KOOPERATIF
disusun oleh:
Kelompok 5/Offering A
1. Annisa Fauzia Rahmah 190341764446
2. Rina Wahyuningsih 190341864427
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah berjudul “Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik, SETs/STEM, dan
Kooperatif” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Desain
Pembelajaran Biologi.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Ibrohim, M.Si.
selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Desain Pembelajaran Biologi.
Terima kasih kami sampaikan kepada rekan-rekan S2 Pendidikan Biologi kelas A,
khususnya kelompok 5 yang telah bekerja sama dalam menyusun tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan
saran kami diharapkan dari pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN COVER .................................................................................... i
C. Tujuan .................................................................................................. 2
A. KESIMPULAN .................................................................................. 30
B. SARAN ............................................................................................... 30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada proses belajar mengajar, pemilihan dan penggunaan pendekatan dan
model yang tepat dalam menyajikan suatu materi dapat membantu siswa dalam
mengetahui serta memahami segala sesuatu yang disampaikan guru, sehingga hasil
belajar siswa dapat diketahui dengan peningkatan prestasi belajar siswa. Melalui
pembelajaran yang tepat, siswa diharapkan mampu memahami dan menguasai materi
sehingga informasi dalam pembelajaran dapat bermanfaat dalam kehidupan nyata.
Proses pembelajaran akan lebih aktif jika kegiatan belajar sesuai dengan
perkembangan inteklektual anak.
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang
ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan
kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga
merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen
yang saling berhubungan satu sama lain secara komprehensif. Komponen tersebut
meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen tersebut harus
diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan pendekatan, dan model-
model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Pendekatan (approach) menunjukkan cara umum dalam memandang
permasalahan atau objek kajian. Pendekakatan adalah cara pandang yang berbeda
tentang konsepsi dan makna pembelajaran, pandangan tentang guru, dan pandangan
tentang siswa. Perbedaan pandagan inilah yang kemudian mengakibatkan strategi dan
model pembelajaran yang dikembangkan menjadi berbeda juga, sehingga proses
pembelajaran akan berbeda walaupun materi pembelajaran sama (Ruhimat, dkk,
2012).
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan prinsip pendekatan scientific?
2. Bagaimana pengertian dan prinsip pendekatan Salingtemas/SETs?
3. Bagaimana pengertian dan prinsip pendekatan STEM?
4. Bagaimana pengertian dan prinsip pendekatan kooperatif?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian dan prinsip pendekatan scientific.
2. Mendeskripsikan pengertian dan prinsip pendekatan Salingtemas/SETs.
3. Mendeskripsikan pengertian dan prinsip pendekatan STEM.
4. Mendeskripsikan pengertian dan prinsip pendekatan kooperatif.
3
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
3
4
sangat membantu bagi anak. Oleh karena, pendekatan ini mencakup interdisipliner
konten dan benar-benar melibatkan anak sehingga dapat meningkatkan kemampuan
anak. Pendekatan ini dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan
iptek, berkembangnya informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan nilai-nilai iptek
itu sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari-hari (Anwar, 2009).
Teori yang menjadi landasan pendekatan SETS adalah cognitivedevelopment,
atau sering diartikan dengan perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif
merupakan suatu proses genetika yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme
biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Bertambahnya umur seseorang akan
menyebabkan susunan syaraf menjadi semakin kompleks dan memungkinkan
kemampuannya meningkat (Setyaningsih, 2011).
B. Pendekatan Saintifik
1. Prinsip Pendekatan Saintifik
Metode scientific pertama kali diperkenalkan ke ilmu pendidikan Amerika
pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada metode laboratorium formalistik yang
mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Hudson, 1996; Rudolph, 2005, Atsnan, 2013).
Metode scientific ini memiliki karakteristik “doing science”. Metode ini
memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses
pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam langkah-langkah atau
tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk siswa melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Hal inilah yang menjadi dasar dari pengembangan kurikulum
2013 di Indonesia (Astnan, 2013).
Kurikulum yang sedang dikembangkan dan digunakan di Indonesia sekarang
ini adalah kurikulum 2013 yang menekankan penerapan pendekatan saintifik.
Menurut Nasution (2012) pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada
siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi
atau berpusat pada siswa (student centered approach). Di dalam pembelajaran
dengan pendekatan saintifik, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya.
Bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari
9
sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju
ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Sebagai
manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, dan/atau akan
mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni sensori motor, pra-
operasional, operasional konkrit, dan operasional formal (Permendikbud nomor 81 A
Tahun 2013).
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah pembelajaran
yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung baik menggunakan
observasi, eksperimen maupun cara yang lainnya, sehingga realitas yang akan
berbicara sebagai informasi atau data yang diperoleh selain valid juga dapat
dipertanggungjawabkan (Sujarwanta, 2012).
Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran meliputi
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta untuk semua mata pelajaran (Sujarwanta, 2012). Proses pembelajaran
menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ranah sikap
merupakan transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
Ranah keterampilan merupakan transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan merupakan transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
hypotheses
Induction
Deduction
test of
prediction prediction
Observation
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka
pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang,
biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan
makna serta tujuan pembelajaran.
Kegiatan mengamati sangat bermanfaat untuk memenuhi rasa ingin tahu
peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-
langkah seperti berikut ini.
1) Menentukan objek apa yang akan diamati
2) Membuat pedoman pengamatan sesuai dengan lingkup objek yang akan
diamati
3) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik
primer maupun sekunder
4) Menentukan di mana tempat objek pengamatan
5) Menentukan secara jelas bagaimana pengamatan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
6) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil pengematan,
seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam,
dan alat-alat tulis lainnya.
b. Menanya
Langkah kedua dalam pembelajaran saintifik adalah bertanya. Bertanya di sini
dapat pertaanyaan dari guru atau dari murid. Di dalam pembelajaran kegiatan
bertanya berfungsi:
1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik
tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
3) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan
ancangan untuk mencari solusinya.
12
e. Mengkomunikasikan
Langkah pembelajaran yang kelima adalah memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengkomunikasikan hasil percobaan dan asosiasinya kepada siswa
lain dan guru untuk mendapatkan tanggapan. Langkah ini memberikan
keuntungan kepada siswadalam meningkatkan rasa percaya diri dan kesungguhan
dalam belajar. Lebih dari 2400 tahun lalu Confucius menyatakan: apa yang saya
dengar, saya lupa, apa yang saya lihat saya ingat, apa yang saya lakukan saya
paham. Silberman telah memodifikasi penyataan tersebut menjadi: apa yang saya
dengar saya lupa, apa yang saya dengar dan lihat saya ingat, apa yang saya
dengar, lihat, dan diskusikan saya mulai paham, apa yang dengar, lihat,
diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan, apa
yang saya ajarkan kepada yang lain, saya pemiliknya (Silberman, 2002: 1 dalam
Nasution, 2013). Dengan mengkomunikasikan hasil percobaan dan asosiasi yang
telah dilakukan peserta didik dalam pembelajaran akan memperkuat penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran yang telah disajikan dalam pembelajaran.
f. Mencipta
Kegiatan menciptabukan merupakan langkah yang wajib dilaksanakan untuk
setiap rangkaian pembelajaran (pembelajaran dengan rangkaian KD-1 sampai
KD-4). Kegiatanmencipta untuk suatu mata pelajaran dapat berupa benda yang
merupakan penerapanpengetahuan yang telah dipelajari oleh peserta didik,
misalnya berupa karya teknologi, prakarya, atau karya seni rupa. Namun karya
ciptaan dapat juga berupa karya tulis baik yang berupa karya ilmiah maupun
karya sastra. Mencipta merupakan kegiatan yang khas dalam pembelajaran seni
rupa; seluruh pembelajaran seni rupa yang harus disertai dengan pembuatan
karya. Karya yang dibuat, baik secara individual maupun berkelompok, perlu
disesuaikan dengan ketersediaan bahan dan alat serta tingkat kemampuan
keterampilan peserta didik.
Sebelum anak-anak mulai berkarya, guru perlu menentukan dan menjelaskan
kriteria tentang karya yang akan dibuat. Kriteria tentang karya ini mencakup
16
aspek-aspek jenis, bentuk, fungsi, dan ukuran karya serta bahan, alat, dan teknik
pembuatannya
Implikasi dalam pembelajaran berkenaan dengan hakikat metode saintific di
atas, maka “pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian” atau
“pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-hukum alam yang
terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Pembelajaran
dengan pendekatan saintific dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk
mendapatkan pengetahuan dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk
menggambarkan dan menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di alam.
Penekanan belajar tampak bahwa siswa aktif berproses, ini secara operasional
membawa kepada situasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik,
menghadirkan keterampilan proses pada siswa (Sujarwanta, 2012).
Langkah-langkah belajar dengan pendekatan proses, tidak lain merupakan
refleksi dari pertanyaan “mengapa para ilmuwan bisa menemukan teori atau hukum
dalam ilmu pengetahuan?” Sebenarnya, mereka bukan orang-orang yang super,
tetapi mereka memiliki kelebihan dalam hal ketekunan, kerajinan, serta tidak mudah
merasa putus asa. Keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan saja, tetapi
harus didukung dengan kerja keras dan ketekunan sehingga dapat diperoleh suatu
keberhasilan.
Cara mempelajari ilmu pengetahuan dengan menggunakan keterampilan
proses akan mendekatkan siswa memiliki pengalaman belajar yang lebih lengkap dan
tidak terjebak dalam belajar hafalan. Secara operasional pendekatan saintific dalam
pembelajaran yang menekankan pada keterampilan proses, meliputi kegiatan:
observasi, menggolongkan, menafsirkan, memperkirakan, mengajukan pertanyaan,
dan mengidentifikasi variabel. Dengan mekanisme pembelajaran tersebut siswa
dalam belajar akan menemuka pengetahuan itu dengan sendirinya.
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah
mengembangkankemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti: mengamati,
berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Perlu diketahui
pendekatan keterampilan proses ini sebenarnya sudah digunakan dan dikembangkan
17
STEM mampu menyiapkan siswa untuk bersaing dalam era ekonomi baru.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli yang telah diuraikan, pengertian pendekatan
STEM dapat disimpulkan sebagai sebuah pembelajaran yang memadukan aspek
sains, teknologi, teknik, dan matematika disertai dengan implementasinya dalam
dunia nyata untuk mengembangkan kreativitas siswa.
Pendekatan STEM berupaya memunculkan keterampilan pada diri siswa,
misalnya kemampuan menyelesaikan persoalan dan kemampuan melakukan
penyelidikan. Keterampilan penting untuk membantu meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Literasi STEM ditunjukkan dengan kemampuan siswa untuk
memahami pelajaran dengan menghubungkan 4 bidang pada STEM, definisi literasi
STEM (NGA, 2009) adalah:
No. Bidang Keterangan
1. Sains (science) Literasi sains adalah kemampuan untuk
mengidentifikasi informasi ilmiah, lalu
menerapkannya pada dunia nyata serta diterapkan
untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.
2. Teknologi (technology) Literasi teknologi adalah keterampilan
menggunakan, mengelola, mengerti, dan
mengakses teknologi. Siswa harus tau cara
menggunakan tekologi terbaru dan memiliki
keterampilan untuk menganalisis cara sebuah
teknologi mempengaruhi pemikiran siswa dan
masyarakat.
3. Teknik (engineering) Literasi teknik adalah kemampuan
mengembangkan teknologi dengan desain yang
lebih kreatif dan inovatif melalui penggabungan
berbagai bidang keilmuan.
4. Matematika (mathematics) Literasi matematika adalah kemampuan
menganalisis dan menyampaikan gagasan,
rumusan, menyelesaikan masalah secara
matematik dalam penerapannya.
2014). Pada konteks pendidikan dasar dan menengah, pendekatan STEM bertujuan
mengembangkan peserta didik yang melek STEM (Bybee dalam Satriani, 2017),
yang memiliki:
a. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mengidentifikasi pertanyaan dan
masalah pada kehidupannya, menjelaskan fenomena alam, mendesain, serta
menarik kesimpulan berdasar bukti mengenai isu-isu terkait STEM.
b. Memahami karakteristik fitur-fitur disiplin STEM sebagai bentuk
pengetahuan, penyelidikan, serta desain yang digagas manusia.
c. Kesadaran bagaimana disiplin-disiplin STEM membentuk lingkungan
material, intelektual, dan kultural.
d. Kemauan terlibat dalam kajian isu-isu terkait STEM (misalnya efisiensi
energi, kualitas lingkungan, keterbatasan sumber daya alam) sebagai warga
negara yang konstruktif, peduli, serta reflektif dalam menggunakan gagasan-
gagasan sains, teknologi, engineering, dan matematika.
justru mereka diajarkan apa yang harus mereka tahu. Tujuan SILO adalah untuk
meningkatkan pengetahuan yang menghasilkan penilaian.
Science
Technology &
Mathematics Engineering
Technology &
SCIENCE
Engineering
Mathematics
Technology and
engineering
Science Mathematics
Prinsip Deskripsi
STEM memicu rasa ingin tahu 1. Pendidikan STEM harus mendorong peserta didik
siswa sehingga mereka untuk meningkatkan rasa ingin tahu terhadap
berpartisipasi memecahkan lingkungan di sekitar mereka.
masalah di dunia nyata 2. Pendidikan STEM harus relevan dengan masalah
yang dihadapi masyarakat
3. Siswa harus mengembangkan keterampilan
STEM bersifat interdisipliner, 1. Pendidikan STEM harus memperdalam pemahaman
memungkinkan siswa konseptual dan minat lintas bidang multidisiplin yang
membangun, menerapkan memungkinkan siswa untuk mengatasi masalah sosial
ilmu, memperdalam ilmu, dan global
memahami, dan 2. Siswa harus memiliki kesempatan untuk
mengembangkan pemikiran mengeksplorasi konsep dan terlibat dalam pemecahan
kreatif serta kritis. masalah, disertai dengan mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan siswa.
Pendidikan STEM 1. Ada komponen praktis dan kreatif yang kuat pada
mengandung kreatifitas, seni, STEM, yang harus menyediakan kesempatan di dunia
dan desain. nyata dan tugas berbasis penyelidikan (inquiry-based
task)
2. Siswa harus memiliki kesempatan untuk merancang,
mengkreasikan, membuat ketika mengeksplorasi dan
memperoleh pendidikan STEM.
24
D. Pendekatan Kooperatif
1. Pengertian Pendekatan Kooperatif
Pendekatan kooperatif (Lie, 2007) menyebut cooperative learning dengan istilah
pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas
yang terstruktur. Menurut Rokhman (2012), pendekatan kooperatif adalah kegiatan
pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu, efektif, efisien, ke arah mencari atau
mengkaji sesuatu melalui proses kerja sama dan saling membantu sehingga tercapai
proses dan hasil belajar.
Pendapat lain dikemukakan oleh Wina (2006) yang menyatakan pembelajaran
kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Berdasarkan pengertian pendekatan kooperatif oleh para ahli, dapat disimpulkam
bahwa pendekatan kooperatif adalah sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan sehingga
merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
2. Tujuan Pendekatan Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar siswa yang meningkat dan
siswa dapat menerima berbagai keragaman siswa lain serta untuk mengembangkan
keterampilan sosial (Widyantini, 2008). Tujuan lain adalah agar siswa dapat belajar
27
Keterampilan seperti ini perlu ditunjukkan oleh siswa secara kolaboratif. Guru
perlu membuat pernyataan verbal secara jelas, menjadi model, dan mengecek
pemahaman siswa melalui berbagai pertanyaan.
e. Evaluasi proses kelompok, dimana evaluasi sangat penting untuk perbaikan
kegiatan kelompok lebih efektif. Pelaksanaan tidak harus setiap kali ada kerja
kelompok tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa
cooperrative learning.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan berbeda, baik
tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika mungkin, anggota
kelompok berasal dari suku atau agama berbeda serta memperhatikan
kesetaraan gender.
c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing
individu.
BAB III
A. Kesimpulan
1. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagai teknik, menganalisis data (menalar), menarik kesimpulan
dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang di temukan.
2. Pendekatan SETs adalah Pendekatan SETS disebut juga pendekatan Sains,
Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (SALINGTEMAS) merupakan kegiatan
pembelajaran yang di dalamnya terdapat unsur-unsur sains, lingkungan, teknologi
dan masyarakat dikaitkan secara timbal balik dalam konteks konsep yang
dibelajarkan.
3. Pendekatan STEM dalam pembelajaran sebagai sebuah pendekatan untuk
mengeksplor proses belajar dan mengajar dengan menggunakan dua atau lebih
komponen pada STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematic).
Prinsip STEM adalah memicu rasa ingin tahu, interdisipliner, mengandung
kreatifitas, seni, dan desain.
4. Pendekatan kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan. Prinsip pendekatan kooperatif diantaranya, siswa memiliki tujuan
dan tanggungjawab yang sama, dan masing-masing siswa akan dievaluasi.
B. Saran
32
Sebagai generasi abad ke-21 dan sebagai calon pendidikan diharapkan mampu
menerapkan pembelajaran berbasis pendekatan saintifik, SETs, STEM, dan
kooperatif untuk memaksimalkan proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Department of Education and Skills. 2017. STEM Education Policy Statement 2017-
2026. An Roinn Oideachais Agus Scileanna
Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:
Alfabeta.
Laboy-Rush, D. (2010). Integrated STEM education through project-based learning.
(Online)(www.learning.com/stem/whitepaper/integrated-STEM-
throughProject-based- Learning), diakses pada 20 September 2010.
Lie, A. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo
Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta: Bumiaksara
Syukri, M. Lilia & Subahan. 2013. Pendidikan STEM dalam Entrepreneurial Science
Thinking “EsciT”: Satu Perkongsian Pengalaman dari UKM Untuk Aceh.
Aceh: ADIC.
Tsupros, N. R. Kohler, dan J. Hallinen. 2009. STEM Education: A project to identify
the missing components. A collaborative study conducted by the IUI Center
for STEM Education and Carnegie Mellon University
Winarni, J., Zubaidah, S., dan Koes H., S. 2016. STEM: Apa, Mengapa, dan
Bagaimana. Prosiding Semnas Pendidikan IPA Pascasarjana UM, 1:976-984
35