

ekslorasi, eksplanasi dan solusi, tindak lanjut, dapat membangkitkan berpikir siswa,  seperti

13 ciri berpikir kritis yang dikemukakan oleh Raymond. S. Neckerson. Berpikir kritis siswa

pada fase invitasi pada implementasi pembelajaran berpendekatan STM adalah, guru dapat

menggali isu-isu sains teknologi di masyarakat, mengorganisasi ide-ide dan

mengartikulasinya secara ringkas. Pada fase eksplorasi siswa menggunakan bukti atau fakta

secara cakap, mampu belajar secara independen, membedakan antara kesimpulan yang secara

logika, meragukan penilaian yang tidak didukung oleh bukti yang yang cukup guna

pengambilan keputusan, memahami perbedaan antara penalaran dan rasional, sensitif

terhadap perbedaan antara validitas dan intensitas dari suatu keyakinan. Pada fase ekplanasi

14
dan solusi siswa dapat menyususn representasi masalah secara informasi yang serupa dengan

cara teknik formal. Pada fase tindak lanjut siswa berusaha mengantisipasi kemungkinan-

kemingkinan konskuensi dari tindakan  alternatif.

Menurut Robert E. Yager (1992) sintak model pembelajaran STM adalah sebagai

berikut:

Sintaks Model Pembelajaran STM

FASE-FASE AKTIVITAS MENGAJAR

Fase 1 (Invitasi)

         Menggali isu atau masalah lebih·    Guru menyampaikan pertanyaan-

dahulu dari peserta didik pertanyaan yang efektif agar siswa

termotivasi

         Menghubungkan pembelajaran baru·    Guru memberikan resfek positif  bagi

dengan pembelajaran sebelumnya siswa yang berusaha untuk menjawab

         Mengidentipikasi isu atau masalah·    Guru menjelaskan materi pokok dan

dalam masyarakat yang berkaitan dengan manfaat praktis yang akan didapat

topik yang dibahas

Fase 2 (Eksplorasi)

         Merancang dan melakukan kegiatan·    Guru membagi siswa menjadi beberapa

eksperimen atau percobaan untuk kelompok

mengumpulkan data

         Berlatih keterampilan proses sains ·    Guru memberikan siswa untuk

         Mengasah kerja ilmiah dan sikap melakukan  eksperimen untuk

15
ilmiah mendapatkan penjelasan dan pemecahan

         Diskusi kelompok untuk menghasilkan masalah, kemudian melaporkan hasil

kesimpulan pengamatannya untuk disimpulkan

Fase 3

(Pengajuan Eksplanasi dan solusi) Guru langsung mengajak siswa  untuk

         Siswa membangun sendiri konsep mendiskusikan hasil pengamatan

         Siswa berdiskusi kemudian diaplikasikan pada situasi lain

·    Guru memperhatikan hasil kegiatan

         Solusi masalah yang dihadapi seluruh kelompok

masyarakat terkait materi yang diperoleh·    Guru mencermati kembali kegiatan

siswa semata-mata berdasarkan informasi siswa apabila ada kelompok yang

dari kegiatan eksplorasi menghasilkan kesimpulan yang bias

Fase 4 ·    Guru memberikan rangkuman atau

Tindak Lanjut ulasan tentang konsep-konsep yang benar

         Menjelaskan fenomena alam diantara peserta didik

berdasarkan konsep yang disusun

         Menjelaskan berbagai aplikasi untuk

memberikan makna ·    Guru mengajukan pertanyaan-

         Refleksi pemahaman konsep pertanyaan yang bersifat konseptual.

(Dimodifikasi dari Yager, 1992)

2.2. Penerapan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran

1. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi

Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidak memungkinkan bagi

guru bertindak sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori. Untuk
16
mengatasi hal-hal ini maka perlu pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses

semua fakta, konsep dan prinsip pada diri siswa.

 2. Pengalaman intelektual, emosional dan fisik

Pengalaman ini dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal. Ini berarti

kegiatan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan kepada siswa memperlihatkan

unjuk kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta, konsep dan prinsip

sangat dibutuhkan.

3. Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi

Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara memproses dan memperoleh

kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan. Hal ini akan mengarahkan siswa pada

kesadaran keterbatasan manusiawi dan keunggulan manusiawi, apabila dibandingkan dengan

keterbatasan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi (Dimyati dan Mudjiono, 2006 :

135 – 138). Menurut Anwariyah dalam Munawarah (2002 : 5) ada empat macam penerapan

Sains Teknologi Masyarakat (STM) dala pembelajaran yaitu:

1. menyadari hubungan yang kompleks antara ilmu, teknologi dan masyarakat

2. mengerti dan mampu mengadaptasikan diri dengan berbagai perubahan besar sebagai

akibat perkembangan IPTEK serta dampak-dampak bagi individu dan masyarakat.  

3. Mampu membuat keputusan yang tepat mengenai penggunaan teknologi dala

masyarakat khususnya yang melibatkan unsur-unsur sosial, seperti lingkungan,

energi, kependudukan, bio genetika, teknologi, maknan, transportasi dan lain-lain.

4. secara realistik dapat memproyeksikan alternatif masa depan beserta konsekwensi

positif dan negatifnya.

17
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu, di bidang ilmu pendidikan

dikembangkan pula berbagai metode mengajar yang lebih sesuai, efektif dan efisien. Materi

pelajaranpun dikembangkan karena telah banyak perubahan yang terjadi atau telah banyak

ditemukan pengetahuan yang lebih mendalam sebagai akibat dari perkembangan teknologi.

1. Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan harus dapat

mempergunakan sumber-sumber pengetahuan yang ada di masyarakat karena:dengan

melihat apa yang terjadi di masyarakat anak didik akan mendapatkan pengalaman

langsung (first hand experience) dan oleh karenanya mereka dapat memiliki

pengalaman yang konkret (jelas dan nyata) serta mudah diingat.

2. pendidikan membina anak-anak yang berasal dari masyarakat, dan akan kembali ke

masyarakat. 

3. di masyarakat banyak sumber pengetahuan yang mungkin guru sendiri belum

mengetahuinya. 

4. kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat membutuhkan orang-orang yang berdidik

dan anak didikpun membutuhkan masyarakat (Munawarah, 2004 : 6-7).

2.2.1. Langkah-langkah Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)

Ada bebrapa tahapan yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM), yaitu:

 Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau

masalah aktual yang ada di masyarakat dan dapat diamati oleh siswa.

 Dalam pembentukan konsep yang siswa membangun atau mengkonstruksikan

pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.

18
 Tahap aplikasi konsep atau menyelesaikan masalah yang menganalisis masalah atau

isu yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah

dipahami sebelumnya.

 Tahap pemantapan konsep, di mana guru memberi pemantapan konsep agar tidak

terjadi kesalahan konsep pada siswa.

 Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep siswa terhadap

materi yang dikaji.

2.3. Keunggulan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)

Menurut Wahyudi, dkk dalam Munawarah (2004 : 7) ada beberapa keunggulan yang

dapat diperoleh dari pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yaitu:

1. Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi tujuan

 meningkatkan keterampilan inquiry dan pemecahan, di samping keterampilan proses.

 Menekankan cara belajar yang baik yang mencakup ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik.

 Menekankan sains dalam keterpaduan dan antara bidang studi.

2.   Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi pembelajaran

 menekankan keberhasilan siswa

 menggunakan berbagai strategi

 menyadarkan guru bahwa kadang-kadang dirinya tidak selalu berfungsi sebagai

sumber informasi.

3.   Keunggulan pendekatan STM ditinjau dari segi evaluasi

 ada hubungan antara tujuan, proses dan hasil belajar

19
 perbedaan antara kecakapan, kematangan serta latar belakang siswa juga

diperhatikan. 

 kualitas efisiensi dan keefektifan serta fungsi program juga dievaluasi. 

 Guru juga termasuk yang dievaluasi usahanya yang terus menerus dalam membantu

siswa.

20
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Salah satu pendekatan kontekstual yang dapat dikembangkan dalam pendidikan dasar

adalah model Sains Teknologi Masyarakat (STM). Pendekatan STM adalah belajar dan

mengajarkan sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Pendekatan STM

dianggap cocok untuk mengintegrasikan domain konsep, keterampilan proses, kreativitas,

sikap, nilai-nilai, penerapan, dan keterkaitan antar bidang studi dalam pembelajaran dan

pendekatan sains. STM harus sejalan dengan pengalaman hidup siswa. Oleh karena itu,

pembelajaran sains yang menggunakan pendekatan STM melibatkan masalah/isu aktual yang

dihadapi oleh siswa dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sehingga relevan dengan

kehidupan siswa.

Pembelajaran dengan pendekatan STM memiliki cakupan pembelajaran yang lebih

luas karena diperkaya dengan permasalahan atau isu sains atau teknologi. Konteks

pembelajaran menjadi lebih luas. Pembelajaran seperti ini memberi kesempatan kepada siswa

untuk menyadari hubungan sains yang dipelajarinya dengan apa yang ditemui dalam

kehidupan sehari-hari. Pembelajaran selalu berawal dari masalah yang dihadapi masyarakat

dalam kehidupan nyata. Dengan demikian siswa tidak hanya memperlajari konsep fisika,

biologi atau kimia saja tetapi juga belajar untuk menanggapi dan menyelesaikan

permasalahan yang dihadirkan dalam pembelajaran.

Penggunaan pendekatan STM tidak hanya terbatas pada konsep esensial yang

diajarkan di sekolah tetapi juga menekankan peranan sains dan teknologi dalam kehidupan

bermasyarakat sehingga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa terhadap dampak

21
sains dan teknologi yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga aspek dalam diri siswa yang

dapat dikembangkan anatara lain domain konsep, keterampilan proses, kreativitas, sikap,

nilai-nilai, penerapan dan keterkaitan antar bidang studi dalam pembelajaran dan pendekatan

sains. Salah satu contohnya, dapat mengembangkan kreativitas siswa dalam memecahkan

masalah, terutama permasalahan atau isu-isu yang ada dimasyarakat.

3.2. Saran

Kita sebagai pendidik sebaiknya memahami dan mengetahui pendekatan

pembelajaran pada sains teknologi masyarakat (STM) pada anak dan bisa

mengembangkannya agar dapat merasakan tanggung jawab siswa terhadap dampak sains dan

teknologi yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga aspek dalam diri siswa yang dapat

dikembangkan anatara lain keterampilan proses, kreativitas, sikap, nilai-nilai, penerapan dan

keterkaitan antarbidang studi dalam pembelajaran dan pendekatan sains.

22
DAFTAR PUSTAKA

Djojo Suradisastra. (1991). Pendidikan IPS III. Jakarta : Depdikbud.

Fajar, Arnie. (2004). Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Rosda Karya. Bandung:

Penerbit Rosda Karya.

Nurdin, S. (2005). Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dalam Meningkatkan

Hasil Belajar IPS SD. Jurnal. http://ppsupi.org/abstrakips2005.html.

Prayekti. (2001). Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat tentang Konsep Pesawat

Sederhana dalam Pembelajaran IPA di Kelas 5 Sekolah Dasar. Jurnal.

http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/29/editorial.htm - 35k -

Rusmansyah, Irhasyuarna, Y. (2001). Implementasi Pendekatan Sains-Teknologi Masyarakat

(STM) dalam Pembelajaran Kimia di SMU N Banjarmasin. Jurnal.

http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/40/editorial40.htm - 34k -

Clifford, M. and Wilson, M., (2000), ‘Professional Learning and Student’s Experiences:

Lesson Learned from Implementation’. Educational Brief . No. 2 December 2000.

Texas Collaborative for Teaching Excellence. (2005). REACT Strategy.

Eddy, M. Hidayat., (1991), Science-Technology-Society: Pendidikan Sains untuk Tahun

2000. Edisi Khusus Jurnal Pendidikan IPA. Himpunan Sarjana  Pendidikan IPA

Indonesia.

Poedjiadi, Anna (2005). Sains Teknologi Masyarakat. Model Pembelajaran Kontekstual

Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yager, Robert E. & S.O. Yager (1985). Changes in Perception of 3 rd.7th, and 11th  Grade

Students. Journal of Research in Science Teaching, Vol. 22. No.4.

Yager, Robert. E (1992). The STS Aproach Parallels Constructivist Practices. Science

Education International, Vol. 3, No. 2.

23
Yager, Robert E. (1996). Science/Technology/Society, As Reform in Science Education. New

York: State University of New York Press.

24

Anda mungkin juga menyukai