Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini berjudul
Pendekatan Pembelajaran STM. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mempelajari mata kuliah Metodologi
Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk
Penulis,
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar..................................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................. 1
3.1. Kesimpulan.............................................................................................................. 15
3.2. Saran........................................................................................................................ 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan dasar saat ini harus mampu membekali setiap pebelajar dengan
pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap. Dimana proses belajar bukan
empat pilar pendidikan, yaitu (1) learning to know, yakni pebelajar mempelajari
pengetahuan dan keterampilannya untuk hidup, dan (4) learning to live together, yakni
Untuk menghasilkan pebelajar yang kompetitif sesuai dengan keempat pilar diatas,
maka pendidikan saat ini harus bersifat kontekstual. Pendidikan kontekstual dicirikan
Salah satu pendekatan kontekstual yang dapat dikembangkan dalam pendidikan dasar
adalah model Sains Teknologi Masyarakat (STM). Pendekatan STM adalah belajar dan
1
mengajarkan sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Pendekatan STM
sikap, nilai-nilai, penerapan, dan keterkaitan antar bidang studi dalam pembelajaran dan
STM harus sejalan dengan pengalaman hidup siswa. Oleh karena itu, pembelajaran sains
yang menggunakan pendekatan STM melibatkan masalah/isu aktual yang dihadapi oleh
siswa dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sehingga relevan dengan kehidupan
siswa.
luas karena diperkaya dengan permasalahan atau isu sains atau teknologi. Konteks
pembelajaran menjadi lebih luas. Pembelajaran seperti ini memberi kesempatan kepada
siswa untuk menyadari hubungan sains yang dipelajarinya dengan apa yang ditemui
dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran selalu berawal dari masalah yang dihadapi
masyarakat dalam kehidupan nyata. Dengan demikian siswa tidak hanya memperlajari
konsep fisika, biologi atau kimia saja tetapi juga belajar untuk menanggapi dan
“STS science traditional content is not watered down but is embedded ini a social
technological context. The choice of the context is made on the basis of meaningfulness to
the students and the source content generated by the context on a need to know basis
Penggunaan pendekatan STM tidak hanya terbatas pada konsep esensial yang
diajarkan di sekolah tetapi juga menekankan peranan sains dan teknologi dalam
terhadap dampak sains dan teknologi yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga aspek
2
dalam diri siswa yang dapat dikembangkan anatara lain domain konsep, keterampilan
proses, kreativitas, sikap, nilai-nilai, penerapan dan keterkaitan antarbidang studi dalam
kreativitas siswa dalam memecahkan masalah, terutama permasalahan atau isu-isu yang
ada dimasyarakat. Misal isu kimia di masyarakat, yaitu mengenai zat aditif dimasyarakat.
Dengan mengaitkan materi dengan dunia nyata dalam kehidupan siswa (daily life) dengan
jalan bercerita atau mengajukan tanya jawab lisan tentang kondisi aktual siswa.
Kemudian siswa diarahkan melalui mode ling agar siswa termotivasi, questioning yang
menuntut siswa berfikir, construct ivism agar siswa membangun pengertian, inquiry
mendesak siswa menemukan konsep sendiri dengan bimbingan guru, learning community
menciptakan siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman serta terbiasa berkolaborasi dan
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
3
4
BAB II
PEMBAHASAN
telah berkembang pesat di Amerika dan Inggris sejak awal tahun 1970-an. Pendekatan STM (
teknologi, dan Sains Teknologi Masyarakat (STM) ini baru diperkenalkan di Indonesia pada
awal tahun 1990-an yang telah diuji coba dan dilakukan di berbagai sekolah di Jawa Barat
dan daerah lain di Indonesia. Pendekatan S-T-M pada awalnya merupakan salah satu
pendekatan yang ditujukan untuk pendidikan ilmu alam (natural science education). Pertama
kali berkembang di Amerika Serikat, selanjutnya di Inggris dengan nama SATIS (Science
istilah (Science Technology Environment Society) dan di negara-negara Afrika dengan nama
sendiri pertama kali dikemukakan oleh John Ziman dalam bukunya Teaching and Learning
About Science and Society. Sains dan teknologi dalam kehidupan masyarakat khususnya
dunia pendidikan mempunyai hubungan yang erat. Hal ini dapat dipahami karena ilmu
suatu seni/keterampilan sebagai perwujudan dari konsep yang telah dipelajari dan dipahami.
Dengan kata lain untuk memahami sains dan teknologi berarti harus memiliki kemampuan
5
yang ada di masyarakat serta dampaknya, mampu menggunakan dan memelihara hasil
teknologi, kreatif membuat hasil teknologi sederhana, dan mampu mengambil keputusan
Definisi S-T-M menurut The National Science Teachers Association (NSTA) adalah
belajar dan mengajar sains dalam konteks pengalaman manusia. Sedangkan Poedjiadi
(2005 :47) mengatakan bahwa pembelajaran S-T-M berarti menggunakan teknologi sebagai
penghubung antara sains dan masyarakat. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan
pemahaman dan pemanfaatan sains, teknologi dan masyarakat dengan tujuan agar konsep
sains dapat diaplikasikan melalui keterampilan yang bermanfaat bagi peserta didik dan
masyarakat.
prinsip sains, serta meningkatkan literasi sains dan teknologi siswa, maka penyajian materi
ajar sains di sekolah hendaknya selalu dikaitkan dan disepadankan dengan isu-isu sosial dan
teknologi masyarakat. Salah satu pendekatan dalam pendidikan sains yang mungkin dapat
masyarakat” (STM). Pendekatan STM dalam pembelajaran sains merupakan “perekat” yang
mempersatukan sains, teknologi, dan masyarakat. Isu-isu sosial dan teknologi di masyarakat
merupakan karakteristik kunci dari pendekatan STM (Yager, 1991). Melalui pendekatan
STM, para siswa belajar sains dalam konteks pengalaman nyata, yang mencakup penerapan
sains dan teknologi (Yager, 1996). Pengetahuan yang dibangun melalui pendekatan STM
akan ada pada diri siswa sebagai copy situasi kehidupan nyata.
6
Ciri-ciri pendekatan STM antara lain: 1) difokuskan pada isu-isu sosial dan teknologi
di masyarakat yang terkait dengan konsep dan prinsip sains yang akan diajarkan, 2) diarahkan
pada peningkatan pengetahuan dan ketrampilan siswa dalam membuat keputusan berdasarkan
informasi ilmiah, 3) tanggap terhadap karir pada masa depan, 4) evaluasi belajar ditekankan
pada kemampuan siswa dalam memperoleh dan menggunakan informasi ilmiah untuk
3. Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat diterapkan
4. Suatu pandangan bahwa isi dari pada sains bukan hanya konsep-konsep saja yang
memecahkan masalah.
Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
6. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia mencoba
7
Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.
Dari karakteristik S-T-M yang dikemukakan Yager, dapat dikatakan bahwa pada
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan S-T-M diawali dengan isu dan isu itulah
yang merupakan ciri utamanya. Karena dengan mengemukakan isu mendorong peserta didik
untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah yang diakibatkan oleh isu tersebut. Dalam
memecahkan masalah peserta didik akan mencari informasi dari berbagai sumber, bukan
hanya di dalam kelas melainkan di luar kelas dengan menggunakan berbagai cara termasuk
memanfaatkan teknologi. Dengan demikian peserta didik belajar menemukan dan menyusun
sendiri pengetahuan yang diperolehnya dari proses belajar yang dilakukannya. Selain itu
proses belajar juga merupakan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat berpartisipasi
Model pembelajaran STM merupakan salah satu model dalam pembelajaran Sains di
sekolah. Sasaran yang ingin dicapai melalui pendekatan STM adalah meningkatkan minat
siswa terhadap Sains serta membentuk pribadi siswa yang literasi sains dan teknologi.
Melalui model pembelajaran STM, para siswa sebagai warga masyarakat diharapkan lebih
bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosialnya. Model pembelajaran STM
merupakan “perekat” yang mempersatukan sains, teknologi, dan masyarakat (Rustum Roy,
1983). Pengajaran Sains akan lebih bermakna jika konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-
teori Sains dikemas dalam kerangka yang bertalian dengan teknologi dan masyarakat.
Hasil penelitian yang dilakukan USA oleh Yager (1984) menunjukkan bahwa jumlah
siswa yang merasa bahwa sains tidak menyenangkan dan hanya merupakan hafalan fakta,
meningkat pada kelas-kelas yang makin tinggi. Kesan siswa bahwa guru Sains berusaha
membuat sains menarik, menimbulkan rasa ingin tahu, serta mendorong siswa untuk berani
8
mengemukakan pendapat, menurun pada kelas-kelas yang makin tinggi. Di samping itu,
terungkap pula bahwa 1) guru Sains terikat pada buku ajar yang diikuti baik isi, urutan
maupun contoh-contohnya secara kaku, 2) kebutuhan dan minat siswa diabaikan, dan 3)
disiplin dalam sains dipisahkan secara sangat tajam, dan tidak ditunjukkan aplikasinya dan
“ the teaching and learning of science in the contaxt of human experience” (Yager,1992).
dampaknya.
2) Menggunakan sumber lokal (manusia dan material) untuk memperoleh informasi yang
3) Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat digunakan dalam
4) Perluasan untuk terjadinya proses belajar yang melampaui waktu, kelas, dan sekolah.
6) Pandangan bahwa materi subyek lebih dari sekedar konsep yang harus dikuasai siswa.
7) Penekanan pada keterampilan proses yang dapat digunakan siswa dalam memecahkan
masalah.
8) Penekanan terhadap kesadaran karir, terutama karir yang berhubungan dengan sains
dan teknologi.
9) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan sebagai warga masyarakat, jika
9
10) Identifikasi cara-cara yang memungkinkan sains dan teknologi memecahkan masalah di
masa depan.
dalam belajar dan mengajar didasarkan atas asumsi bahwa “pengetahuan dibangun di dalam
pikiran pebelajar” (Bodner, 1986). Model konstruktivis tentang belajar dan mengajar,
memberi tekanan pada pentingnya peran prior knowledge siswa dalam belajar, serta
memperhatikan bagaimana pengetahuan itu dibangun di dalam struktur kognitif siswa. Jadi,
model konstruktivis menempatkan siswa pada posisi sentral dalam proses pembelajaran.
pada model konstruktivis dalam pembelajaran, juga memberi kesempatan kepada siswa
tradisional yang pada umumnya diikuti oleh para guru Sains dan karakteristik pembelajaran
2 Menggunakan laboratorium dan aktivitas yang disarankan dalam buku petunjuk.
3 Keterlibatan siswa kurang aktif, karena informasi biasanya telah disediakan guru atau
10
Pembelajaran Sains dengan pendekatan STM
2 Keterlibatan siswa lebih aktif, karena mereka harus mencari sendiri informasi yang
3 Pembelajaran Sains dapat melampaui apa yang tertera dalam kurikulum.
5 Tidak hanya ditekankan pada keterampilan proses, tetapi juga metode ilmiah yang
digunakan ilmuwan.
6 Konsep-konsep yang dipelajari tidak hanya bersumber dari buku teks, tetapi juga dari
masyarakat.
7 Para siswa memperoleh kesempatan untuk berfungsi sebagai “decision maker” dalam
memecahkan masalah.
Ditinjau dari penggunaan buku teks, antara kelas yang diajar dengan pendekatan
tradisional dan kelas yang diajar dengan pendekatan STM, terdapat beberapa perbedaan.
Tradisional STM
11
4. Tidak ada perhatian terhadap dipersiapkan sebagai konteks belajar.
5. Siswa mengerjakan apa yang ada informasi, dan pertanyaan baru.
dan jurnal.
7. Ide dan informasi dipresentasi untuk merespon isu dan pertanyaan.
8. “Sains” ditempatkan pada wadah kesatuan yang utuh di masyarakat dan dalam
laboratorium.
(Yager, 1996)
Lebih lanjut, dilihat dari penguasaan konsep dan keterampilan proses, antara kelas
yang diajar dengan pendekatan tradisional dan kelas yang diajar dengan pendekatan STM,
Tradisional STM
Konsep dilihat sebagai hasil akhir yang Konsep dilihat dari keperluannya
12
Penguasaan konsep bersifat semen-tara. Siswa yang belajar dengan penga-
Siswa melihat proses sains sebagai laman memperoleh pengetahuan dan
Siswa melihat proses sains sebagai Siswa melihat proses sains sebagai
Siswa melihat proses sains yang Siswa melihat proses sains sebagai
abstrak, sempurna, tidak dapat dicapai, dan keterampilan yang diperlukan untuk
(Yager,1996).
Ditinjau dari sisi penerapan konsep sains yang diperoleh siswa, perbedaanya antara
siswa yang diajar dengan pendekatan tradisional dan siswa yang diajar dengan pendekatan
Tradisional STM
kehidupannya.
2. Siswa tidak melihat nilai dari sains yang pemecahan isu-isu sosial; mereka
13
dipelajari untuk memecahkan masalah melihat manfaat dari belajar sains untuk
(Yager,1996)
Model pembelajaran berpendekatan STM dengan sintak mulai dari fase invitasi,
ekslorasi, eksplanasi dan solusi, tindak lanjut, dapat membangkitkan berpikir siswa, seperti
13 ciri berpikir kritis yang dikemukakan oleh Raymond. S. Neckerson. Berpikir kritis siswa
pada fase invitasi pada implementasi pembelajaran berpendekatan STM adalah, guru dapat
mengartikulasinya secara ringkas. Pada fase eksplorasi siswa menggunakan bukti atau fakta
secara cakap, mampu belajar secara independen, membedakan antara kesimpulan yang secara
logika, meragukan penilaian yang tidak didukung oleh bukti yang yang cukup guna
terhadap perbedaan antara validitas dan intensitas dari suatu keyakinan. Pada fase ekplanasi
14
dan solusi siswa dapat menyususn representasi masalah secara informasi yang serupa dengan
cara teknik formal. Pada fase tindak lanjut siswa berusaha mengantisipasi kemungkinan-
Menurut Robert E. Yager (1992) sintak model pembelajaran STM adalah sebagai
berikut:
Fase 1 (Invitasi)
termotivasi
Mengidentipikasi isu atau masalah· Guru menjelaskan materi pokok dan
dalam masyarakat yang berkaitan dengan manfaat praktis yang akan didapat
Fase 2 (Eksplorasi)
Merancang dan melakukan kegiatan· Guru membagi siswa menjadi beberapa
mengumpulkan data
Berlatih keterampilan proses sains · Guru memberikan siswa untuk
15
ilmiah mendapatkan penjelasan dan pemecahan
Fase 3
Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidak memungkinkan bagi
guru bertindak sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori. Untuk
16
mengatasi hal-hal ini maka perlu pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses
Pengalaman ini dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal. Ini berarti
unjuk kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta, konsep dan prinsip
sangat dibutuhkan.
Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara memproses dan memperoleh
kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan. Hal ini akan mengarahkan siswa pada
keterbatasan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi (Dimyati dan Mudjiono, 2006 :
135 – 138). Menurut Anwariyah dalam Munawarah (2002 : 5) ada empat macam penerapan
2. mengerti dan mampu mengadaptasikan diri dengan berbagai perubahan besar sebagai
17
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu, di bidang ilmu pendidikan
dikembangkan pula berbagai metode mengajar yang lebih sesuai, efektif dan efisien. Materi
pelajaranpun dikembangkan karena telah banyak perubahan yang terjadi atau telah banyak
ditemukan pengetahuan yang lebih mendalam sebagai akibat dari perkembangan teknologi.
melihat apa yang terjadi di masyarakat anak didik akan mendapatkan pengalaman
langsung (first hand experience) dan oleh karenanya mereka dapat memiliki
2. pendidikan membina anak-anak yang berasal dari masyarakat, dan akan kembali ke
masyarakat.
mengetahuinya.
Ada bebrapa tahapan yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dengan
Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau
masalah aktual yang ada di masyarakat dan dapat diamati oleh siswa.
18
Tahap aplikasi konsep atau menyelesaikan masalah yang menganalisis masalah atau
isu yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah
dipahami sebelumnya.
Tahap pemantapan konsep, di mana guru memberi pemantapan konsep agar tidak
Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep siswa terhadap
Menurut Wahyudi, dkk dalam Munawarah (2004 : 7) ada beberapa keunggulan yang
Menekankan cara belajar yang baik yang mencakup ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
sumber informasi.
19
perbedaan antara kecakapan, kematangan serta latar belakang siswa juga
diperhatikan.
Guru juga termasuk yang dievaluasi usahanya yang terus menerus dalam membantu
siswa.
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Salah satu pendekatan kontekstual yang dapat dikembangkan dalam pendidikan dasar
adalah model Sains Teknologi Masyarakat (STM). Pendekatan STM adalah belajar dan
mengajarkan sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Pendekatan STM
sikap, nilai-nilai, penerapan, dan keterkaitan antar bidang studi dalam pembelajaran dan
pendekatan sains. STM harus sejalan dengan pengalaman hidup siswa. Oleh karena itu,
pembelajaran sains yang menggunakan pendekatan STM melibatkan masalah/isu aktual yang
dihadapi oleh siswa dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sehingga relevan dengan
kehidupan siswa.
luas karena diperkaya dengan permasalahan atau isu sains atau teknologi. Konteks
pembelajaran menjadi lebih luas. Pembelajaran seperti ini memberi kesempatan kepada siswa
untuk menyadari hubungan sains yang dipelajarinya dengan apa yang ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran selalu berawal dari masalah yang dihadapi masyarakat
dalam kehidupan nyata. Dengan demikian siswa tidak hanya memperlajari konsep fisika,
biologi atau kimia saja tetapi juga belajar untuk menanggapi dan menyelesaikan
Penggunaan pendekatan STM tidak hanya terbatas pada konsep esensial yang
diajarkan di sekolah tetapi juga menekankan peranan sains dan teknologi dalam kehidupan
bermasyarakat sehingga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa terhadap dampak
21
sains dan teknologi yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga aspek dalam diri siswa yang
dapat dikembangkan anatara lain domain konsep, keterampilan proses, kreativitas, sikap,
nilai-nilai, penerapan dan keterkaitan antar bidang studi dalam pembelajaran dan pendekatan
sains. Salah satu contohnya, dapat mengembangkan kreativitas siswa dalam memecahkan
3.2. Saran
pembelajaran pada sains teknologi masyarakat (STM) pada anak dan bisa
mengembangkannya agar dapat merasakan tanggung jawab siswa terhadap dampak sains dan
teknologi yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga aspek dalam diri siswa yang dapat
dikembangkan anatara lain keterampilan proses, kreativitas, sikap, nilai-nilai, penerapan dan
22
DAFTAR PUSTAKA
Fajar, Arnie. (2004). Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Rosda Karya. Bandung:
http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/29/editorial.htm - 35k -
http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/40/editorial40.htm - 34k -
Clifford, M. and Wilson, M., (2000), ‘Professional Learning and Student’s Experiences:
2000. Edisi Khusus Jurnal Pendidikan IPA. Himpunan Sarjana Pendidikan IPA
Indonesia.
Yager, Robert E. & S.O. Yager (1985). Changes in Perception of 3 rd.7th, and 11th Grade
Yager, Robert. E (1992). The STS Aproach Parallels Constructivist Practices. Science
23
Yager, Robert E. (1996). Science/Technology/Society, As Reform in Science Education. New
24